cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan
ISSN : -     EISSN : 25031899     DOI : https://doi.org/10.15294/jtsp
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan (JTSP) is a scientific journal which biannualy published in April and October. We firstly published in 1999 as national journal of Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Negeri Semarang. In 2016, JTSP was indexed in DOAJ with Green Tick critera. And in 2018, JTSP expands its range of article quality and publication through publishing English-language articles.
Arjuna Subject : -
Articles 30 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil " : 30 Documents clear
ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KOTA - SISTEM TRANSPORTASI - KONSUMSI BBM KOTA-KOTA DI JAWA Handajani, Mudjiastuti
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:  Transportation    sector  is  sector with  the most  customer  fuel,  so  fuel  consumption  for transportation  activity  should  appropriately    get  more  attention.  The  increasing  activity  of transportation syatem especially  triggered by  the  increase of ownership and private vehicle usagegive negative impacts on towns. Ttransportation is sector taking the most fuel got from fossil source which  is getting  rare and unrenewable. Data collected  in  this  research  is: a) data of  length of  the road,  the  length  of  the  road,  only  calculated  for  asphalted  road  or  reinforced  concrete,  b)  road network pattern,   in the field condition, road network pattern   does not always have the same form as  road  network  pattern  in  the  theory,  of  (grid,  radial/concentric,  linear),  but  there  are  some modifications, c)  road condition, consisting of good,  relatively good, poor, and very poor condition category,  d)  passenger’s  public  transportation,  consisting  of  public  passenger  transportation  and public  bus,  e)goos  transportation/truck,  f)  private  vehicle  consisting  of  passenger  car,  bus  and motorcycle, g)  the  length of designated  route of public  transportation. The highest  influence of  the town  structure  on  fuel  consumption  is  the  number  of  people,  that  is  0,986.Town  transportation system  also  has  the  high  influence  values  on  fuel  consumption,  that  is  0,907.  Town  structure strongly  influences  fuel  consumption  is  stronger  compared  to  the  transportation  system  on  fuel consumption. Key word:  influence, town structure, transportation system, fuel consumption.   Abstrak:  Sektor  transportasi  merupakan  konsumen  yang  paling  banyak  menggunakan  BBM, sehingga konsumsi BBM untuk kegiatan transportasi selayaknya mendapat perhatian. Peningkatan kegiatan sistem  transportasi khususnya yang dipicu oleh peningkatan pemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi memberikan dampak negatif  terhadap kota. Transportasi merupakan penyerap bahan  bakar  terbesar  yang  berasal  dari  sumber  fosil  yang  semakin  langka  dan  tidak  dapat diperbaharui. Data yang dikumpulkan dalam penelitian  ini adalah  : a) data panjang  jalan, panjang jalan, dihitung hanya  jalan yang aspal atau beton bertulang saja b) pola  jaringan  jalan, kondisi di lapangan pola  jaringan  jalan  tidak selalu membentuk persis seperti pola  jaringan  jalan dalam  teori (grid,  radial/konsentrik,  linear)  tetapi  ada  beberapa  modifikasi  c)  kondisi  jalan  yang  terdiri  dari kondisi baik, sedang,  rusak dan sangat  rusak, d) kendaraan umum penumpang, yang  terdiri dari MPU  (mobil  penumpang  umum)  dan  bus  umum  d)  angkutan  barang  (truk)  e)  kendaraan  pribadi yang  terdiri  dari  mobil  penumpang,  bus,  dan  sepeda motor  f)  panjang  trayek  angkutan  umum. Pengaruh paling  tinggi dari struktur kota  terhadap  konsumsi BBM adalah Jumlah penduduk yaitu 0,986. Sistem  transportasi    kota  juga mempunyai  nilai  pengaruh  yang  tinggi  terhadap  konsumsi BBM  yaitu  0,907. Struktur  kota mempengaruhi  konsumsi BBM  sangat  kuat  dengan  nilai  loading 0,976.  Hubungan  struktur  kota  terhadap  konsumsi  BBM  lebih  kuat  dibanding  dengan  sistem transportasi terhadap konsumsi BBM. Kata kunci: pengaruh, struktur kota, sistem transportasi, konsumsi BBM.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN TERHADAP PENINGKATAN SIKAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PARA PELAKU JASA KONSTRUKSI DI SEMARANG Endroyo, Bambang
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:  Implementation  of Occupational Health  and Safety  (K3),  especially  in  the  construction sector was still bad. K3  in  Indonesia  is have  the  lowest  rank  in Asean. Various efforts have been made by government  to reduce occupational accidents  to a minimum as possible. Accidents often occur were mostly caused by human  factors,   about 85%. Construction Safety  Implementation  in the field depends on the attitude and the behavioral of the participant of construction services. The attitude of K3 depends on many factors, among others - which will be studied through this research - are: education, experience, certification, and corporate commitment. From  these various  factors, educational  factors  correlated  0.30  (significance:  0.048)  contribute  to  attitude  of  K3  ,  and  was another  factor  correlations  were  not  significant.  All  these  factors  have  only  to  give  efectif contribution about  to 0.213  (21.3%) of  the attitude  factor K3.  It means  that about of   78.7% hich can not be explained and is a problem to be studied again. Key words: attitude of K3, construction, participant of construction services   Abstrak:    Pelaksanaan  Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  (K3)  terutama  di  sektor  konstruksi masih memprihatinkan.  K3  di  Indonesia masih menduduki  urutan  terbawah  di  Asean.  Berbagai upaya  telah  dilakukan  oleh  pemerintah  untuk  menekan  kecelakaan  kerja  menjadi  se  minimal mungkin. Kecelakaan  yang  sering  terjadi banyak diakibatkan oleh  faktor manusia  (human  factor) yaitu  sebesar  85%.  Pelaksanaan  K3  Konstruksi  di  lapangan  sangat  tergantung  dari  sikap  dan perilaku  para pelaku  jasa  konstruksi. Sikap K3  sangat  tergantung  dari  banyak  faktor, antara  lain yang  akan  diungkap  melalui  penelitian  ini  adalah:  pendidikan,  pengalaman,  sertifikasi,  dan komitmen  perusahaan. Dari  berbagai  faktor  tersebut,  faktor  pendidikan mempunyai  korelasi  ,30 (signifikansi: 0,048)  terhadap sikap K3, sedang  faktor  lainnya korelasinya  tidak signifikan. Semua faktor  tersebut hanya memberi memiliki sumbangan efektif sebesar 0,213 (21,3%)  terhadap  faktor sikap  K3.    Hal  itu  menunjukkan  bahwa  masih  ada    78,7  %  yang  belum  dapat  dijelaskan  dan merupakan masalah yang masih harus diupayakan jawabnya. Kata kunci: sikap K3, konstruksi, pelaku jasa konstruksi
PERILAKU LENTUR BALOK-L BETON BERTULANG BERLUBANG DITINJAU SECARA EKSPERIMEN DAN ANALISIS NUMERIK MEMAKAI SOFTWARE GID-ATENA Kori Effendi, Mahmud
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:.Investigation on behavior of openings-beam reinforced concrete with the variation type of sided  is  conducted  experimentally  and  numerical  analytically  using  GID-ATENA  software.  Used specimens  were  reinforced  concrete  L-shaped  beam  designed  with  ultimate  load  2600  N  and having tension reinforcement 2D13 with roll and hinge support. Beam had 2 m span, 150 mm web width, 250 mm high, effective 317 mm width and slab 100 mm  thick,. To differentiate behavior of openings, a specimen without openings ( BLK01), a specimen with openings 100 mm x 100 mm ( BLKLB01), a specimen with openings 200 mm x 100 mm ( BLKLB02) were made. An opening was 150 mm  from  right support. Pure moment was done with  load 650 mm  from support. To compare experiment,  3D  model  GID-ATENA  was  analyzed.  The  material  model  of  concrete  was CCCOMBINEDMATERIAL  and  CC1DELASTLSOTROPIC  for  reinforcement.  This  analysis  used geometric  and material  non  linear  analyses.Result  of GID-ATENA  analysis  indicate  that  the  first crack load were less than 42-62 %, ultimate load were less than 33-47%, mid-span displacement at first crack load were less than 55-86%, and mid-span displacement at ultimate load were less than 45-70% compared  to  the experiment  result. First crack pattern of BLK01 occured  in  the mid-span while  BLKLB01  and  BLKLB02  occurred  below  the  hole. Result  of  analysis GID-ATENA  get  the different result of its first crack pattern. Keywords: openings-beam, L-shaped beam, GID-ATENA   Abstrak:  Pengamatan  perilaku  balok  beton  bertulang  berlubang  di  badan  dengan  variasi  entuk persegi panjang   dilakukan  secara eksperimen. Benda  uji  yang digunakan adalah  balok  L  beton bertulang  yang  dirancang  dengan  beban  2600  N  dan  menghasilkan  tulangan  tunggal  2D13 dengan  tumpuan sendi dan  rol. Balok mempunyai bentang 2 m,  lebar web 150 mm,  tinggi 250 mm, tebal slab 100 mm, lebar efektif 317 mm. Untuk mengetahui perilaku lubang di badan maka dibuat  benda  uji  balok  tanpa  lubang  (BLK01),  balok  dengan  lubang  100  mm  x  100  mm (BLKLB01),  balok  dengan  lubang  200 mm  x  100 mm  (BLKLB02).  Jarak  lubang  150 mm  dari tumpuan kanan. Masing2 benda uji 1 buah. Untuk mengetahui kapasitas beban maksimum yang ditahan  balok,  balok  dites  lentur murni  dengan  jarak  beban  titik  650 mm  dari  tumpuan.  Hasil analisis GID-ATENA menunjukkan bahwa beban retak balok pertama lebih kecil 42-62 %, beban ultimit balok lebih kecil 33-47%, lendutan tengah bentang pada beban retak pertama lebih kecil 55-86%,  dan  lendutan  tengah  bentang  pada  beban  ultimit  lebih  kecil  45-70%  terhadap  hasil eksperimen. Pola retak pertama balok BLK01 terjadi di tengah bentang sedangkan BLKLB01 dan BLKLB02  terjadi di bawah  lubang. Hasil analisis GID-ATENA mendapatkan hasil yang berbeda pola retak pertamanya. Kata Kunci: Balok lubang, Balok L, GID-ATENA
PERUBAHAN SPASIAL DAN SOSIAL-BUDAYA SEBAGAI DAMPAK MEGAURBAN DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG Prihanto, Teguh
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:    The  research  of  spatial  and  socio-cultural  changes  as megaurban  impacts  in  urban fringe  area  of  Semarang  has  several  aims:  (1)  to  discover  and  examine  what  factors  cause megaurban process,  (2)  to  find a mechanism or process megaurban place, and  (3)  to  study  the effects of the process (especially spatial, socio-cultural, economics and demography. The  location  of  this  study  is  the  outskirts  of  Semarang.  The  city  was  chosen  because  it  has  a strategic  role.  This  research  will  be  approached  in  an  integrated  paradigm  is  naturalistic  or phenomenology.  This  approach  does  not  mean  denying  the  positivistic  paradigm,  but  instead attempt  to  "complement  each  other."  In  the  understanding  of  positivism,  its main  approach  is  a quantitative method with  key words  such as: hypothesis,  test  the  sample,  population,  deduction, theorem,  generalization,  and  so  on,  whereas  in  a  more  naturalistic  approach  leaning  towards qualitative analysis method. The research concluded that the development of Semarang as a major city in the fields of industry, commerce, services and education have an  impact on suburban areas.  Influence are:  (1) Aspects of demography:  there  is  livelihoods suburbs change  from agriculture  to non-agriculture,  (2) sociocultural  aspects:  acculturation  occurred  between  the  settlers  and  natives  suburbs,  (3)  physical aspects  of  spatial  :  land  conversion  occurs  suburbs,  from  agricultural  land  into  residential  land, trade and industry. Keywords: megaurban, Semarang city, the suburbs, social culture   Abstrak: Penelitian  tentang perubahan spasial dan sosial-budaya sebagai dampak megaurban di daerah pinggiran Kota Semarang memiliki  tujuan:  (1) menemukan dan mengkaji  faktor-faktor apa yang menyebabkan  terjadinya proses megaurban;  (2) menemukan mekanisme kerja atau proses megaurban  berlangsung;  dan  (3)  mengkaji  dampak  yang  timbul  dari  proses  tersebut  (terutama spasial, sosial-budaya, ekonomi dan kependudukan. Lokasi penelitian ini adalah daerah pinggiran Kota Semarang. Kota ini dipilih karena memiliki peran yang  strategis.  Penelitian  ini  akan  didekati  dengan  paradigma  terpadu  secara  naturalistik  atau fenomenologi.  Pendekatan  ini  bukan  berarti  mengingkari  paradigma  positivistik,  namun  justru upaya untuk ”saling melengkapi”. Dalam paham positivisme, pendekatan utamanya adalah metode kuantitatif  dengan  kata-kata  kunci  seperti:  hipotesis,  uji  sampel,  populasi,  deduksi,  dalil, generalisasi,  dan  sebagainya,  sedangkan  dalam  pendekatan  naturalistik  lebih  condong  ke  arah metode analisis kualitatif Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Perkembangan Kota Semarang sebagai kota besar di bidang industri, perdagangan,  jasa dan pendidikan memiliki pengaruh  terhadap daerah-daerah pinggiran kota.  Pengaruh  tersebut  adalah:  (1)  Aspek  kependudukan:  terjadi  pergeseran  mata  pencarian penduduk daerah pinggiran kota dari pertanian ke non pertanian;  (2) aspek sosial budaya:  terjadi akulturasi budaya antara para pendatang dan penduduk asli daerah pinggiran kota; (3) aspek fisik spasial:  terjadi  alih  fungsi  lahan  daerah  pinggiran  kota,  dari  lahan  pertanian  menjadi  lahan permukiman, perdagangan dan industri. Kata Kunci: megaurban, kota semarang, daerah pinggiran kota, sosial budaya
EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM) Safrel, Ispen
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: In 2009, State University of Semarang (UNNES) had engaged in the measurement of the Framework  for  the  Horizontal  and  Vertical  Basic  Framework  using  Global  Positioning  Systems (GPS)  geodetic  type  and  installation  of  two  bench  mark  (BM),  however  the  height  of  its development  (Z)  in a  region on  the surface of  the earth always changing and growing discourse according to some, especially for the city of Semarang itself reportedly decreased ± 5 cm from the average sea  level (MSL) each year. What about  the height of Campus UNNES have now?,  In  this study need to be investigated how much elevation change from a position (Unnes campus) in 2010. Measurement of vertical control framework BM Unnes tied to the High Point Geodesy (TTG) with a height of 221 004 449 number MSL in the area "Ada Supermarket" Banyumanik. Evaluation results of GPS measurements with the High Point of the ellipsoid existing high molecular weight 223 147 ± 02  UNNES  the  MSL  and  after  going  through  the  process  of  measurement  data  processing terrestrial high point  for BM 02 219 237 ± Unnes  is MSL, so  that we  find  the comparison between BM 02 Unnes ellipsoid point with results measurement Keywords: control points, the basic framework of vertical, bench markAbstrak:  Tahun  2009  Universitas  Negeri  Semarang  (UNNES)  telah  melakukan  kegiatan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal dan Kerangka Dasar Vertikal dengan menggunakan Global Positioning  Systems  (GPS)  tipe  Geodetik  dan  pemasangan  2  bench  mark  (BM)  Namun  pada perkembangannya  ketinggian  (Z)  di  suatu  wilayah  dipermukaan  bumi  selalu  berubah5ubah  dan menurut  beberapa  wacana  yang  berkembang,  khusus  untuk  wilayah  kota  semarang  sendiri dikabarkan  mengalami  penurunan  ±  5  cm  dari  rata5rata  muka  air  laut  (MSL)  setiap  tahunnya. Bagaimana  dengan  ketinggian  Kampus  UNNES  Sekaran  ?,  Dalam  penelitian  ini  perlu  diteliti seberapa  besar  perubahan  ketinggian  dari  suatu  posisi  (kampus  Unnes)  pada  tahun  2010. Pengukuran kerangka kontrol vertikal BM Unnes diikatkan pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) nomor 449  dengan  ketinggian  221.004  MSL  di  daerah  ”Ada  Swalayan”  Banyumanik.  Evaluasi  hasil pengukuran dengan GPS Titik Tinggi dari  tinggi ellipsoid eksisting BM 02 UNNES yaitu ± 223.147 MSL dan setelah melalui proses pengolahan data dari pengukuran titik tinggi terestris untuk BM 02 Unnes  adalah  ±  219.237  MSL,  sehingga  kita  dapati  perbandingan  antara  titik  ellipsoid  BM  02 Unnes dengan hasil pengukuran Kata kunci : titik kontrol, kerangka dasar vertikal, bench mark
HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG Nugroho Julianto, Eko
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The volume of traffic traveling on roads Siliwangi have increased from year to year. Thisis  due  to  the  development  of  this  area. To overcome  the problem  of  traffic  congestion on  these roads  is  required  prior  knowledge  about  traffic  characteristics  and  model  of  the  relationship between these characteristics. This study aims to analyze the model of the relationship between the characteristic volume (V), speed (S) and density (D)  traffic, in accordance with existing conditions. Survey data  includes  traffic volumes and speeds with  the manual count method, being analytical models  include  models  Greenshield,  Greenberg,  and  Underwood.  The  results  showed  that  the relationship model that is suitable for VSD Siliwangi road is to follow the model of Underwood with r = 0859, with the model of Us = 68.20 x exp(-D/-15.05). Keywords: relationship model, Greenshield, Greenberg, Underwood   Abstrak: Volume perjalanan lalu lintas pada ruas jalan Siliwangi mengalami peningkatan dari tahun ke  tahun.  Hal  ini  disebabkan  perkembangan  daerah  ini.  Untuk  mengatasi  masalah  kemacetan lalulintas  pada  ruas  jalan  ini  terlebih  dahulu  diperlukan  pengetahuan mengenai  karakteristik  lalu lintas  dan model  hubungan  antar  karakteristik  tersebut. Kajian  ini  bertujuan menganalisis model hubungan  antar  karakteristik  volume  (V),  kecepatan  (S)  dan  kepadatan  (D)  lalu  lintas,  sesuai dengan kondisi yang ada. Survai data meliputi volume dan kecepatan  lalu  lintas dengan metode manual  count,  sedang  analisis model meliputi model  Greenshield,  Greenberg,  dan  Underwood. Hasil analisis menunjukkan bahwa model hubungan V-S-D yang sesuai untuk ruas  jalan Siliwangi adalah mengikuti model Greenberg dengan nilai  r = 0.773, dengan model Us = 68.20 x exp(-D/-15.05). Kata kunci: model hubungan, greenshield, greenberg, underwood
KAPASITAS GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN OLYPROPYLENE FIBER SEBESAR 4% DARI VOLUME BETON Apriyatno, Henry
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract:  Polypropylene  fiber  is  one  of  the  plastic  fiber  that  has  high  tensile  strength,  easily available, relatively cheap, resistant to chemical attack, and has a dry surface so that no clumping of fiber in the concrete mixing process.The study aims to determine the effect of polypropylene fiber by 4% of  the volume of concrete  to shear strength of  reinforced concrete beams. The addition of polypropylene  fiber  in  the  levels  of  0%  to  4%  of  the  volume  of  concrete  causes  a  decrease  in modulus of elasticity of 13966.33 MPa to 11,709 MPa. Shear test results reinforced concrete beam fiber  content  increase  from  0%  to 4%  increase  in  capacity  obtained  by  the  nominal  shear  beam from 4.08 tons to 4.56 tons. Fiber concrete beams will increase the shear capacity of 11.76% of the normal beam shear capacity. Keywords: polypropylene fiber, modulus elasticity, shear capacity   Abstrak:   Polypropylene  fiber merupakan salah satu serat plastik yang memiliki kuat  tarik  tinggi, mudah  didapat,  harganya    relatif  murah,  tahan  terhadap  serangan  bahan  kimia,  dan  memiliki permukaan  yang  kering  sehingga  tidak  terjadi  penggumpalan  serat  dalam  proses  pengadukan beton. Penelitian  bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan polypropylene fiber sebesar 4% dari volum beton terhadap kuat geser balok beton bertulang. Penambahan polypropylene fiber dari kadar 0% sampai 4% dari volume beton menyebabkan penurunan nilai modulus elastisitas dari 13.966,33 MPa menjadi  11.709 MPa. Hasil  pengujian  geser  balok  beton  bertulang  penambahan kadar serat dari 0%  sampai 4% diperoleh  kenaikan  kapasitas geser nominal balok dari 4,08  ton menjadi 4,56  ton.   Balok beton  fiber akan mengalami kenaikan kapasitas gesernya sebesar 11,76 % dari kapasitas geser balok normal.   Kata kunci: polypropylene fiber, modulus elastis, kapasitas geser
ANALISA PERMINTAAN PARKIR DI STASIUN PONCOL DAN TAWANG SEMARANG Sutarto, Agung
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Activities in a railway station will generate trips which need parking space. This research is aimed  to analyze  the difference demand characteristics between Poncol and Tawang stations. These  characteristics  are  the  effect  of  ticket  price  to  trip  attraction,  trip  attraction  model, transportation mode demand and parking space demand. The economic class and transportation of goods  are  served  in  Poncol.  Bussiness  and  executive  class  is  served  in  Tawang  stastion.  The correlation  between  trip  attraction  and  the  number  of  ticket  can  be  described  in  the  following equation  : Ytrip  attraction  =  120,51  +  1,0602 Xticket      for Poncol  station,  and  : Ytrip  attraction  =  175,21 + 1,3212 Xticket      for Tawang station. Correlation between  trip attraction and  transportation mode can be described  in  the  following equation  : Ytripattr = 7,3063 + 3,271 Xprivate  car + 2,464 Xbecak + 2,406 Xmotor cycle + 2,448 Xpick up   for Poncol,  and : Ytrip attraction   =  4,467 + 3,567 Xprivate car + 2,517 Xmotorcycle,  for Tawang station. It can be concluded that the parking space demand for each passenger is  1,48 m2  in Poncol station and 7,3 m2  in Tawang station. Trips attraction per  ticket    is 1,0602  in Poncol station  and  1,3212  in  Tawang  station.  Transportation mode which  is  dominantly  used  in Poncol station  is   motorcycle, while  in Tawang station  is private car and motorcycle. Private car  is often used because the public transport facility could not support the train passenger’s needs. There are variable  pick-up  vehicles  in Poncol  because Poncol  station  served  passengers  and  goods. SRP which are used in Poncol station for passenger car  65 SRP, motorcycle 282 SRP, pick-up 52 SRP, and  tricycle (becak) 64 SRP.   SRP which are used  in Tawang station for passenger car 235 SRP, motor cycle 350 SRP and tricycle (becak) 13 SRP. Keywords:  trips attraction,  parking demand,  poncol station,  tawang station .   Abstrak: Kegiatan di stasiun kereta api akan menghasilkan perjalanan yang membutuhkan  ruang parkir. Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menganalisis  karakteristik  permintaan  perbedaan  antara stasiun  Poncol  dan  Tawang. Ciri  ini  pengaruh  harga  tiket  ke  atraksi  perjalanan,  model  tarikan perjalanan,  kebutuhan  transportasi  mode  dan  kebutuhan  ruang  parkir. Kelas  ekonomi  dan transportasi  barang  disajikan  di  Poncol.Bisnis  dan  kelas  eksekutif  disajikan  di  Tawang stastion. Korelasi  antara  daya  tarik  perjalanan  dan  jumlah  tiket  dapat  digambarkan  dalam persamaan  berikut: Ytrip  atraksi =  120,51  +  1,0602 Xticket  untuk  stasiun Poncol, dan: Ytrip  atraksi = 175,21  +  1,3212  Xticket  untuk  stasiun  Tawang. Korelasi  antara  daya  tarik  dan moda  transportasi dapat digambarkan dalam persamaan berikut: Ytarikan = 7,3063 + 3271 Xmobil pribadi + 2.464 Xbecak + 2.406 Xsepeda  motor  +  2.448 Xpick-up  untuk  stasiun Poncol,  dan: Ytarikan  =  4467  +  3567 Xmobil  pribadi  + 2.517 Xsepeda  motor,  untuk  stasiun  Tawang. Dapat  disimpulkan  bahwa  ruang  parkir  permintaan penumpang masing-masing 1,48 m² di stasiun Poncol dan 7,3 m² di stasiun Tawang. Perjalanan atraksi per  tiket di stasiun Poncol 1,0602 dan 1,3212 di stasiun Tawang.Transportasi modus yang dominan digunakan di stasiun Poncol adalah sepeda motor, sedangkan di stasiun Tawang adalah mobil pribadi dan sepeda motor. mobil pribadi sering digunakan karena fasilitas transportasi publik tidak dapat mendukung kebutuhan penumpang kereta. Ada variabel kendaraan pick-up di stasiun Poncol  Poncol  karena  melayani  penumpang  dan  barang. SRP  yang  digunakan  dalam  stasiun Poncol untuk penumpang mobil 65 SRP, sepeda motor 282 SRP, pick-up 52 SRP, dan  roda  tiga (becak) 64 SRP. SRP yang digunakan dalam stasiun Tawang untuk mobil penumpang 235 SRP, sepeda motor 350 SRP dan roda tiga (becak) 13 SRP Kata kunci: bangkitan perjalanan, kebutuhan parkir, stasiun poncol, stasiun tawang
TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN DI PERKOTAAN Fathoni Setiawan, Moch
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Permasalahan  yang  saat  ini menjadi  isu di  lingkungan perumahan adalah peningkatan pencemaran  udara  dan  kebisingan. Sumber  kebisingan  yang  dominan  di  lingkungan  perumahan adalah  berasal  dari  lalu-lintas  kendaraan  bermotor.  Jumlah  kendaraan  bermotor  di  Indonesia semakin tahun semakin meningkat, akibatnya lingkungan perumahan di Perkotaan menjadi bising. Kebisingan  sendiri  terkait  dengan  kepadatan  lalulintas. Kondisi  ini  ditambah  dengan  penyediaan sarana jalan yang tidak  memadai menjadikan lingkungan perumahan menjadi jalan pintas dari dan ke jalan umum. Hal ini semakin menimbulkan kebisingan di lingkungan perumahan. Penelitian yang dilakukan  di  Kota  Yogyakarta  dan  DKI  Jakarta  memperlihatkan  bahwa  tingkat  kebisingan  yang terjadi  di  lingkungan  perumahan  telah  berada  diatas  ambang  baku  mutu  yang  disyaratkan. Kebisingan  yang  terjadi di  lingkungan perumahan sudah  saatnya memerlukan penanganan  yang serius,  mengingat  pengaruh  buruk  dari  kebisingan  terhadap  kesehatan manusia  pada  akhirnya akan mempengaruhi  kualitas  hidup masyarakat.  Berbagai  penanganan  kebisingan  telah  banyak dilakukan terutama terkait pada 3 (tiga) hal, yaitu pada sumber suara, media suara dan penerima. Penanganan secara arsitektural  lebih  tepat ditujukan pada penanganan media perambatan suara. Pengolahan  ‘jalan’ bunyi yang dalam hal ini bertujuan untuk mengurangi kebisingan yang diterima oleh  penerima  dapat  dilakukan  dengan  cara:  Pertama,  memperpanjang  jalannya  media perambatan  dengan  cara    menjauhkan  antara  sumber  suara  dengan  penerimanya.  Kedua, memberi  penghalang  antara  sumber  dengan  penerima,  penghalang  dapat  berupa  dinding penghalang,  barier  tanaman,  maupun  fasade  bangunan  itu  sendiri.  Penanganan  secara  non Arsitektural  dapat  dilakukan  dengan  cara membuat  kendaraan  bermotor  yang  lewat  lingkungan perumahan menurunkan kecepatannya sampai kurang lebih 20 km/jam. Kata kunci: kebisingan, perumahan, lalu-lintas
KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN KORIDOR JALAN PANDANARAN SEMARANG -, Diharto
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pandanaran Road is one of corridor the golden triangle area of trade and services the city of Semarang, is a road that is quite important as a connecting node Simpang Lima and node Tugu Muda. The problems that occurred in the corridor Street Pandanaran including: the high intensity of traffic disrupt the ease and convenience of pedestrians, lack of greenery and arrangement of green belt, Cadger are concentrated at the center by-by, wide walkways between 2.1 - 3.8 m, and yet the (gate) Pandanaran Road corridor with the Simpang Lima area and Tugu Muda. The concept of using a futuristic design, green building architecture, and sustainable. Design approach based on the Regulation of the Director General of Highways, reviews building and environmental planning Regions Simpang Lima Semarang City, and field measurement. The result of the design is the arrangement of roads 14 m wide (four-lane two-way), 2 m road shoulder (as a bike path), the arrangement of pedestrian width 3 m, the addition of greenery, the addition of pedestrian lighting, street lighting additions, adding bookmarks, adding the sitting group , The arrangement of the panel box, and the gate area.Jalan Pandanaran merupakan salah satu koridor kawasan segitiga emas perdagangan dan jasa Kota Semarang, merupakan jalan yang cukup penting sebagai menghubungkan simpul Simpang Lima dan simpul Tugu Muda. Permasalahan yang terjadi di koridor Jalan Pandanaran diantaranya : tingginya intensitas lalu lintas mengganggu kemudahan dan kenyamanan pejalan kaki, kurangnya penghijauan dan penataan jalur hijau, Pedagang Kaki Lima terkonsentrasi di depan pusat oleh-oleh, lebar jalur pejalan kaki antara 2,1 - 3,8 m, dan belum adanya (gerbang) koridor Jalan Pandanaran dengan kawasan Simpang Lima dan Tugu Muda. Konsep desainnya menggunakan futuristik, green building architecture, dan sustainable. Pendekatan desain mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Bina Marga, review Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Simpang Lima Kota Semarang, dan pengukuran lapangan. Hasil desain adalah penataan lebar jalan 14 m (empat lajur dua arah), bahu jalan 2 m (sebagai jalur sepeda), penataan lebar pejalan kaki 3 m, penambahan penghijauan, penambahan lampu pedestrian, penambahan lampu penerangan jalan, penambahan penanda, penambahan sitting group, penataan box panel, dan gerbang kawasan.

Page 1 of 3 | Total Record : 30


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 1 (2023): April 2023 Vol 24, No 2 (2022): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 24, No 1 (2022): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 23, No 2 (2021): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 23, No 1 (2021): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 22, No 2 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 21, No 2 (2019): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 21, No 1 (2019): Jurnal Teknik SIpil & Perencanaan Vol 20, No 2 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 20, No 1 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 19, No 2 (2017): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 19, No 1 (2017): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 19, No 1 (2017): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 2 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 2 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 1 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 18, No 1 (2016): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 17, No 1 (2015): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 1 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 16, No 1 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 15, No 1 (2013): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 15, No 1 (2013): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 2 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 2 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 14, No 1 (2012): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 2 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 2 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 1 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 13, No 1 (2011): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 2 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 1 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 12, No 1 (2010): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 2 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 2 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 1 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 11, No 1 (2009): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 2 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 2 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 10, No 1 (2008): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 2 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 2 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 9, No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan Vol 8, No 2 (2006) More Issue