PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BERBASIS OLAHRAGA
Amrozi Khamidi
Himawan Wismanadi
Abstrac
In the implementation of education as a
lifetime process of human development, sport has an absolute role in the
development and growth of human. Sport canbe a powerful tool for physical andmental formation of
the nation. Physical formationaccompanied with sportexercises will strengthenthe human body andits functions. Moreover, school management is a joint
effort to form an educational institution and it includes many components such
as goals, curriculum, human resources and school infrastructures. Since it
involves many components and many people, it is necessary to arrange a good job
division, and actually this is the real
function of the education management.
Sport-based education is the educational institution that specializes in an
exploration of the science of
sports, whether it is sport schools,
special classes for sport or sport faculties and
departments.
Keywords:
educational management, sport-based education
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan gerak tubuh, relaksasi dan rekreasi serta sarana hiburan yang sangat
menyenangkan. Dalam pembelajaran disekolah olahraga memberikan dampak pengiring
yang positif bagi peserta didik misalnya ajaran fair play diolahraga mendidik siswa untuk bersikap toleransi,
menjunjung asas kemanusiaan dan membantu mengikis kebrutalan siswa yang identik
dengan tawuran antar pelajar yang akhir-akhir ini makin marak terjadi. Perilaku
disiplin dalam kegiatan olahraga membuat siswa mampu menjadi pribadi yang
santun dan menghargai sesama dan juga waktu. Pengelolaan pembinaan olahraga di
sekolah yang ditata dengan baik juga bisa menghasilkan prestasi olahraga yang
nantinya membawa nama baik sekolah, daerah dan negara dalam pentas olahraga.
Olahraga mendidik siswa untuk mampu berfikir
dengan lebih jernih, karena dengan berolahraga secara teratur maka peredaran
darah di dalam tubuh akan semakin lancar. Peredaran darah yang lancar akan
meningkatkan penyerapan oksigen yang lebih banyak ke otak sehingga individu
akan mampu berfikir lebih jernih dan lebih baik. Pada zaman dahulu orang
berfikir olahraga adalah hal yang sia-sia, tidak menghasilkan dan tidak bisa
dijadikan sandaran hidup. Namun seiring perkembangan zaman fakta berkata lain,
lewat olahraga banyak orang menjadi sukses, terkenal dan memiliki penghasilan
lewat olahraga
Amrozi
Khamidi adalah
Dosen Penkep.Or
FIK UNESA
Himawan
Wismanadi adalah
Dosen Ikor
FIK UNESA
Amrozi Khamidi, Penyelenggaraan
Pendidikan Berbasis Olahraga
tersebut. Olahraga
dapat mendatangkan penghasilan baik menjadi seorang atlit maupun
menjadi
pelatih olahraga, sehingga olahraga semakin dianggap perlu untuk didalami
maupun dikembangkan. Dapat dikatakan bahwa selain membentuk tubuh yang bugar
olahraga juga mampu dijadikan pekerjaan yang dapat diandalkan. Bahkan banyak
atlit-atlit yang berprestasi dapat menjadi pegawai negeri sipil karena telah
dianggap berjasa dalam mengharumkan daerah dan negaranya.
Keberadaan
pendidikan berbasis olahraga di Indonesia saat ini sudah ada, namun masih
terbatas jumlahnya dan tidak berkelanjutan. Pendidikan olahraga yang merupakan
pendidikan formal baru ada pada tingkat SMA, S1, S2 dan S3. Sedangkan yang
merupakan pendidikan nonformal baik berupa sekolah maupun diklat dimulai dari
usia dini seperti SSB, SBB, diklat bulutangkis dan beberapa pembinaan oleh klub
yang kurang lebih dari usia SD hingga SMA ditambah pembinaan di beberapa PPLP
dan PPLM. Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
penyelenggaraan pendidikan berbasis olahraga baik yang formal dan nonformal
tersebut. Peneliti tidak meneliti secara mendetail program pembinaan di
sekolah-sekolah berbasis olahraga tersebut namun hanya pada aspek
penyelenggaraan sekolahnya saja. Hasil penelitian ini nantinya peneliti berharap
bisa menghasilkan sumbangan pemahaman realita terhadap penyelenggaraan
pendidikan khususnya penyelenggaraan pendidikan berbasis olahraga sehingga di
masa selanjutnya dapat terbentuk sistem penyelenggaraan pendidikan olahraga
yang berjenjang dan berkelanjutan.
Rusli Lutan (2000) menyebutkan
Bahwa proses latihan meliputi tahapan: 1) perkembangan multilateral, 2) spesialisasi,
3) prestasi puncak. Berikut salah satu contoh tabel tahap-tahap mulai belajar,
spesialisasi dan usia puncak berprestasi sebagai pertimbangan dalam
mengembangkan pembinaan olahraga.
Cabang
Olahraga
Usia Permulaan Olahraga
Usia Spesialisasi
Usia Untuk Prestasi Puncak
Atletik
10 - 12
13 14
18 -23
Bola
basket
7 8
10 12
20 -25
Tinju
13 14
15 16
20 25
Balap sepeda
14 15
16 17
21 24
Loncat
Indah
6 7
8 10
18 22
Anggar
7 8
10 12
20 25
Senam
putri
6 7
10 11
14 18
Senam
putra
6 7
12 14
18 24
Dayung
12 -14
16 18
22 24
Sepak
bola
10 12
11 13
18 24
Renang
3 7
10 12
16 18
Tenis
6-8
12 14
22 25
Bola
voli
11-12
14 15
20 25
Angkat
besi
11- 13
15 16
21 28
Gulat
13 14
15 16
24 28
Tabel 1.1
Tahapan proses latihan olahraga
(Rusli Lutan 2000)
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan jenis penelitian studi multi kasus. Pengumpulan data penelitian ini
menggunakan tiga macam metode, yaitu (1) observasi; (2) wawancara dan (3) dokumentasi. Proses analisis data dengan deskriptip dilakukan dengan tiga jalur kegiatan
yaitu (1) reduksi data atau penyederhanaan data (data reduction); (2) paparan data (display); (3) penarikan kesimpulan (conclusion verifying). Dalam penelitian ini akan diadakan
pengecekan keabsahan data yang meliputi kredibilitas,
depentabilitas dan konfirmabilitas.
Informan dalam
penelitian ini yaitu di SSB meliputi pelatih, manajer, pemain dan pengurus PSSI
Surabaya. Di SMANOR Sidoarjo meliputi Kepala sekolah, guru olahraga, siswa dan
Diknas Pendidikan setempat, sedangkan di perguruan tinggi meliputi pimpinan perguruan tinggi meliputi
Rektor, PR 1, PR 2 PR 3 dan PR 4. Dekan/ Direktur Pasca , Pembantu dekan/
Asdir, Kajur, Kaprodi serta dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNESA.
Adapun langkah yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian
ini adalah membaca, mempelajari, menelaah seluruh data. Selanjutnya dilakukan
reduksi terhadap data untuk memilah-milahkan data. Selanjutnya dilakukan
pengorganisasian data dengan
jalan mengklasifikasi, dan mengkategorikan data sesuai dengan
masalah penelitian. Proses analisis data dengan deskriptip dilakukan dengan
tiga jalur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu (1) reduksi data
atau penyederhanaan data (data reduction),
(2) paparan/sajian data (display) dan
(3) penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion
verifying).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Temuan Kasus 1, Kasus 2, Kasus 3 dan Kasus 4
Fokus Pertama: Karaketeristik pendidikan berbasis olahraga yang meliputi (a) visi misi sekolah, (b) Iklim Akademik, dan
(c) prestasi sekolah.
a)
Visi dan
misi sekolah adalah: (1) Berprestasi olahraga, intelektual berlandaskan imtaq
dan berkepribadian bangsa, (2) Berperan dalam pendidikan ilmu olahraga, (3) Meningkatkan kualitas SDM, (4) Lulusan yang handal,
berkualitas dan kompetitif.
b)
Keunikan
sekolah adalah: (1) Pendidikan formal
dan non formal, (2) Di bawah PSSI, Diknas dan DIKTI, (3) Teori di kelas dan
praktek di lapangan selain SSB tidak ada kelas.
c)
Prestasi
sekolah adalah: (1) Prestasi Olahraga dan tenaga ahli tingkat nasional dan
internasional, (2) Di dibidang olahraga.
Fokus Kedua: Karaketeristik
kurikulum dan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang meliputi: (a) acuan
kurikulum, (b) target dan tujuan kurikulum dan (c) metode pembelajaran dan
proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
a.
Acuan
kurikulum adalah: (1) Materi yang diajarkan sesuai kurikulum Diknas/ Dikti dan
pengalaman pelatih, (2) Acuan kurikulum dari
lembagan pend. umum dan lembaga olahraga.
b.
Target
dan tujuan kurikulum adalah: (1)
Mencerdaskan dan membtk atlit muda berprestasi dan tenaga ahli dalm ilmu
olahraga, (2) Keseimbangan antara materi,latihan dan mampu mengelola dan
memimpin program penelitian, (3) Tujuan
kurikulum adalah berprestasi di lapangan, berbudi pekerti , dan berkarya dalam
ilmu olahraga, (4) Sifat keterbukaan sehingga siswa dapat berprestasi di
lapangan dan menentukan program/ arah cita-citanya.
c.
Metode
pembelajaran dan proses KBM adalah:
(1) Teori di kelas, secara tutorial,
presentasi dan kuliah mandiri dan praktek di lapangan, (2) KBM sekolah formal
pada
hari
efektif dan SSB di luar jam sekolah formal, (3) Intensitas latihan sesuai jadwal KBM
Fokus ketiga: Profil Sumber Daya Manusia (SDM)
yang meliputi: (a) perencanaa
strategis SDM, (b) pembagian tugas dan (c) keefektifan manajemen SDM.
a.
Perencanaan
strategis SDM adalah: (1) Guru/pelatih min berijazah S1/S2/
S3/profesor/ mantan atlit, (2) Perencanaan strategis yang mengikuti perkembangan
zaman dan kemandirian, (3) Tujuannya
untuk menghasilkan lulusan yang intelektual dan handal, tenaga ahli dalam ilmu
olahraga, (4) Peningkatan SDM melalui studi lanjut, sandwich program, diklat,
dan pelatihan.
b.
Pembagian
tugas adalah: (1) Ketua/kepala, (2)
Koordinator program studi, (3) Guru/dosen/pelatih , (4) Administrasi (1-4 ada
di SSB dan SMANOR) dan di S1/S2/S3 UNESA terdapat (5) Direktur/Dekan, (6)
Pembantu Direktur/Pembantu Dekan, (7) Ketua Laboratorium.
c.
Keefektifan
manajemen SDM adalah: (1) Perencanaan
program di SMANOR, FIK dan PPs UNESA tertuang dalam program jangka pendek dan
panjang, sedangkan di SSB tidak ada, (2)
Manajemen di SMANOR, FIK dan PPs UNESA lebih terstruktur daripada di SSB, (3) Pengawasan dari lembaga pendidikan tidak terdapat di
SSB
Fokus
keempat: Sarana dan Prasarana Pendidikan yang meliputi: (a) gedung, (b) laboratorium,
(c) lapangan, (d) multi media, (e) media informasi dan komunikasi dan (f)
sarana prasarana penunjang pendidikan.
a.
Sarana
gedung adalah: (1) SSB tidak memiliki sarana gedung, sedangkan (2) SMANOR,
FIK UNESA, S2/S3 Olahraga PPs UNESA memiliki sarana gedung untuk menunjang
proses belajar mengajar baik teori maupun praktek.
b.
Sarana
laboratorium adalah: (1) SSB Tidak memiliki
sarana laboratorium, sedangkan (2) SMANOR, FIK UNESA, S2/S3 Olahraga PPs UNESA
memiliki sarana laboratorium baik laboratorium olahraga dan laboratorium untuk
pelajaran umum.
c.
Sarana
lapangan adalah: (1) Lapangan untuk
cabang olahraga yang menjadi mata pelajaran, di PPs lebih menekankan pada
pendalam materi bukan praktek, sedangkan (2) Status kepemilikan adalah milik
sekolah, sewa dan pinjam.
d.
Sarana
multi media adalah: (1) SSB tidak memiliki
sarana multi media, sedangkan (2) SMANOR,
FIK UNESA dan S2/S3 Olahraga PPs UNESA memiliki komputer dan LCD sebagai
sarana multi media.
e.
Sarana
informasi dan komunikasi adalah: (1) SSB tidak memiliki
sarana informasi dan komunikasi, sedangkan (2) Sarana media informasi dan
komunikasi yang dimiliki
SMANOR
dan S1/S2/S3 UNESA berupa telivisi, telepon, radio, media cetak dan komputer
untuk mengakses situs internet.
f.
Sarana
prasarana penunjang pendidikan adalah:
(1) Arena
dan alat penunjang olahraga yang sesuai dengan mata pelajaran yang ada dan penunjang proses pendidikan, (2)
Status kepemilikan milik sekolah, pribadi dan pemerintah.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) visi dan misi lembaga pendidikan berbasis
olahraga menjadi acuan penciptaan program dan pencapaian tujuan lembaga yang
memadukan ilmu umum dan ilmu olahraga, keunikan lembaga menggambarkan perbedaan dengan lembaga pendidikan umumnya,
prestasi lembaga mencerminkan keberhasilan yang memadukan antara keberhasilan
pendidikan umum dan prestasi olahraga; (2) acuan kurikulum lembaga pendidikan berbasis
olahraga adalah dasar yang digunakan dalam pengembangan materi pengajaran yang
memadukan kurikulum pelajaran umum dan ilmu olahraga, target dan tujuan
kurikulum lembaga merupakan keseimbangan antara keberhasilan pendidikan umum
dan olahraga dan pembentukan atlit-atlit berprestasi, metode dan proses
kegiatan belajar mengajar (KBM) memadukan antara pemberian materi pelajaran dan
praktek olahraga mampu menghasilkan keberhasilan pendidikan umum dan prestasi
olahraga; (3) perencanaan strategis sumber daya masyarakat menjadi acuan
pengembangan lembaga yang terprogram mampu mensejajarkan lembaga dalam
mengikuti tuntutan perubahan zaman, pengelolan pembagian tugas mengacu pada struktur organisasi diatur oleh
lembaga pendidikan yang lebih tinggi mampu menjembatani proses manajemen yang
efektif dan dinamis, peningkatan keefektifan manajemen diawali dengan pembagian
tugas yang tepat sesuai peningkatan kualitas SDM berdampak pada keberhasilan;
(4) pengelolaan sarana gedung dilakukan dengan
memperhatikan manfaat serta
kebutuhan dalam penyampaian materi dan disesuikan dengan kapasitas siswa serta
tuntutan perkembangan lembaga, penerapan pendidikan
melalui sarana laboratorium mempermudah siswa menerima materi serta pendalaman
kemampuan siswa mengikuti perubahan, pengembangan sarana lapangan mutlak
dilakukan khususnya terhadap cabang olahraga yang ada dan mengikuti rencana pengembangan
sekolah, penyediaan dan pengelolaan sarana multi media mempermudah proses
belajar mengajar juga menjadikan lulusan yang menguasai dan mengikuti perkembangan
teknologi, penyediaan dan pengelolaan sarana media informasi dan komunikasi mempermudah
dan menambah wawasan dan menjadikan lulusan yang menguasai dan mengikuti
perkembangan informasi, penyediaan dan pengadaan sarana penunjang pendidikan
tidak mutlak milik sekolah tetapi pemanfaatan
dan kerjasama dengan pihak lain dapat ditempuh untuk mencapai tujuan lembaga.
PENUTUP
Penelitian ini merekomendasikan: (1)
pentingnya penyelenggaraan pendidikan berbasis olahraga diselenggarakan secara
formal serta berjenjang dan berkelanjutan; (2) adanya kurikulum yang tepat dan
ditunjang SDM yang berkualitas yang sesuai dengan bidang ilmunya mutlak harus
ada; (3) peningkatan SDM melalui rekrutmen dan peningkatan kualitas melalui
pendidikan lanjut, sandwich, penataran dan pelatihan sangat dibutuhkan; (4)
penambahan fasilitas agar semakin lengkap di tunjang perawatan dan optimalisasi
penggunaan sarana prasarana sangat diperlukan; (5) pemerintah dalam hal ini
Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Pemuda Olahraga memberi
dukungan serta memfasilitasi terbentuknya pendidikan berbasis olahraga
berjenjang dan berkelanjutan.
DAFTAR RUJUKAN
Australian Coaching Council. 1992. Beginning Coaching : Level 1 Coachs Manual.
Canberra : Australian Coaching Council Incorpotated
Bogdan, S. C. & Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research For Education. An Introduction to
Theory and Methods. Avenue,Boston,Massachusetts.
Kemenegpora. 2006. Penyusunan
Kurikulum dan Bahan Ajar Pelatih Olahraga Usia Dini. Kemnegpora
Kosasi, E. 1985. Olahraga Teknik
& Program Latihan. Jakarta: Akademika Presindo.
Lutan, R . 2000. Dasar-dasar
Kepelatihan. Jakarta: Dep.
P & K, Direktorat Jenderal Pendidikan dasar & menengah.
Miles, M. B. dan Hubermen, A.M. 1992. Qualitative
Data Analisis. Diterjemahkan oleh
Tjejep, R. R. 1992. Analisis data
kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Sajoto M., 1998. Pembinaan
kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta :
Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Sonhadji, K. 1997. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Makalah disajikan dalam Seminar Metodologi
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Program Pasca Sarjana IKIP Malang. Malang 9 September.
Triani, E. 2008. Klub Olahraga di Sekolah Kian Marak. www.sekolahidaman.com 16/12/2009
Weiss, M. R. 2005. Coaching Children to Embrace a "Love of
the game". http://coaching.usolympicteam.com.
15/11/2009
Wieczorek, E: 1975 : Masalah Masalah Organisasi Dan manajemen Keolahragaan : Olympic Solidarity Of International Olympic
Committee.