cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 2 (2019): Desember 2019" : 6 Documents clear
PERKEMBANGAN PENGENDALIAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK PADA TANAMAN KAKAO / Current Research Progress and Strategy to Control Vascular Streak Dieback (VSD) Disease of Cacao Rita Harni; Dono Wahyuno; Iwa Mara Trisawa
Perspektif Vol 18, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n2.2019.120-134

Abstract

Vascular streak dieback (VSD) merupakan penyakit penting pada tanaman kakao. Penyakit ini telah berkembang luas di sentra produksi kakao di Indonesia dan menyebabkan kerugian 30-45% dari produksi. Luas serangan VSD di Indonesia pada tahun 2007 adalah 70.000 ha dengan kehilangan hasil sebesar  Rp 405 643 680 000/tahun, dan kerugian terus meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan dari revieu ini adalah menginformasikan tentang penyakit VSD dan perkembangan teknologi pengendaliannya. Penyakit VSD adalah penyakit pembuluh kayu yang  menyerang tanaman kakao. Gejala serangan ditunjukkan oleh daun yang  mengalami klorosis, gugur dan meranting, hingga akhirnya tanaman tidak berproduksi. Penyakit VSD disebabkan oleh cendawan Ceratobasidium theobromae, yang bersifat obligat parasit, tersebar melalui spora udara (basidiospora), melalui bahan tanam atau bibit kakao yang telah terinfeksi. Keberhasilan spora untuk berkecambah dan melakukan penetrasi jaringan daun sangat tergantung pada kondisi lingkungan. Karakteristik C theobromae yang sulit diperbanyak pada medium buatan menjadikan penelitian VSD sangat tergantung dengan kondisi inokulum di lapang. Komponen pengendalian yang telah dikembangkan berupa varietas atau klon kakao tahan VSD, aplikasi fungisida, agens hayati dan kultur teknis.    Pengembangan kakao tahan VSD perlu disertai dengan pengembangan komponen teknologi pengendalian lainnya. Penanaman klon tahan VSD disertai dengan penerapan kultur teknis budidaya kakao yang tepat  disertai aplikasi komponen pengendalian yang sesuai dianggap sebagai strategi untuk menekan penyebaran VSD yang efisien, efektif dan ramah lingkungan. .  ABSTRACTVascular Streak Dieback (VSD) is a main disease in cacao. It has been widely spread in cacao producing centers in Indonesia which has caused 30-40% production loss. Infested plant showed symptoms such as clorosis on its leaves which then fall off and die back. eventually stop producing.  VSD is caused by a obligate parasite fungus Ceratobasidium theobromae ,  , spread through basidiospora, plant materials, or infected seedlings. Since this fungus is difficult to be cultured in artificial media causes the research on VSD highly depends on the availability of inoculum at the field   The ability of spora to germinate and penetrate leaves tissue is determined by environment conditions.  Components of control which have been developed are varieties or cacao clones, fungicide application, biocontrol agents, and technical culture.  Developing VSD resistant cacao also necessitates the development of control technology components. Planting VSD resistant clones combines with sugested cultural practices are considered efficient and effective for controlling VSD as well as an environmental friendly control strategy. 
PENGELOLAAN BIOMASSA TANAMAN DALAM BIOINDUSTRI PERKEBUNAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN BIOENERGI Plant Biomass Management in Plantations Bioindustry Supporting Bioenergy Development Suci Wulandari; Sumanto Sumanto; Saefudin Saefudin
Perspektif Vol 18, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n2.2019.135-149

Abstract

Biomassa tanaman perkebunan dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bioenergi. Hasil penelitian dan perkembangan teknologi telah mendorong pemanfaatan biomassa bagian-bagian tanaman tersebut. Tanaman perkebunan memiliki potensi besar untuk menghasilkan biomassa yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan energi terbarukan. Pemetaan potensi biomassa telah banyak dilakukan pada tanaman perkebunan, seperti pada: tebu, kakao, kelapa sawit, kemiri sunan, jarak pagar, kopi, kelapa dalam, karet dan teh. Pengembangan sistem produksi pangan dan biomassa untuk pembangkit energi melalui sistem multi tanam berbasis komoditas perkebunan telah dikembangkan.  Di Kabupaten Aceh Timur telah dilakukan pengembangan sistem agroindustri juga memanfaatkan semua produk samping, mendorong daur ulang dan pemanfaatan residu. Pemanfaatan potensi bioenergi masih dihadapkan pada berbagai kendala distribusi, kontinuitas pasokan bahan dan aspek ekonomi. Menyikapi hal tersebut langkah strategis dapat dilakukan melalui: analisis neraca karbon, alokasi lahan, pemanfaatan lahan, pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan, dukungan teknologi, fokus pada nilai tambah yang tinggi dan perbaikan tata kelola. Selanjutnya perbaikan pada pengembangan sistem pangan energi terpadu dapat ditempuh melalui: (1) sosialisasi dari inovasi teknologi, (2) membentuk kawasan-kawasan pertanian terpadu di daerah sentra pengembangan dan (3) memperkuat kelembagaan petani untuk mengembangkan agroindustri.   ABSTRACTBiomass from estate crops can be used for food, feed, and bioenergy. The results of research and technological developments have encouraged the utilization of biomass of these plant parts. Plantation crops have great potential to produce biomass that can be utilized in the development of renewable energy. Mapping of biomass potential has been carried out in plantation crops, such as: sugar cane, cocoa, oil palm, candlenut, jatropha, coffee, deep coconut, rubber, and tea. The development of food and biomass production systems for energy generation through a commodity-based multi-cropping system has been developed. In East Aceh District an agro-industrial system development has also been carried out utilizing all byproducts, encouraging recycling and utilizing residues. The utilization of bioenergy is still faced with various distribution constraints, continuity of material supply and economic aspects. In response to this, strategic steps can be taken through carbon balance analysis, land allocation, land use, sustainable use of resources, technology support, focus on high added value and improved governance. Furthermore, improvements to the development of integrated energy food systems can be pursued through (1) socialization of technological innovations, (2) establishing integrated agricultural areas in plant centers and (3) strengthening farmer institutions to develop agro-industries. 
STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET DALAM MERESPON HARGA KARET RENDAH / Strategy to Increase Rubber Farmers’ Income to Respond Low Rubber Price Iman Satra Nugraha; Sahuri Sahuri
Perspektif Vol 18, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n2.2019.79-86

Abstract

Karet merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan penghasil devisa terbesar 10. Produsen karet di Indonesia terdiri dari pulau Sumatera dan Kalimantan. Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar setelah Thailand dengan jumlah penduduk yang terlibat pada usahatani karet mencapai 2,2 juta KK. Adanya penurunan harga karet pada akhir-akhir ini berdampak terhadap penurunan pendapatan petani karet. Sehingga diperlukan strategi untuk meningkatkan pendapatan petani karet. Makalah ini memberikan gambaran strategi yang perlu dilakukan petani karet untuk meningkatkan pendapatannya. Adapun strategi yang dilakukan adalah peningkatan adopsi klon unggul ditingkat petani, pengoptimalan kebun karet dengan memodifikasi jarak tanaman karet menjadi lebih lebar sehingga dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman sela selama siklus tanaman karet dan petani menggunakan pemasaran karet melalui UPPB karena dapat meningkatkan bagian harga yang diterima petani sehingga petani mendapatkan harga yang tinggi
PERTANIAN PRESISI DALAM BUDIDAYA LADA The Precision Farming on Pepper Cultivation Joko Pitono
Perspektif Vol 18, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n2.2019.91-103

Abstract

Nilai ekonomi lada pada subsektor perkebunan cukup penting dan perlu penguatan daya saingnya untuk menghadapi semakin tajamnya kompetisi pasar ke depan. Peningkatan efisiensi dan presisi dalam penanganan budidaya di lapangan menjadi salah satu penentunya. Peningkatan efisiensi tersebut memungkinkan dilakukan melalui pendekatan pertanian presisi. Konsep dasar pertanian presisi adalah penggunaan input seakurat mungkin sesuai kebutuhan tanaman, sehingga diperoleh keuntungan berupa penghematan dalam pembiayaan input, tenaga kerja, dan hasil panen yang lebih baik. Penerapan pertanian presisi memungkinkan diterapkan mulai dari pendekatan sederhana hingga tingkat yang lebih komplek, tentunya akan diikuti oleh konsekuensi perbedaan keakurasian dan besaran investasi instrumen teknologi yang digunakannya. Pada review ini diulas tentang relevansi antara penerapan pertanian presisi dengan karakteristik budidaya lada yang tergolong padat input, serta pendekatan sederhana yang memungkinkan dilakukan petani untuk memperbaiki presisi dan efisiensi usahatani ladanya. Selain itu, diuraikan juga tentang perkembangan hasil penelitian dan teknologi saat ini yang berpeluang dimanfaatkan untuk perbaikan budidaya lada ke depan. Dan strategi untuk percepatan penerapan inovasi pertanian presisi pada budidaya lada tersebut diantaranya dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan, penguatan mekanisasi dan digitalisasi di tataran on-farm dan off-farm, serta pemberian insentif atas penerapannya. ABSTRACT The economic value of pepper in the estate subsector is important and its competitiveness should be strengthened to challenge the increasingly sharp market competition in the future. Increasing efficiency and precision in the on-farm level is one of the important factors to face the challenge. The cultivation efficiency can be improved through a precision farming approach. The basic concept of precision farming is the use of inputs accurately according to plants need to obtain benefits both by saving cost of inputs and labor, and getting better yields. The precision farming can be applied from a simple approach to a more complex level.  This determines the accuracy level and the investments related to the instruments used in the technology.  This paper reviews the relevance of precision farming application and the characteristics of pepper cultivation that is classified as input-intensive, as well as a simple approach that allows farmers to improve the precision and efficiency of their farming systems. In addition, it also elaborates the development of current research and technology which are potential to improve pepper cultivation in the future. The strategies for accelerating the application of precision agricultural innovations in pepper cultivation could be performed through increasing human resource and institutional capacity, strengthening mechanization, digitalization at the on- and off-farm levels, and providing incentives for the farmers as a reward for their implementation. 
PENGEPEREMAJAAN KARET DAN MODEL PENGEMBANGAN TUMPANGSARI KARET BERKELANJUTAN DI INDOENSIA Replanting and Sustainable Development of Participatory Rubber Intercropping Modeling in Indonesia Sahuri Sahuri; Iman Satra Nugraha
Perspektif Vol 18, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n2.2019.87-90

Abstract

Model tumpangsari karet partisipatif berkelanjutan merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh petani agar dapat bertahan dalam kondisi harga karet rendah saat ini. Tulisan ini membahas model tumpangsari karet partisipatif, implementasi model, kendala teknis pengembangan model, inovasi teknologi dan kelembagaan model, tantangan pengembangan model, dan perspektif kebijakan pengembangan model. Model tumpangsari karet partisipatif merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas usahatani karet rakyat melalui inisiasi dan partisipasi petani serta layak secara finansial. Model ini dapat meningkatkan pendapatan petani, produktivitas lahan dan dan produktivitas karet. Kendala teknis pengembangan model ini adalah naungan tajuk tanaman karet sehingga tidak dapat berkelanjutan dan produktivitas tanaman sela menurun. Diperlukan modifikasi jarak tanam karet melalui jarak tanam ganda sehingga dapat mengembangkan model ini dalam jangka panjang. Kendala sosial dan ekonomi dapat diatasi melalui model tumpangsari karet partisipatif dan didukung oleh kebijakan pemerintah dan kelembagaan partisipatif yang kuat. Tantangan pengembangan model ini pada skala yang lebih luas antara lain: sikap mental ketergantungan petani pada bantuan pemerintah; lemahnya koordinasi antarinstansi pemerintah dan nonpemerintah; dan tidak terjaminnya kontinuitas anggaran merupakan tantangan yang dapat mengganggu upaya mobilisasi partisipasi petani dan masyarakat untuk menjalankan program secara komprehensif. Selain itu, tantangan yang harus dihadapi untuk memperlancar pelaksanaan program model ini antara lain meningkatkan peran pemerintah, penyuluh, menyederhanakan birokrasi administrasi, dan mendapatkan komitmen yang kuat dari pimpinan eksekutif dan legislatif  di daerah secara menyeluruh dan konsisten yang didukung oleh lembaga penelitian, penyuluh pertanian, dan lembaga keuangan daerah. Perspektif kebijakan pemerintah diperlukan untuk mendukung dan penyangga harga karet dan tanaman ekonomis lainnya di tingkat usahatani melalui penguatan kelembagaan ekonomi seperti lembaga pengolahan hasil, penyimpanan, dan pemasaran. Diperlukan juga dukungan bimbingan teknis dan pendampingan manajemen model usahatani ini untuk mempercepat adopsi teknologi. Secara sosial diperlukan diseminasi teknologi untuk mengetahui tingkat adaptasi teknologi di tingkat petani sehingga mempermudah petani dalam melaksanakan sistem usahataninya. ABSTRACTSustainable of participatory rubber intercropping model is one strategy that can be carried out by farmers in order to survive in the current low rubber price condition. In according with this issue, participatory rubber intercropping models, model implementation, technical constraints of model development, technological innovation and institutional models, challenges to the development of models, and implications of model policies are discussed. The participatory rubber intercropping model is one of the strategies to increase the productivity of smallholder rubber farming through the initiation and participation of farmers and is financially feasible. This model can increase farmers' income, land productivity and rubber productivity. Technic obstacle the development of rubber intercropping model was rubber canopy shading so that it cannot be sustainable and rubber intercrops productivity decreases. In according needed to modify rubber spacing to extend the period of intercrops cultivation. Social and economic constraints can be overcome through a participatory rubber intercropping model and supported by strong government policies and participatory institutions. The challenges of developing this model on a broader scale include: the mental attitude of farmers' dependence on government assistance; weak coordination between government and non-government agencies; and not guaranteeing budget continuity are challenges that can disrupt efforts to mobilize farmers and community participation to carry out comprehensive programs. In addition, challenges that must be faced to expedite the implementation of this model program include increasing the role of government, extension workers, simplifying administrative bureaucracy, and obtaining strong commitments from executive and legislative leaders in the region as a whole and consistently supported by research institutions, agricultural extension workers, and regional financial institutions. The government policy perspective is needed to support and support the price of rubber and other economic crops at the farm level through strengthening economic institutions such as processing, storage and marketing institutions. There is also a need for technical guidance and management assistance for this model to accelerate technology adoption. Socially necessary technology dissemination to determine the level of technological adaptation at the farm level so that farmers make it easier to implement this systems. 
KAKAO FERMENTASI : PELEPASAN PEPTIDA BIOAKTIF DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Fermented Cocoa: The Release of Bioactive Peptides and Their Health Benefits Haliza, Winda; Purwani, Endang Yuli; Fardiaz, Dedi; Suhartono, Maggy Thenawidjaja
Perspektif Vol 18, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v18n2.2019.104-119

Abstract

ABSTRAKProses fermentasi diperlukan untuk mendapatkan biji kakao berkualitasi tinggi. Fermentasi biji kakao melibatkan beragam mikrobia dan enzim endogen yang mampu merombak komponen di dalamnya menjadi prekursor citarasa dan aroma bahkan komponen bioaktif.  Protein termasuk salah satu komponen yang mengalami perombakan yang memicu pelepasan bioaktif peptida. Proses proteolitik selama fermentasi kakao menyediakan asam amino dan peptida yang melimpah dimana lebih dari 800 peptida dapat diidentifikasi secara jelas. Peptida tersebut memiliki manfaat kesehatan karena mampu berfungsi  sebagai antioksidan, antihipertensi, antitumor dan sebagainya.  Hal ini mengindikasikan bahwa biji kakao terfermentasi memiliki keunggulan sebagai sumber bioaktif peptida. Ketentuan fermentasi biji kakao di Indonesia secara jelas telah diatur oleh Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.67/Permentan/Ot.140/5/2014 tentang Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao. Fermentasi spontan biji kakao bersifat unik dan berkaitan erat dengan keragamanan jenis mikroba  dan enzim serta metabolit yang dihasilkannya. Pemahaman yang baik terhadap fermentasi spontan telah mendorong dikembang-kannya beragam teknologi fermentasi biji kakao yang sifatnya terkendali untuk menghasilkan produk dengan standar tertentu yang dikehendaki. Selanjutnya, proses fermentasi seharusnya menjadi strategi dalam meningkatkan daya saing biji kakao.  ABSTRACTThe fermentation process is needed to get high-quality cocoa beans. Fermentation of cocoa beans involves a variety of microbes and endogenous enzymes that are able to remodel the components inside to become the precursors for flavor and aroma and even bioactive components. Protein is one component that has undergoes a change that triggers the release of bioactive peptides. Proteolytic processes during cocoa fermentation provide abundant amino acids and peptides from which more than 800 peptides can be clearly identified. The peptide has health benefits because it is able to function as an antioxidant, antihypertensive, antitumor and so on. This indicates that fermented cocoa beans have the advantage of being a source of bioactive peptides. The provisions on the fermentation of cocoa beans in Indonesia have clearly been regulated by Regulation of the Minister of Agriculture of the Republic of Indonesia No.67/Permentan/Ot.140/5/2014 concerning Quality and Marketing Requirements for Cocoa Beans. Spontaneous fermentation of cocoa beans is unique and is closely related to the variety of microbial types and the enzymes and metabolites that they produce. A good understanding of spontaneous fermentation has led to the development of a variety of cocoa bean fermentation technologies that are controlled to produce products with certain desired standards. Furthermore, the fermentation process should become a strategy to improve the competitiveness of cocoa beans. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6