cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020" : 6 Documents clear
PELUANG LIMBAH KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI POLIHIDROKSIALKANOAT SEBAGAI BIOPLASTIK / The Opportunities of Oil Palm Waste for Production of Polyhydroxyalkanoate as Bioplastic Hasibuan, Hasrul Abdi
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.79-94

Abstract

ABSTRAK Plastik konvensional merupakan plastik berbasis minyak bumi (petrokimia), yang memiliki permasalahan meliputi ketersediaan bahan baku semakin sedikit dan sampah plastik ini menyebabkan polusi lingkungan karena sulit mengalami degradasi secara alami. Oleh karena itu, plastik yang dibuat dari bahan baku yang biodegradable dan berkelanjutan perlu untuk terus dikembangkan. Bioplastik adalah plastik yang dibuat dari bahan alami dan salah satu bahan bakunya adalah polihidroksialkanoat (PHA), yang memiliki sifat biodegradable, fleksibel dan termoplastik. Polihidroksialkanoat dihasilkan oleh bakteri sebagai cadangan karbon dan energi intraseluler menggunakan substrat seperti gula dan asam lemak. Bioplastik berbahan PHA telah dibuat menjadi barang dagangan sebagai bahan kemasan. Peningkatan sifat fisik dari PHA sebagai bahan kemasan dilakukan melalui pencampuran dengan bahan polimer yang biodegradable, plastisiser, dan antimokroba. Kelemahan produksi PHA adalah biaya produksinya tinggi namun dapat diminimalisasi dengan menggunakan bahan baku yang tepat. Limbah cair dan padat dari industri kelapa sawit merupakan bahan yang berpotensi untuk produksi PHA karena dengan pemanfaatannya dapat meminimalkan limbah, meningkatkan nilai tambah dan mendukung industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Jenis-jenis PHA yang dihasilkan dari limbah cair dan padat dari industri kelapa sawit sangat tergantung dari substrat dan bakteri yang digunakan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mempercepat hilirisasi bioplastik berbasis PHA dari industri kelapa sawit meliputi: (1) penggunaan teknologi pengolahan limbah cair dan padat dari pabrik kelapa sawit secara terintegrasi, (2) penggunaan bakteri yang tepat untuk mengakumulasi PHA dari limbah cair (seperti Rhodobacter sphaeroides, Delftia tsuruhatensis Bet002, Betaproteobacteria, Alphaproteobacteria, Gammaproteo-bacteria), dan limbah padat (seperti B. megaterium, Bacillus cereus suaeda B-001), dan (3) pemanfaatan PHA pada produk yang memiliki nilai tambah tinggi seperti produk biomedis dan farmasi.  ABSTRACT Conventional plastic is petroleum-based plastic, which has problems including the availability of fewer raw materials, and this plastic waste causes environmental pollution because it is difficult to natural degradation. Therefore, plastics made from biodegradable and sustainable raw materials need to develop. Bioplastics are plastics made from natural materials and one of the raw materials is polyhydroxyalkanoate (PHA), which has biodegradable, flexible, and thermoplastic properties. Polyhydroxyalkanoate is produced by bacteria as carbon reserves and intracellular energy using substrates such as sugar and fatty acids. Bioplastics made from PHA have been commercialized as packaging materials. Improvement of the physical properties of PHA as a packaging material is conducted by mixing it with biodegradable polymerizers, plasticizers, and antimicrobials.  The disadvantage of PHA production is that its production costs are high but can be minimized by using appropriate raw materials. Liquid and solid waste from the oil palm industry are materials that have the potential for the production of PHA because its utilization can minimize waste, increase added value, and support the sustainable oil palm industry. The types of PHA that are produced from liquid and solid wastes from the palm oil industry are highly dependent on the substrate and bacteria used. Strategies that can be taken to accelerate the downstream of PHA-based bioplastics from the oil palm industry include: (1) the use of liquid and solid waste from the oil palm industry with integrated processing technology, (2) the use of appropriate bacteria to accumulate PHA from liquid waste (such as Rhodobacter sphaeroides, Delftia tsuruhatensis Bet002, Betaproteobacteria, Alphaproteobacteria, Gammapro-teobacteria), and solid waste (for example B. megaterium, Bacillus cereus suaeda B-001), and (3) utilization of PHA on products that have a high added value such as biomedical and pharmaceuticals products. 
KERUSAKAN TANAH PADA LAHAN PERKEBUNAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN SERTA PENANGGULANGANNYA / Soil Deterioration of Plantation Land and Strategies for Its Prevention and Handling Bariot Hafif
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.105-121

Abstract

Tanah areal perkebunan Indonesia seluas 26,5 juta ha yang terdiri atas tanah mineral dan tanah gambut, rentan mengalami kerusakan. Penyebabnya antara lain pengelolaan tanah berlebihan, penggunaan tidak sesuai dengan kelas kesesuaian lahan, dan pengembalian hara tidak berimbang. Kerusakan tanah juga didorong oleh sifat alam seperti curah hujan tinggi, topografi berlereng dan erodibilitas tanah tinggi. Tujuan penulisan artikel adalah membahas berbagai indikator kerusakan tanah pada lahan perkebunandan strategi pencegahan serta penanggulangannya. Indikator penilaian kerusakan sifat fisika, kimia dan biologi tanah mineral yang relatif baru adalah sealing/crusting (lapisan tanah tipis kedap air), pemadatan tanah, kandungan logam berat dan residu pestisida, dan kandungan mikroba.Sedangkan pada tanah gambut seperti perubahan simpanan karbon, tingkat respirasi, emisi gas rumah kaca (GRK), tingkat kematangan gambut, perubahan tinggi muka air, subsidensi dan kontaminasi polutan. Untuk menghindari kerusakan tanah pada lahan perkebunan, cara preventif dinilai lebih baik. Cara ini di antaranya dapat digapai dengan memaksimalkan penutupan permukaan tanah oleh kanopi. Untuk hal itu pertumbuhan tanaman harus optimal dengan menyediakan hara, air dan bahan organik yang cukup, dan memelihara stabilitas agregat dan ruang pori tanah. Cara lain adalah menerapkan pola agroforestri dan teknologi konservasi. Untuk menghindari tanah gambut dari kerusakan maka pemilihan komoditas perkebunan harus selektif di antaranya tanaman harus berkontribusi nyata dalam sekuestrasi karbon gambut, pola tataguna lahan sesuai dengan hasil penilaian kesesuaian lahan gambut, lahan merupakan kawasan budidaya, ketebalan gambut tidak >3 (tiga) meter, tanah gambut bukan kategori fibrik, dan tanah mineral di bawah gambut bukan pasir kuarsa dan tanah sulfat masam. ABSTRACTIndonesia's plantation area of 26.5 million ha, consisting of mineral soils and peat soils, is vulnerable to damage. The causes include excessive soil management, land use is improper to land suitability, and imbalanced nutrient returns. Soil deterioration is also driven by natural characteristics such as rainfall, topography, and soil erodibility. The purpose of this article is to discussvarious indikators of soil deterioration on plantation land and strategies for their prevention and control. Indicators in the assessment of physical, chemical, and biological characteristics deterioration of mineral soils are relatively new, are sealing/crusting, soil compaction, the content of heavy metals, pesticide residues, and microbes. While in peat soils are deposits carbon, respiration rates, greenhouse gas (GHG) emissions, peat maturity, water table level, peat subsidence and pollutant contamination. Preventive measures are better to avoid damage to plantation soil. This method can be achieved, among others, by maximizing the cover of the soil surface by the canopy. For this, plant growth must be optimal by providing sufficient nutrients, water, and organic matter and maintaining the aggregates stability, and soil pore space. Another way is to apply agroforestri patterns and conservation technologies. Toprevent peat soil from being damaged, plantation commodities selected should contribute significantly to the carbon sequestration of peatand land-use patterns based on peatland suitability assessment, besides the peat soils are in cultivation areas, peat soil thickness is<3 (three) meters, the peat is not fibric and under the peat is not quartz sands and acid sulphate soils.
STRATEGI PRODUKSI BENIH TEBU DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Strategy Of Sugar Cane Seed Production In Supporting Self Sufficiency Parnidi Parnidi; Mastur Mastur
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.122-135

Abstract

AbstrakTebu merupakan penghasil gula yang utama serta merupakan komoditas strategis di Indonesia.Benih bermutu merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktivitas dan rendemen Salah satu upaya penting yang menentukan keberhasilan budidaya tebu adalah ketersediaan benih berkualitas. Tinjauan ini dimaksudkan untuk mengkaji aspek perbenihan tebu dan strategi untuk memperoleh benih dalam jumlah banyak, seragam, sehat, waktu sesuai, distribusi dan aspek ekonominya. Perbanyakan benih tebu umumnya dilakukan dengan pendekatan konvensional. Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya perbanyakan benih tebu konvensional adalah faktor perbanyakan benih hanya 5-8. (?) Metode alternatif kultur in vitro mampu menghasilkan benih dalam jumlah banyak, seragam, sehat, dan waktu sesuai jadwal.Namun pengembangan kultur in vitro memerlukan fasilitas laboratorium, sumber daya manusia dan anggaran memadai.  Perbanyakan benih selanjutnya dilakukan berjenjang dengan bagal atau benih tumbuh satu mata.Metodebenih tumbuh satu mata(bud chips ataupun single bud sett) meskipun lebih mahal, mampu memperbanyak benih lebih cepat, sehat, dan seragam karena dapat diberikan perlakuan benih dengan pestisida dan zat pengatur tumbuh, memiliki multiplikasi lebih banyak karena banyaknya anakan, serta dapat melakukan seleksi untuk memilih benih yang tumbuh seragam dan sehat yang akan ditanam. Pengembangan sistem perbenihan tebu harus didukung faktor sosial ekonomi terutama aspek kelayakan finansial, kelembagaan dan sistem permodalan serta dukungan program dan kebijakan pemerintah. Abstracts Sugarcane is dominant to provide sweetener crop and its a strategic commodity in Indonesia.Qualified seeds are important factor increasing yield and sugar content of sugarcane.This review is purposed to discuss sugarcane seeds aspects and solution get seeds in more, hogenous, healthy, and proper shedule. Generally, source of KBPU multiplication seeds is conducted by breeder. Alternative method of tissue culture can produce much, homogenous, healty, and proper timetable. However, tissue culture development requires enough laboratory facillities, human resources, and budget.Following seeds mult. Fllowing multiplication are conducted hierracy through billets and bud chip.Eventhough bud chips or single bud sett are expencive, but it can produce seeds more quicly, helsty, and hommogenous due to able to threath of pesticide and plant growth regulator, higher multiplication due to many tillering, and selection of healthy and homogenous seeds.Sugarcane seeds system development has to be supported by socio-economic factors, particularly financial, institutional, and capital system. 
STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT SAPI Strategies for Increasing the Use of Organic Fertilizers in the Palm Cattle Integration System Suci Wulandari; Deciyanto Soetopo
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.136-148

Abstract

AbstrakABSTRAKSistem integrasi sawit sapi merupakan salah satu model penerapan teknologi yang memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas sawit. Pola manajemen ternak (intensif, semi intensif, dan ekstensif) memberikan potensi dan permasalahan yang berbeda terhadap penggunaan pupuk organik yang bersumber dari ternak sapi. Tulisan ini bertujuan untuk menelaah penyediaan dan pemanfaatan pupuk organik pada berbagai pola manajemen ternak, serta pemetaan kendala dan strategi dalam penerapannya. Manajemen ternak memberikan pengaruh yang berbeda dalam pengelolaan dan pemanfaatan pupuk organik ditinjau dari jumlah bahan baku, kemudahan pengelolaan bahan baku, efektivitas pemanfaatan pupuk organik, komponen biaya, dan aplikasi pupuk organik. Pola intensif memberikan peluang pengelolaan pupuk organik yang lebih baik. Dari sisi pengolahan dan aplikasi pada perkebunan sawit, pola intensif juga relatif lebih baik.  Pemanfaatan pupuk organik dari sistem integrasi sawit sapi masih dihadapkan pada berbagai kendala terkait dengan ketersediaan bahan baku, ketersediaan peralatan pengolahan dan bahan pembantu, ketersediaan modal, ketersediaan tenaga kerja, pemasaran dan distribusi, serta minat dan pengetahuan petani. Berdasarkan kendala yang dihadapi, maka strategi mendorong pemanfaatan pupuk organik bertujuan untuk membangun sistem produksi yang menjamin ketersediaan bahan baku, ketersediaan peralatan pengolahan dan bahan pembantu, ketersediaan modal, dan ketersediaan tenaga kerja. Selainuntuk meningkatkan minat petani, strategi juga bertujuan untuk menjamin distribusi dan pemasaran produk,sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan kendala dan tujuan yang ingin dicapai, maka strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pupuk organik pada sistem integrasi sawit sapi terdiri dari: penguatan kelembagaan petani, pengembangan aspek kewirausahaan, percepatan alih teknologi melalui diseminasi partisipatif, pengembangan unit pengolahan pupuk organik berbasis agribisnis, pendirian unit percontohan, penguatan dukungan lembaga penelitian, peningkatan akses permodalan, serta  formulasi kebijakan mendukung sistem produksi dan pemanfaatan pupuk organik. Strategi dibangun dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan internal petani atau kelompok tani dan untuk memanfaatkan dukungan dari pihak lain.AbstractThe palm cattle integration system is a model for applying technology that can increase oil palm productivity. The cattle management model (intensive, semi-intensive, and extensive) provides different potentials and problems to organic fertilizers usage. This paper aims to examine the supply and use of organic fertilizers in various cattle management mode,also mapping constraints and application strategies. Livestock management has different effects in the management and utilization of organic fertilizers in terms of the number of raw materials, ease of management of raw materials, the effectiveness of organic fertilizers, cost components, and the application of organic fertilizers.The intensive system provides opportunities for better organic fertilizer management. In terms of processing and application in oil palm plantations, the intensive system is also relatively better. The use of organic fertilizers from the palm cattle integration system is still faced various obstacles related to the availability of raw materials, availability of processing equipment and supporting materials, availability of capital, availability of labor, marketing and distribution, and farmers’ interests and knowledge. Based on the constraints faced, the strategy aims to build a production system that ensures the availability of raw materials, the availability of processing equipment and supporting materials, availability of capital, and labor availability. The strategy also aims to provide product distribution and marketing, increase farmers’ interest, and increase farmers’ income. Based on the constraints and objectives,the strategies include strengthening farmer institutions, developing entrepreneurial aspects, accelerating technology transfer through participatory dissemination, developing agribusiness-based organic fertilizer processing units, establishing pilot units, enhancing the support of research institutions, increasing access to capital, and formulating policies to support the production and use of organic fertilizers. The strategy  is built to overcome farmers or farmer groups’ internal problems and take advantage of support from other parties.
PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING LADA Opportunity For Increasing Productivity And Competitiveness Of Pepper Siswanto, Siswanto; Ardana, I Ketut; Karmawati, Elna
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.149-160

Abstract

Pepper is a spice commodity that plays an important role in the Indonesian economy, and occupies the first position as an export commodity for the spice plant commodity. In the last few decades the volume and value of exports of pepper has decreased, so that Indonesia's position as the world's largest producer and exporter was shifted by Vietnam. In addition to a decrease in area, the national average productivity of pepper is still low (<1000 kg / ha / year) compared to other world pepper producing countries. Pepper cultivation technology innovation is needed to increase the productivity and competitiveness of Indonesian pepper in the world. Three main components that affect the increase in productivity and competitiveness of pepper, namely the use of seed technology, cultivation efficiency, and efficiency of pepper processing. Pepper seed technology includes the use of superior varieties and preparation of superior quality and healthy seeds. Until now, 10 high-yielding varieties have been produced with an average productivity of> 3.0 tonnes / ha and quality seed propagation technology, but the performance of seedlings has not been running well, due to limited information and adequate number of seeds. Pepper cultivation technology that is environmentally friendly and efficient starting from seed preparation, land, planting, maintenance, pruning, fertilization, pest control and harvesting has been produced. Likewise, more efficient yield processing technology using appropriate equipment and certain enzymes for soaking, threshing, stripping, drying and sorting has been produced. However, in the field there are still many farmers who have not applied them or are not consistent in fully applying existing technology so that the results obtained are not optimal. Therefore it is necessary to encourage efforts to develop and supervise the implementation of SOPs appropriately and consistently so that the productivity, quality and competitiveness of pepper can be improved.ABSTRAKLada merupakan komoditas rempah yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, dan menduduki posisi pertama sebagai komoditas ekspor komoditas tanaman rempah. Dalam beberapa dasawarsa terakhir volume dan nilai ekspor lada mengalami penurunan, sehingga posisi Indonesia sebagai produsen dan exportir terbesar dunia sempat tergeser oleh Vietnam.  Selain terjadinya penurunan luas areal, produktivitas rata-rata nasional lada tergolong masih rendah (<1000 kg/ha/th) dibandingkan negara produsen lada dunia lainnya. Inovasi teknologi budidaya lada sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing lada Indonesia di dunia. Tiga komponen utama yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan daya saing lada, yaitu pemanfaatan teknologi perbenihan, efisiensi budidaya, dan efisiensi pengolahan lada. Teknologi perbenihan lada meliputi penggunaan varietas unggul dan penyiapan benih unggul bermutu dan sehat. Hingga saat ini telah dihasilkan 10 varietas unggul dengan produktivitas rata-rata > 3,0 t/ha serta teknologi perbanyakan benih bermutu, namun kinerja perbenihan belum berjalan baik, karena keterbatasan informasi dan jumlah benih bina. Teknologi budidaya lada yang ramah lingkungan dan efisien mulai dari persiapan benih, lahan, penanaman, pemeliharaan, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama penyakit hingga panen sudah dihasilkan. Teknologi pengolahan hasil yang lebih efisien menggunakan peralatan yang tepat guna dan pemanfaatan enzim tertentu untuk perendaman, perontokan, pengupasan, pengeringan dan sortasi telah dihasilkan. Namun di lapangan masih banyak ditemukan petani yang belum mengaplikasikannya atau tidak konsisten mengaplikasikan teknologi yang ada secara penuh sehingga hasil yang diperoleh kurang baik.  Oleh karena itu perlu didorong upaya pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan SOP secara tepat dan konsisten agar produktivitas, mutu dan daya saing lada dapat ditingkatkan.
POTENSI DAGING KELAPA KOPYOR SEBAGAI BAHAN PANGAN SEHAT / Potency of Kopyor Coconut Meat as an Ingredient of Healthy Food Muhammad Yusuf Antu; Ismail Maskromo; Barlina Rindengan
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.95-104

Abstract

ABSTRAKSumber pangan sehat saat ini telah menjadi kebutuhan utama masyarakat menengah atas, karena dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dalam kehidupan manusia dan memperpanjang usia. Potensi sumber pangan tersebut terdapat pada salah satu komoditas perkebunan yaitu  kelapa kopyor. Tujuan dari penulisan adalah menelaah potensi kelapa kopyor sebagai pangan fungsional yang bergizi dan berguna untuk kesehatan. Kelapa kopyor daging buahnya mempunyai komposisi kimia yang baik untuk kesehatan. Daging buah kelapa opyor mengandung senyawa antioksidan dan asam laurat sebesar 37,93% - 51%. Asam laurat adalah komponen yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, berfungsi sebagai anti bakteri, anti kanker, dan meningkatkan energi. Selain itu terdapat pemanfaatan daging buah kelapa kopyor untuk dijadikan makanan sehat, namun belum populer, karena masyarakat hanya mengetahui bahwa kelapa kopyor sebagai minuman pemenuh dahaga yakni es kopyor. Beberapa penelitian yang telah dihasilkan diantaranya oleh Balai Penelitian Tanaman Palma terkait dengan komposisi kimia daging kelapa kopyor, namun perlu secara spesifik didiseminasikan manfaatnya untuk kesehatan, sehingga masyarakat maupun konsumen akan lebih mengetahui khasiatnya, dan petani akan lebih giat dalam memproduksi kelapa kopyor secara massal. Pengembangan produksi dan pemanfaatan kelapa kopyor cukup prospektif karena sejalan dengan program diversifikasi pangan lokal serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan sehat dan pengembangan industrial petanian. ABSTRACTHealthy food resources currently has been a major need for people the middle upper class, because can be used to maintain the health in human life. The potential of food is on one of the kopyor coconut plantation commodities. The purpose is to review the potential of Kopyor coconut as a functional food that is nutritious and useful for health. Kopyor coconut meat has its chemical cmposition is good for the health. Kopyor coconut meat compounds containing antioxidants and lauric acid of 37,93% - 51%. Lauric acid is a component being easy to digest and absorbed the body, serves as anti bacterials, anti cancer, and increases energy. Moreover,can be used kopyor coconut meat as healthy foods, however has not been popular,  because the public only knows that  kopyor coconut as a thirst-replenishing drink namely kopyor ice. Several studies have been produced, among others by Indonesia Palmae Crops Research Institute related to the chemical composition of kopyor coconut meat, however must be specifically disseminated for health benefits, so that the community as well as consumers will be more aware of its benefits, and farmers will be more active in producing the cocoanut kopyor en masse. The development and use of kopyor coconut enough prospective because in line with the local food diversification and the increased awareness about healthy food and development of the agricultural industry. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6