cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021" : 5 Documents clear
PELUANG PALM FATTY ACID DISTILLATE DARI INDUSTRI MINYAK SAWIT DALAM PEMBUATAN MONO-DIGLISERIDA The Opportunities of Palm Fatty Acid Distillate from Palm Oil Industry in Production of Mono-Diglyceride Kartika Okta Purnama; Dwi Setyaningsing; Erliza Hambali; Darmono Taniwiryono
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.11-25

Abstract

Palm fatty acid distillate (PFAD) merupakan produk samping bernilai rendah yang dihasilkan dari proses deodorisasi pada tahapan refinery crude palm oil (CPO) menjadi minyak goreng sawit. Kandungan PFAD yaitu asam lemak bebas (ALB) sebagai komponen utama (>80 %) dan komponen minor berupa karoten (pro-vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (vitamin E), sterol, fosfolipid, glikoloid, serta hidrokarbon terpenik dan alifatik. Potensi PFAD dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk dalam upaya peningkatan nilai tambah industri minyak sawit, seperti sebagai bahan baku dalam sintesis mono-digliserida (MDAG). Produk MDAG merupakan emulsifier yang telah banyak digunakan sebagai pengemulsi dalam industri pangan dan bukan pangan. Emulsifier berfungsi menyatukan dua fase cairan yang berbeda kepolaran sehingga membentuk suatu sistem emulsi. Hal ini disebabkan oleh karena bahan tersebut memiliki sifat hidrofilik dan hidrofobik di dalam senyawanya. Sintesis MDAG dari PFAD dapat dilakukan melalui esterifikasi enzimatis dan kimiawi dengan bantuan katalis. Sintesis MDAG dari PFAD merupakan reaksi yang bersifat reversible, sehingga konversi reaktan menjadi produk dalam jumlah tinggi sulit untuk diperoleh. Spesifikasi kemurnian MDAG tentang aditif makanan standar Uni Eropa (UE) tahun 2012. Adapun tantangan dalam produksi MDAG dari PFAD adalah rendemen dan spesifikasi produk MDAG yang dihasilkan relatif rendah, sehingga diperlukan berbagai upaya dalam peningkatan rendemen dan spesifikasi produk MDAG hasil sintesis. Makalah ini mereview tentang proses pengolahan dan karakterisik PFAD serta aplikasinya dalam sintesis MDAG dan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rendemen dan spesifikasi serta aplikasi MDAG pada berbagai produk untuk dapat diteliti lebih lanjut. Sintesis MDAG secara kimiawi  dilanjutkan dengan pemurnian produk hasil esterifikasi menggunakan metode distilasi molekuler berpeluang untuk dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan rendemen dan spesifikasi produk MDAG sesuai standar.ABSTRACT Palm fatty acid distillate (PFAD) is a low-value by-product produced from the deodorization process at the refinery crude palm oil (CPO) stage to become palm cooking oil. PFAD contains free fatty acids (ALB) as the primary (> 80%) and minor components in the form of carotene (pro-vitamin A), tocopherols, and tocotrienols (vitamin E), sterols, phospholipids, glycoloid, as well as terpenic and aliphatic hydrocarbons. PFAD can  to be used as a raw material for various products to increase the added value of the palm oil industry, such as a raw material in the synthesis of mono-diacylglyceride (MDAG). MDAG is an emulsifier that has been widely used as an emulsifier in the food and non-food industries. An emulsifier is a material that can unite two liquid phases with different polarities to form an emulsion system. This is because the material has both hydrophilic and hydrophobic properties as well as in its compounds. The synthesis of MDAG from PFAD can be carried out through enzymatic and chemical esterification with the help of a catalyst. The synthesis of MDAG from PFAD is a reversible reaction, so the conversion of reactants into products in high amounts is difficult to obtain. MDAG product purity specifications are following on European Union (EU) standard food additives in 2012. The challenge in MDAG production from PFAD is that the output and specifications of MDAG products are still relatively low so that various efforts are needed to increase the yield and specifications of synthesized MDAG products. This paper reviews the processing and characteristics of PFAD and its application in the synthesis of MDAG and the various efforts that can be made to improve the yield and specifications and the application of MDAG to multiple products for further research. Chemical synthesis of MDAG with a continuous process followed by purification of esterified products using the molecular distillation method has the opportunity to be done as an effort to increase the yield and specifications of MDAG products according to standards.
POTENSI DAN PEMANFAATAN LIMBAH DEKORTIKASI TANAMAN SISAL (Agave sisalana) Potential Use of Waste Plant Decortication of Sisal(Agave sisalana) Yoga Angangga Yogi; Garusti Garusti; Budi Santoso
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.01-10

Abstract

Sisal (Agave sisalana) merupakan tanaman mempunyai produk utama berupa serat alami dengan rendemen rata – rata 5%. Limbah sisal mencapai hingga sekitar 95% biasanya terbuang dan dapat menjadi masalah lingkungan. Tujuan dari ulasan ini untuk menjelaskan potensi pemanfaatan limbah sisal. Produk samping yang sedang dikembangkan dapat meningkatkan nilai tambah limbah dekortikasi sisal. Dapat disimpulkan bahwa limbah dekortikasi sisal masih mengandung senyawa biokimia aktif yang berpotensi dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Limbah dekortikasi sisal dalam bidang farmakologi bersifat sitotoksik, antineoplastik, antifungal, anthelmintik, pelembab dalam bahan kosmetik, dan saponin yang terdapat dalam limbah dapat bersifat antioksidan, antimikrobia, antikanker. Limbah sisal juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan dan biogas. Selain itu dalam bidang makanan dan minuman limbah sisal mengandung senyawa penstabil/pengemulsi dan bahan kemasan biodegradable.
Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) : PENGGUNAAN TRADISIONAL, FITOKIMIA dan AKTIVITAS FARMAKOLOGI Piper retrofractum Vahl. : Traditional Uses, Phytochemical and Pharmacological Activities Fahrauk Faramayuda; Sufyan Zainul Arifin; Akhirul Kahfi Syam; Elfahmi Elfahmi
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.26-34

Abstract

 ABSTRAK Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) adalah tanaman daerah tropis asli Indonesia yang dijumpai juga di negara Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia, dan sejak dahulu telah digunakan secara turun-temurun sebagai bahan tambahan makanan ataupun obat tradisional. Secara tradisional di masyarakat, buah cabe jawa dapat digunakan dalam ramuan untuk mengobati demam, perut kembung, mulas, muntah, mengatasi gangguan pencernaan, merangsang nafsu makan, dan lemah syahwat. Akarnya sering digunakan untuk mengobati sakit gigi, luka dan kejang, serta bagian daunnya digunakan juga untuk obat kumur. Beberapa penelitian menyebutkan aktivitas farmakologi cabe Jawa memiliki efek afrodisiaka, antipiretik, antihiperurisemia, antikanker, dan antimikroba. Pengujian klinis terhadap cabe jawa telah dilakukan dan potensial dikembangkan menjadi obat tradisional golongan fitofarmaka. Cabe jawa memiliki aktivitas sebagai imunostimulan, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok imunostimulan fitofarmaka. Cabe jawa mempunyai potensi sebagai anti-photoaging, aktivitas antituberkular, antiproliferasi, aktivitas larvasida, dan aktivitas sitotoksik. Studi fitokimia senyawa metabolit sekunder utama yang terkandung dalam cabe jawa antara lain beberapa jenis alkaloid seperti piperine, pipernonaline, guineensine, piperoctadecalidine, minyak atsiri buah cabe jawa mengandung tiga komponen utama yaitu yaitu β-caryophyllene (17%), pentadecane (17,8%) dan β- bisabollene (11,2%) . Selain senyawa utama tersebut,  terdapat senyawa baru pada buah cabe jawa, diantaranya; senyawa amida, amida glikosida, fenilpropanoid glikosida, dan alkaloid. Sebagai afrodisiaka bagian yang digunakan adalah buahnya dan senyawa piperin yang diduga bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut. Piperin merupakan senyawa utama dan zat berkhasiat yang terkandung dalam buah cabe jawa dan berfungsi sebagai penurun demam, mengurangi rasa sakit, antioksidan, mengurangi peradangan, antitumor, dan sebagai imunomodulator. Berdasarkan aktifitas farmakologi yang baik dari cabe jawa maka studi atau penelitian-penelitian pada tanaman ini harus terus dilakukan seperti pengembangan formulasi dan upaya perbanyakan tanaman karena populasi cabe jawa jumlahnya terbatas. Media terbaik dalam induksi kalus tanaman cabe jawa adalah Murrashige Skoog (MS) yang ditambah 6-Benzil Amino Purin (BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA).ABSTRACT Piper retrofractum vahl. is a tropical plant native to Indonesia which is also found in Southeast Asian countries such as Thailand and Malaysia, and has been used for generations as a food additive or traditional medicine. Traditionally in the community, P. retrofractum  fruit can be used in potions to treat fever, flatulence, heartburn, vomiting, overcome digestive disorders, stimulate appetite, and impotence. The roots are often used to treat toothaches, wounds, and seizures, and the leaves are also used for mouthwash. Several studies have stated that the pharmacological activity of P. retrofractum  has aphrodisiac, antipyretic, anticancer, and antimicrobial effects. Clinical testing on P. retrofractum  has been carried out and has the potential to be developed into a traditional medicine of the phytopharmaceutical class. P. retrofractum  has activity as an immunostimulant, which is higher than the phytopharmaceutical immunostimulant group. P. retrofractum has potential as anti-photoaging, antitubercular, antiproliferative, larvicidal activity, and cytotoxic activity. Phytochemical studies of the main secondary metabolites contained in P. rectofractum include several types of alkaloids such as piperine, pipernonaline, guineensine, piperoctadecalidine, fruit essential oils. Javanese chili contains three main components, namely-caryophyllene (17%), pentadecane (17.8%) and -bisabollene (11.2%). In addition to these main compounds, there are new compounds in P. retrofractum  fruit, including; amide compounds, amide glucosides, phenylpropanoid glucosides, and alkaloids. As an aphrodisiac, the part used is the fruit and the piperine compound which is thought to be responsible for this activity. Piperine is the main compound and efficacious substance contained in P. retrofractum  fruit and functions as a fever reducer, pain reliever, antioxidant, reducing inflammation, antitumor, and immunomodulator. Based on the good pharmacological activity of P. retrofractum , studies or researches on this plant must continue to be carried out such as formulation development and plant propagation efforts because the population of P. retrofractum  is limited. The best medium for callus induction of cabe jawa was Murashige Skoog (MS) with 6-Benzyl Amino Purine (BAP) and Naphtalene acetic (NAA) added. 
PENINGKATAN DAYA SAING USAHA PERKEBUNAN TEBU RAKYAT DI JAWA: TANTANGAN DARI PERSPEKTIF KEBIJAKAN / Improving the Competitiveness of Sugarcane Farming in Java: Challenges from Policy Perspectives Agus Wahyudi
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.35-49

Abstract

ABSTRAK Produksi gula dari usaha perkebunan tebu rakyat di Jawa hingga saat ini masih menjadi andalan produksi gula nasional, tetapi dalam lima tahun terakhir kontribusinya menurun sejalan dengan semakin menurunnya areal tebu. Kondisi ini menunjukkan bahwa daya saing usaha tebu rakyat semakin menurun yang diindikasikan oleh tingkat keuntungan yang terus menurun dan lebih rendah daripada usaha tani lainnya. Untuk meningkatkan daya saing usaha tebu rakyat diperlukan kebijakan pemerintah dalam rangka membantu memecahkan masalah atau mengatasi kendala-kendala, baik yang bersifat teknis maupun ekonomi. Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari alternatif kebijakan teknis yang diperkirakan dapat membantu mengatasi kelangkaan sumber daya yang kemungkinan terjadi; serta mempelajari kemungkinan diperlukannya kebijakan pemberian insentif agar kebijakan teknis secara efektif dapat berjalan, melalui simulasi penetapan harga jual tebu dan gula. Alternatif kebijakan teknis yang bisa diterapkan untuk membantu mengatasi kelangkaan sumber daya yang terjadi pada sumber daya lahan, tenaga kerja, pupuk, benih tebu dan modal. Kelangkaan lahan mendorong terjadinya pergeseran budidaya tebu ke lahan kering, dengan potensi produktivitas lebih rendah, sehingga perlu pengembangan infrastruktur irigasi sederhana.  Kelangkaan tenaga kerja terjadi berulang pada saat kegiatan puncak, sehingga perlu pola tanam tebu yang memungkinkan penerapan mekanisasi. Kelangkaan pupuk sering terjadi karena kegiatan pemupukan tebu bersamaan dengan usaha tani lainnya, sehingga perlu koordinasi antar lembaga terkait untuk menyediakan pupuk khusus untuk usaha tebu. Benih tebu bermutu sangat langka, sehingga perlu penyederhanaan peraturan penjenjangan kebun benih tebu, agar produksi benih dapat berjalan. Modal usaha tebu rakyat masih langka dan belum sepenuhnya dapat dipenuhi dengan penyaluran KUR Khusus Tebu, sehingga perlu kebijakan operasional untuk meningkatkan akses terhadap KUR. Selain itu masalah ketidakpastian harga tebu juga harus diatasi, melalui kebijakan penetapan harga jual tebu, yang sekaligus sebagai insentif bagi pekebun untuk meningkatkan produktivitas tebu.ABSTRACT Sugar production from smallholder farming in Java still has significant contribution to the national sugar production, however, in the last five years the contribution has decreased in line with the decreasing sugar cane area. This condition indicates that the competitiveness or profitability rate is decreasing and lower than other farmings. To improve the competitiveness, government policies are needed in order to assist in relaxing the constraints, both technical and economic constraints.  This paper aims to study the technical policies that are expected to overcome the scarcity of resources that are likely to occur; as well as to study the possible incentive policies applied to support the technical policies, through simulations of the pricing of sugar cane and sugar.  Alternative technical policies are applied to overcome resource scarcity in land resources, labor, fertilizer, sugar cane seeds and capital. Land scarcity has encouraged the shift of sugarcane cultivation to dry land, with lower productivity potential, so it needs the development of simple irrigation infrastructure.  Labor scarcity occurs repeatedly during peak activities hence it is necessary to cultivate sugarcane patterns that allow the application of mechanization. Fertilizer scarcity often occurs because of sugarcane fertilization activities in concurrence with other farmings, so it is necessary to coordinate between related institutions to provide special fertilizer for sugar cane farms. Quality sugar cane seeds are very rare, so it is necessary to simplify the regulation of the classifications of sugarcane seeds, in order the seed production can run. The capital is still scarce and can not be fully fulfilled with the KUR (small scale credit program), so it needs operational policies to improve the access to KUR. In addition, the problem of sugarcane price uncertainty must also be addressed, through the policy of pricing of sugarcane, which also as an incentive for farmers to increase the productivity.
TEKNIK PEMODELAN BERDASARKAN VISUALISASI WARNA UNTUK TRANSPARANSI GRADING DAN SORTASI TEMBAKAU VIRGINIA / Modelling Techniques Based on Colour Visualization for Transparency Grading and Sorting of Virginian Tobacco Nunik Eka Diana; Joko Hartono
Perspektif Vol 20, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v20n1.2021.50-62

Abstract

ABSTRAKTembakau Virginia memerlukan beberapa tahapan proses sebelum memasuki proses tataniaga, diantaranya yang memegang peranan penting adalah grading (penilaian) dan sortasi. Kedua proses ini sangat menentukan tingkatan mutu dan harga jual daun tembakau yang dihasilkan oleh petani. Dengan proses grading dan sortasi yang tertata, maka penjual (dalam hal ini petani) dan pembeli dapat mengklasifikasikan tembakau sesuai dengan mutu yang dikehendaki. Proses sortasi lebih menekankan pada keseragaman berdasarkan pada posisi daun pada tanaman dan ketampakan secara visual termasuk warna, cacat, kerusakan, panjang daun serta tingkat kemasakan daun. Berdasarkan hasil sortasi diperoleh beberapa tingkatan mutu yang tergantung pada tipe dan jenis tembakau serta berdasar pada permintaan pasar. Sementara proses grading adalah tindakan pengklasifikasian mutu dari hasil sortasi yang didasarkan pada posisi daun atau letak daun pada batang dan unsur-unsur luar lainnya (external appreciation), sehingga dihasilkan mutu paling seragam. Secara konvensional, proses grading dilakukan secara kualitatif, namun saat ini sudah terdapat beberapa metode yang dapat mengklasifikasikan tingkatan mutu tembakau berdasarkan kuantifikasi dengan metode pemodelan. Metode ini mengacu pada penampakan visual, yaitu berdasarkan pada warna daun tembakau serta posisi daun pada batang. Namun, metode-metode ini masih banyak dilakukan di luar negeri yang sudah maju kegiatan pengembangan dan penelitiannya. Hasil penelitian tentang teknik pemodelan proses grading tembakau jika dibandingkan dengan secara manual memiliki nilai keakuratan berkisar antara 64-87,18%, bahkan sudah dicoba ulang dengan tingkat akurasi 81-93% dengan teknik pemodelan CNN yang perlu disempurnakan, namun teknik pemodelan masih didahului dengan proses sortasi daun tembakau berdasarkan kelas mutunya. Diharapkan penulisan naskah ini dapat memberikan pemahaman yang bermanfaat dalam pengelolaan tembakau terutama proses sortasi dan grading sehingga diperoleh kelas mutu sesuai dengan harapan. ABSTRACTAs a commodity with a high economic value, tobacco requires several stages before entering the process of trading. Among the processes that important role is the process of grading and sorting. These two processes will greatly determine the level of quality and at the same time determine the selling price of tobacco leaves produced by farmers. With the process of grading and sorting arranged then the seller (the farmer) and the buyer can classify tobacco in accordance with the desired quality. Sorting process is more emphasis on uniformity based on leaf position on plants and visually visible including color, defect, damage, leaf length and maturity level of leaves. Based on the sorting results obtained several levels of quality depending on the type and kind of tobacco and based on market demand. While the grading process on tobacco is the action of classifying the quality of the sorting results based on the leaves position on the stem and other external elements that are considered important and affect the quality, resulting quality until the most uniform conditions. In this way the process of marketing tobacco can be more transparent because the quality becomes more orderly. Grading process is always done qualitatively, but now there are several methods that can classify the level of tobacco quality based on quantification by modeling method. This method refers to visual appearance based on the color of tobacco leaves and the position of leaves on the stem. However, these methods are still widely practiced abroad with advanced development and research activities. The results of research on tobacco grading process modeling techniques when compared to manually have an accuracy value ranging from 64-87.18%, it has even been retried with an accuracy rate of 81-93% with CNN modeling techniques that need to be refined but the modeling technique is still preceded by the tobacco leaf sorting process based on its quality. It is hoped that the writing of this manuscript can provide a useful understanding in tobacco management, especially the sorting and grading process in order to obtain a quality class as expected. 

Page 1 of 1 | Total Record : 5