cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 2 (2014)" : 6 Documents clear
PENGARUH PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP FUNGSI KONSERVASI AIR TANAH DI SUB DAS CIKAPUNDUNG Rizka Maria; Hilda Lestiana
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1432.45 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.85

Abstract

Cikapundung sub-watershed is a potential area that serves as the main drainage and supply of residents water need in Bandung. Increased developed land in this region resulted in the conversion of land that extends the number of impermeable surface, that reduces infiltration, decreasing supply and rising groundwater runoff. To determine the effect of landuse on the function of the groundwater conservation, conservation index analysis was conducted. The method is to give weight to the parameters of rock types, soil types, morphology, rainfall and landuse. Each parameter has a value of its effect on the ability to absorb rain water. From the analysis, it is known that changes in landuse during the period 2001 - 2008 has lowered the overall conservation function at Cikapundung sub watershed. Conservation value of the function started to decline as shown by the reduction of good conservation area of 5080,5 h. However, this condition was also followed by the increase of the normal conservation classes of 5093,3 ha and critical conservation area of 12,9 ha. ABSTRAKSub DAS Cikapundung merupakan kawasan potensial yang berfungsi sebagai drainase utama dan penyedia air baku untuk kebutuhan penduduk di Kota Bandung. Peningkatan lahan terbangun di wilayah ini mengakibatkan banyaknya konversi lahan yang memperluas permukaan kedap air yang menyebabkan berkurangnya infiltrasi, menurunnya pasokan airtanah dan meningkatnya limpasan permukaan. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan lahan terhadap fungsi konservasi airtanah maka dilakukan analisis indeks konservasi. Metode yang dilakukan adalah memberikan bobot pada parameter jenis batuan, jenis tanah, morfologi, curah hujan dan penggunaan lahan yang masing-masing telah di nilai sesuai pengaruhnya pada kemampuan untuk menyerap air hujan. Dari analisis tersebut diketahui bahwa perubahan penggunaan lahan pada kurun waktu 2001 - 2008 telah menurunkan fungsi konservasi secara keseluruhan pada Sub DAS Cikapundung. Nilai fungsi konservasi mulai menurun ditunjukkan oleh pengurangan kelas yang bernilai konservasi baik seluas 5080,5 ha. Namun kondisi ini juga diikuti dengan kenaikan kelas konservasi normal seluas 5093,3 ha dan penurunan kelas konservasi kritis seluas 12,9 ha.
DEFORMASI KOMPLEKS DI PULAU SIMEULUE, SUMATRA: INTERAKSI ANTARA STRUKTUR DAN DIAPIRISME Sonny Aribowo; Lina Handayani; Nugroho D. Hananto; Karit L. Gaol; Syuhada Syuhada; Titi Anggono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2926.045 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.89

Abstract

The accretionary prism complex has unique morphological characteristic as a result of deformation and sedimentation processes that develop in the area. Simeulue Island is one example of the islands in the accretionary complex. Geological study was arranged to map geological structure and morphology of Simeulue Island by satellite images interpretation and field survey. We use Landsat TM 5, Landsat 8 and Aster-GDEM imageries for morphology and structural geology interpretation. The collision in the deformation front has generally developed reverse and thrust faults in the Simeulue Island. The north-northeast blocks tend to be higher than the south-southwest blocks. Based on imagery interpretation, the dominant thrusts are the trenchward-vergence thrusts. Measurement of structural features and folds reconstruction indicated the existence of the out-of-sequence thrusts, which might activated the arcward-vergence thrust. This arcward-vergence thrust could be interpreted as a backthrust fault of a backstop mechanism in the inner accretionary prism. The thrusts might be correlated to the mud diapirisms that were also found in some locations in the island. The finding of thrusts and mud diapirism traces concurred to the theory that the mélange complexes in subduction zones were formed through mud diapirism that facilitated by backthrust faults.ABSTRAKKompleks prisma akresi memiliki karakteristik morfologi yang unik sebagai hasil dari proses deformasi dan sedimentasi yang berkembang di daerah tersebut. Pulau Simeulue merupakan salah satu contoh pulau yang terbentuk pada prisma akresi. Studi geologi dilakukan untuk menggambarkan keadaan struktur geologi yang terbentuk di Pulau Simeulue yang berhubungan dengan mekanisme pembentukan sesar-sesar anjak pada prisma akresi, pembentukan kompleks batuan bancuh dan mekanisme kubah lumpur. Morfologi dan struktur geologi Pulau Simeulue dipetakan melalui interpretasi citra dan survey lapangan. Citra yang digunakan dalam studi ini adalah citra Landsat TM5, Landsat 8 dan Aster-GDEM. Tumbukan di bagian muka deformasi mengakibatkan berkembangnya struktur berupa sesar-sesar naik dan anjak dimana di bagian utara-timurlaut cenderung lebih naik daripada bagian selatan-baratdaya. Berdasarkan hasil interpretasi citra, sesar-sesar yang berkembang tersebut umumnya merupakan sesar-sesar anjak berarah palung (trenchward-vergence thrusts). Berdasarkan hasil pengukuran fitur struktur di lapangan dan rekonstruksi lipatan di Pulau Simeulue, perkembangan struktur anjak juga terjadi secara out-of-sequence yang mengakibat-kan teraktifkannya sesar anjak berarah busur (arcward-vergence thrusts). Sesar anjak berarah palung dapat diinterpretasikan sebagai backthrust fault dari sebuah mekanisme backstop di bagian belakang prisma akresi. Sesar-sesar anjak ini dapat dikaitkan dengan keberadaan kubah lumpur (mud diapir) yang jejaknya juga ditemukan di beberapa lokasi di Pulau Simeulue. Hal-hal tersebut mendukung teori bahwa kompleks batuan mélange di Pulau Simeulue terbentuk melalui proses mud diapirism yang muncul melalui sesar-sesar anjak.
KLASIFIKASI TINGKAT KERENTANAN GERAKAN TANAH DAERAH SUMEDANG SELATAN MENGGUNAKAN METODE STORIE Khori Sugianti; Dedi Mulyadi; Dwi Sarah
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1537.977 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.86

Abstract

South Sumedang area often experiences landslides, which claimed many physical and economical losses. The detailed knowledge of landslide susceptibility based on its physical properties is required to aid the mitigation measures in this area. This study aims to classify the levels of susceptibility of landslides in South Sumedang using Storie method. Physical parameters such as landuse, slope, geology, and precipitation data were used as the input to calculate the Storie Index. The results show that the South Sumedang area has five landslide susceptibility levels: very low, low, medium, high and very high. Most previous landslide locations are within the medium to very high susceptibility zone such as in South Sumedang district, Rancakalong, Situraja and Darmaraja. The landslides took place at bare land with little vegetation, slightly steep to steep slopes and composing rocks of the young volcanic products with medium precipitation/moist.ABSTRAKDaerah Sumedang bagian selatan sering mengalami bencana gerakan tanah yang dapat menimbulkan berbagai kerugian fisik dan ekonomi. Pengetahuan mendetail mengenai tingkat kerentanan gerakan tanah diperlukan untuk mendukung upaya mitigasi gerakan tanah di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi tingkat kerentanan gerakan tanah daerah Sumedang Selatan dengan mengggunakan metode Storie. Parameter karakteristik fisik wilayah berupa tataguna lahan, kelerengan, geologi dan curah hujan digunakan sebagai masukan perhitungan Indeks Storie. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Sumedang Selatan memiliki lima tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Sebagian besar lokasi longsor berada pada daerah dengan tingkat kerentanan gerakan tanah sedang hingga sangat tinggi seperti di Kecamatan Sumedang Selatan, Rancakalong, Situraja, dan Darmaraja. Analisis hasil klasifikasi menunjukkan bahwa tingkat kerentanan dipengaruhin oleh tataguna lahan, kemiringan, jenis tanah penyusunan, dan curah hujan sebagai faktor pemicu. Gerakan tanah terjadi pada daerah dengan tataguna lahan bervegetasi sedikit, lereng agak curam hingga curam, dan pada litologi batuan penyusun berupa produk gunungapi muda dengan curah hujan sedang/lembab.
VARIASI TAHUNAN KECEPATAN KALSIFIKASI KORAL PORITES BERDASARKAN ANALISIS COMPUTED-TOMOGRAPHY SCAN (CT –SCAN) DAN KAITANNYA DENGAN SUHU PERMUKAAN LAUT: WILAYAH STUDI PERAIRAN BIAK, PAPUA Sri Yudawati Cahyarini; Suharsono Suharsono
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2036.368 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.135

Abstract

Deposition of calcium carbonat (CaCO3) in coral skeleton is known as calcification. The calcification rate is the product of the linear extension rate and the average density at which skeleton was deposited in making that extension. Calcification rate is influenced by the ambient water condition e.g sea surface temperature. To understand the influence of SST to the coral growth, it is required long time series data of both SST and coral growth i.e coral calcification from present time till back tens to hundreds years ago. The aim of this study is to determine the influence of historical SST to coral calcification of Porites coral from Biak waters.  In this study, computer tomography approach is used to analyzed coral calcification. Osirix software is used to analyze the coral image data which is resulted from the computed tomography scanning (CT-Scan). Four coral cores from Biak waters were analyzed for their calcification rate. The results shows that the averaged of calcification rate of four cores increases, which is coincided with increasing of Biak SST during period of 1905-2011. ABSTRAKKemampuan koral mengendapkan kalsium karbonat (CaCO3) dikenal sebagai kalsifikasi. Kecepatan kalsifikasi  merupakan perkalian densitas dan pertumbuhan linear koral tersebut. Kecepatan kalsifikasi koral dipengaruhi oleh kondisi perairan terumbu karang salah satunya adalah suhu permukaan laut (SPL). Untuk memahami bagaimana pengaruh SPL terhadap kalsifikasi koral diperlukan data historis (data urut-urutan waktu) SPL dan kalsifikasi koral dari masa kini sampai masa lalu. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk mengetahui sejarah pengaruh SPL terhadap pertumbuhan koral yaitu kalsifikasi dari koral Porites perairan Biak. Dalam studi ini dihitung kecepatan kalsifikasi dengan menggunakan pendekatan tomografi koral dengan menggunakan perangkat lunak Osirix. Hasil scanning computer tomografi (CT-Scan) koral merupakan data inputing Osirix. Empat contoh koral dari perairan Biak dilakukan analisis kecepatan kalsifikasi.  Hasil rata-rata kecepatan kalsifikasi dari ke empat contoh koral Porites Biak menunjukkan kenaikan kecepatan kalsifikasi koral yang selaras dengan kenaikan SPL selama periode 1905-2011. 
REKAYASA HIDRAULIKA KESTABILAN LERENG DENGAN SISTEM SIPHON: STUDI KASUS DI DAERAH KARANGSAMBUNG, JAWA TENGAH Arifan Jaya S; Adrin Tohari; Khori Sugianti; Nugroho Aji S; Sunarya Wibowo; Sueno Winduhutomo
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1585.119 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.87

Abstract

Engineering measures to stabilize slopes with low water tables have been widely developed but mostly required high operating costs. This research conveys a subsurface drainage engineering method widely used in European countries but not yet applied in Indonesia: Siphon. This method aims to lower groundwater level, hence increases slope stability. Siphon installation was carried out by boring 3 holes to 4 m depth and constructing monitoring wells at each hole to check the groundwater level. Siphon system was fitted up to the toe slope leading to an outlet. Comparison of measured discharge and calculated discharge was made to verify siphon parameters. It is conclude that mathematical approach could provide back analysis of parameters changing the discharge values. The changing parameters are roughness and coefficient of discharge. The siphon roughness changed to 0.018, 0.017 and 0.018 and coefficient of discharge changed to 0.0589, 0.0193, and 0.0348 for siphon 1, 2 and 3 respectively. The changing roughness values indicated a blockage in the siphon system due to the trapped fine grained soils. To overcome this problem the filter and siphon wells must be regularly cleaned to prevent fine materials to enter the system and being attached to the rubber tube wall.ABSTRAKPerekayasaan kestabilan lereng dengan karakteristik muka airtanah dangkal telah banyak dikembangkan, walaupun cenderung memerlukan nilai operasional yang tinggi. Salah satu metode metode perekayasaan drainase bawah permukaan yang telah dikembangkan negara maju di Eropa namun belum diaplikasikan di Indonesia adalah metode siphon. Metode ini merupakan sistem rekayasa hidraulika yang bertujuan untuk menurunkan muka airtanah sehingga kestabilan lereng meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui parameter/faktor apa yang berubah sehingga mempengaruhi nilai debit Siphon, dengan menggunakan pendekatan matematis. Pemasangan sistem Siphon telah dilakukan dengan cara membuat lubang bor sedalam 4 m sebanyak 3 titik dan sumur pemantauan pada tiap titik yang berfungsi sebagai pengecekan muka air tanah. Sistem siphon dipasang sampai pada kaki lereng yang berujung pada outlet. Perbandingan debit hitungan matematis dan debit terukur dilakukan sehingga didapatkan verifikasi parameter yang digunakan. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan dengan pendekatan matematis bisa dilakukan analisis balik mengenai parameter apa yang mengubah nilai debit. Parameter yang berubah pada penelitian ini ialah nilai kekasaran dan koefisien debit. Perubahan nilai kekasaran Siphon 1, Siphon 2, dan Siphon 3 menjadi masing-masing 0,018, 0,017, dan 0,018 dan koefisien debitnya masing-masing 0,0589, 0,0193, dan 0,0348. Perubahan nilai kekasaran yang lebih besar mengindikasikan adanya material sumbatan yaitu tanah butiran halus yang berada pada sumur Siphon dan masuk ke sistem Siphon. Untuk mengatasinya, filter yang ada dan sumur Siphon perlu dibersihkan sehingga material sumbatan tidak masuk ke dalam sistem dan menempel pada dinding selang.
BATUAN PEMBAWA EMAS PADA MINERALISASI SULFIDA BERDASARKAN DATA PETROGRAFI DAN KIMIA DAERAH CIHONJE, GUMELAR, BANYUMAS, JAWA TENGAH Sri Indarto; Sudarsono Sudarsono; Iwan Setiawan; Haryadi Permana; Andrie Al Kausar; Anita Yuliyanti; Mutia Dewi Yuniati
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3283.316 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.88

Abstract

The bearing rocks and hosted rocks of base metals and gold in Indonesia generally occurs in Tertiary age of volcanic rocks. However, base metals and gold mineralizations in Cihonje area, Gumelar, Banyumas that have potential as hosted rocks of base metals and gold are in Tertiary sedimentary rock. Therefore, the rocks need to be investigated by field research for sampling and then laboratory petrographic and chemical analysis for some selected rock samples. The results obtained are calcareous sandstones, silicified and argillitized breccias and mineralized as members of the Rambatan Formation; sandstones as a member of Halang Formation that has weak propylitization and slightly mineralized; andesite basaltic of Kumbang Formation and veins of metal - quartz- adularia - calcite. Alteration and hydrothermal mineralization is caused by the intrusion of basaltic andesite Kumbang Formation that has shape of sill or dyke. From SiO2 vs K2O contents and FeO */MgO versus SiO2, some volcanic rocks samples of Kumbang Formations indicate the composition of basalt and basaltic andesite that are partially in tholeitic series, but generally are calc - alkaline. Members of Rambatan Formations and Lower Halang Formations interpreted as hosted rocks, Kumbang Formations are hosted rock and metal bearing rocks, while veins of metal-quartz-adularia-calcite are the metal bearing rocks. The sulphide minerals consist of pyrite, chalcopyrite, sphalerite, galenas. Gold mineralization and base metal occurred in epithermal–mesothermal and low sulphidation zones.ABSTRAKBatuan pembawa logam dasar dan emas di Indonesia umumnya terdapat pada batuan volkanik berumur Tersier, namun berbeda dengan batuan yang berpotensi sebagai pembawa logam dasar dan emas yang terdapat di daerah Cihonje, Gumelar, Banyumas yang terdapat pada batuan sedimen Tersier. Kondisi ini mendorong untuk dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kenapa keberadaanya pada sedimen Tersier. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian lapangan, pengambilan conto batuan terpilih untuk dilakukan dianalisis petrografi dan kimia batuan. Hasilnya menujukkan bahwa didapatkan batupasir gampingan, breksi tersilisifikasi dan terargilitisasi serta termineralisasi sebagai anggota Formasi Rambatan, batupasir anggota Formasi Halang terpropilitisasi lemah serta sedikit termineralisasi, andesit basaltik Formasi Kumbang dan urat-urat kalsit-adularia-kuarsa-logam. Alterasi dan mineralisasi hidrotermal yang terjadi disebabkan oleh intrusi andesit basaltik Formasi Kumbang berbentuk sill atau dyke. Pada batuan volkanik Formasi Kumbang kandungan SiO2 vs K2O dan FeO*/MgO vs SiO2 menunjukkan komposisi basalt dan andesit basaltik yang sebagian termasuk seri toleitik dan umumnya kapur – alkali. Batuan anggota Formasi Rambatan dan Formasi Halang bawah diinterpretasikan sebagai jebakan (perangkap), batuan Formasi Kumbang sebagai jebakan dan pembawa logam, urat kalsit-adularia-kuarsa-logam adalah pembawa logam. Mineral – mineral sulfida terdiri dari pirit, khalkopirit, sfalerit, galena. Mineralisasi emas dan logam dasar dapat terjadi pada zona epitermal – mesotermal bersulfida rendah.

Page 1 of 1 | Total Record : 6