cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Vol 3, No 3 (2015)" : 7 Documents clear
KETUBAN PECAH DINI, DAN PERANAN AMNIOPATCH DALAM PENATALAKSANAAN KETUBAN PECAH DINI PRETERM Jaya Kusuma, AAN.
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD), dimana salah satunya adalah pasca tindakan intervensi intrauterin yang dikenal dengan KPD iatrogenik. Tingginya prosedur tersebut sekaligus meningkatkan kejadian KPD iatrogenik - disamping KPD spontan - yang kemudian mendorong berbagai upaya  “penyumbatan” selaput ketuban. Salah satu upaya tersebut yang dianggap paling efektif adalah Amniopatch, yaitu penggunaan injeksi platelet dan cryoprecipitate kedalam cairan  ketuban, dimana penyembuhan spontan sangat sulit terjadi pada membran yang miskin vaskularisasi.Prinsip dasar Amniopatch adalah memberikan kesempatan pada platelet untuk menemukan area yang cedera lalu clot yang terjadi distabilisasi dengan cryoprecipitate. Berbagai penelitian telah menunjukkan keberhasilan amniopatch dalam penatalaksanaan KPD preterm, terutama untuk KPD iatrogenik, yang secara signifikan dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan luaran bayi.
MANAJEMEN VARISELA DALAM KEHAMILAN Mawan, Pius Made
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang jarang ditemukan dalam kehamilan, namun berpotensi menyebabkan komplikasi serius bagi ibu, janin maupun neonatus.Varisela dalam kehamilan merupakan suatu varisela terkomplikasi, sehingga perhatian lebih cermat harus diberikan kepadanya.Virus ini ditularkan kepada janin secara transplasental, sehingga penanganan terhadap janin dan neonatus menjadi permasalahan tersendiri yang tidak bisa dipisahkan dari maternal varisela. Untuk menghindari varisela dalam kehamilan, maka idealnya seorang ibu harus sudah imun sebelum ia hamil. Vaksinasi varisela sebelum hamil atau setelah melahirkan harus dipertimbangkan pada wanita yang tidak imun.Apabila telahterjadi kehamilan, karena saat ini VZIG tidak tersedia dipasaran, maka untuk profilaksis pasca paparan harus diberikan asiklovir sebagai sediaan terpilih. Penanganan varisela dalam kehamilan harus multidisipliner dan dikonsultasikan dengan dokter ahli.Demikian juga ambang batas untuk perawatan di Rumah Sakit harus lebih rendah.Untuk manajemen varisela dalam kehamilan, pada prinsipnya adalah pengawasan yang lebih ketat, pemberian antivirus asiklovir, pengobatan simptomatik, pencegahan komplikasi, dan pemantauanperkembangan janin secara menyeluruh, serta perlu diperhatikan juga usaha untuk meminimalkan penularan terhadap orang-orang disekitarnya.
PERBEDAAN KADAR F2-ISOPROSTAN SERUM IBU PADA PERSALINAN PRETERM DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN PRETERM YANG TIDAK INPARTU Suyasa Jaya, Made
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Persalinan pretermadalah persalinan yang menjadi kelahiran pada umur kehamilan kurang 37 minggu, dengan berat bayi baru lahir dapat rendah atau lebih besar dari usia kehamilan. F2-Isoprostan berperan untuk mengukur ROS yang memiliki kemampuan untuk merusak komponen membran lipid, yang dapat berdampak pada terjadinya persalinan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan antara kadar F2 isoprostan dalam serum pada persalinan preterm dibandingkan dengan pada kehamilan preterm yang tidak inpartu. Metode penelitian :Penelitian ini merupakancross sectional analitik, di IRD dan Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar dari Januari sampai Agustus 2012, dikumpulkan 72 sampel darah terdiri atas 36 orang sampel  hamil preterm tidak inpartu dan 36 orang sampel persalinan preterm pada umur kehamilan 28-37 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 3 cc, lalu diperiksa kadar F2-Isoprostan pada Laboratorium Biologi Molekular Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data denganShapiro Wilk Test, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independent sample test dengan tingkat kemaknaan ?= 0,05 Hasil :Rerata kadar serum F2-Isoprostan pada kelompok hamil preterm tidak inpartu sebesar 0,01667+0,017869 pg/ml. Sedangkan rerata kadar serum F2 Isoprostan kelompok persalinan preterm sebesar 0,31478+0,291855 pg/ml. Simpulan : Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna kadar F2-Isoprostan serum pada kelompok persalinan preterm lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok hamil preterm tidak inpartu (p < 0,05). Kata kunci :hamil preterm tidak inpartu, persalinan preterm, kadar F2-Isoprostan.
PERBEDAAN KADAR GLUTATHION PEROXIDASESERUM (GPx) PADA ABORTUS IMINENS DANKEHAMILAN NORMAL Putu Surya, I Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbedaan kadar Serum GPx pada abortusiminens dan kehamilan normal.   Metode penelitian: Cross sectional. Jumlah sampel adalah sebesar 42 sampel,dimana 21 kasus abortus iminens dengan umur kehamilan < 20 minggu dan 21 kasus dengan kehamilan normal < 20 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 3cc kemudian dimasukkan kedalam tabung EDTA, lalu diperiksa kadar GPx pada Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independent sample test dengan tingkat kemaknaan p< 0,05   Hasil: Dari penelitian ini didapatkan kadar rerata GPx pada abortus iminens 49,92   ± 14,17 U/g Hb lebih rendah dari kehamilan normal dengan kadar rerata 88,94 ± 30,11 U/g Hb dengan perbedaan rerata GPx pada abortus iminens dan hamil normal sebesar 39,01 U/g Hb.   Simpulan: Perbedaan kadar GPx antara abortus iminens dan kehamilan normalberbeda bermakna secara statistik. Hal ini berarti bahwa kadar GPx pada abortus iminens lebih rendah dibandingkan kehamilan normal.   Kata kunci :abortus iminens, GPx, hamil normal  
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbedaan kadar Serum GPx pada abortusiminens dan kehamilan normal. Metode penelitian: Cross sectional. Jumlah sampel adalah sebesar 42 sampel,dimana 21 kasus abortus iminens dengan umur kehamilan < 20 minggu dan 21 ka Putra Adnyana, I B
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang :Abortus merupakan salah satu komplikasi kasus obstetri padatrimester pertama, dengan sebagian didahului blighted ovum. Stres oksidatif dapat menyebabkan kegagalan kehamilan.Glutathione peroxidase (GPx) merupakan enzim anti oksidan yang berfungsi mendetoksifikasi superoxide anion.   Tujuan penelitian :Untuk mengetahui perbedaan kadar serumglutathione peroxidase   (GPx) pada blighted ovum dan kehamilan normal..   Metode penelitian :Penelitian ini merupakan desaincross sectionalanalitik. Jumlahsampel adalah sebesar 42 sampel, dimana 21 kasus dengan blighted ovum dengan umur kehamilan &lt; 12 minggu, dan 21 kasus dengan kehamilan normal &lt; 12 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 3cc kemudian dimasukkan ke dalam tabung pemeriksaan, lalu diperiksa kadar serum GPx pada Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independentsample test dengan tingkat kemaknaan?= 0,05.   Hasil : Rerata kadar serum GPx padablighted ovum51,89 (SD 8,51) U/gHb,sedangkan pada kehamilan normal sebesar 94,94 (SD 21,66) U/gHb dengan perbedaan rerata kadar serum GPx pada blighted ovum dan kehamilan normal 43,05 U/g Hb, dimana hasil pada dua kelompok ini berbeda bermakna (p&lt;0,05).   Simpulan :Terdapat perbedaan bermakna pada rerata kadar serum GPx padablightedovum dan kehamilan normal.   Kata kunci :Serumglutathione peroxidase(GPx),blighted ovum, kehamilan normal
PHOSPHORYLATED INSULIN-LIKE GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 SEBAGAI PREDIKTOR KELAHIRAN PRETERM Suardika, Anom
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm yang menjadi kelahiran preterm merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal baik di dunia maupun di Indonesia. Komplikasi persalinan preterm terhadap janin dapat melibatkan berbagai sistem organ tubuh, hematologi, endokrin, dan sistem saraf pusat. Dimana komplikasi yang ditimbulkan tentunya akan mengakibatkan dampak merugikan dari segi ekonomi, sosial, dan dan terutama kualitas hidup janin yang dapat bertahan hidup. Tidak semua pasien yang datang dengan tanda persalinan preterm akan menjadi kelahiran preterm.. Prediktor diagnostik yang baik tidak hanya menghindari pasien dari terapi tokolitik dan efek sampingnya, tetapi juga dapat menurunkan angka perawatan rumah sakit dan juga menurunkan angka rujukan ke fasilitas perawatan perinatologi. Telah banyak prediktor diagnostik untuk memprediksi kelahiran preterm digunakan sebelumnya, namun belum ada yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang baik untuk digunakan klinisi dalam praktek sehari – hari. Phosporylated insulin-like growth factor binding protein-1 (phIGFBP-1) telah hadir diberbagai uji diagnostik dalam mendiagnosis persalinan preterm dan memprediksi terjadinya kelahiran preterm. Dengan tingginya nilai sensitivitas dan spesifisitas serta nilai prediksi negatif mencapai 100%, uji phIGFBP-1 dapat membantu klinisi memprediksi kelahiran preterm menjadi lebih baik lagi, dan menurunkan angka perawatan rumah sakit yang tidak diperlukan. 
RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI DAN PERSALINAN PRETERM PADA INFEKSI KUMAN STREPTOKOKUS GRUP BETA KEHAMILAN TRIMESTER KETIGA Wardhiana, I Putu Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sepsis neonatorum  merupakan penyebab utama kematian  neonatus di negara berkembang sampai saat ini. WHO memperkirakan terdapat 5000 kematian  neonatus setiap tahun dan 98% terjadi di negara berkembang (Vergnano, 2005).  Angka kejadian sepsis neonatorum di Asia  bervariasi  7,1-38 per 1000 kelahiran hidup  dengan angka kematian berkisar 26-36% (WHO,2003). Data yang berhasil diperoleh dari RSCM Jakarta tahun 2005 terdapat angka kejadian sepsis neonatorum 13,68% dengan angka kematian 14,18% (Aminullah, 2008). Sepsis neonatorum dini cenderung berat dan sering menyebabkan kematian.  Kuman patogen dominan yang dikatakan sebagai penyebabnya adalah Group Beta Streptococcus (GBS) dan E.Coli (Vergnano, 2005; Sweet et al., 2009). Budayasa pada penelitiannya di RSUP Sanglah, Denpasar tahun 2002-2003 pada 113 ibu hamil dengan KPD aterm mendapatkan angka kejadian sepsis neonatorum dini 4,4% dimana dikatakan  risikonya meningkat 13,38 % pada ibu yang terinfeksi kuman GBS.    Spektrum infeksi GBS pada maternal dan fetal bervariasi dari asimptomatis sampai dengan sepsis. Implikasi klinis dari infeksi GBS pada maternal adalah persalinan preterm, KPD, korioamnionitis, febris postpartum, bakteriuria. Sedangkan pada fetus yaitu sepsis dan meningitis. Infeksi GBS pada wanita hamil terjadi sekitar 20% (rata-rata 5 - 40%) dan sering tanpa gejala serta tidak menimbulkan masalah kesehatan yang serius  (Meyn et al., 2009). Penelitian Jahromi et al (2008) mendapatkan hasil 9,1% ibu hamil trimester ketiga yang terinfeksi GBS, sebesar 36,3% mengalami persalinan preterm dan 16,3%  mengalami KPD. Risiko terjadinya persalinan preterm dan KPD lebih dari dua kali lipat dengan  p&lt;0,001 dibandingkan ibu hamil yang tidak terinfeksi GBS. Skrining infeksi GBS pada umur kehamilan trimester ketiga memberikan nilai prediktif positif saat inpartu lebih tinggi dibandingkan trimester lebih awal. Umur kehamilan  35-37 minggu merupakan waktu yang optimal karena memiliki nilai prediktif 85-95% untuk terjadinya infeksi GBS saat inpartu (Yancey et a.,l 1996; Hiller et al., 2005) Dengan mendeteksi infeksi GBS pada ibu hamil saat antenatal dan mengidentifikasi risiko yang bisa terjadi bila terifeksi kuman tersebut seperti KPD, persalinan preterm, sepsis neonatorum, diharapkan dapat mengupayakan pencegahan infeksi GBS pada fetus dan neonatus sehingga angka kejadian sepsis neonatorum dini dapat ditekan. Untuk itu, pada penelitian ini terbatas untuk mengetahui seberapa besar risiko terjadinya KPD dan persalinan preterm pada ibu hamil yang terinfeksi GBS (+) pada kehamilan trimester ketiga.

Page 1 of 1 | Total Record : 7