cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH)
ISSN : 19795521     EISSN : 24433527     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 219 Documents
PENGUATAN MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI UMUM Yahya Aziz
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.576 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v4i2.630

Abstract

Tulisan ini membahas penguatan mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) di UPM SOSHUM ITS, pertanyaan yang dijawab dalam tulisan ini adalah bagaimanakah bentuk-bentuk upaya penguatan PAI di UPM SOSHUM ITS, untuk memperoleh data tentang pertanyaan tersebut digunakaan observasi dan wawancara langsung. Alokasi waktu belajar 2 sks untuk mata kuliah PAI di UPM SOSHUM sungguh amat minim dan kurang sekali, untuk itu dibuatlah cara/metode agar mata kuliah yang dibina (PAI) mencapai sasaran yaitu dengan jalan penguatan mata kuliah PAI melalui kegiatan extra kurikuler yaitu: pendalaman Al-Qur’an, Halaqoh dan mentoring. Adapun dampak positif yang berkembang selama ini adanya penguatan PAI adalah mahasiswa aktif dan kritis bertanya, rasa ingin tahu persoalan agama Islam dan mahasiswa mempunyai ketrampilan memecahkan belajar sesuai dengan falsafah pembelajaran yang harus diorientasikan ke peserta didik (mahasiswa).
EXPOSING LEARNERS WITH LEARNING STRATEGIES IN STRATEGY TRAING: ONE OF THE WAYS FOR IMPROVING THEIR STUDY SKILL Kartika Nuswantara
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 2, No 1 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.289 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v2i1.662

Abstract

Recognizing our own learning strategies is an effective way to help ourselves to self evaluate for what we have done in our own learning. One among other factors leading to a successful learning is due to the effective learning strategies. However, not all learners are aware of  what they have been doing in learning, or they even sometimes do not know how to learn. If this is the problem, learning strategy training can be very beneficial for the learners with this problem. Why should be through strategy training?  The answer might lie on the fact that strategy is quite amenable to change, and by nature, teachable as well as learneable (Oxford, 1990). In addition, Nuswantara (2008) also found out that the successful learners (i.e. in learning English) were triggered by the courage of using various learning strategies, the more varied the learners are willing to try out, the broader the chance for success. Training is the way that can be selected to present to the learners’ various strategies that they can choose and at the same time employ when learning is taken place. Moreover, by means of training, learners are made aware of the strategy, and they can mend their own strategy, as a result, they become more self - directed rather than dependent.This article attempts to frame out from the perspective of how to bring  reading strategies that are applicable for handling various reading content texts to the learners, and present the result of a one-group experimental study. Thus, training is prepared for college learners who are inevitably deal with various English content textbooks and  the final aim of the training is to improve learners’ study skills. Then, one group experimental study using correlated sample provides some evidences supporting the effectiveness of the training.Specifying on reading strategies, SQ3R that is joined with other learning strategies involving writing activity, annotating a text and paraphrasing/summarizing is exposed to the learners. The effectiveness is assessed by means of reading comprehension test that assesses the ability of the learners to perceive information from a text they read. One group experimental study is aimed to measure the effectiveness of the treatment. Finally, the end product of the study is to give a support to the idea of strategy training for improving the quality of how to learn.
POTENSI PENGEMBANGAN APLIKASI MULTIMEDIA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PERSUASIF DI SOSIAL MEDIA Sigit Pamungkas
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 7, No 1 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1237.315 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v7i1.597

Abstract

Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam berkomunikasi adalah Komunikasi Persuasif; yaitu suatu pendekatan komunikasi yang bertujuan mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu, tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Pendekatan komunikasi persuasif sangat beragam. Salah satu di antaranya adalah Komunikasi Persuasif menurut Aristotle, yaitu: Argumen yang bersifat logis, argumen yang bersifat psikologis dan argumen berdasarkan kredibilitas si pemberi argumen. Setiap orang memiliki keunikan tersendiri untuk dipersuasi, serta cenderung bisa dipersuasi dengan salah satu pendekatan tersebut secara dominan. Praktek komunikasi persuasif melalui media sosial semakin tidak terbendung. Pesan komunikasi yang dikirim dalam format digital sangat mudah dimanipulasi, hal ini memicu kreatifitas para komunikatornya. Salah satu bentuk kreatifitas yang dikembangkan adalah game interaktif yang bisa dikategorikan sebagai produk multimedia. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan besarnya potensi dan peluang bagi praktisi industri kreatif dan multimedia di Indonesia. Selain karena banyaknya pengguna sosial media, kebutuhan untuk terus memberikan persuasi (promosi ataupun kampanye)melalui media online terus meningkat. Tulisan ini juga berisi paparan usulan dari penulis tentang aplikasi multimedia edukatif hasil dari penelitian penulis yang didanai oleh DIKTI pada bulan Juli – Desember 2013 lalu.
AN ANALYSIS OF ILLOCUTIONARY ACTS AND IMPLICATURES IN UNDERSTANDING TOEFL SHORT CONVERSATION Desi Tri Cahyaningati
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 5, No 1 (2012)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.032 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v5i1.620

Abstract

Listening comprehension is found to be among the most difficult tasks for thelearners due to several reasons. Mostly, test-takers find difficulty in interpretingthe intended meaning of the utterances in the TOEFL examination. To understandthe intended meaning which is implied in and beyond the utterance itself, the testtakers must have background knowledge of the context of the utterances. Basedon the problems faced by the test takers above, this study gives some solutions inunderstanding the short conversation in TOEFL so they can draw conclusion ofthe intended meanings. The writer uses illocutionary acts and implicatures inanalyzing the problems found in TOEFL short conversation. Based on theanalysis, this study concludes that TOEFL short conversations consist of fourillocutionary acts classifications of five. There are Directive, Expressive,Assertive and Commisive. Most of the illocutionary acts found in TOEFL shortconversations are directive, assertive and expressive. Meanwhile, Commisive issometimes found in TOEFL short conversations. This study also gets the data ofthe implicatures on the utterance in TOEFL short conversations. There are someimplicatures that can help the test takers in understanding the intended meaningof the utterance in TOEFL short conversations. Thus to understand the intendedmeaning on the utterances, the test takers can interpret the meaning by applyingthe illocutionary act theory and the implicatures. The illocutionary will help thetest taker to identify the types of the utterance and then can understand theintended meaning of the utterance. The implicatures will explain what a speakercan imply, suggest, or mean, as different from what the speaker literally says.
MISMATCH TRACER STUDY DAN DESAIN SILABUS Edy Subali
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.881 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v6i1.609

Abstract

Mismatch dipicu oleh kurang adanya komunikasi antara dunia industri, pasar kerja dengan dunia pendidikan. Dunia pendidikan belum responsif atau cenderung terlambat menyikapi perkembangan industri dan dinamika pasar kerja. Upaya penyelesaian problem penyelarasan antara keduanya selama ini masih bersifat parsial dan sporadis. Kualitas kompetensi pekerja belum memenuhi kebutuhan industri dan pasar kerja; tingkat produktivitas kerja masih rendah;   penciptaan usaha baru dan mandiri sebagai wujud kemampuan berwirausaha belum optimal. Mismatch adalah masalah kurang  “berjodoh” antara dunia pendidikan dengan dunia industri/dunia kerja. Indikatornya adalah pengangguran. Pengangguran sarjana merupakan fenomena kasat mata yang masih banyak dibicarakan daripada diselesaikan. Dunia pendidikan sebagai penanggung jawab dalam pengelolaannya mendapatkan tantangan serius untuk mengatasinya. Dengan informasi dari tracer study maka rancangan kurikulum dan silabus akan mendapatkan masukan yang tepat dan akurat. Dengan dasar  pijakan hasil tracer study tersebut maka paling sedikit dapat menginspirasi pengembangan desain kurikulum dan silabus dalam tiga hal, yaitu: (1) kompetensi apa dan dengan standar minimal seberapa yang diperlukan dunia industri sehingga SDM lulusan dengan kompetensi tersebut dapat memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, bukan saja dalam skala lokal dan nasional tetapi sekaligus dalam skala dunia/global, (2) dengan jelasnya kompetensi yang diperlukan tersebut (apa kompetensi yang dibutuhkan dan seberapa standar minimalnya dari tracer study) maka dapat diketahui pula tentang pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang harus dilakukan untuk mengasah dan membentuk kompetensi tersebut, (3) dengan jelasnya kompetensi yang diperlukan tersebut (apa dan seberapa standar minimalnya dari tracer study) maka dapat diketahui pula tentang apa saja yang perlu dievaluasi (kognisi, afeksi dan psikomotorik) dan bagaimana caranya untuk mengevaluasi atau mengukur bahwa standar kompetensi dan kompetensi dasar sudah dimiliki oleh peserta didik.
AKHLAQ DALAM PERSPEKTIF SUFISTIK Achmad Achmad
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 4, No 1 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.229 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v4i1.642

Abstract

Al Qur-an suci menyabdakan, terjemahnya,”Kecuali (adalah bagi) orang-orang yang menghadapkan diri kepada Allah dengan hati yang bersih….(Q.S.26:89). Kebalikannya,”…yang di dalam hatinya ada penyakit,” (Q.S.2:10). Orang ini diberi mata,dapat melihat bintang, bulan, matahari,bahkan dapat melihat atom, tetapi tidak dapat melihat dirinya sendiri. “Mata mereka tidak buta tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada (Q.S.22:46). Islam saat membicarakan akhlaq tidak hanya berdimensi jasadi, perbuatan dhahir, juga ada dimensi batini yang bersumber dari hati. Di hati utamanya tempat iman, tashdiqun bil qalbi, pembenaran di hati, sehingga akhlaq tidak dapat dipisahkan dengan iman.Urgensinya akhlaq berada pada tataran kedekatan dan kecintaan Allah ta’ala. Secara duniawy mendatangkan manfaat bagi diri, siapa, apa, dan menempati maqam taqwa. Secara ukhrawy menikmati kelezatan surgawy sebagai kebahagian hidup yang sempurna.
EKSISTENSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERSATUAN Marsudi Marsudi
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 1, No 2 (2008)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.419 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v1i2.674

Abstract

Bahasa Indonesia lahir dari Bahasa Melayu yang pada zaman dulu menjadi bahasa lingua franca, yakni bagasa perdagangan antarpulau di nusantara. Kemudian dikukuhkan menjadi bahasa persatuan melalui momen Sumpah Pemuda. Bahasa Melayu menjadi dominan di kala itu dikarenakan fleksibelitasnya akan bahasa-bahasa lain. Dengan fakta tersebut, tepatnya 28 Oktober 1928, bahasa Melayu diangkat sebagai bahasa persatuan dan tahun 1945 diresmikan sebagai bahasa negara.Permasalahan yang muncul dalam eksistensi bahasa Indonesia adalah bagaimanakah cara mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia? Tidak hanya masalah eksistensi saja, tetapi sanggupkah bahasa-bahasa daerah di negeri ini memperkaya kosa kata dan istilah bahasa Indonesia? Selain itu, bagaimanakah potensi bahasa Indonesia di era globalisasi?Eksistensi bahasa Indonesia, selain dipengaruhi kekonsistenan penggunaanya, juga didukung oleh kemampuan bahasa tersebut dalam mengungkapkan fenomena baru yang berkembang. Oleh karena itu, perkembangan bahasa Indonesia sangat tergantung pada tingkat keberhasilan menciptakan kosa kata dan istilah-istilah baru. Bahasa Indonesia sudah mulai mengglobal karena bahasa Indonesia memiliki sifat terbuka dan  demokratis. Perkembangan yang terjadi sekarang dan yang datang tidak hanya menyangkut masalah struktur dan bahasa, tetapi lebih jauh mengungkapkan permasalahan manusia baru yang dialami manusia di dalam sebuah proses perubahan dalam berbagai aspek kehidupan.
KETAHANAN PANGAN Heri Suharyanto
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 4, No 2 (2011)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.929 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v4i2.633

Abstract

Terjadinya kerawanan pangan, disebabkan oleh tidak tercapainya target ketersediaan pangan dan akses terhadap pangan bagi masyarakat.  Hal ini menjadi paradox, mengingat Indonesia memiliki lahan yang luas dan subur.  Pembangunan ketahanan pangan adalah mencapai ketahanan dalam bidang pangan dalam kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap individu/rumah tangga dari produksi pangan nasional, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, jumlah dan mutu, aman, merata dan terjangkau di seluruh wilayah Indonesia.
MODE WACANA BAHASA KEKUASAAN Enie Hendrajati
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 2, No 1 (2009)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.779 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v2i1.665

Abstract

Manusia dilahirkan tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Hal ini mengisyaratkan bahwa manusia bukan saja sebagai makhluk sosial, ekonomi, dan budaya, akan tetapi juga termasuk makhluk politik. Dengan dasar bahwa manusia adalah makhluk politik yang ekuivalen makhluk dengan naluri berkuasa maka perilaku sosial-politiknya akan terpancar dalam bahasa dan perilaku berbahasanya. Manusia dalam berkegiatan dengan siapa pun, tentang apa pun, kapan pun, dan dengan saluran apa pun cenderung tidak bisa netral dari hasrat dan naluri untuk mempengaruhi, menguasai, mempertahankan, dan  atau memperluas tindakan lainnya.Mode wacana menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang  diharapkan oleh para pelibat dari bahasa yang digunakan, mode retoriknya, apa yang diharapkan pelibat dari gaya bahasa yang digunakan, apakah  gaya bahasa yang digunakan dapat digolongkan sebagai didaktik, membujuk, menjelaskan dan semacamnya.Bahasa kekuasaan yang merupakan keniscayaan atau naluri kemanusiaan tampaknya bergerak dalam lingkup derajat antara; berkisar antara. Manusia dalam berbahasa dengan naluri ”transaksi”, bahkan ”berduel” dapat dengan bebas bergerak antara yang sarkastis hingga yang eufemistis (substansinya tetap naluri menguasai, bertransaksi, bernegosiasi, dan duel) asalkan masih dalam standar deviasi tertentu, atau batas kenormalan dan kelaziman. Melebihi batas kenormalan berarti abnormal, tidak lazim, gila dan adu fisik.Bahasa dan kekuasaan adalah dwitunggal. Dalam komunikasi kebahasaan akan selalu ada nuansa-nuansa saling dominasi, kekuasaan, pengaruh, autoritas.Mode wacana yang menyertainya dapat bercorak retorik-persuasif, baik yang tampak rasional-persuasif maupun yang bercorak retorik emosional-persuasif, bahkan yang bercita rasa agresif-dogmatis.Kenyataan bahwa bahasa dengan mode retorik seperti itulah yang mengundang alternatif paradigma-teoritis sehingga kajian dan analisis bahasa dan wacana tidak sekedar dari paradigma empirisme-positivisme, tetapi juga dari paradigma fenomenologi, bahkan dengan paradigma discursive-practice.
PERANAN PACKAGING DALAM MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI TERHADAP KONSUMEN Sukrianti Mukhtar; Muhammad Nurif
JURNAL SOSIAL HUMANIORA (JSH) Vol 8, No 2 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.072 KB) | DOI: 10.12962/j24433527.v8i2.1251

Abstract

Kebutuhan masyarakat sekarang ini semakin meningkat dalam berbagai hal. Peluang seperti ini bagi seorang Technopreneurship merupakan peluang yang sangat baik untuk mengembangkan usaha dan dapat juga menciptakan usaha baru yang mengembangkan perusahaannya. Berangkat dari perihal ini seorang Technopreneurship harus menganalisa pasar, mendesain, dan lain-lain, agar peluang-peluang ini terisi yang tidak kalah penting disamping kesiapan daya tarik dari berbagai hal produk, yang menjadi pemikat konsumen adanya beraneka macam kemasan atau packaging dapat meletakkan dan menyelemat bahkan menyimpan produk yang di produksi, sehingga menjadi daya pikat tersendiri bagi masyarakat sekarang ini.

Page 4 of 22 | Total Record : 219