cover
Contact Name
Wakhidah Kurniawati
Contact Email
ruang@live.undip.ac.id
Phone
+6224-7460054
Journal Mail Official
ruang@live.undip.ac.id
Editorial Address
Gedung A lantai 3, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro, Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Kota Semarang, 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Ruang
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 18583881     EISSN : 23560088     DOI : 10.14710/ruang
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 165 Documents
Revitalisasi Permukiman Suku Bajo di Desa Kabalutan Ristianti, Novia Sari
Ruang Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Ruang
Publisher : Ruang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.837 KB) | DOI: 10.14710/.1.2.71-80

Abstract

This study aims to arrangement implementation of buildings and the environment in residential areas Bajo in Kabalutan Village to realize the layout of buildings and neighborhoods and livable, identity themselves, productive and sustainable. Development of the Bajo settlement revitalization must be adapted to the local character of society which has social and cultural life of local governance. Dwelling houses were established in the village Kabalutan a house above the sea level with pillars at the bottom of a shallow sea. The houses surrounding the small islands (with a diameter of 10-20 meters) or elongated follow the access that connects the settlements that surround the small islands. Therefore, control settings and utilization should depart from local character.
Kajian Keamanan Jalur Pejalan Kaki Di Jalan Arteri Sekunder Berdasarkan Aspek Fisik dan Masyarakat (Studi Kasus: Jalan Pemuda Kabupaten Klaten) Zulhazmi Alfian Nur; Djoko Suwandono
Ruang Vol 1, No 1 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.1.1-10

Abstract

Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang menghubungkan dua pusat pertumbuhan dari kota Surakarta menuju kota Yogyakarta. Kedua wilayah tadi dihubungkan oleh jalan arteri sekunder yang  terletak melewati kawasan pusat kota Klaten. Pertumbuhan pada jalan arteri sekunder ini memicu kedatangan pejalan kaki yang beraktifitas di sekitar jalan arteri sekunder. Permasalahan terjadi ketika jalan arteri sekunder yang mempunyai kecepatan rencana 40km/jam disandingkan dengan aktifitas pejalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keamanan jalur pejalan kaki yang terletak di sempanjang koridor arteri sekunder di pusat kota klaten. Penelitian menggunakan dasar analisis kuantitatif deskriptif yang menjelaskan data hasil temuan dilapangan berdasarkan teori yang digunakan. Variabel yang berpengaruh adalah variabel penyeberangan di tengah ruas, persimpangan, dan rambu lalu lintas dan trotoar. Dari empat variabel tersebut digunakan untuk menjelaskan keamanan jalur pejalan kaki berdasarkan aspek fisik dan aspek persepsi masyarakat.Hasil yang didapat adalah berdasarkan aspek fisik, kondisi jalur pejalan kaki di wilayah studi termasuk dalam kategori baik. Hal ini didukung oleh hasil observasi yang menunjukan bahwa kesesuaian kondisi wialayah studi dengan teori sekitar 75%, hal ini masuk dalam kategori baik. Hasil analisis terhadap persepsi masyarakat,  nilai total hasil skoring menunjukan angka 2453 (sekitar 69.68% terhadap nilai maksimal). Dengan menggunakan rentang interval kelas berikut maka termasuk pada kategori kualitas keamanan baik.
Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT) Di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Muhammad Syafi’i; Djoko Suwandono
Ruang Vol 1, No 2 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.2.61-70

Abstract

Desa Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Demak yang memiliki potensi wisata mangrove dan wisata religi, dengan adanya komunitas mangrove bahari dan komunitas nelayan Morosari yang sangat potensial dalam pengembangan berbasis masyarakat. Community Based Tourism merupakan konsep pengembangan desa wisata dengan melibatkan dan menempatkan masyarakat lokal yang memiliki kewenangan untuk mengelola dan mengembangkan daerahnya sendiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan keberlanjutan kebudayaan lokal dan sumber daya alam. Penelitian ini  bertujuan  untuk memberikan rekomendasi strategi pengembangan dan pengelolaan desa wisata di kawasan pesisir Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak dengan pendekatan konsep Community Based Tourism (CBT). Pada penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan dibagi dalam tiga kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian kemudian dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan wisata di Desa Bedono yaitu sebuah strategi pengembangan dan pengelolaan desa wisata Bedono yang berasal dari potensi masalah yang ada di desa Bedono dan didukung oleh kebijakan serta organisasi yang ada. 
Pemanfaatan Jalur Pemandu Tunanetra Pada Pedestrian Di Kota Semarang Rischa Oktari Sari; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 1, No 1 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.1.11-20

Abstract

Penyediaan jalur pemandu di Kota Semarang dilatarbelakangi oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.30 tahun 2006 dan Perda Kota Semarang no 14 tahun 2011-2031 yang menyatakan bahwa pengembangan fasilitas pejalan kaki harus dilengkapi dengan aksesibilitas, dengan tetap memperhitungkan penggunaannya bagi penyandang cacat. Sayangnya, penataan itu kurang disertai dengan perencanaan yang matang, karena tidak memperhatikan keamanan, kenyamanan dan aksesibilitas bagi tunanetra yang menggunakan jalur pemandu. Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif, sementara teknik analisis yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil observasi, jalur pemandu di Kota Semarang jarang dimanfaatkan oleh tunanetra, hal ini disebabkan oleh hampir secara keseluruhan tunanetra tidak mengetahui penyediaan jalur tersebut. Menurut mereka pemerintah tidak pernah melakukan sosialisasi terkait penyediaan jalur. Alasan lain adalah penyediaan jalur pemandu baru disediakan di Kawasan Simpang Lima dan Tugu Muda dimana dikawasan tersebut banyak terdapat ruang publik, aktivitas pemerintahan dan aktivitas perdagangan jasa sementara pada hasil analisis ditemukan bahwa tunanetra sangat jarang melakukan aktivitas ke ruang publik. Selain itu jarak antara rumah tunanetra dengan lokasi penyediaan jalur cukup jauh, karena tunanetra sendiri lebih banyak yang bertempat tinggal dikawasan pinggiran seperti di kawasan Pedurungan, Mijen dan lainnya. Hal ini yang menyebabkan minimnya jumlah tunanetra yang memanfaatkan jalur pemandu di Kota Semarang.
Upaya Pelestarian Kota Pusaka Kawasan Klampok, Kecamatan Purworejo Klampok, Kabupaten Banjarnegara Nugroho Adi Kurniawan; Djoko Suwandono
Ruang Vol 1, No 3 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.3.131-140

Abstract

Kawasan Klampok yang pada masa lalu merupakan area pertanian tebu pendukung pabrik-pabrik gula Banyumas kini berada pada transisi pertumbuhan desa – kota menjadi kota, dengan kegiatan perdagangan dan jasa yang semakin bertumbuh.  Sepanjang waktu kira – kira setengah abad sejak tahun 1889 Klampok merupakan kota pabrik gula penting di wilayah Banyumas yang memiliki lahan pertanian tebu yang sangat luas dan mencakup Purwonegoro, Mandiraja, Klampok, Susukan, Somagede hingga selatan Banyumas. Kini kehidupan kawasan Klampok lebih didominasi oleh persawahan yang didukung oleh jaringan irigasi tersier serta kawasan komersil pengrajin keramik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan yaitu análisis kondisi eksisting yang dilihat dari sejarah perekembangan kawasan, analisis eksistensi Kota Pusaka Kawasan Klampok baik dikaji secara fisik dan non fisik dan analisis upaya pelestarian kota pusaka dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif untuk menentukan upaya – upaya pelestarian yang tepat dalam melestarikan kota pusaka di kawasan Klampok. Output penelitian berupa upaya yang sesuai dalam melestarikan Kota Pusaka Kawasan Klampok. Hasil penilaian menggunakan skala likert didapat upaya pelestarian yang sesuai untuk Kota Pusaka Kawasan Klampok yaitu rehabilitasi Kawasan. 
Pengaruh Perkembangan Kawasan Komersial Terhadap Perubahan Permukiman di Kelurahan Kembangsari Kota Semarang Jurike Winarendri; Parfi Khadiyanta
Ruang Vol 1, No 3 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.3.91-100

Abstract

Pertumbuhan ekonomi mendorong peningkatan kegiatan perdagangan dan jasa sehingga dapat menarik investor untuk mengembangkan bisnis properti di pusat perkotaan. Kelurahan Kembangsari merupakan kawasan permukiman yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan komersial. Kegiatan komersial yang tinggi mendesak perubahan kawasan permukiman dan mendorong fungsi permukiman menjadi komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perkembangan kawasan komersial terhadap perubahan permukiman dengan mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik penduduk, perkembangan aktivitas pendukung, perubahan perubahan bentuk dan fungsi bangunan rumah serta menganalisis perubahan prasarana lingkungan jalan di Kelurahan Kembangsari. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan pemetaan. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat keterkaitan kecil antara perkembangan komersial terhadap penduduk. Aktivitas pendukung memiliki peran untuk mencari nafkah,  mendukung kegiatan komersial, menyediakan pelayanan bagi masyarakat. Tingkat perubahan bentuk dan fungsi bangunan rumah tergantung pada kedekatan dengan bangunan komersial dan tingkat kesejahteraan penduduk. Selain itu, perkembangan komersial mendorong peningkatan prasarana lingkungan. Secara keseluruhan, perkembangan komersial mempengaruhi sisi eksternal dan internal permukiman dan berpotensi membawa perubahan yang lebih besar pada Kelurahan Kembangsari. 
Persepsi Pengguna Taman Tematik Kota Bandung Terhadap Aksesibilitas dan Pemanfaatannya Freska Ilmiajayanti; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 1, No 1 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.1.21-30

Abstract

Perkembangan Kota Bandung sebagai kota kreatif, mendorong aktivitas yang beragam dilakukan oleh pengguna berupa masyarakat atau komunitas-komunitas seni dan sosial. Adanya aktivitas beragam dan kelompok-kelompok penyalur hobi yang berbeda yang berlangsung saat ini maka aksesibilitas pengguna taman tematik itu sendiri dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang efektif untuk pencapaian interaksi sosial dalam ruang publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengguna taman tematik di Kota Bandung terhadap aksesibilitas dan pemanfaatannya. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified sampling dengan menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi serta pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif. Dari hasil analisis maka dihasilkan bahwa tingkat aksesibilitas taman tematik Kota Bandung cukup baik, baik berupa dari faktor jarak tempuh, waktu tempuh perjalanan, moda transportasi yang digunakan serta kondisi jalan menuju taman tematik, sehingga jangkauan pelayanan taman tematik telah menyebar luas dan sudah sesuai keingingan pengguna. Pengguna merasakan kenyamanan yang baik dengan lengkapnya fasilitas penunjang pengguna beraktivitas, tingkat keamanan yang cukup baik dengan adanya fasilitas penunjang keamanan, kondisi tingkat kebersihan, aktivitas pengguna yang telah memanfaatkan taman ini sesuai dengan tema taman ini. Hal ini menjadikan taman tematik Kota Bandung dapat menjadi wadah perkumpulan dan kegiatan dari komunitas terkait karena telah sesuai dengan tujuan Ridwan Kamil sebagai walikota untuk memberikan wadah kepada para komunitas di Kota Bandung.
Persepsi Masyarakat Terhadap Lokasi Rencana Pembangunan Simpang Lima Kedua Di Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang Retno Sari Dewi; Parfi Khadiyanta
Ruang Vol 1, No 3 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.3.141-150

Abstract

Rencana pembangunan Simpang Lima Kedua merupakan sebuah rencana pembangunan ruang publik baru yang bertujuan untuk memecah konsentrasi kepadatan yang terdapat di pusat kota. Namun, jalan yang menjadi lokasi rencana Simpang Lima Kedua merupakan jalan yang cukup padat pada kondisi eksisting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji persepsi masyarakat terkait rencana pembangunan Simpang Lima Kedua sebagai ruang publik dan pusat pertumbuhan baru kota, khususnya dampak yang dapat ditimbulkan jika pembangunan tersebut telah selesai dilaksanakan. Oleh karena itu, rencana pembangunan tersebut juga dikaji berdasarkan dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan, seperti gangguan keamanan, kenyamanan, dan kemacetan sehingga akan terlihat apakah dampak tersebut lebih menguntungkan atau merugikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif. Dari hasil analisis yang dilakukan, sebagian besar masyarakat merasa setuju dengan adanya pembangunan Simpang Lima Kedua. Selain itu, gangguan keamanan dan kenyamanan tidak akan terlalu dirasakan. Sedangkan, dampak berupa gangguan kemacetan akibat adanya ruang publik tersebut akan dirasakan. Namun, jika pembangunan tersebut disertai dengan penataan lingkungan di sekitarnya maka gangguan kemacetan tersebut dapat diatasi.  
Penyediaan Hutan Kota dan Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Menurut Preferensi Masyarakat di Kawasan Pusat Kota Tangerang Nadia Imansari; Parfi Khadiyanta
Ruang Vol 1, No 3 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.3.101-110

Abstract

Ruang terbuka hijau (RTH) khususnya di wilayah perkotaan memiliki fungsi yang penting diantaranya terkait aspek ekologi, sosial budaya, dan estetika. Adapun dalam penyediaannya, haruslah memenuhi kriteria ruang publik yang ideal seperti lokasi yang mudah dijangkau, nyaman, dan memberikan rasa aman bagi penggunanya. Masih kurangnya ketersediaan jumlah RTH publik khususnya hutan kota dan taman kota pada kawasan pusat kota Tangerang sedikit banyak mempengaruhi fungsi hutan kota dan taman kota tersebut sebagai ruang terbuka hijau (RTH) publik. Di samping itu, kondisi hutan kota dan taman kota eksisting pun dapat dikatakan sepi dari pengunjung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji fungsi dan kriteria penyediaan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) publik pada hutan kota dan taman kota serta memberikan rekomendasi dalam peningkatan kualitas hutan kota dan taman kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH) publik berdasarkan preferensi masyarakat. Jenis pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sementara itu, proses analisis data yang dilakukan membutuhkan fakta yang berhubungan dengan fenomena aktual di hutan kota dan taman kota sebagai RTH publik kawasan pusat kota Tangerang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil analisis tersebut, didapatkan hasil bahwa masyarakat menginginkan RTH publik yang berfungsi sebagai peneduh dan paru-paru kota, juga ingin adanya RTH publik yang dapat menjadi pusat interaksi dan komunikasi masyarakat serta sarana rekreasi. Selain itu, masyarakat memilih RTH publik yang dapat memberikan kenyamanan misalnya dengan menyediakan fasilitas yang memadai.  
Perancangan Ruang Fisik Kawasan Stasiun Tawang yang Terintegrasi dengan Angkutan Umum Kota Semarang Aryowibowo Nurprilianto Nugroho; Parfi Khadiyanta
Ruang Vol 1, No 3 (2015): Ruang
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ruang.1.3.121-130

Abstract

Sektor perhubungan dan pengangkutan khususnya transportasi angkutan rel merupakan salah satu sektor penting dalam pemenuhan kebutuhan mobilisasi masyarakat di Kota Semarang. Kegiatan transportasi angkutan rel terus meningkat, ditandai dengan jumlah penumpang kereta api tertinggi di Stasiun Tawang mencapai 43.352 orang di bulan Maret tahun 2014. Jumlah rata-rata pengunjung tiap harinya mencapai 1068 penumpang dengan presentase 26% hingga 52%-nya menggunakan angkutan umum untuk mengakses Stasiun Tawang. Namun, kondisi Stasiun Tawang saat ini belum mampu menjadi sebuah lokasi simpul perpindahan dan pertukaran moda serta pusat koneksi angkutan umum perkotaan yang terstruktur dan sistematis. Jika tantangan tersebut tidak dapat terselesaikan, maka akan berdampak pada penurunan kinerja aktivitas perkeretaapian dari Stasiun Tawang. Tujuan dari perencanaan ini adalah terciptanya rekomendasi rancangan Kawasan Stasiun Tawang di Kota Lama Semarang yang sustainable dan dapat memecahkan permasalahan yang ada serta terus berkembang dalam mengakomodir kebutuhan masyarakat Semarang dan sekitarnya di sektor transportasi. Metode yang digunakan di dalam perencanaan ini adalah deskriptif kualitatif dengan penggunaan wawancara pada narasumber dari pihak terkait. Melalui tahapan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil berupa pembagian fungsi kawasan ke dalam beberapa sektor yaitu perhubungan dan pengangkutan, perdagangan dan jasa, serta rekreasi dan pelayanan umum. Masing-masing fungsi direncanakan dalam bentuk rancangan ruang dengan ketentuan standar pelayanan minimum. Sehingga tersusun rekomendasi rancangan dari Kawasan Stasiun Tawang yang berfokus pada penyelesaian masalah integrasi terhadap angkutan umum Kota Semarang. 

Page 1 of 17 | Total Record : 165