cover
Contact Name
Agus Chalid
Contact Email
gulid.p@gmail.com
Phone
+6285220013654
Journal Mail Official
gmhc.unisba@gmail.com
Editorial Address
Jalan Hariangbanga No. 2, Tamansari, Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Global Medical and Health Communication
ISSN : 23019123     EISSN : 24605441     DOI : https://doi.org/10.29313/gmhc
Core Subject : Health, Science,
Global Medical and Health Communication is a journal that publishes research articles on medical and health published every 4 (four) months (April, August, and December). Articles are original research that needs to be disseminated and written in English. Subjects suitable for publication include but are not limited to the following fields of anesthesiology and intensive care, biochemistry, biomolecular, cardiovascular, child health, dentistry, dermatology and venerology, endocrinology, environmental health, epidemiology, geriatric, hematology, histology, histopathology, immunology, internal medicine, nursing sciences, midwifery, nutrition, nutrition and metabolism, obstetrics and gynecology, occupational health, oncology, ophthalmology, oral biology, orthopedics and traumatology, otorhinolaryngology, pharmacology, pharmacy, preventive medicine, public health, pulmonology, radiology, and reproductive health.
Articles 359 Documents
Koinfeksi Sifilis Sekunder dan HIV pada Seorang Laki Suka Laki Ain, Ayu Nur; Rachmatdinata, Rachmatdinata; Djajakusumah, Tony S
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Dilaporkan satu kasus koinfeksi sifilis sekunder dan HIV disertai dermatitis kontak iritan pada seorang laki suka laki (LSL) berusia 24 tahun. Gambaran klinis berupa makula eritema, papula eritema, plak eritema, dan skuama tipis pada kulit kepala berambut, leher, dada, punggung, kedua lengan, dan kedua tungkai bawah. Pada kedua telapak tangan dan kaki terdapat makula eritema. Pada korpus penis dan skrotum didapatkan makula eritema, makula hiperpigmentasi, dan makula hipopigmentasi. Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan gambaran klinis serta hasil pemeriksaan veneral disease research laboratory (VDRL) 1/128 dan Treponema pallidum haemagglutination assay (TPHA) 1/2.560. Penderita diterapi dengan benzatin penisilin G 2,4 juta UI intramuskular sekali seminggu selama tiga minggu. Perbaikan klinis didapatkan pada hari ke-9 dan penurunan titer VDRL sebanyak dua kali didapatkan pada satu bulan setelah pemberian terapi benzatin penisilin G yang pertama.   Kata kunci: Benzatin penisilin G, HIV, koinfeksi, LSL (laki suka laki), sifilis sekunder Secondary Syphilis and HIV Coinfection in a Men Who Have Sex with Men   Abstract A case of secondary syphilis and HIV coinfection accompanied by irritant contact dermatitis in a 24-year-old men who have sex with men (MSM) was reported. The patient presented with erythematous macules, papules, plaque, and thin scales on the scalp, neck, chest, back, both arms and lower limbs. There were erythematous macules on both palms and soles, also erythematous macules, hiperpigmented macules, and hypopigmented macules on the penile shaft and scrotum. Diagnosis of secondary syphilis was established based on clinical appearances and results of veneral disease research laboratory (VDRL) 1/128 and Treponema pallidum haemagglutination assay (TPHA) 1/2,560. The patient was treated with intramuscular 2.4 million IU  benzathine penicilline G once weekly for three weeks. Clinical improvement was appeared on the 9th  day and twofold decrease of VDRL titer in one month after first administration of benzathine penicilline G.   Key words: Benzathine penicilline G, coinfection, HIV, MSM, secondary syphilis 
Sifilis Laten: Diagnosis dan Pengobatan Rowawi, Rasmia
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Sifilis laten merupakan stadium sifilis yang diakibatkan oleh T. pallidum yang masih menetap dalam tubuh, namun tidak menunjukkan gejala dan hanya menunjukkan hasil pemeriksaan serologis yang reaktif. Sifilis laten yang tidak diterapi dapat menetap bertahun-tahun atau seumur hidup dan dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV. Ibu hamil dengan sifilis laten dini akan menyebabkan sekitar 40% bayi yang dilahirkankannya tertular, 20% prematur, 10% lahir mati, dan 4% meninggal pada waktu dilahirkan. Diagnosis sifilis laten dini ditegakkan bila dalam 12 bulan terakhir ditemukan satu atau lebih dari tanda-tanda berikut ini: peningkatan titer VDRL/RPR sebanyak empat kali atau lebih; pada anamnesis didapatkan gejala sifilis primer dan sekunder; riwayat kontak seksual dengan seseorang yang didiagnosis atau diduga menderita sifilis primer atau sifilis sekunder atau sifilis laten dini; serta kontak seksual dengan seseorang dengan tes VDRL atau RPR dan TPHA reaktif. Pengobatan yang direkomendasikan untuk sifilis laten dini adalah benzatin penisilin 2,4 juta UI, IM, dosis tunggal, sedangkan pada sifilis laten lanjut, benzatin penisilin 2,4 juta UI, IM, diberikan 3 kali dengan interval satu minggu. Pemeriksaan serologis sifilis non- treponemal (VDRL atau RPR) dilakukan setelah pengobatan 3, 6, 12, dan 24 bulan untuk menilai keberhasilan pengobatan.   Kata kunci: Diagnosis, silifis laten, terapi  
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mengenai Kesehatan Reproduksi Siswa SMA Swasta dan Madrasyah Alliyah Mayzufli, Agam; Respati, Titik; , Budiman
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kesehatan reproduksi (kespro) menjadi perhatian pemerintah Indonesia sebagai salah satu masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan baik. Tingkat pengetahuan tentang reproduksi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku seksual remaja. Di beberapa sekolah kesehatan reproduksi telah dijadikan salah satu pengetahuan tambahan untuk siswa, akan tetapi belum semua melakukan hal tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan  tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang kesehatan reproduksi pada remaja siswa-siswi SMA swasta  (SMA BPI 1) dengan siswa-siswi Madrasah Alliyah Sukamiskin Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2010 dan subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA BPI1 dan Madrasah Alliyah Bandung berjumlah 137 responden. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner yang telah divalidasi. Statistical for social science (SPSS) versi 17 dipergunakan untuk mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen pengetahuan, sikap, dan perilaku antara siswa-siswi SMA dan Madrasah Alliyah mengenai kesehatan reproduksi  berbeda pada sikap. Sikap siswa-siswi Madrasah Alliyah mayoritas kurang mendukung  kesehatan reproduksi tetapi perbedaan ini tidak  signifikan. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sebaiknya diberikan secara lebih terarah untuk semua remaja agar mendukung tercapainya kesehatan reproduksi yang baik.  Kata kunci: Kesehatan reproduksi, pengetahuan, perilaku, remaja, sikap  Knowledge,  Attitudes  and  Behavior  Regarding  Reproductive  Health  of High School and Madrasah Aliyah s Students  Abstract Reproductive health is one of the program that governments focus on.  The level of knowledge about reproductive health is one factor that can influence adolescent sexual behavior. The purpose of this study was to determine the comparative level of knowledge, attitudes and behavior regarding reproductive health of adolescent in high school and Madrasah Alliyah. This research used descriptive analytical method with cross sectional approach. The study was conducted in May 2010 and the total subjects of this study were 137 high school students represented by High School (SMA BPI 1) and Madrasyah Alliyah Bandung. Statistical for social science (SPSS) versi 17 was used for analysis of data. The results showed that reproductive health knowledge and behaviors between High School SMA BPI 1 and Madrasah Alliyah Bandung were similar. The difference was only in the attitude. The majority of students from Madrasah  Alliyah had little suport for reproductive health, however the diferences was not significant. It is recomended that reproductive health knowledge be given comprehensively to support a better reproductive health in general.   Key words: Attitude, behavior, knowledge, reproductive health 
Karakteristik dan Gaya Hidup Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Ramdhani, Rizky; Respati, Titik; Irasanti, Siska Nia
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang semakin penting, karena prevalensi yang meningkat setiap tahun. Pada tahun 2000 World Health Organization memperkirakan prevalensi hipertensi sebesar 26,4% di dunia, Menurut Riskesdas tahun 2007 memperkirakan prevalensi hipertensi sebesar 31,7%. Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan menjadi non modifiable (seperti keturunan, jenis kelamin, dan usia) dan modifiable (seperti kurang olahraga, obesitas, dan garam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan gaya hidup pasien hipertensi di RS Al-Islam Bandung. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien yang datang ke poli rawat jalan Instalasi Penyakit Dalam RS Al-Islam periode 1 April–31 Juli 2012. Sebanyak 230 subjek mengikuti penelitian terdiri atas 114 pasien hipertensi dan 116 pasien normotensi. Hasil penelitian menunjukkan pasien hipertensi berusia rata-rata 61–70 tahun (38,6%), berjenis kelamin perempuan (68,4%), berpendidikan S-1 (42,1%), ibu rumah tangga 48,2%, memiliki faktor genetik (66,7%), serta tidak rutin melakukan olahraga (47,4%). Hasil penelitian memperlihatkan faktor risiko yang mempunyai   hubungan dengan hipertensi adalah usia (p=0,0001), jenis kelamin (p=0,007), riwayat hipertensi (p=0,048), tidak rutin olahraga (p=0,004), dan tidak melakukan pencegahan (p=0,0001). Simpulan penelitian ini adalah kejadian hipertensi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, faktor risiko, dan kebiasaan olahraga rutin. Hasil ini diharapkan dapat dipergunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko hipertensi sehingga dapat menurunkan kejadian hipertensi di masyarakat.  Kata kunci: Gaya hidup, hipertensi, karakteristik Characteristic and Lifestyle of Hypertension Patients at Al-Islam Hospital Bandung  Abstract Hypertension is an increasingly important health problem, showed by an increasing prevalence every year. In 2000 the World Health Organization estimates that the prevalence of hypertension in the world were 26.4%. According to Riskesdas in 2007 it was estimated that the prevalence of hypertension in Indonesia was 31.7%. Risk factors for hypertension can be divided into nonmodifiable (such as heredity, gender, and age) and modifiable (such as lack of exercise, obesity and salt). This study aimed to investigate the patients characteristics and lifestyle. This is a descriptive study using cross sectional analytic approach. Subjects were patients attending the outpatient clinic at Al-Islam Hospital, Internal Medicine Department during 1st  April to 31st  July 2012. A total of 230 subjects completed the study with 114 subjects diagnosed as hypertensive and 116 normotensive. The results showed that majority of    hypertensive patients were 61–70 years old (38.6%), female (68.4%), university graduate  (42.1%), housewives 48.2%, has genetic factor (66.7%), and doing exercise irregularly (47.4%). The results showed that risk factors associated with hypertension were age (p=0.0001), gender (p =0.007), genetic factors (p=0.048), irregular exercise (p=0.004), and no prevention of hypertension (p=0.001). The conclusion of this study is the incidence of hypertension is influenced by age, sex, genetic factors and regular exercise habits. These results are expected to be used to increase knowledge about risk factors for hypertension that may be used to help decreasing the incidence of this disease in the community.   Key words: Characteristics, hypertension, lifestyle 
Kadar Calprotectin pada Bayi Kurang Bulan dan Respiratory Distress Syndrome Usman, Ali; Sukadi, Abdurachman; Mose, Johannes C
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Calprotectin merupakan peptida antimikrob yang disimpan dalam leukosit sebagai molekul efektor dari respons imun innate. Terdapat infeksi intrauterin/intraamnion berhubungan dengan peningkatan calprotectin, defensin, dan bacterial permeability increasing protein (BPI) secara bermakna di dalam cairan amnion pada persalinan kurang bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar calprotectin pada bayi kurang bulan yang menderita dan tidak menderita respiratory distress syndrome (RDS). Penelitian observasional analitik dilakukan selama periode Maret 2010–Maret 2012 di RS Dr. Hasan Sadikin, RS Advent, RS Al Islam, RS Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, dan RS Ibu Anak Hermina Pasteur, diperoleh sampel sebanyak 60 bayi kurang bulan yang menderita dan tidak menderita RDS masing-masing sejumlah 30 orang. Cairan amnion diambil untuk pemeriksaan kadar calprotectin. Diagnosis RDS dibuat berdasarkan pemeriksaan fisis, skor Downe, dan foto toraks. Didapatkan nilai median kadar calprotectin pada kelompok bayi kurang bulan yang menderita RDS sebesar 3.302,6 sedangkan pada kelompok bayi yang tidak menderita RDS sebesar 7.908,85. Pada Uji Mann-Whitney diperoleh Zm-w=3,063 (p=0,002). Cut-off point (COP) calprotectin >3.395,6 didapatkan jumlah RDS (+) 17 dan RDS (-) 4, sedangkan pada COP calprotectin >3.395,6 jumlah RDS (+) 13 dan RDS (-) 26. Dapat disimpulkan, kadar calprotectin pada bayi yang menderita RDS berbeda  dibandingkan dengan kadar calprotectin pada bayi yang tidak menderita RDS. Kadar calprotectin dapat memprediksi kejadian RDS dengan sensitivitas 56,7%; spesifisitas 86,7%; dan akurasi 71,7%.   Kata kunci: Bayi kurang bulan, calprotectin, respiratory distress syndrome Calprotectin Concentrations in Preterm Neonates and Respiratory Distress Syndrome Abstract Calprotectin is antimicrobial peptides stored in leucocytes, that acts as effector molecules of the innate immune response. Intrauterine or intraamniotic infection was associated with a significant increase in amniotic fluid concentration of calprotectin, defencin and bacterial permeability increasing protein (BPI). The study aims was to explore calprotectin concentrations at preterm neonates with and without respiratory distress syndrome. An observational analytic study was performed during March 2010–March 2012 in Dr. Hasan Sadikin, Advent, Al Islam,  Mother and Child Hermina Pasteur Hospitals Bandung. Subjects were 60 preterm neonates who divided in two groups, 30 neonates with and 30 neonates without RDS. Sixty samples of amniotic fluid were collected to examine calprotectin concentration. The diagnoses of RDS was made based on physical examination, Downe score and chest X-rays. Median value of calprotectin concentrations from preterm neonates with RDS was 3,302.6 and neonates without RDS  was 7,908.85, with Mann-Whitney test Zm-w=3.063 (p=0.002). Cut-off point (COP) of calprotectin 3,395.6 in RDS (+) was 17 and in RDS (-) was 4. Calprotectin in RDS COP >3,395.6 (+) was 13 and RDS (-) was 26. In conclusions, the concentration of calprotectin at RDS (+) is very low and  different with the one at RDS (-). The concentration of calprotectin can be used to predict the incidence of RDS with sensitivity 56.7%, specificity 86.7%, and accuracy 71.7%.   Key words: Calprotectin, preterm neonates, respiratory distress syndrome
Efek Jus Gel Lidah Buaya (Aloe vera L.) dalam Menghambat Penyerapan Glukosa di Saluran Cerna pada Manusia Christian, Evan; Jasaputra, Diana Krisanti; Rahardja, Fanny
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah. Prevalensi DM di Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia. Pencegahan dan penatalaksanaannya menjadi sangat penting, sehingga diperlukan terapi komplementer alternatif yang salah satunya adalah lidah buaya. Tujuan penelitian ini untuk menilai efek jus gel lidah buaya (Aloe vera L.) dalam menghambat penyerapan glukosa di saluran cerna pada manusia. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Farmakologi Unversitas Kristen Maranatha Bandung selama Desember 2011 sampai Desember 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan desain penelitian cross over. Penelitian dilakukan pada 10 orang subjek penelitian dan masing-masing memperoleh 3 perlakuan yaitu pemberian akuades, acarbose, dan jus gel lidah buaya yang diberikan saat makan. Kadar glukosa darah diukur pada saat puasa dan 2 jam post prandial. Uji analisis statistik dilakukan dengan menggunakan metode analysis of varians (ANOVA), dengan α = 0,05 dengan Uji lanjut Fisher LSD. Hasilnya menunjukkan adanya kenaikan kadar glukosa darah 2 jam post prandial oleh jus gel lidah buaya sebesar 14,35%, sedangkan akuades 23,91%. Hal ini menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) yang berarti jus gel lidah buaya menghambat penyerapan glukosa pada saluran cerna. Potensi jus gel lidah buaya ini setara dengan acarbose yang menaikkan kadar glukosa darah 2 jam post prandial sebesar 12,31 % (p>0,05). Simpulan dari penelitian ini adalah jus gel lidah buaya menghambat penyerapan glukosa di saluran cerna pada manusia. Kata kunci: Lidah buaya (Aloe vera L.), penyerapan glukosa The Effect of ALOE VERA L Gel Juice  as Glucose Absorption Inhibitors in Gastrointestinal Tract on Humans Abstract Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease characterized by elevated blood glucose levels. The prevalence of DM in Indonesia ranks fourth in the world. Prevention and management are very important, that the necessary complementary alternative such as aloe vera is encouraged. This study aim to assess the effect of aloe vera gel juice in inhibiting the absorption of glucose in the gastrointestinal tract on humans. The study was a quasi experimental study with cross over study design conducted on 10 subjects during December 2011 to December 2012 in laboratory Department of Pharmacology Maranatha Christian University Bandung. Treatments given into 3 categories that are distilled water, acarbose, and the juice of aloe vera gel in meal time. FastingBlood glucose levels and after 2 hours post prandialswere measured. The data was analyzed using analysis of varians  (ANOVA), with α = 0.05 and the Fisher LSD test. The results showed that an increase in blood glucose levels after 2 hours post prandials was 14.35% in subjects given aloe vera gel juice, and 23.91% for distilled water and show significant differences (p<0.05. It means that aloe vera gel juice inhibited glucose absorption in the gastrointestinal tract. The potential of aloe vera gel juice is equivalent to acarbose which increases blood glucose levels 2 hours post prandials at 12.31% (p>0.05). The conclusion of this study is aloe vera gel juice inhibit glucose absorption in the gastrointestinal tract on humans. Key words: Aloe vera (Aloe vera L.), glucose inhibition 
Soursop Effect in Cervical Cancer Apoptosys Mechanism Yuniarti, Lelly; Sastramihardja, Herri; Purbaningsih, Wida; Tejasari, Maya; Respati, Titik; Hestu, Enggar; Adithya, Agly
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Cervical cancer is the fifth leading cancer cause of women death  in Indonesia.  Acetogenin, flavonoids, and tannins in sour sop leaves have anti-cancer effects through regulated genes which involved in apoptotic process such as in Caspase-3. This study aimed to determine the effect of ethanol extract of sour sop leaves to apoptosis and Caspase-3 gene expression in HeLa cell cultures. This was an in vitro study using HeLa cell culture samples  divided into 4 groups. The first group was HeLa cell cultures without  sour sop leaves ethanol extract. The 2nd ,3rd, and 4th group were HeLa cells cultures which were given sour sop leaves ethanol extract with concentration of 60 μg/mL, 120 mg / mL, and 240 mg / mL respectivelly. Apoptosis in each group was examined using TUNEL method and the expression of the caspase 3 gene by RT-PCR. One Way ANOVA with confidence level of 95% were used as statistical analysis.The result showed the effect of the sour sop leaves ethanol extract increased the apoptosis percentage in HeLa cells culture but did not affect the gene expression of Caspase-3.Key words: apoptosis, caspase-3, sour sop leaves Efek Daun sirsak dalam Mekanisme Apoptosis Kanker Serviks Abstrak Kanker serviks adalah penyebab kematian kelima untuk wanita di Indonesia. Asetogenin, flavonoid, dan tannin dalam daun sirsak terbukti mempunyai pengaruh anti kanker melalui regulasi gen melalui proses apoptosis seperti pada caspase-3. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek ekstrak etanol daun sirsak untuk apoptosis dan ekspresi gen caspase-3 dalam kultur sel HeLa. Penelitian ini adalah penelitian in vitro menggunakan sel kultur HeLa yang dibagi menjadi 4 kelompok. Grup pertama adalah sel kultur HeLa tanpa ekstrak etanol daun sirsak sedangkan grup dua, tiga dan empat adalah sel kultur HeLa yang mendapat ekstraks etanol daun sirsak dengan konsentrasi  60μg/mL, 120 mg / mL, dan 240 mg / mL secara bertururt turut. Apoptosis dalam setiap kelompok diperiksa dengan menggunakan metode  terminal deoxynucleotidyl transferase-mediated (TUNEL) dan ekspresi gen caspase-3 dengan menggunakan reverse transciptase-polimerase chain reaction (RT-PCR). One Way analysis of varians (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95% digunakan untuk analisis statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak meningkatkan persentase apoptosis dari kultur sel HeLa tetepi tidak berpengaruh pada ekspresi gen Caspase- 3. Kata kunci: Apoptosis, Caspase-3, ekstrak daun sirsak 
Peran Kedelai (Glycine Max L) dalam Pencegahan Apoptosis pada Cedera Jaringan Hati Tejasari, Maya; Shahib, Nurhalim; Iwan, Djanuarsih; Sastramihardja, Herri S
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pada liver injury akibat berbagai sebab, terjadi apoptosis sel yang sangat banyak yang dapat memengaruhi fungsi metabolik hati.  Isoflavon kedelai telah diketahui dapat mencegah apoptosis sel pada folikel ovarium dan osteoblas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedelai pada pencegahan apoptosis sel pada jaringan hati mencit yang diinduksi CCl4.  Penelitian dilakukan menggunakan 30 ekor mencit jantan galur DDY berumur 8─10 minggu yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan.  Kelompok 1 merupakan kontrol positif yang hanya diberi makanan pelet standar selama 3 minggu kemudian diberi 0,2 mL larutan CCl4 per oral selama 4 hari. Kelompok 2 merupakan kontrol negatif yang hanya diberi makanan pelet standar dan tidak diberi CCl4, sedangkan kelompok 3─6 merupakan kelompok uji yang selain diberi makanan pelet standar juga diberi kedelai dengan kadar berturut-turut 145,6 mg/hari, 218,4 mg/hari, 291,2 mg/hari dan 364 mg/hari selama 3 minggu kemudian diberi 0,2 mL larutan CCl4 peroral selama 4 hari.  Seluruh kelompok kemudian dikorbankan dan diambil organ hatinya untuk dilakukan pemeriksaan histokimia terminal deoxynucleotidyl transferase-mediated dUTP Nick end labeling (TUNEL).  Parameter yang diukur adalah jumlah apoptosis sel pada sayatan jaringan hati mencit menggunakan mikroskop cahaya.  Data disajikan dan dianalisis secara statistik menggunakan uji analysis of varians (ANOVA) untuk menganalisis perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari hasil pemeriksaan imunohistokimia TUNEL tampak jumlah sel yang mengalami apoptosis pada kelompok yang diberi kedelai lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi kedelai. Analisis uji ANOVA antara kelompok tersebut menunjukan perbedaaan yang signifikan dengan nilai p<0,05. Simpulan, bahwa pemberian kedelai dapat mencegah apoptosis sel pada jaringan hati mencit yang diinduksi CCl4.  Kata kunci : Apoptosis,  CCl4, isoflavon, kedelai, liver injury, TUNEL Soy (Glycine max L.) Prevent Apoptotic Cells in Liver Tissue Injury Abstract In the state of liver injury by any cause there are numerous apoptotic cells influencing metabolic function of the liver.  Soy isoflavone (Glycine max L.) known to have effect that inhibit apoptotic cells in follicle and osteoblast.  The aim of this study is to evaluate whether soy has anti apoptotic effect of  CCl4 induced liver  injury in mice. This study use 30 male DDY mice 8─10 weeks old, divided into 6 groups.   Group I acted as positive control, received standard pellet for 3 weeks and induced by 0,2 mLCCl4 per oral.  Group II, the negative control, received only standard pellet.  Group III─VI received standard pellet and treated by soybean extract 145.6 mg, 218.4 mg, 291.2 mg and 364 mg per day respectively administrated orally for 3 weeks and then induced by 0.2 ml CCl4 per oral.  After 4 days of CCl4 induced, the effect of soybean extract was evaluated using histo-chemistry evaluation Terminal deoxynucleotidyl transferase-mediated dUTP nick end labeling (TUNEL).  The identification and quantification of the apoptotic cells in mice liver tissue were done using light microscopy and showed that the TUNEL immune-histochemical examination. The results showed that the number of cells undergoing apoptosis in the group treated by soybean extract were less than the group that was not treated. The results enhanced by analysis of varians (ANOVA)  between the groups showed a significant difference with p<0.05. In conclusion, soy administrated orally could  prevent apoptotic cells in liver tissue.   Key words:  Apoptotic, CCl4, isoflavone, liver injury, soybean, TUNEL 
Karakteristik Penderita Drop Out Pengobatan Tuberkulosis Paru di Garut Respati, Titik; Nurkomarasari, Nevi; , Budiman
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Tuberkulosis masih menjadi masalah penyakit infeksi di dunia termasuk di Indonesia. Walaupun penggunaan Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy (DOTS) sebagai terapi yang direkomendasikan World Helath Organization (WHO) dipergunakan, kasus drop out masih cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan faktor yang mempengaruhi kejadian drop out di Puskesmas Sukamerang, Garut selama tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan instrument penelitian berupa kuesioner yang didasarkan pada petunjuk perawatan TB yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan. Subjek adalah semua penderita TB yang drop out selama pengobatan di Puskesmas Sukamerang, Garut sejumlah 30 orang. Analisis data dilakukan menggunakan statistical programme for social sciense (SPSS) versi 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien TB drop out adalah laki-laki dengan usia < 35 tahun, pendidikan tamat SMP, pendapatan di bawah upah minimum regional dan bekerja sebagai buruh. Tingkat pengetahuan tentang TB paru penderita drop out pengobatan TB paru dan sikap mereka termasuk kurang baik walaupun peran pengawas menelan obat (PMO) telah cukup baik. Masalah tersebut ditambah dengan sulitnya akses menuju pelayanan kesehatan. Upaya penting dalam penanganan kasus TB adalah bagaimana memotivasi penderita agar mereka mau menyelesaikan pengobatan sesuai dengan program  yang ditetapkan. Untuk mewujudkan upaya tersebut, diharapkan program penanggulangan TB paru  dapat meningkatkan upaya penjaringan penderita TB paru dan meningkatkan strategi pelaksanaan pengobatan TB paru melalui penyebaran informasi tentang pengobatan TB paru dan peningkatan peranan PMO.  Kata kunci: Drop out, pengetahuan dan sikap,  tuberkulosis (TB) Characteristics of Drop Out Patients During Treatment of Pulmonary Tuberculosis in Garut Abstract Tuberculosis is still one of the major infectious disease in the world including Indonesia. Although the therapy using Directly Observed Treatment Short course Chemotherapy (DOTS) recomended by World Health Organization has been used, the drop out cases is still high. This study aim was to describe factors contributing to drop out cases in Sukamerang Health Center, Garut during year 2011. This was a cross sectional study using standard questionairres based on Ministry of Health Tuberculosis handbook. Subjects were all , 30  drop out patients during medication at Sukamerang Health Center. Statistical Programee for social science (SPSS) version 17 was used to analize the result. The study results showed  that majority of drop out cases were male less than 35 years old with junior high school education and monthly earning of less than IDR 800.000. Knowledge of TB and attitude towards medication were not satisfactory although the role of pengawas minum obat (PMO ) was quite good. The results showed that the problem was heightened by their difficulty to access the health services. The important aspect in the treatment of tuberculosis is determining how to motivate people to complete the treatment in accordance with the established regiment. To achieve that, various pulmonary TB control programs needs to be enhanced to assist pulmonary TB patients.   Key words: Drop out, knowledge and attitude,  tuberculosis (TB) 
Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) untuk Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa pada Tikus Model Diabetik Fathonah, Rahmi; Indriyanti, Anita; Kharisma, Yuktiana
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak   Diabetes melitus didefinisikan sebagai penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat defisiensi insulin atau penurunan efektivitas insulin dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi akut maupun kronik. Salah satu obat tradisional yang mempunyai efek anti diabetik adalah labu kuning (Cucurbita moschata Durch.) yang mengandung flavonoid, beta-karoten, vitamin C, dan vitamin E. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dan rentang dosis efektif ekstrak air labu kuning terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada tikus model diabetik. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan menggunakan disain rancangan acak lengkap terhadap 28 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang terbagi dalam empat kelompok yaitu kelompok I (diet biasa, induksi aloksan), kelompok II (diet biasa, induksi aloksan, ekstrak air labu kuning dosis 56 mg/200grBB/hari per oral), kelompok III (diet biasa, induksi aloksan, ekstrak air labu kuning dosis 112 mg/200grBB/hari per oral), dan kelompok IV (diet biasa, induksi aloksan, ekstrak air labu kuning dosis 224 mg/200grBB/hari per oral). Pengukuran kadar glukosa darah puasa dilakukan setelah masa adaptasi, setelah diinduksi aloksan, hari ke-7 dan hari ke-14 perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan uji repeated analysis of varians (ANOVA) lalu dilanjutkan dengan uji post-hoc Tamhane’s T2. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ekstrak air labu kuning dengan rentang dosis 56 mg/200grBB/ hari per oral sampai 112 mg/200grBB/hari per oral selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa dengan bermakna. Penurunan kadar glukosa darah puasa diduga karena labu kuning mengandung flavonoid, beta-karoten, vitamin C dan vitamin E.  Kata kunci : Diabetes melitus,ekstrak air labu kuning, glukosa darah puasa Pumpkin (Curcubita moschata Durch) to Decline of Blood Glucose Fasting Levels in Diabetic Mice   Abstract   Diabetes mellitus defined as syndrome of metabolic diseases characterized by hyperglycemia due to insulin deficiency or decreased effectiveness of insulin that cause various acute and chronic complications. One of the traditional medicines which have anti-diabetic effect is pumpkin (Cucurbita moschata Durch) which contains flavonoids, beta-carotene, vitamin C, and vitamin E. The purpose of this study is to determine the effects and the effective dose range of pumpkin water extracts to the decline of blood glucose fasting levels in diabetic mice. This study was an  experimental research with complete randomized design using 28 white male wistar mice divided into four groups i.e. group I (normal diet, alloxan induce), group II (normal diet, alloxan induce, water extract of pumpkin at the dose 56 mg/200grBW/day orally), group III (normal diet, alloxan induce,  pumpkin water extract with the dose of 112 mg/200grBW/day orally), and group IV (normal diet, alloxan induce, pumpkin water extract orally with the dose of 224 mg/200grBW/day). Measurement of blood glucose fasting levels done after the adaptation period, after alloxan induced, on day 7th and day 14th of treatment. Data was analyzed using repeated ANOVA test followed by post-hoc test. The results showed that administration of pumpkin water extract with dose ranges of 56 mg/200grBB/day orally to 112 mg/200grBB/day orally for 14 days can lower blood glucose fasting levels. The decrease in blood glucose fasting levels presumably was because pumpkin contains flavonoid, beta-carotene, vitamin C and vitamin E which known to have those effects.   Key words : Blood glucose fasting level, diabetes mellitus,pumpkin water extract 

Page 2 of 36 | Total Record : 359