cover
Contact Name
Dian Yosi Arinawati
Contact Email
dianyosi@umy.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalkgumy@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Insisiva Dental Journal : Majalah Kedokteran Gigi Insisiva
ISSN : 22529764     EISSN : 26859165     DOI : 10.18196/idj
Core Subject : Health,
Insisiva Dental Jurnal memberikan informasi tentang ide, opini, perkembangan dan isu-isu di bidang kedokteran gigi meliputi klinis, penelitian, laporan kasus dan literature review.
Arjuna Subject : -
Articles 269 Documents
Pengaruh Penambahan Polyethylene Fiber Dan Serat Sisal Terhadap Kekuatan Fleksural Dan Impak Base Plate Komposit Resin Akrilik Hadianto, Eko; Widjijono, Widjijono; Herliansya, M.K.
Insisiva Dental Journal Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Resin Akrilik Menjadi Pilihan Untuk Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan Karena Harganya Relatif Murah, Mudah Direparasi Dan Proses Pembuatan Mudah. Kelemahan Resin Akrilik Adalah Terbatasnya Terhadap Kekuatan Fleksural Dan Impak. Tujuan Dari Penelitian Ini Adalah Untuk Mengetahui Pengaruh Penambahan Polyethylene Fi ber Dan Serat Sisal Dengan Konsentrasi 1,6% Berat Terhadap Kekuatan Fleksural Dan Impak Basis Gigi Tiru an Resin Akrilik. Penelitian Ini Menggunakan Resin Akrilik Kuring Panas Merek Qc 20 Dengan Ukuran 65x10x2,5 Mm Untuk Uji Fleksural Dan 65x10x8 Mm Untuk Uji Impak. Sampel Penelitian Masing-Masing Terbagi Menjadi 3 Kelompok, Setiap Kelompok Terdiri Dari 4 Subyek. Kelompok I Tanpa Penambahan Fiber, Kelompok Ii Dengan Penambahan Polyethylene Fiber, Kelompok Iii Dengan Penambahan Serat Sisal. Seluruh Plat Resin Akrilik Direndam Di Dalam Air Destilasi Selama 24 Jam Pada Suhu 370c. Pengujian Kekuatan Fleksural Menggunakan Universal Testing Machine Dan Pengujian Kekuatan Impak Menggunakan Metode Charpy. Analisis Data Menggunakan One Way Anova Dengan Tingkat Kepercayaan 95% (Α=0,05) Dan Analisis Lsd. Hasil Penelitian Menunjukkan Rerata Kekuatan Fleksural (Mpa) Tanpa Penambahan Fiber (109,79±5,93);Penambahan Polyethylene Fiber (134,18 ±3,80); Serat Sisal (170,15±5,50). Pada Kekuatan Impak (Kj/M2) Tanpa Penambahan (4,45±1,95) Penambahan Polyethylene Fiber (60,79±26,49); Penambahan Serat Sisal (16,23±3,02). Hasil Analisis One Way Anova Menunjukkan Pengaruh Bermakna Akibat Penembahan Fiber Terhadap Kekuatan Fleksural Dan Impak Base Plate Resin Akrilik (P<0,05). Analisis Lsd Menunjukkan Perbedaan Bermakna Rerata Kekuatan Fleksural Antar Kelompok (P<0,05). Pada Hasil Uji Impak Menunjukkan Bahwa Rerata Kelompok Tanpa Fiber Berbeda Bermakna Dengan Kelompok Dengan Penambahan Fiber (P<0,05), Dan Antara Kelompok Penambahan Polyethylene Fiber Dengan Penambahan Serat Sisal Tidak Berbeda Bermakna. Kesimpulan Dari Penelitian Ini Adalah Terdapat Peningkatan Kekuatan Fleksural Dan Impak Base Plate Komposit Resin Akrilik Pada Penambahan Polyethylene Fiber Dan Serat Sisal. Base Plate Dengan Penguat SeratSisal Memiliki Rerata Kekuatan Fleksural Paling Tinggi, Sedangkan Base Plate Dengan Penguat Polyethylene Fi ber Memiliki Rerata Kekuatan Impak Tertinggi.
Uji Pemanfaatan Daun Binahong (Anredera Cardifolia (Tenore) Steenis) Pada Proses Penyembuhan Luka Gingiva Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Melalui Pengamatan Kepadatan Serabut Kolagen Dan Ketebalan Epitel Putri Adriani, Wika; Ardianingtiyas, Idha; Husna Wulansari, Nurul; Nur’aini Safitri, Dian; Primalia AP, Ike; Sih Mahanani, Erlina
Insisiva Dental Journal Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rongga mulut sebagai bagian integral tubuh, sering mengalami trauma saat melakukan fungsinya. Trauma ini dapat terjadi secara disengaja maupun tidak, yang pada akhirnya akan menimbulkan luka pada mukosa mulut. Perlukaan pada jaringan akan menyebabkan terjadinyareaksi radang. Reaksi radang merupakan tahap awal dari serangkaian proses penyembuhanluka. Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) mengandung flavonoid, saponin, dan alkaloid yang dapat berpengaruh pada proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji pemanfaatan daun Binahong (Anredera cardifolia (Ten) Steenis) pada penyembuhan luka di gingiva melalui pengamatan kepadatan serabut kolagen dan ketebalan epitel, serta untuk membandingkan efektifitas penggunaan daun Binahong (Anredera cardifolia (Tenore) Steenis) dan Povidone Iodine pada penyembuhan luka di gingiva. Sampel penelitian menggunakan tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) berusia 3 bulan sebanyak 30ekor dibagi menjadi 3 kelompok : kelompok I (kontrol negatif), kelompok II (povidoneiodine), kelompok III (binahong). Tikus yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beratbadan 150-250 gram dan telah diadaptasikan selama 1 minggu. Perlakuan dibuat pada gingivarahang bawah dengan luka gores sonde, dengan panjang ± 3mm dan kedalaman hingga tulangalveolar. Luka pada kelompok II diberi Povidon Iodine 1cc, sedangkan pada kelompok III diberi tumbukan binahong 1gram, masing-masing selama 3 menit secara topikal. Dekapitasi dilakukan sesuai hari perlakuan 1, 3,5 hari masing-masing 3 ekor tikus. Penghitungan kepadatanserabut kolagen dilakukan pada preparat histologi Trikom Mallory dan ketebalan epitel dilakukan pada preparat histologi HE. Data kepadatan kolagen dan ketebalan epitel dianalisisdengan One Way Anova dilanjutkan dengan tes LSD untuk mengetahui perbandingan antarkelompok. Hasil tes LSD kepadatan serabut kolagen menunjukkan adanya perbedaan yangbermakna antar kelompok sesuai hari perlakuan. Sedangkan hasil tes LSD ketebalan epitelmenunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara masing-masing kelompok perlakuandibandingkan dengan normal. Namun, tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan. Penelitian ini mengindikasikan bahwa pemberian tumbukan binahong secara topikaldapat meningkatkan kepadatan kolagen dan ketebalan epitel, sehingga mempercepat prosespenyembuhan luka pada gingiva tikus wistar.
The Influence Of Temperature And Longing Of Soak Towards Absorbing Water In The Basic Of Denture Thermoplastic Nylon Fadhilah, Alfi; Dwi Atmaja, Widyapramana
Insisiva Dental Journal Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Thermoplastic nylon is a polymer synthetic used as the basic material of denture and able to absorb water because of the existence of polar element (COOH-), so that it is hydrophilic. Water is absorbed through diffusion process which the diffusion coefficient is influenced by temperature and time of longing of soak will raise the absorbing water till saturation point. The goal of this research is for knowing the influence of temperature and longing of soak towards absorbing water in the basic of denture thermoplastic nylon. The research uses samplethermoplastic nylon with size of diameter x height (50±1mm x 0.5±0.1mm) as much as 15 samples which is divided into 3 groups, previous mass each of sample and also measured the volume. Empty the sample into beaker glass fulfilled of aquades 100ml then incubated. The first group is incubated in 250C, the second group 370C, the third group 550C, observed in 5 days, every 24 hours the samples are balanced their changing of mass. The results are formulated with (m1 – m0)/V, then analyzed with Two Way Anova and LSD0,05. Theresult of testing Two Way Anova that is the temperature able to influence (p=0,000<0,05), longing of soak able to influence (p=0,000<0,05), while the temperature and longing of soak are not influenced toward the absorbing water in the basic of denture thermoplastic nylon, because p=0,994>0,05.
Uji Temperatur Air Pencampur Terhadap Setting Time Bahan Cetak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) Yosi Arinawati, Dian; Triawan, Andi
Insisiva Dental Journal Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan cetak gigi adalah bahan yang digunakan untuk membuat replica (model)gigi dan jaringan sekitarnya. Bahan cetak harus memenuhi syarat, salah satunyaharus memiliki setting time yang cukup sehingga operator dan pasien dapatmelakukan pencetakan gigi dengan baik. Penentuan waktu gelasi bisa ditentukanoleh beberapa faktor yaitu temperatur air, W/P ratio dan bahan pengisi yangdipakai. Namun cara modifikasi tersebut banyak memberikan efek pada sifat gelseperti elastisitas, dan mempengaruhi kekuatan terhadap robekan. Cara lain yanglebih aman ialah dengan mengubah temperatur air pencampur. Pada bahan cetakalginat, terbukti bahwa semakin tinggi temperatur, semakin pendek waktu gelasi.Namun belum ada pembuktian bahwa sifat-sifat tersebut berlaku untuk bahancetak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana). Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bagaimana pengaruh temperatur air pencampur terhadap setting timebahan cetak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana). Dua puluh lima spesimendibagi menjadi 5 kelompok : kelompok 1 (10°C), kelompok 2 (15°C), kelompok 3(20ºC), kelompok 4 (25°C) dan kelompok 5 (30°C). Pengukuran setting timemenggunakan alat ukur indikator setting time berbentuk batang silindris daribahan poly (methyl methacrylate). Hasil uji statistik ANAVA satu jalurmenunjukkan bahwa temperatur air pencampur berpengaruh terhadap setting timebahan cetak kulit buah Manggis (Garcinia mangostana) (p < 0,05). Hasil uji LSD0,05 menunjukkan adanya perbedaan setting time yang bermakna antar setiapkelompok tempetatur air pencampur yang digunakan, kecuali pada kelompoktemperatur air pencampur 20°C dan 25°C. Kedua kelompok temperatur airpencampur tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna karena keduakelompok temperatur air pencampur tersebut berada pada temperatur air padasuhu ruangan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah temperatur air pencampursuhu 10°C, 15°C, 20°C, 25°C dan 30°C mempengaruhi lama setting time bahancetak kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana) dan semakin tinggi temperaturair pencampur yang diuji, setting time semakin pendek (cepat). Setting timetercepat terdapat pada kelompok suhu (temperatur) air pencampur 30° C.
Perbandingan Pemberian Ikan Teri (Stolephorus Sp.) Dan Susu Kedelai Terhadap Densitas Mandibula Tikus Wistar Jantan R.N., Fadhilah; Suhartini, Suhartini; P, Rahardyan
Insisiva Dental Journal Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan teri (Stolephorus sp.) dan susu kedelai merupakan makanan dan minuman yang mudah didapatkan. Kedua bahan tersebut menjadi sumber kalsium untuk mencegah pengurangan massa tulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian ikan teri (Stolephorus sp.) dan susu kedelai terhadap densitas tulang mandibula. Hewan coba yang digunakan sebanyak 24 ekor tikus wistar jantan yang terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol, kelompok II diberi ikan teri, dan kelompok III diberi susu kedelai sebanyak 2 kali sehari. Setelah hari ke-40 hewan coba didekaputasi dan dilakukan pembedahan untuk mendapatkan tulang mandibula. Tulang mandibula di foto rontgen menggunakan foto toraks dan dilakukan pengukuran densitas tulang. Hasil pengukuran dianalisis secara statistik. Hasil uji statistik One Way ANOVA menunjukkan menunjukkan nilai probabilitas densitas tulang mandibula tikus wistar jantan sebesar 0,000 (p<0,05) yang bermakna bahwa ada perbedaan signifikan terhadap densitas tulang mandibula tikus wistar jantan pada perlakuan kontrol, ikan teri dan susu kedelai lokal. Hasil dari uji Tukey HSD menunjukkan nilai probabilitas antar kelompok perlakuan 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan rerata nilai densitas tulang mandibula tikus wistar jantan. Akan tetapi, antara kelompok perlakuan ikan teri dan susu kedelai lokal menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,599 (p>0,05) artinya tidak terdapat perbedaan signifikan dari rerata nilai densitas tulang mandibula tikus wistar jantan pada kedua kelompok perlakuan tersebut.
Efek Kontrol Glikemik Teradap Penyakit Periodontal Penderita Diabetes Mellitus Hartanti, Hartanti
Insisiva Dental Journal Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang pada umumnya menimbulkan peradangan sebagai efek kontrol level glikemik pada penderita diabetes. Keparahan periodontitis pada penderita Diabetes Mellitus meningkatkan resiko pada kontrol glikemik yang buruk. Studi ini mendukung penampakan klinis sebelumnya dan membuktikan secara epidemiologi terjadinya periodontitis yang parah adalah faktor resiko untuk kontrol glikemik yang buruk. TNF α dan citokin lain ditemukan terkait dengan kerusakan periodontal telah dilaporkan menganggu aksi insulin dan berakibat perubahan metabolik selama terjadinya infeksi. Analisa yang ditunjukkan disini mendukung kejadian periodontitis yang parah sebagai faktor resiko akibat kontrol glikemik yang buruk.
Potensi Ekstrak Etanol Daun Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme Lodd.) Sebagai Induktor Apoptosis Sel Kanker Lidah Manusia (SP-C1) Rosyid Ridlo, Himmaturojuli; Supriatno, Supriatno; Medawati, Ana; Driana Rahmawati, Atiek
Insisiva Dental Journal Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Typhonium flagelliforme Lodd has been used traditionally to cure breast cancer, lung, colon, rectum, liver, prostate, kidney, cervix, throat, bone, brain, spleen, bladder, leukimia and pancreas cancer. The ethanolic extract of Typhonium flagelliforme Lodd contained active compounds that could inhibit cancer cell growth. One of the active compounds was saponin and phenolic. The aim of study was to examine the potency ethanolic extract of Typhoniumflagelliforme Lodd. as inductor of apoptosis in human oral tongue cancer cell Supris Clone-1 (SP-C1). The desingn of used in this study was pure laboratoris experimental with human oral tongue cancer cells line (SP-C1) as a sample which treated by ethanolic extract of Typhonium flagelliforme Lodd in various concentrations (0, 25, 50, 75, 100, 125 µg/ml) for 48 hours. Apoptosis examination was carrried out by painting with etidium bromide-acridin orange. The result of the study showed that etanolic exstract of Typhonium flagelliforme Lodd. induced apoptotic SP-C1 cell line. Statistical analisis with One Way Anova revealed etanolic extract in various concentration have significant differences (P=0,00) after treated with etanolic extract Typonium flagelliforme Lodd. It also found that the most effective concentration inducing apoptosis of human tongue cancer cells Supris Clone-1 (SP-C1) was the 125 µg/mL. The conclusion of this research, ethanolic extract of Typhonium flagelliforme Lodd. has a potency to induce apoptosis human oral tongue cancer cells (SP-C1).
Perbedaan Tingkat Kejadian Karies Pada Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelas 1-4 SDLB Widya Mulya, Pundong, Bantul, DIY Krisna Adhi, Yudhanto; Octavia, Alfini
Insisiva Dental Journal Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background.Oral health in children with special needs, usually need more treatment than those in normal. This is going to get worse if their parents have lack of knowledge and attention. Commonly in our society children with special needs is still considered as a second class civil. This circumstance could inhibit their growth, development and potency. Purpose. The purpose of this study is to know the difference of caries index level between boys and girls in grades 1-4 SDLB using caries index def - t and DMF - T. Methods.This study has been done to 22 student of 1-4 grades of Widya Mulya, Pundong, Bantul, DIY. Subjects consisted of 12 boys and 10 girls. The method was observational with cross sectional design. When the subjects were examined, the caries index( def-t and DMF-T) has recorded with odontogram sheet. The the severity of caries between boys and girls was compared. Result. The score of def-t in boys 1-4 grades are 4,33 and the girls 3,2. The score ofDMF-T in boys 3 and the girls 3,2. Conclusion. The result of this research was found that the caries index between boys and girls SDLB 1-4 graders at Widya Mulya, Pundong, Bantul, DIY was not different significantly
Restorasi Estetik 1 Kali Kunjungan Dengan Penggunaan Pasak Pada Kasus Fraktur (Laporan Kasus) Setyawati, Any
Insisiva Dental Journal Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Laporan kasus ini menginformasikan bahwa restorasi estetik dengan penguatpasak dapat dilakukan dalam 1 kali kunjungan pada kasus fraktur gigianterior.Pasien wanita 21 tahun mengalami kecelakaan sehingga gigi anteriornyafraktur. Gigi 11 fraktur ellis kelas III dan mengalami disto torsi. Gigi 12mengalami fraktur ellis kelas II. Satu bulan sebelumnya, 11 telah dilakukanperawatan saluran akar dan 12 telah dilakukan kaping pulpa. 11 dilakukanpengambilan gutta perca, preparasi saluran pasak, dan diinsersikan pasakfabricated jenis unimetric sebagai penguat, kemudian dilakukan restorasi langsungmenggunakan resin komposit warna A3. 12 dilakukan preparasi pembuatan bevel,selanjutnya dilakukan restorasi langsung menggunakan resin komposit warna A3.Dalam 1 kali kunjungan gigi 11 dan 12 yang mengalami fraktur berhasildilakukan restorasi estetik, penggunaan penguat pasak pada 11 dilakukan dalam 1kali kunjungan, sehingga tidak perlu beberapakali kunjungan untuk memperbaikipenampilan, dan pasien sangat puas. Hasil restorasi baik, saat dilakukan kontrolsatu minggu setelah restorasi estetik menggunakan penguat pasak, tidak terdapatkeluhan rasa sakit, gingiva sekitar gigi normal. Gigi dapat berfungsi dengan baikserta dapat mengembalikan rasa percaya diri pada pasien
The Decrease In Number Of Blood Polymorphonuclear (Pmn) To Periapical Radiographs Dose Of radiation exposure Adlina, Amni; Wasilah, Wasilah
Insisiva Dental Journal Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Insisiva Dental Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Periapical radiograph is a type of radiographic examinations that iswidely used in the field of dentistry. Radiographic X-ray is an ionizing radiationthat can cause damage and death to cells, tissues or organs, including thepolymorphonuclear (PMN). PMN is cell that serves as the first line of defenseagainst the invasion of organisms. Objective:The purpose of this study is 1) todetermine whether there is a decrease in the number of peripheral blood PMNafter being given periapical radiograph dose of X-ray radiation exposure, and 2)to determine whether there is any difference in the declining number of peripheralblood PMN after being given a single dose and some different total dose ofperiapical radiograph of X-ray radiation exposure. Methode: The design of thisstudy is an experimental laboratory research with total sample of 24 strains ofBalb c male mice. The sample is divided into four groups, each consisting 6 mice.Group 1 serves as the control group; Group 2 is given a treatment with a singledose exposure of periapical radiographs of X-ray radiation; Group 3 is given atreatment of 6 times total doses exposure of periapical radiograph of X-rayradiation; and Group 4 is given a treatment of 14 times total doses exposure ofperiapical radiograph of X-ray radiation. After 24 hours of radiation exposure, theblood was drown. Conclusion :The calculation is done by multiplying the numberof PMN percentage from leukocyte counts with a total leukocyte. The dataobtained are statistically tested using One Way Anova and LSD with asignificance level of 95%. Result :The result of this study indicates that there is adifference in the peripheral blood PMN counts in male mice after being exposedto radiation doses of periapical radiographs in all groups (P <0.05). There is anincreasing number of peripheral blood PMN in male mice after being treatedwithX-ray radiation at a single dose of periapical radiographic exposure, whereas afterbeing exposed with radiation at the dose of 6 and 14,the number of PMN isdeclining.The highest decreasing number of PMN isfound in the group withexposure of radiation at 14 dose.

Page 5 of 27 | Total Record : 269