cover
Contact Name
Suci tuty putri
Contact Email
Suci.putri@upi.edu
Phone
-
Journal Mail Official
Suci.putri@upi.edu
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA
ISSN : 25410024     EISSN : 24773743     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia(JPKI) merupakan sarana pengembangan dan publikasi karya ilmiah bagi para peneliti, dosen dan praktisi keperawatan dan kesehatan. JPKI adalah jurnal cetak dan elektronik dengan sistem open access journal. JPKI menerbitkan artikel-artikel dalam lingkup keperawatan dan kesehatan secara luas namun terbatas terutama bidang pendidikan keperawatan. Artikel harus merupakan hasil penelitian, studi kasus, hasil studi literatur, konsep keilmuan, pengetahuan dan teknologi yang inovatif dan terbaharu dalam lingkup ilmu keperawatan baik dalam skala nasional dan internasional. Artikel akan ditelaah secara peer review oleh mitra bestari dari berbagai institusi.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)" : 10 Documents clear
The Relationship between Fulfilling Privacy Needs and Service Satisfaction in Adolescents with Chronic Illness Conditions in the Inpatient Room Ihsar, Aini Hayati; Mediani, Henny Suzana; Fitri, Siti Yuyun Rahayu
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.31923

Abstract

ABSTRACTIntroduction : Privacy needs for adolescents with chronic disease conditions are important, including secure information, psychological information, and social privacy. Violations against privacy will bring discomfort, stress, and dissatisfaction. Patients' satisfaction is one of the most important indicators that show the quality of ward services that include the dimensions of tangibility, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. Objectives : This study was conducted to analyze the relationship between the fulfilment of privacy needs and service satisfaction in adolescents with hospitalized chronic conditions. Methods : This correlational study was conducted using a cross-sectional approach. Samples were 72 adolescents aged 12-21 years with chronic disease conditions were selected using the consecutive sampling method. Data of this study were collected using questionnaires. Bivariate data analysis was performed using chi-square analysis. Result : The results showed that the most unfulfilled need for privacy security was information privacy (70.8%), followed by psychological privacy (63.9%), physical privacy (58.3%), and the least unfulfilled one was social privacy (51.4%). Respondents were most dissatisfied with the dimension of empathy (87.5%), followed by assurance (84.7%), reliability (83.3%), tangibility (80.6%), and responsiveness (76.4%). This study also confirmed a meaningful relationship between service satisfaction with information privacy (p-value 0.001) and physical privacy (p-value 0.021 0.05). Discussion : Whereas service satisfaction is associated with neither psychological privacy nor social privacy. The role of nurses is very important in carrying out patient-centered care, especially in meeting the privacy needs to achieve service satisfaction for adolescents with chronic disease conditions.ABSTRAKPendahuluan : Kebutuhan privasi pada remaja dengan kondisi penyakit kronis merupakan suatu hal yang penting  meliputi privasi informasi, fisik, psikologis dan sosial karena jika tidak terpenuhi akan menimbulkan ketidaknyamanan, stress dan ketidakpuasan. Kepuasan merupakan salah satu indikator paling penting untuk menunjukan kualitas pelayanan di ruang rawat inap mencakup dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Tujuan : Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan pemenuhan kebutuhan privasi dengan kepuasan layanan pada remaja kondisi penyakit kronis di ruang rawat inap. Metode : Desain penelitian studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah remaja usia 12-21 tahun dengan kondisi penyakit kronis berjumlah 72 orang dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data bivariat menggunakan chi square. Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa paling banyak kebutuhan privasi yang tidak terpenuhi adalah privasi informasi sebanyak 70,8%, diikuti privasi psikologis sebanyak 63,9%, privasi fisik 58,3%, dan paling sedikit tidak terpenuhi adalah privasi sosial sebanyak 51,4%. Responden paling banyak tidak puas dalam dimensi emphaty sebanyak 87,5%, urutan kedua dimensi assurance sebanyak 84,7%, urutan ketiga dimensi reliability sebanyak 83,3%, urutan keempat dimensi tangibles sebanyak 80,6%, dan yang kelima dimensi responsiveness sebanyak 76,4%. Terdapat hubungan antara kepuasan layanan dengan privasi informasi (p-value 0,001) dan privasi fisik (p-value 0,021 0,05), sedangkan dengan privasi psikologis dan sosial tidak memiliki hubungan. Diskusi. Peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan dengan berpusat pada pasien terutama dalam memenuhi kebutuhan privasi agar tercapainya kepuasan layanan terhadap remaja dengan kondisi penyakit kronis.
Attitude Towards E-Learning Among Nurses in Continuing Education Mulyadi, Doddy; Pujiati, Riska Yulia; Eka, Ni Gusti Ayu; Cicilia, Sarah Lidya
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.29007

Abstract

ABSTRACTIntroduction: The rapid development of technology encourages learning methods that are more practical, efficient, and fast. E-learning is believed to be an effective learning method for nurses in the hospital environment. The e-learning module requires adequate facilities and positive learner characteristics. Understanding nurses' needs and learning perspectives will facilitate e-learning implementation, especially for continuing nursing education. Objectives: This study aimed to analyze the relationship between experiences and the importance of e-learning, barriers, motivation, and nurses' attitudes towards the e-learning method in a private hospital. Methods: This study applied a quantitative method with a correlation design and conducted a purposive sampling technique with 66 samples. This study used an attitude questionnaire towards e-learning which was adapted from Chong. Results: This study revealed that most of the nurses already had experienced e-learning (98.5%). In addition, half of the nurses had positive attitudes towards e-learning (53%), almost two-thirds of nurses were motivated (74.2%), more than half perceived that e-learning is less critical (51.5%), and nurses reported a few obstacles to participating in e-learning (57.6%). Moreover, there was no significant relationship between experience, barriers, motivation, the importance of e-learning, and nurses' attitudes towards e-learning (p value 0.05). On the other hand, nurses also reported the main barriers to participating in e-learning included lack of time and minimum computer access to the internet ( 70%). Discussion: It is noted that nurses have the motivation to continue learning in the scope of clinical practice using e-learning. Only some nurses show a positive attitude towards e-learning. Thus, some improvements are needed to support e-learning for nurses, such as more time for learning, additional knowledge about computer use, and adequate internet networking.ABSTRAK Pendahuluan: Perkembangan teknologi yang pesat mendorong metode pembelajaran yang lebih praktis, efisien dan cepat. Pemanfaatan metode e-learning diyakini sebagai metode pembelajaran yang efektif bagi perawat di lingkungan rumah sakit. Modul e-learning membutuhkan fasilitas yang memadai dan karakteristik peserta didik yang positif. Memahami kebutuhan dan sudut pandang pembelajaran perawat akan memfasilitasi penerapan e-learning yang efektif, terutama untuk pendidikan keperawatan yang berkelanjutan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengalaman dan pentingnya e-learning, hambatan, motivasi dan sikap perawat terhadap metode e-learning di sebuah rumah sakit swasta. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi serta menggunakan teknik purposive sampling dengan 66 sampel. Penelitian ini menggunakan kuesioner sikap terhadap e-learning yang diadaptasi dari Chong. Hasil: Studi ini mengungkapkan bahwa sebagian perawat sebagian besar sudah mempunyai pengalaman dengan e-learning (98.5%). Selain itu, perawat juga sebagian memiliki sikap positif terhadap e-learning (53%), hampir dua per tiga perawat termotivasi (74.2%), lebih dari separuh memandang bahwa e-learning kurang penting (51.5%) dan perawat melaporkan adanya sedikit hambatan dalam pembelajaran (57.6%). Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengalaman, hambatan, motivasi dan pentingnya e-learning dengan sikap perawat terhadap e-learning (p value 0.05). Namun, perawat juga melaporkan hambatan utama untuk berpartisipasi dalam e-learning adalah kurangnya waktu dan akses komputer dengan internet (70%). Diskusi: Terlihat bahwa perawat mempunyai motivasi untuk terus belajar di lingkup praktik klinik menggunakan e-learning. Hanya sebagian perawat yang menunjukkan sikap positif terhadap e-learning, sehingga beberapa perbaikan diperlukan untuk mendukung e-learning untuk perawat, seperti lebih banyak waktu belajar, tambahan pengetahuan tentang penggunaan komputer, dan jaringan internet yang baik.
Increased Emotional Spiritual Quotient through Reflective Learning in Clinical Nursing Students at Syarif Hidayatullah State Islamic University Setiowati, Dwi; Utomo, Waras Budi
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.30322

Abstract

ABSTRAKIntroduction: Reflection is carried out in the realm of practice, the role of professionals, such as teaching and education. Reflection is also used in the health sector, especially nursing practice. Reflection is important in clinical learning for professional and students' intellectual development. The nursing program on nurses learning with the Competency-Based Curriculum at Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta has only begun from 12th generation which is still running in hospitals with scientific and Islamic integration. Aims:  the purpose and significance of this research is to determine the effect of Reflection on ESQ clinical nursing students of Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. Method: the research method used was a pre-experimental design. Respondents were 36 nursing students, with purposive sampling. Interventions used Gibbs’s reflective learning step and ESQ questionnaire The analysis data used t dependent test. Results:  the results showed that there were significant differences in the ESQ of Nurse students before and after they were given reflective learning. Discussion:  self-reflection learning as part of clinical nurse learning is able to develop student ESQ and is in line with the integration of science and Islam at UIN Syarif Hidayatullah. It is needed the sustainable development and monitoring of learning with reflective learning in nurses study programs for nurses students so that ESQ as a student soft skill can be optimally achieved to improve the quality of nurses' education in Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.ABSTRAKPendahuluan: refleksi dilakukan pada ranah praktik, peran peran professional seperti bidang pengajaran dan pendidikan. Refleksi juga digunakan pada bidang kesehatan terutama praktik keperawatan. Refleksi merupakan hal yang penting dalam pembelajaran klinik untuk pengembangan professional dan intelektual mahasiswa. Program studi ilmu keperawatan dengan kurikulum berbasis kompetensi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baru dimulai pada angkatan 12 dan pembekajaran Ners yang masih berjalan di rumah sakit dengan integrasi keilmuan dan keislaman. Tujuan: tujuan dan signifikansi penelitian ini adalah mengetahui pengaruh refleksi terhadap ESQ mahasiswa ners psik Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode: Metode penelitian yang digunakan menggunakan desain pra eksperimen dengan 36 sampel,  purposive sampling, dan uji t dependent.  Hasil: Hasil penelitian didapatkan terdapat perbedaan signifikan ESQ mahasiswa program Ners sebelum dan sesudah diberikan perlakuan reflektive learning. Pembahasan: Perlunya pengembangan dan monitoring berkelanjutan pembelajaran dengan reflektive learning pada program studi Ners pada mahasiswa Ners sehingga ESQ sebagai softskill mahasiswa dapat optimal dicapai dalam upaya peningkatan mutu pendidikan Ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
The Spiritual Distress of Adolescents "Men Sex Men"(MSM) Infected with HIV in Bandung Aisyah, Popy Siti; Lusiani, Eli; Widiayanti, Anggriyana Tri
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.30184

Abstract

ABSTRACTIntroduction: The prevalence of cases of HIV infection in the group of adolescents “Men Sex Men (MSM) in Indonesia has continued to increase from 2015 to 2019. The problem of decreasing physical health, feeling depressed, social stigma, stress and inconsistent behavior with religious values will create prolonged distress that hinders the quality of life. Objectives: The purpose of this study was to identify spiritual distress in adolescents infected with HIV with MSM. Methods: This study was conducted with a cross-sectional approach to 84 young people living with HIV/AIDS. The sample selection technique used snowball sampling with a Spiritual questionnaire. Data analysis was conducted by using frequency distribution and Lambda test processed using a computer system. Results: The results showed that 56% were in a state of spirituality with no disturbance, 38.1% were in moderate spiritual distress, and 6% were severe spiritual distress. The SSI score mean of respondents was 16.3 ± SD 4.9. There was a correlation between the length of diagnosis and the incidence of spiritual distress with a p-value of 0.000 and a value of r = 0.459. Spiritual distress tended to occur a lot in the early days of being diagnosed with HIV. There was no correlation between age and the incidence of spiritual distress (p = 0.097). Discussion: This study showed that spiritual care support for adolescents MSM would help overcome existential problems related to HIV.ABSTRAKPendahuluan : Prevalensi kasus infeksi HIV pada kelompok remaja dengan  Lelaki seks sesama Lelaki (LSL) di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2015 – 2019. Permasalahan penurunan kesehatan fisik, perasaan tertekan, stress stigma sosial serta pertentangan perilaku dengan nilai- nilai agama akan menjadikan distress berkepanjangan yang menghambat peningkatan kualitas hidupnya. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi distress spiritual pada Remaja terinfeksi HIV dengan LSL. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional terhadap 84 remaja ODHA LSL. Tehnik pemilihan sampel menggunakan snowball sampling dengan kuesioner Spiritual Scale Injury. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan Uji lambda yang diolah menggunakan sistem komputer. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 56 % berada pada kondisi spiritualitas tidak ada gangguan, 38,1 % menunjukkan distress spiritual sedang dan 6 % menunjukkan distress spiritual berat. Rata-rata skor SSI responden mean 16,3 ± SD 4.9.  Terdapat  korelasi antara lama terdiagnosa dengan kejadian distress spiritual dengan nilai p 0,000 dan nilai r = 0,459. Distress spiritual cenderung banyak terjadi pada awal awal terdiagnosa HIV. Tidak ada korelasi antara usia dengan kejadian distress spiritual (p=0,097). Diskusi : Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan spiritual care pada remaja LSL akan membantu mengatasi masalah eksistensial berkaitan dengan HIV. 
The Effect of Knowledge Management in Healthcare Services: A Systematic Review Ayatulloh, Daviq; Nursalam, Nursalam; Kurniawati, Ninuk Dian
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.35132

Abstract

Introduction : The quality of service at health facilities needs to be improved, one of the main keys is the service provided by health workers. Objective : The aim of this systematic review was to analyze the effectiveness of knowledge management in healthcare. Methods : The systematic review was carried out in March-April 2020 with a range of article search times from 2016-2020 using 5 electronic databases (Scopus, PubMed, Science Direct, CINAHL and ProQuest). The Center for Review and Dissemination and the Joanna Briggs Institute Guideline were used to assess the quality and PRISMA's checklist for this review guide. The literature search described four keyword groups based on Medical Subject Heading (MeSH) and the search description was (knowledge management*' OR 'SECI knowledge management') AND ('health care' OR hospital). Result : The article searched was found 13 articles suitable with the eligibility criteria, the results of the systematic review found that knowledge management had the effectiveness to provide information and knowledge processes, improve decision-making abilities, improve performance and quality of health services and increase organizational effectiveness. Discussion : As health service providers, hospitals and other health care institutions must continue to improve the quality of services. By improving the quality of services, it is expected to be able to answer the demands of the community to always provide optimal health services. With the application of good knowledge management, ideas and creativity from the workforce will be created in creating health service innovations. ABSTRAKPendahuluan : Kualitas pelayanan di fasilitas kesehatan perlu ditingkatkan, salah satu kunci utamanya adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Tujuan : Tujuan dari tinjauan sistematis ini adalah untuk menganalisis efektivitas manajemen pengetahuan dalam perawatan kesehatan. Tinjauan sistematis dilakukan pada bulan Maret-April 2020 dengan rentan waktu pencarian artikel adalah 2016-2020 menggunakan 5 database elektronik (Scopus, PubMed, Science Direct, CINAHL dan ProQuest). Center for Review and Dissemination dan Joanna Briggs Institute Guideline digunakan untuk menilai kualitas dan daftar periksa PRISMA untuk panduan ulasan ini. Pencarian literatur menggambarkan empat kelompok kata kunci berdasarkan Medical Subject Heading (MeSH) dan deskripsi pencarian adalah (manajemen pengetahuan*' ATAU 'manajemen pengetahuan SECI') AND (efek ATAU dampak ATAU) DAN ('perawatan kesehatan' ATAU rumah sakit).  Hasil : Artikel yang dicari ditemukan 13 artikel yang sesuai dengan kriteria kelayakan, hasil tinjauan sistematis menemukan bahwa manajemen pengetahuan memiliki efektivitas untuk memberikan informasi dan proses pengetahuan, meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan, meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan dan meningkatkan organisasi efektivitas. Diskusi : Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, rumah sakit dan institusi pelayanan kesehatan lainnya harus terus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan peningkatan mutu pelayanan diharapkan mampu menjawab tuntutan masyarakat untuk selalu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Dengan penerapan manajemen pengetahuan yang baik akan tercipta ide dan kreativitas dari tenaga kerja dalam menciptakan inovasi pelayanan kesehatan.
The Effectiveness of An Appreciated Inquiry-Based Intervention to Improve Nursing Handover Process: A Queasy Experimental Study Lindayani, Linlin; Yetti, Krisna
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.30964

Abstract

Introduction: Many interventions were developed to improve the handover process, but most of them were generally target information transfer directly, individual behavior, or the more comprehensive system. Objectives : The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of an appreciated inquiry based on improving the handover process among nurses in the medical-surgical ward, Indonesia. Methods: A quasi-experimental with one group pre-test and post-test design was conducted at a medical-surgical ward at a tertiary hospital in Jakarta, Indonesia. Results: A total of 36 nurses participated in this study, including the head and registered nurse. The intervention was designed to improve the implementation of the handover process among nurses in the medical-surgical ward based on the philosophy of appreciated inquiry using four learning activities. A total of 36 nurses were joined in the study. The handover process was done on time for more than 90%, the proportion of leadership was increased 13% become 95% from 82%.Further, the use of the SBAR communication pattern improved significantly from 72% to 89%, and documentation of handover using SBAR was increased by about 20%. Discussion: The tailored intervention based on appreciated inquiry was effectively to improve the quality of the handover process, including implementation of handovers on time, and ethical leadership, communication, and documentation. Nursing management needs to continue the intervention to optimize the role and function of nurses in handover.ABSTRAKPendahuluan: Banyak intervensi dikembangkan untuk meningkatkan proses serah terima, tetapi kebanyakan dari intervensi tersebut umumnya merupakan transfer informasi target secara langsung, perilaku individu, atau sistem yang lebih komprehensif. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas penyelidikan yang dihargai berdasarkan peningkatan proses serah terima pada perawat di bangsal bedah medis, Indonesia. Metode: Sebuah eksperimen semu dengan desain pre-test dan post-test satu kelompok dilakukan di bangsal bedah-medik di sebuah rumah sakit tersier di Jakarta, Indonesia. Hasil: Sebanyak 36 perawat berpartisipasi dalam penelitian ini, termasuk kepala dan perawat. Intervensi dirancang untuk meningkatkan pelaksanaan proses serah terima di antara perawat di bangsal bedah medis berdasarkan filosofi inkuiri dihargai dengan menggunakan empat kegiatan pembelajaran. Sebanyak 36 perawat bergabung dalam penelitian ini. Proses serah terima dilakukan tepat waktu lebih dari 90%, proporsi kepemimpinan meningkat 13% menjadi 95% dari 82%. Selanjutnya, penggunaan pola komunikasi SBAR meningkat secara signifikan dari 72% menjadi 89%, dan dokumentasi serah terima menggunakan SBAR meningkat sekitar 20%. Diskusi: Intervensi yang disesuaikan berdasarkan penyelidikan yang diapresiasi efektif untuk meningkatkan kualitas proses serah terima, termasuk pelaksanaan serah terima tepat waktu, dan kepemimpinan etis, komunikasi, dan dokumentasi. Manajemen keperawatan perlu melanjutkan intervensi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam serah terima.
The Relationship between Anxiety, Depression, and Vital Signs among Postpartum Mothers in Yogyakarta Puspitasari, Reni; Haryanti, Priyani
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.31527

Abstract

Introduction: After labor, mothers need good physiological and psychological adjustments. The inability to adapt to a new situation can result in mothers' psychological stress, eventually leading to postpartum crises and depression. If this incident is not handled, it can lead to serious mental health problems, especially postpartum psychosis to bipolar disorder. In depressed and anxious people, the body will secrete adrenal hormones, which cause vital signs such as blood pressure, body temperature, respiration, and pulse. Objectives: This study aims to find the relationship between anxiety, depression, and vital signs of postpartum mothers. Method: This study used qualitative with correlation cross-sectional design. The respondents were 60 postpartum mothers at 0-6 months postpartum in Yogyakarta recruited using purposive sampling techniques. The instrument used to measure postpartum maternal depression was The Back Depression Inventory version II and State Anxiety Inventory (STAI) to measure anxiety. Data analysis used Pearson to find the relationship between anxiety, depression, and vital signs. Results: The t-test analysis shows there were relationship between state and trait anxiety with a pulse (p-value = 0.00), respiration (p-value = 0.00), depression with a pulse (the p-value = 0.00) and respiration (p-value 0.00). Discussion: Anxiety and depression can be detected from the changes in the vital signs of postpartum mothers so that early detection by health workers can prevent anxiety and depression  ABSTRAKPendahuluan : Setelah melahirkan ibu membutuhkan adaptasi baik fisiologis maupun psikologis. Ketidak mampuan ibu beradaptasi dengan peran baru akan menyebabkan tekanan psikologis yang bisa menyebabkan kecemasan dan depresi postpartum. Jika kejadian ini tidak ditangani maka dapat mengakibatkan masalah kejiwaan yang serius khususnya postpartum psychosis hingga bipolar. Pada orang depresi dan cemas, tubuh akan mensekresikan hormon adrenal yang mengakibatkan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara ansietas dan tingkat depresi dengan vital signs ibu postpartum. Metode: Penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan metode korelasi cross-sectional. Responden sebanyak 60 ibu postpartum 0-6 bulan yang berdomisili di Yogyakarta ditentukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur depresi ibu postpartum adalah The Back Depression Inventory versi II dan pengukuran kecemasan ibu postpartum menggunakan State Anxiety Inventory (STAI). Analisa data menggunakan pearson untuk mencari hubungan antara ansietas, depresi dengan tanda-tanda vital. Hasil: analisa t test membuktikan terdapat hubungan antara ansietas dasar dan sesaat  dengan nadi (p value 0.00) dan pernafasan (p value 0.00). Terdapat pula hubungan antara depresi dengan nadi ibu postpartum (p value 0.00) dan pernafasan (p value 0.00). Diskusi : kecemasan dan depresi dapat dideteksi dari adanya perubahan tanda-tanda vital ibu postpartum, sehingga deteksi awal oleh petugas kesehatan dapat mencegah terjadinya kecemasa dan depresi. 
Translation and Culture Adaptation of Problems and Needs of Palliative Care Questionnaires for Use in Older People in Indonesia Juniarni, Lia; Hadiyani, Wini; Antika, Tri; Lindayani, Linlin
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.26229

Abstract

AbstractIntroduction: Identifying problems that affect the quality of life and the need for care generally requires using a unique screening tool with the same characteristics as those used to achieve goals. However, in a clinical setting, palliative care problems and needs are given less attention and are poorly understood. In addition, there is currently no validated instrument for measuring the problems and needs of palliative care in older people. Objectives: This study aimed to develop and validate a new instrument that assessed palliative care problems and needs in older people. Methods: Items were generated through a review of the literature and refinement by an expert. The instrument was psychometrically evaluated using construct validity with convergent and discriminant validity. At three community centers in Bandung, Indonesia, 187 older people completed the final instrument. Results: According to the confirmatory validity test, 35 items were found to be valid. For a problem section, the factor loading ranged from 0.17 to 0.67 and for the need section from 0.17 to 0.61. Scale reported good convergent and constructed validity A 35-item psychometric properties assessment of palliative care issues and needs of older people. Discussion: This instrument will be clinically useful in providing a systematic way to assess problems and needs of palliative care in older people as primary data and care management evaluation. Additional research should be conducted to examine alternative methods for establishing construct validity.AbstrakPendahuluan: Mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi kualitas hidup dan kebutuhan akan perawatan memerlukan alat skrining khusus yang memiliki karakteristik yang sama dalam mencapai tujuan. Namun, dalam pengaturan klinis, masalah dan kebutuhan perawatan paliatif kurang mendapat perhatian dan kurang dipahami. Sampai saat ini, tidak ada instrumen tervalidasi khusus untuk mengukur masalah dan kebutuhan perawatan paliatif pada lansia. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan memvalidasi instrumen baru yang mengukur masalah dan kebutuhan perawatan paliatif pada lansia. Metode: Item dikembangkan melalui tinjauan pustaka dan pemurnian oleh seorang ahli. Evaluasi psikometri instrumen dilakukan dengan menggunakan validitas konstruk dengan validitas konvergen dan diskriminan. Sebanyak 187 lansia berpartisipasi dalam penelitian ini yang dilakukan di 3 wilayah kerja puskesmas di Bandung Indonesia. Hasil: Sebanyak 35 item dilaporkan valid menurut uji validitas konfirmasi. Factor loading berkisar antara 0,17 hingga 0,67 untuk bagian masalah dan 0,17 hingga 0,61 untuk bagian bantuan tenaga kesehatan. Sedangkan, hasil uji validitas konvergen dan diskriminan menunjukan hasil yang baik. Sebanyak 35 item pertanyaan untuk masalah dan kebutuhan sudah dilakukan tes psikometri pada lansia. Diskusi: Instrumen ini akan berguna secara klinis dalam menyediakan data secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan perawatan paliatif pada lansia  sebagai data primer dan evaluasi manajemen perawatan. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk mengidentifikasi validitas instrumen ini deng alternatif untuk membangun validitas konstruk.
The Analysis of Factors Related to Self Care of Men Who Have Sex with Men (MSM) with HIV/AIDS Inriyana, Ria; Wisaksana, Rudi; Ibrahim, Kusman
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.33605

Abstract

ABSTRACTIntroduction : Men who have sex with men (MSM) contain the highest risk factor and contribute significantly to HIV / AIDS transmission. As a chronic disease, MSM with HIV / AIDS needs treatment and care for the rest of their lives. The complexity of HIV disease and its treatment makes self-care essential for the optimal health of people living with HIV. The Health Belief Model (HBM) factors can explain and predict self-care behavior in MSM with HIV/AIDS. Objectives :This study aims to analyze the dominant factors associated with self-care of MSM with HIV / AIDS. Methods: This research uses quantitative methods with correlation analytic design. The sampling process employed a purposive sampling of 78 respondents. Primary data collection was processed by a self-care assessment questionnaire and HBM through google forms online survey. The data were analyzed using the Pearson product-moment correlation test and multiple linear regression. Results: The results showed that the highest mean HBM was in perceived self-efficacy (23.18) and self-care in the spiritual domain (24.94). The bivariate results showed that self-care had a significant relationship with perceived susceptibility (r = 0.346, p 0.05), perceived benefits, (r = 0.255, p 0.05), and perceived self-efficacy (r = 0.406, p 0.05). The multivariate results found that perceived self-efficacy is the dominant factor (β = 0.406) which is related to the respondent’s self-care ability. Discussion: Most respondents have the belief that they are capable of self-care the higher the perceived self-efficacy, the better the chance of having self-care. Services that respect and value MSM as humans by providing motivation through counseling during Voluntary Counseling and Testing (VCT) play a role in maintaining and increasing perceived self-efficacy. Nursing care that is carried out with the belief that everyone has the ability to care for themselves can help the individual meet the needs of life, maintain health and well-being.ABSTRAKPendahuluan : Lelaki Seks Lelaki (LSL) merupakan faktor risiko tertinggi dan memberikan kontribusi penularan HIV/AIDS yang signifikan. Sebagai penyakit kronis, LSL dengan HIV/AIDS perlu melakukan pengobatan dan perawatan seumur hidupnya.Kompleksitas penyakit HIV dan pengobatannya membuat perawatan mandiri (self-care) penting untuk kesehatan ODHA yang optimal. Melalui faktor-faktor Health Belief Model (HBM) dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku self-care pada LSL dengan HIV/AIDS. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan yang berhubungan dengan self-care LSL dengan HIV/AIDS. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain analitik korelasi. Penarikan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 78 responden. Pengumpulan data primer dengan kuesioner self-care assessment dan HBM melalui online survey menggunakan google formulir. Data di analisis menggunakan uji korelasi pearson product moment dan regresi linier ganda. Hasil : Hasil penelitian didapatkan rerata HBM tertinggi pada perceived self efficacy (23.18) dan self-care pada domain spiritual (24.94). Hasil bivariat menunjukkan bahwa self-care memiliki hubungan yang signifikan dengan perceived susceptibility (r=0.346,p0.05), perceived benefits, (r=0.255,p0.05),dan perceived self-efficacy (r=0.406,p0.05). Hasil multivariat ditemukan bahwa perceived self efficacy merupakan faktor dominan (β=0.406) yang berhubungan dengan kemampuan self-care responden. Diskusi : Sebagian besar responden memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk melakukan perawatan mandiri, semakin tinggi perceived self efficacy maka berpeluang memiliki self-care yang semakin baik. Layanan kesehatan yang menghormati dan menghargai LSL sebagai manusia dengan pemberian motivasi melalui konseling saat Voluntary Counseling and Testing (VCT) berperan guna mempertahankan dan meningkatkan perceived self efficacy. Asuhan keperawatan yang dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri dapat membantu individu tersebut memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan.
The Assessment of Muscle Strength in Fracture Patients with Manual Muscle Testing: Narrative Literature Review Hidayah, Nurul; Hakam, Mulia; Kushariyadi, Kushariyadi
JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA Vol 7, No 1 (2021): Volume 7, Nomor 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jpki.v7i1.26804

Abstract

Introduction: Decreased muscle strength in fracture patients can be caused by postoperative immobilization, thus requiring early immobilization to accelerate the fracture healing process. The principle of early immobilization is the same as the assessment of muscle strength, namely flexion, extension, and rotation to determine muscle strength in fracture patients. Objectives: To determine the decrease in muscle strength with the Manual Muscle Testing (MMT) method in fractured and non-fractured patients. Methods: Narrative literature review was chosen in this research design. Literature search through seven databases with keywords using boolean operators and found 6533 articles. The selection process is based on several criteria: the publication year 2015-2020, full-text access, National (SINTA) / International (Scimagojr) indexed articles, in English or Indonesian, so that 11 articles were reviewed in this study. Results: MMT is a reliable measurement tool, does not require additional tools to assess muscle strength and is universal (can assess muscle strength in fractures and non-fractures). Discussion: MMT examination needs to be performed on fracture patients to determine muscle strength to accelerate the muscle recovery process.ABSTRAK Pendahuluan:  Penurunan kekuatan otot pada pasien fraktur disebabkan imobilisasi post operasi, sehingga memerlukan early immobilization untuk mempercepat proses penyembuhan fraktur. Prinsip early immobilization sama dengan penilaian kekuatan otot yaitu melakukan fleksi, ekstensi, dan rotasi guna mengetahui kekuatan otot pada pasien fraktur. Tujuan: Untuk mengetahui adanya penurunan kekuatan otot dengan metode Manual Muscle Testing (MMT) pada pasien fraktur dan non fraktur. Metode:Narrative literature review dipilih dalam desain penelitian ini. Pencarian literatur melalui tujuh database dengan kata kunci menggunakan boolean operator dan ditemukan 6533 artikel. Proses seleksi berdasarkan beberapa kriteria: tahun publikasi 2015-2020, akses full text, artikel terindeks Nasional (SINTA)/Internasional (Scimagojr), berbahasa Inggris atau bahasa Indonesia, sehingga didapatkan sebanyak 11 artikel yang direview pada penelitian ini. Hasil : MMT merupakan alat ukur yang reliable, tidak memerlukan alat tambahan untuk melakukan penilaian kekuatan otot, dan universal (dapat menilai kekuatan otot pada fraktur maupun  non fraktur). Diskusi : Pemeriksaan MMT perlu dilakukan pada pasien fraktur untuk mengetahui tingkat kekuatan otot sehingga  mempercepat proses recovery otot. 

Page 1 of 1 | Total Record : 10