cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
ESOTERIK
ISSN : 24607576     EISSN : 225028847     DOI : -
Core Subject :
Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf is academic journal published by Prodi Tasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Kudus collaborated with Konsorsium Tasawuf dan Psikoterapi Indonesia (Kotaterapi). Esoterik: Jurnal Akhlak dan Tasawuf publish two times a year (each June and December). The focus of his study are Tasawuf, Sufism, Thariqah, Islamic Psychology, Islamic Psychotherapy, Spirituality, Mystical Experiences. Esoterik journal is open to lecturers, students and researchers who are interested in the above studies.
Arjuna Subject : -
Articles 236 Documents
TASAWUF DAN TAREKAT: Komparasi dan Relasi ulya, Ulya
ESOTERIK Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v1i1.1286

Abstract

ABSTRAKManusia dilahirkan di dunia melalui campur tanganTuhan, maka tiada yang lebih indah dan lebih berhargakecuali ketika menjalani kehidupan ini, dia bisa merasakankedekatan dengan-Nya dan jika meninggal nanti bisabertemu dengan-Nya. Agar bisa merasakan kedekatandan bisa bertemu dengan-Nya maka manusia harusselalu menyempurnakan kualitas keberagamaannya.Membicarakan keberagamaan manusia atau bagaimanamanusia menjalankan agamanya banyak ragamnya: adakeberagamaan normatif, yang mana ketika manusiamenjalankan agamanya lebih mengedepankan padakesesuaiannya dengan aturan-aturan agama atautidak; keberagamaan filosofis, yang mana tatkalamanusia menjalankan agama lebih berlandaskan padaargumentasi-argumentasi rasional; dan keberagamaanmistis, yang mana tatkala manusia menjalankan agamanyalebih menonjolkan aspek emosional kedekatan denganTuhannya. Jika keberagamaan normatif terlahir daritradisi berpikir fiqh, keberagamaan filosofis terlahir daritradisi kalam, maka keberagamaan mistis terlahir daritradisi sufisme. Keberagamaan mistis yang terlahir daritradisi sufisme atau istilah lain adalah tasawuf, dan tasawufini menjadi salah satu wajah Islam yang memusatkanperhatiannya pada pembersihan aspek mental batiniahatau aspek ruhaniah manusia menuju tercapainyaakhlak-akhlak mulia sehingga menimbulkan pengalamankeberagamaan berupa rasa dekat dan selalu ‘bersama’ Tuhan. Tradisi tasawuf di awal perkembangannya telahmenarik antusiasme masyarakat muslim awam untukmengikutinya sehingga ulama-ulama sufi menyusunajaran-ajaran tasawuf, mengajarkannya kepadamasyarakat muslim awam, dan muncullah hubunganguru- murid. Saat inilah tasawuf terlembagakan dalamsebuah jalan sufi atau disebut tarekat. Tulisan sederhanaini akan menguraikan secara memadai tentang keduanya,dengan cara memperbandingkannya dan mencermatihubungan keduanya.Kata kunci : Tasawuf, Tarekat, Perbandingan, Hubungan
MYSTICAL EXPERIENCE DALAM PRAKSIS DALAIL QUR’AN SEBAGAI PENANGGULANGAN DEGRADASI MORAL SANTRI DARUL FALAH JEKULO KUDUS Fitriyah, Anis; Na’mah, Lathifatun
ESOTERIK Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i2.1897

Abstract

Puasa Dalail Quran merupakan puasa tahunan الدهر)) dengan disertai membaca al-Quran 30 juz dalam jangka hatam 1 (satu) bulan. Adapun masa puasa ini adalah 1 (satu) tahun penuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puasa Dalail Quran memiliki banyak faidah yang biasa disebut dengan mystical experience. sebuah pengalaman yang mampu memberikan pengaruh terhadap pelakunya sehingga mereka dapat mengontrol emosi bahkan perilaku. dengan demikian, degradasi moral yang terjadi dapat ditanggulangi.
Khilafah Islamiyah Perspektif Ahmadiyah (Sebuah Gerakan Spiritual Keagamaan) Muhtador, Moh
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1959

Abstract

Ahmadiyah adalah organisasi keagamaan yang didirikan di India oleh Mirza Ghulam Ahmad. Sebagai sebuah organisasi, Ahmadiyah menjadi wadah dalam mepersatukan umat muslim, sehingga Ahmadiyah berkembang di beberapa negara besar di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Meski sebagai golongan minoritas di Indonesai, tetapi perkembanganya di negara Eropa sangat pesat. Ajaran toleransi dan kedamaian yang diajarkan oleh khalifah menjadi inspirasi gerakan spritual bagi pengikut Ahmadiyah. Jemat Ahmadi meyakini bahwa, seorang khalifah adalah pembimbing keagamaan yang bersifat rohani dan syariat, oleh sebab itu, dalam memberikan ajaran seorang khalifah selalu menekankan pada aspek kedamaian dan toleransi, seperti jargon  “love for all hatred for none”. Pada wilayah tersebut Ahmadi lebih mengartikan khilafah yang bersifat spritual keagamaan dibanding politik kenegaraan. Hal ini yang membedakan antara Ahmdiyah dengan kelompok Islam lainnya, seperti ISIS, Al-Qaeda dan HTI. Ahmadiyah menekankan konsep khilafahnya pada wilayah spritualitas tanpa dibatasi dengan territorial, kesatuan jiwa dan rasa tidak dapat memisahkan jemaat Ahmadi dengan khalifahnya. Meskipun jemaat Ahmadi berada diberbagai negara, namun kesetiannya terhadap khalifah didasari dengan rasa cinta.
METODE TAFSIR ISYĀRIDALAM KITAB “HAQĀ-IQ AL-TAFSĪR” KARYA ABDUL-RAHMAN AL-SULAMI Zumrodi, Zumrodi
ESOTERIK Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i2.1962

Abstract

Al-qur’an adalah sumber ajaran dan petunjuk untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia. Al-Qur’an berisi  hal-hal yang bersifat global. Karena itulah, dibutuhkan suatu penafsiran. Tafsir adalah suatu aktifitas penjelasan ayat-ayat al-Qur’an sesuai kehendak Allah SWT. menurut kadar kemampuan manusia.Oleh karena itu, usaha penafsiran muncul  dengan berbagai metode, mulai dari tahlili, ijmāli, muqāran, mauḍū’i sampaihermeneutika.Kitab tafsir karya al-Sulami ini mempunyai spesifikasi dibanding yang lain. Keunikan tafsir al-Sulami ini terletak, pada semua ayat-ayat yang dipahami melalui isyarat-isyarat. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menelaah kitab tafsir tersebut. Artikel inimngemukakan dua metode penafsiran al-Sulamiyaitu: metode “al-Istidlāl bi al-Syāhid ala al-Gā’ib” dan metode menangkap pesan utama (magza) dari suatu ayat. Metode al-Istidlāl bi al-Syāhid ‘ala al-Gā’ib adalah pengiasan sesuatu yang bersifat kongkrit dengan yang abstrak atau membawa makna dhahir ke makna  batin. Sedang yang dimaksud menangkap pesan utama suatu ayat adalah pemaknaan ayat yang tidak secara tekstual akan tetapi dipahami dari kandungan ayat. Untuk mencapai kompetensi al-Istidlāl bi al-Syāhid ‘ala al-Gā’ib dan kompetensi menangkap pesan utama ayat harus ada upaya penjernihan batin, menjahui kesombongan, meninggalkan kebiasaan berdosa, penghayatan dan konsentrasi ketika membaca al-Qur’an, yaitu dengan melalui tadabbur, taŹakkur, tafakkur, tayaqquẕdan huḍūr al-Qalb.Ketika menafsirkan ayat al-Qur’an, al-Sulami lebih banyak merujuk pada pendapat ahli tasawuf yang terkenal seperti: Ibnu Atha’, Ahmad Sahal al-Tustari, Ja’far al-Shadiq dan Junaid al-Baghdadi. Gagasan  asli dari al-Sulami sangat minim. Pendapat tokoh-tokoh sufi ini mempengaruhi al-Sulami dalam hal penyelarasan antara syari’at dan hakikat. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditafsirkan secara isyāri mencakup pada berbagai bidang: keimanan, hukum, akhlak, kishah, sosial, dan ayat-ayatkauniyah atau ayat kealaman.
Analisis Program Pendidikan Pesantren Daarut Tauhid Bandung Dengan Pendekatan Nilai Tasawuf Jamaluddin, Didi Nur; sobirin, sobirin
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1894

Abstract

Perkembangan modernisasi dan globalisasi telah memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan manusia ikut serta memberikan kemudahan akses informasi dan memberikan kemudahan untuk pemenuhan kebutuhan sehari hari. Sisi lain perkembangan modernisasi dan globalisasi telah ikut andil memberikan dampak negatif dalam perkembangan psikis maupun sosial diantaranya  sikap materialisme, individualisme, kegelisahan dalam hidup, korupsi dan ketidak disiplinan. Kajian tasawuf dalam kehidupan modern menjadi sangat relevan dalam menghadapi persoalan hidup dan memahami hakikat hidup yang sesungguhnya. Pesantren Daarut Tauhid Bandung melalui program kajian Ma’rifatullah, Program SMS Tauhid dan Program Pendidikan Santri Siap Guna (SSG) telah menjadi sarana pendidikan masyarakat dalam  upaya menghidupkan jiwa untuk senantiasa dekat dengan Allah swt, memperbaiki kepribadian akhlak mulia, peningkatan optimisme dan produktivitas hidup. Oleh karena itu  pemaknaan tasawuf tidak lagi berorentasi pada makna kaum sufi melainkan pada pendekatan  nilai-nilai tasawuf yang penuh dengan makna hidup atau dikenal dengan pandangan tasawuf positif, tasawuf akhlaqi maupun tasawuf modern.
MENGURAI SEJARAH TIMBULNYA PEMIKIRAN ILMU KALAM DALAM ISLAM Zaini, Ahmad
ESOTERIK Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v1i1.1288

Abstract

ABSTRAKUtsman bin Affan adalah khalifah ketiga setelah Umarbin Khattab. Sepeninggal Utsman bin Affan, tampukkepemimpinan umat Islam beralih kepada Imam Alibin Abi Thalib. Seperti yang termaktub dalam bukubukusejarah bahwa meninggalnya Khalifah Utsmanbin Affan dikarenakan ketidakpuasan sebagian umatIslam pada waktu itu sehingga menyebabkan terjadinyapemberontakan terhadap pemerintahannya. Pada masaKhalifah Ali pun terjadi Perang Unta dan Shiffin. PerangShiffin yang diakhiri dengan tahkim atau arbitrase telahmenyebabkan munculnya berbagai golongan, yaituMuawiyah, Syiah (Pengikut) Ali, Khawarij dan sahabatsahabatyang netral. Dari peristiwa yang diakibatkan olehperseteruan dalam bidang politik akhirnya bergeser kepermasalahan teks-teks agama tepatnya masalah teologiatau ilmu kalam.Aliran Khawarij yang mengatakanbahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, dalamarti keluar dari Islam.Aliran Murjiah yang menegaskanbahwa orang yang berbuat dosa besar tetap mukmindan bukan kafir.Aliran Mu’tazilah yang tidak menerimapendapat-pendapat di atas.Orang yang serupa inimengambil posisi di antara ke dua posisi mukmin dankafir (al-manzilah bain al-manzilatain). Lalu munculpula dua aliran Ilmu Kalam yang terkenal dengan namaQadariyah dan Jabariah. Qadariyah berpendapat bawahmanusia memiliki kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.Sedang Jabariyah sebaliknya berpendapatbahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalamkehendak dan perbuatannya.Kata Kunci : insiden unta, perang shiffin, tahkim, ilmukalam
Komunikasi Transendental: Nalar-Spiritual Interaksi Manusia Dengan Tuhan (Perspektif Psikologi Sufi) Ainiyah, Nur; Isfironi, Mohammad
ESOTERIK Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i2.1898

Abstract

Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, manusia akan merasakan keterasingan jika tidak berkomunikasi, sejak sebelum lahir bahkan di alam ruh manusia melakukan komunikasi tansendental dengan Tuhan yang dikenal dengan komunikasi pertama yakni komunikasi primordial. Lebih lanjut kemudian manusia dengan nalar dan spiritualistasnya mencoba memahami tiap pesan verbal (tekt) yang ada dalam al-quran yang disampaikan Tuhan melalui Malaikat dan para Nabi. Selain pemahaman akan pesan verbal ini, manusia juga memahami tiap simbol non verbal dari tanda-tanda kebesaran Tuhan yang terhampar di alam semesta baik melalui bantuan teks maupun melalui proses nalar –spiritualnya. Dengan pemahaman Tuhan sebagai komunikator tunggal atas kekuasaan semesta serta kecintaan manusia akan tiap takdir dan fitrah yang Tuhan berikan maka tiap tahapan dari penerimaan pesan, keikhlasan menjalani pesan bahkan menjalani tiap fase komunikasi spiritual untuk dekat dan cinta terhadap tuhan dilakukan oleh manusia melalui jalan sufi atau jalan tasawuf. Proses penerimaan makna komunikasi transendental yang dimulai dengan Tobat, Wara’, Faqr, Sabar, Tawakkal dan Ridha. Merupakan proses komunikasi tansendental efektif yang dilakukan manusia dengan pendekatan keagamaan secara praksis agar manusia memperoleh ketenangan jiwa dan raga.
Aplikasi Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah dan Hasilnya sebagai Nilai Pendidikan Jiwa Salahudin, Marwan; Arkumi, Binti
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1619

Abstract

Tarekat yang diyakini oleh para sufi sebagai jalan hidup, telah memasukkan nilai-nilai pendidikan jiwa di dalam mengaplikasikan amalannya. Pendidikan jiwa merupakan usaha secara bertahap untuk memperbaiki seseorang yang mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik, sehingga menjadi baik, dan akan terbuka pintu kebaikan dan kebenaran serta mudah menerima hikmah dari Allah swt.  Pendidikan jiwa ditanamkan melalui berbagai aktifitas, sebagaimana amaliyah yang dilakukan oleh Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah, seperti: bai’at, rabi>t}ah, z}ikir, manakiban dan suluk. Dengan berbagai bentuk amalan tersebut diharapkan dapat mencapai kebahagian hidup yang hakiki dunia dan akhirat. Nilai pendidikan jiwa dapat berbentuk tazkiyatu al nafs, taqarrub ila> Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h. Dan terbukti bahwa amaliyah Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah menghasilkan ketenangan jiwa bagi pengikutnya, terhindar dari sifat iri dan dengki serta mampu mengontrol diri dari perbuatan negative.
Konseling Religiusitas Untuk Meningkatan Efikasi Diri (Self Efficacy) Bagi Warga Binaan Lapas (WBL) Kelas II A Yogyakarta Wahyuni, Susi Arum
ESOTERIK Vol 3, No 1 (2017): Available in June 2017
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v3i1.2819

Abstract

The people was predicated or incidentally convicteds criminal or was called Warga Binaan Lapas (WBL) make shame’s them, wasn’t confident, inferior, pessimist, into got pressured for him, until seriously frustrating. It was make load/ pressured on convicteds criminal/WBL to societies again. It had problems well self- efficacy most used convicted criminal to societies again. It could said self-efficacy as manners and behaviors controlled. Included more convicteds criminals. Counsellor could effort increased self- efficacy for WBL II A classes in Yogyakarta, there were; 1) adaptations method, 2) dynamism method, 3) Spiritualism Method, 4) Client Centered Method (Non directive approach).
Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali Zaini, Ahmad
ESOTERIK Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi, Jurusan Ushuluddin IAIN KUDUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/esoterik.v2i1.1902

Abstract

Salah satu tokoh sufi dalam sejarah pemikiran Islam adalah Imam al-Ghazali.Beliau dikenal sebagai orang yang pada mulanya syakk (ragu-ragu) terhadap segala-galanya. Perasaan syakk ini kelihatannya timbul dalam dirinya dari pelajaran ilmu kalam atau teologi yang diperolehnya dari al-Juwaini. Setelah al-Ghazali, melalui pengembaraannya mencari kebenaran akhirnya memilih jalan tasawuf. Menurutnya, para sufilah pencari kebenaran yang paling hakiki. Lebih jauh lagi, menurutnya, jalan para sufi adalah paduan ilmu dengan amal, sementara sebagai buahnya adalah moralitas. Menurutnya, ada beberapa jenjang (maqamat) yang harus dilalui oleh seorang calon sufi, diantaranya: tobat, sabar, kefakiran, zuhud,  tawakal, dan  makrifat. Selanjutnya, ia membagi manusia ke dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut: pertama, kaum awam, yang cara berfikirnya sederhana sekali. Kedua, kaum pilihan (khawas; elect) yang akalnya tajam dan berfikir secara mendalam. Ketiga, kaum ahli debat (ahl al-jadl). Adapun tentang kebahagiaan, al-Ghazali berpendapat bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir jalan para sufi, sebagai buah pengenalan terhadap Allah. Melalui pemikiran tasawufnya, al-Ghazali telah mengubah atau paling tidak telah berusaha merubah istilah-istilah yang sulit menjadi mudah bagi pemahaman orang awam. Melalui pendekatan sufistik, al-Ghazali berupaya mengembalikan Islam kepada sumber fundamental dan historis serta memberikan suatu tempat kehidupan emosional keagamaan (esoterik) dalam sistemnya.

Page 2 of 24 | Total Record : 236