cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Journal of Cancer
ISSN : 19783744     EISSN : 23556811     DOI : -
Core Subject : Health,
The Indonesian Journal of Cancer (official journal of the Dharmais Cancer Center Hospital) is a peer-reviewed, quarterly, open access journal. Submissions are reviewed under a broad scope of topics relevant to experimental and clinical cancer research. The journal publishes original research articles, case reports, systematic literature reviews, and letters to the editor under the following categories: Cancer prevention, diagnosis, surgery, systemic therapy, radiotherapy, paliative therapy, and molecular biology.
Arjuna Subject : -
Articles 448 Documents
Koagulasi Intravaskuler Diseminata pada Kanker KURNIAWAN, ANDREE; HARDJO LUGITO, NATA PRATAMA
Indonesian Journal of Cancer Vol 9, No 3 (2015): Jul - Sept 2015
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (920.543 KB)

Abstract

Disseminated Intravascular Coagulation is one of thrombosis manifestation other than venous thromboembolism, which onset is acute and has slight different clinical manifestation that tends to be chronic. Pathogenesis of the DIC in hematology malignancy is caused by the activation of fibrinolytic pathway by tumor cells. In solid tumor the pathogenesis is mainly because of the activation of cogulation factor by tissue factor expressed by tumor cells. Thediagnosis of DIC in cancer still needs further validation from the international society of thrombosis and hemostasisand Japanese society hematology criteria in cancer subjects. The principle of therapy for DIC in cancer patients is management of the cancer itself as the underlying etiology with the target is remission. The uses of anticoagulant therapy needs further clinical trial in the future. Coagulation factor and platelet transfusion can be given if there is significant bleeding. Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah manifestasi trombosis lain selain tromboemboli vena yang bersifat akut. Pada pasien kanker gambarannya sedikit berbeda, yaitu cenderung bersifat kronik, tergantung pada jenis kankernya. Patogenesis KID pada keganasan hematologi adalah akibat fibrinolisis yang meningkat. Sedangkan pada tumor solid terjadi akibat aktivasi faktor koagulasi oleh faktor jaringan yang diekspresikan oleh sel kanker. Diagnosis KID pada kanker masih memerlukan validasi kriteria dari perhimpunan trombosis hemostasis internasional dan Jepang pada kelompok pasien kanker. Prinsip terapi KID pada kanker adalah tata laksana kanker yang menjadi penyebab, dengan target remisi penyakit. Pemberian antikoagulan memerlukan uji klinis menggunakan populasi pasien kanker. Transfusi faktor koagulasi dan atau trombosit hanya diberikan apabila terdapat perdarahan yang bermakna.
Implementing Lymphatic Mapping With Sentinel Node Biopsi in The Management of Patients with Breast Cancer Nieweg, Omgo
Indonesian Journal of Cancer Vol 1, No 1 (2007): Jan - Mar 2007
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The past decade has brought major advances in the knowledge about breast cancer. The understanding of the underlying mechanisms of the disease has been increased by molecular biology and this field appears on the brink of becoming part of routine clinical management. The ability to diagnose the disease has been refined. New drugs have been introduced and really improve survival. If one wonders what the most significant recent advance is in the surgical management, then the author submits that lymphatic mapping is it, although he admits maybe being somewhat biased.Lymphatic mapping, also known as sentinel node biopsy, was developed for melanoma at the John Wayne Cancer Center in Santa Monica and was first published by Morton in 1992.1 the principles of the method can be explained in a few sentences. Extracellular fluid enters lymph vessels for transportation back to the blood pool. For purification, the lymph fluid passes through a series of lymph nodes, organized in clusters in specific regions. The sentinel lymph node is the lymph nodes to which the lymph fluid that originates in a primary tumor drains directly through a lymphatic duct. The exfoliated malignant cells that the fluid may contain are filtered out in the lymph node and may reside there. They may proliferate and pass tumor cells on to directly at risk to receive
Pengaruh Model Interdisiplin Pasien Kanker Serviks Stadium Lanjut Dengan Gangguan Fungsi Ginjal terhadap Efektivitas dan Biaya Perawatan Rasjidi, Imam
Indonesian Journal of Cancer Vol 3, No 4 (2009): Oct - Dec 2009
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.006 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh model interdisiplin pasien kanker serviks dengan gangguan fungsi ginjal terhadap efektivitas dan biaya perawatan. Efektivitas diukur dengan lama masa rawat, status fungsional, dan kualitas hidup penderita. Analisis biaya efektivitas dilakukan untuk menilai apakah biaya yang dibutuhkan pada pendekatan interdisiplin lebih efektif.Penelitian dilakukan menggunakan desain randomized clinical trial terhadap 40 pasien kanker serviks stadium lanjut dengan gangguan fungsi ginjal/KSSLGFG dari Komite Etik Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Januari 2007 hingga Januari 2008. Kriteria inklusi adalah semua pasien KSSLGFG menurut FIGO, disertai dengan gangguan fungsi ginjal, yaitu LFG < 60 mL/menit/1,73m2; kreatinin > 2 mg%; dan ureum > 50 mg%. Sampel diambil secara random alokasi dengan sampel random dilakukan pencatatan dan pemeriksaan identitas, tanggal masuk, skor ICF, skor ADL, skor Karnofsky, skor EQ-5D, dan QLQ-C30. Setelah fase akut teratasi dan dapat dinyatakan boleh pulang maka dicatat tanggal kepulangan, biaya perawatan, skor karnofsky, skor ADL, skor ICF, skor EQ-5D, atau QLQ-C30. Penelitian cost effectiveness dilakukan dengan menggunakan perangkat Treeage Pro 2008.Hasilnya, lama rawat kelompok interdisiplin (14,2 [+1,87] hari) lebih singkat jika dibandingkan dengan kelompok konvensional (23,59 [+3,61]hari), p: 0,0280. Kualitas hidup terkait kesehatan pasien KSSLGFG yang diukur dengan instrumen QLQ-C30 menunjukkan bahwa skor pada kelompok interdisiplin lebih baik dari konvensional (8,44 [0,49] vs 6,32[0,33]; p = 0,0013). Sementara itu, untuk penilaian status fungsional dengan Barthel Indeks pada kelompok interdisiplin lebih baik dari konvensional (11,05 [1,16] vs 8,09 [0,68]; p= 0,036). Rerata total biaya selama perawatan pada kelompok konvensional lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok interdisiplin (Rp 6.726.100,00 vs Rp 3.632.700,00).Analisis cost effectiveness total biaya menunjukkan pendekatan interdisiplin lebih baik daripada pendekatan konvensional. Pada kelompok interdisiplin, setiap pasien mengeluarkan biaya rata-rata Rp 3.625.378,00 dan mendapatkan 4.23 QALY. Sementara, pada kelompok konvensional setiap pasien harus mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp 6.703.557,00 dan hanya mendapatkan 3.16 QALY.Kesimpulannya, pengelolaan pasien KSSLGFG dengan model interdisipliner memiliki efektivitas biaya yang lebih baik jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Pada kelompok interdisiplin, masa rawat lebih singkat, status fungsional lebih baik, dan kualitas hidup lebih baik.Kata kunci: interdisipliner, kanker serviks, status fungsional, kualitas hidup, cost effectiveness 
Cancer Epidemiology Research In Indonesia Based On Riskesdas HEALTH, NATIONAL INSTITUTE
Indonesian Journal of Cancer Vol 4, No 5 (2010): Workshops 2010
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

https://www.scribd.com/doc/43600150/Cancer-Epidemiology-Research-In-Indonesia-Based-On-Riskesdas
Peran Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Menginduksi Apoptosis Sel Kanker Lidah Manusia Sp-C1 In Vitro -, SUPRIATNO; SUSANTO, HENDRI; BUDIARTI, SRI
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 4 (2013): Oct - Dec 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.115 KB)

Abstract

Sel kanker lidah mempunyai karakteristik pertumbuhan sel yang cepat, invasi, dan metastasis yang tinggi. Penatalaksanaan untuk kanker primer, metastasis, dan residif masih menunjukkan hasil yang belum memuaskan sehingga dipikirkan untuk mengombinasi dengan terapi pengobatan alternatif menggunakan bahan alam kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Tujuan penelitian menguji induksi apoptosis sel kanker lidah Sp-C1 menggunakan ekstrak etanol kulit manggis in vitro. Induksi apoptosis sel pasca-perlakuan ekstrak etanol kulit manggis konsentrasi 0, 2,5, 5, 7,5, 10, dan 12,5 ?g/ml dilakukan menggunakan uji kolorimetrik caspase-3 dan -9 (DVED-pNA dan LEHD-pNA). Data dianalisis menggunakan Anova satu jalur, dilanjutkan dengan uji Post-hoc LSD dengan derajat kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol kulit manggis konsentrasi 12,5 ?g/ml menginduksi apoptosis sel kanker lidah manusia Sp-C1 melalui aktivitas proteolitik caspase-3 dan caspase-9 (P=0,001). Peningkatan kelipatan aktivitas proteolitik caspase-3 dan -9 diketahui sebesar 1,39 dan 2,15 kali lipat. Kesimpulannya, ekstrak etanol kulit manggis dapat menginduksi apoptosis sel kanker lidah manusia Sp-C1.Kata Kunci: sel kanker lidah Sp-C1, kulit manggis, apoptosis, caspase-3 dan -9. 
Efektivitas Jus Tomat dan Minuman Bekatul terhadap Pengecilan Ukuran Lesi Kista Payudara Damayanthi, Evy; Kustiyah, Lilik; -, Kardinah
Indonesian Journal of Cancer Vol 5, No 1 (2011): Jan - Mar 2011
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.558 KB)

Abstract

Lesi kista payudara tidak hanya memberikan rasa tidak nyaman, tetapi kista jenis tertentu dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Mengonsumsi makanan/minuman yang mengandung antioksidan, seperti likopen di tomat dan oryzanol serta tokoferol di bekatul padi, dianjurkan untuk mencegah kanker. Tujuan penelitian adalah mempelajari pengaruh intervensi jus tomat dan minuman bekatul terhadap kista payudara. Rancangan penelitian adalah studi eksperimental. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit “Dharmais” pada Juni 2009 sampai dengan April 2010. Subjek penelitian terdiri dari 2 kelompok, yaitu 10 wanita non-kista dan 10 wanita kista. Selama dua minggu, setiap harinya subyek mengonsumsi 480 ml/hari jus tomat dan dua minggu berikutnya mengonsumsi minuman bekatul (30 g/hari). Hasil penelitian menunjukkan kadar likopen plasma meningkat secara nyata pada kelompok non-kista maupun kista setelah mengonsumsi jus tomat, sedangkan kadar ?-tokoferol plasma setelah mengonsumsi minuman bekatul menurun secara nyata pada kelompok kista, tetapi tidak nyata pada kelompok non-kista. Aktivitas antioksidan total plasma dengan uji DPPH tidak mengalami perubahan yang nyata, baik setelah mengonsumsi jus tomat maupun minuman bekatul. Ukuran lesi kista payudara kanan dan kiri tidak berbeda nyata antara sebelum dan setelah intervensi jus tomat. Setelah intervensi minuman bekatul ukuran lesi kista payudara kiri tidak berbeda nyata dengan sebelum intervensi, tetapi pada payudara kanan, ukuran lesi kista mengecil secara nyata (p<0,05), yaitu dari 11,4 +6,2 mm menjadi 8,06 + 5,37 mm. Hasil penelitian menunjukkan minuman tinggi antioksidan jus tomat dan minuman bekatul kelihatannya memberikan manfaat terhadap pengecilan ukuran lesi kista payudara.Kata kunci: kista payudara, ?-tokoferol, bekatul, likopen, jus tomat, aktivitas antioksidan
Preliminary Report: Clinical Characteristic, Hematologic Response and Gene Mutation of Patients with Chronic Phase Chronic Myeloid Leukemia (CML) to Imatinib at Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSUPN CM) Reksodiputro, Arif Harryanto; Tadjoedin, Hilman; Rinaldi, Ikhwan
Indonesian Journal of Cancer Vol 5, No 4 (2011): Oct - Dec 2011
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.199 KB)

Abstract

Leukemia Granulositik Kronik (LGK) disebabkan oleh gen BCR-Abl domain tyrosin kinase, produk dari kromosom Philadelphia. Imatinib mesylate merupakan inhibitor selektif terhadap kinase tersebut. Di Indonesia, data mengenai karakteristik pasien LGK fase kronik, respons hematologi terhadap imatinib, dan mutasi gen masih jarang ditemukan. Metode dan desain: studi potong lintang ini menggunakan data rekam medik pasien yang didiagnosis sebagai LGK fase kronik dengan BCR-ABL positif yang berobat ke Poliklinik Teratai Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama Januari – Desember 2009.Hasil: dalam periode 1 tahun studi, peneliti mengikutsertakan 20 pasien LGK fase kronik yang memiliki BCR-ABL positif dengan median umur 36 tahun (13-62 tahun). Pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (12 vs 7) dengan rasio 1,7: 1. Sebanyak tujuh pasien (36,8%) berasal dari suku Jawa. Dilaporkan juga karakteristik pasien adalah 15 orang berada pada fase kronik (78,9%); 3 pasien berada pada fase akselerasi (15,8%) sementara 1 pasien mengalami krisis blast (5,3%); 12 pasien (63,2%) ditemui adanya splenomegali; dan 5 dari 11 pasien dilaporkan memiliki skor Sokal yang rendah. Berdasarkan hasil laboratorium didapati nilai median hemoglobin 9,9 g/dL (5-14 g/dL); leukosit 73.000/uL (4.100-332.000/uL) dan nilai median trombosit 481.000/uL (263.000/uL-1.116.000/uL); nilai median kadar basofil di darah perifer 1% (1-10%) dengan nilai median sel blast di perifer adalah 1% (0-22%). Selama studi, respons hematologik komplet dalam 3 bulan dicapai oleh 10 dari 19 pasien (52,6%), termasuk di antaranya 1 pasien yang mengalami fase akselerasi dan 1 pasien yang lain mengalami krisis blast. Sebanyak 18 pasien (94,7%) telah diobati dengan hydrea sebelum mendapat terapi Imatinib, sementara 1 pasien (5,3%) tidak pernah mendapatkan pengobatan apapun sebelumnya.Kesimpulan: didapati nilai median usia pasien LGK fase kronik adalah 36 tahun, sebagian besar adalah laki-laki. Sebanyak enam puluh tiga persen pasien memiliki splenomegali. Dilaporkan juga nilai median leukosit adalah 73.000/uL (4.100-332.000/uL) dengan nilai median sel blast di darah perifer sebanyak 1% (0-22%). Respons hematologik komplet dalam 3 bulan dicapai oleh 52,6% pasien.Kata kunci: LGK fase kronik, imatinib, respons hematologik, mutasi.
Strategi Pemakaian Epoetin Alfa dalam Mempertahankan Kadar Hemoglobin pada Kemoterapi Ajuvan Berbasis Antrasiklin Karsinoma Payudara Operabel Achmad, Dimyati; Hariady, Yusuf; Isakh, Benny; Abdurahman, Maman
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 1 (2013): Jan - Mar 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.144 KB)

Abstract

Pada kanker payudara operabel dengan metastasis regional, pemberian kemoterapi ajuvan berbasis antrasiklin dapat menyebabkan terjadinya anemia ringan sampai berat pada sekitar 4% - 63% kasus. Telah dilakukan berbagai penelitian tentang peran epoetin alfa sebagai alternatif pengganti transfusi, tetapi hasilnya masih belum memuaskan. Dilakukan penelitian uji klinik desain paralel dengan randomisasi blok terhadap 64 sampel penelitian yang dibagi atas 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan epoetin alfa dan kelompok kontrol. Kadar Hb pasca-operasi yang termasuk dalam kriteria inklusi adalah > 10 gr/dL - 12 gr/dL. Epoetin alfa diberikan 1 minggu pasca-mastektomi diteruskan sampai 6 kali pemberian dengan dosis 40.000 IU/ minggu dan kadar Hb dinilai mulai dari pemberian kemoterapi siklus pertama sampai 3 minggu setelah kemoterapi siklus keenam. Hasil penelitian menunjukkan pemberian epoetin alfa dengan strategi di atas mampu mempertahankan kadar hemoglobin di atas 10 gr/dL dan tidak dibutuhkan transfusi selama kemoterapi. Sedangkan pada kelompok kontrol membutuhkan transfusi sebanyak 28,1% kasus dan kebutuhan transfusi paling banyak terjadi pada kemoterapi siklus keempat. Kesimpulan: strategi pemakaian epoetin alfa yang dapat dipilih adalah mulai 1 minggu pasca-mastektomi yang diteruskan sampai kemoterapi siklus kedua atau 6 kali pemberian dengan dosis 40.000 IU/minggu dan kadar Hb pasca-mastektomi harus > 10 gr/dL - 12 gr/dL.Kata kunci: kanker payudara, anemia, epoetin alfa.
Gambaran Makna Hidup Remaja Penderita Leukemia -, Widianita P.L.; Mikarsa, Hera Lestari; Hartiani, Fenny
Indonesian Journal of Cancer Vol 3, No 1 (2009): Jan - Mar 2009
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.607 KB)

Abstract

Remaja penderita leukemia membutuhkan waktu pengobatan yang panjang dan memberikan efek samping secara fisik serta psikologis pada penderitanya. Dampak psikologis dirasakan saat menghadapi kematian. Remaja yang menghadapi kematian mengalami konflik berkepanjangan selama masa penyesuaian diri. Hal ini menimbulkan depresi. Adanya depresi membuat mereka merasa tidak memiliki makna dalam hidupnya.1 Makna hidup adalah hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi individu sehingga layak dijadikan tujuan hidup.2 Penelitian menunjukkan bahwa kedua remaja penderita leukemia memiliki kebermaknaan hidup. Adanya orang terdekat dan keinginan untuk membahagiakan mereka membuat kedua partisipan merasa berarti dan tetap memiliki motivasi untuk sembuh. Usaha kedua partisipan untuk membahagiakan orang-orang terdekat mereka adalah dengan berusaha mencapai cita-cita. Usaha mereka dalam mencapai cita-cita tampak dalam kegiatan yang mereka lakukan.Kata kunci: makna hidup, leukemia
Analisis Drug Related Problems pada Pasien Kanker Padat Stadium Lanjut yang Menjalani Terapi Paliatif di Rumah Sakit Kanker “Dharmais” KUSUMA, EMA NILLAFITA PUTRI
Indonesian Journal of Cancer Vol 9, No 2 (2015): April-Juni 2015
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (835.384 KB)

Abstract

ABSTRACTThe goal of palliative care is to increase the quality of life and to reduce the symptomp, but it often increases the complexity of patient’s therapy. The aim of this study is to evaluate prevalance, the risk factor, and the profile of Drug Related Problems (DRPs) from the palliative therapy patient who suffer from solid cancer at “Dharmais” Hospital National Cancer Center. This is a cross sectional study and the data was taken from the patients’ medical records starting from March to June 2011. The patient characteristics who followed this study were 33 patients women (68.8%), and the frequent cases of solid cancer was breast cancer, i.e about 15 patients (31.3%). Most of the patients (64.6%) were in palliative care. Adverse reactions occurred in 70.1% patienst and 66.2% patients got potential adverse reaction. Only 5.7% drug-drug interactions were detected with moderate significance. About 15.0% drug interactions caused by the use of morphine, and amitriptyline at the same time. The risk of incident adverse reactions were influenced by age, sex,history of curative chemotherapy regimen, comorbidities, and the number of drug use. The increasing risk of drug interaction incident was the influenced by the number of drugs using ( > 5 drugs) and if the patient had a comorbidities. Most of patients in the palliative care would get the DRP but drug interactions did not always occur. ABSTRAKTerapi paliatif bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi gejala, namun akan menambah kompleksitas terapi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi prevalensi, faktor risiko, dan profil kejadian Drug Related Problems (DRPs) terapi paliatif pasien kanker padat stadium lanjut. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang. Dan data diambil dari rekam medis pasien bulan Maret – Juni 2011. Karakteristik pasien, 33 orang (68,8%) perempuan, dan kasus kanker padat terbesar adalah kanker payudara sebanyak 15 orang (33,3%). Sebagian besar pasien kanker padat stadium lanjut (64,6%) hanya menjalani satu kali terapi paliatif. Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) termanifestasi dialami 70,1% subyek uji dan 66,2% uji berpotensi mengalami ROTD. Interaksi obat dengan signifikansi moderate ditemui pada 5,7% terapi pasien. Sebesar 15,0% interaksi tersebut akibat penggunaan morfin dan amitriptilin bersama. Risiko ROTD meningkat karena usia, jenis kelamin, riwayat pemberian regimen kemoterapi kuratif, penyakit penyerta, dan jumlah obat yang digunakan. Peningkatan risiko kejadian interaksi obat dipengaruhi oleh penggunaan > 5 jenis obat dan adanya penyakit penyerta. Pasien kanker padat stadium lanjut yang menjalani terapi paliatif pada umumnya mengalami ROTD, namun jarang ditemukan interaksi obat. 

Filter by Year

2007 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 4 (2018): October-December Vol 12, No 3 (2018): July-September Vol 12, No 2 (2018): April-June Vol 12, No 1 (2018): Jan - Mar Vol 11, No 4 (2017): October- December 2017 Vol 11, No 3 (2017): July - September 2017 Vol 11, No 2 (2017): April - June Vol 11, No 1 (2017): Jan-Mar Vol 10, No 4 (2016): October - December 2016 Vol 10, No 3 (2016): July - September 2016 Vol 10, No 2 (2016): April - June 2016 Vol 10, No 1 (2016): Jan - Mar 2016 Vol 9, No 4 (2015): Okt - Des 2015 Vol 9, No 3 (2015): Jul - Sept 2015 Vol 9, No 2 (2015): April-Juni 2015 Vol 9, No 1 (2015): Jan - Mar 2015 Vol 8, No 4 (2014): Oct - Dec 2014 Vol 8, No 3 (2014): Jul - Sep 2014 Vol 8, No 2 (2014): April-Juni 2014 Vol 8, No 1 (2014): Jan - Mar 2014 Vol 7, No 4 (2013): Oct - Dec 2013 Vol 7, No 3 (2013): Jul - Sep 2013 Vol 7, No 2 (2013): Apr - Jun 2013 Vol 7, No 1 (2013): Jan - Mar 2013 Vol 6, No 4 (2012): Oct - Dec 2012 Vol 6, No 3 (2012): Jul - Sep 2012 Vol 6, No 2 (2012): Apr - Jun 2012 Vol 6, No 1 (2012): Jan - Mar 2012 Vol 5, No 4 (2011): Oct - Dec 2011 Vol 5, No 3 (2011): Jul - Sep 2011 Vol 5, No 2 (2011): Apr - Jun 2011 Vol 5, No 1 (2011): Jan - Mar 2011 Vol 4, No 5 (2010): Workshops 2010 Vol 4, No 4 (2010): Oct - Dec 2010 Vol 4, No 3 (2010): Jul - Sep 2010 Vol 4, No 2 (2010): Apr - Jun 2010 Vol 4, No 1 (2010): Jan - Mar 2010 Vol 3, No 5 (2009): Workshops 2009 Vol 3, No 4 (2009): Oct - Dec 2009 Vol 3, No 3 (2009): Jul - Sep 2009 Vol 3, No 2 (2009): Apr - Jun 2009 Vol 3, No 1 (2009): Jan - Mar 2009 Vol 2, No 5 (2008): Workshop 2008 Vol 2, No 4 (2008): Oct - Dec 2008 Vol 2, No 3 (2008): Jul - Sep 2008 Vol 2, No 2 (2008): Apr - Jun 2008 Vol 2, No 1 (2008): Jan - Mar 2008 Vol 1, No 4 (2007): Oct - Dec 2007 Vol 1, No 3 (2007): Jul - Sep 2007 Vol 1, No 2 (2007): Apr - Jun 2007 Vol 1, No 1 (2007): Jan - Mar 2007 More Issue