cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Jurnal Kajian Budaya
Published by Universitas Udayana
ISSN : 23032304     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 10 No 20 (2014): Juli 2014" : 6 Documents clear
TRADISI HAROA PADA ETNIK MUNA : FENOMENA BUDAYA DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA DI ERA GLOBAL Suraya, Rahmat Sewa
E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies) Vol 10 No 20 (2014): Juli 2014
Publisher : E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.36 KB)

Abstract

Etnik Muna adalah salah satu etnik di Sulawesi Tenggara.Mayoritas agama yang dianutnya adalah agama Islam.Dalam praktik kehidupan keberagamaan, pada etnikMuna dijumpai sejumlah tradisi khususnya tradisi Haroa,yang berhubungan dengan perayaan hari-hari pentingdalam agama Islam. Dalam era globalisasi dewasa ini,tradisi Haroa masih tetap dilakukan oleh masyarakatetnik Muna meskipun sebagian masyarakat menganggaptradisi tersebut sudah tidak sesuai bahkan dari kelompokIslam tertentu, menganggap tradisi tersebut adalah sangatbertentangan dengan ajaran agama Islam, sebab dianggapkolot, mengadah-adalah atau bid’ah dan sebagainya.Namun demikian, oleh masyarakat pendukungnyaberanggapan bahwa tradisi Haroa dalam kehidupanberagama memiliki sejumlah fungsi dan makna yangsangat dijunjung tinggi,terutama dalam ranah kehidupansosial, budaya dan kehidupan religiusitas pendukungnya.
SISTEM POLA PEWARISAN TRADISI MALAMANG DI KOTA PADANG Kaksim, Zulfa dan
E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies) Vol 10 No 20 (2014): Juli 2014
Publisher : E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.915 KB)

Abstract

Tradisi malamang merupakan tradisi masyarakatKota Padang. Namun tradisi ini sudah banyak yangditinggalkan. Malamang adalah merupakan makanan khasyang mempunyai nilai dan makna-makna filosofi yangmendalam. Seiring dengan semakin memudarnya nilainilaidan makna filosofi masyarakat Minangkabau yangberasal dari tradisi malamang ini. Kepedulian pemerintahtiga tahun terakhir ini terlihat dengan masuknya tradisimalamang ke dalam Festival Siti Nurbaya yang diadakanoleh pemerintah Kota Padang. Penelitian ini menggunakanmetode tradisi lisan dengan menggunakan pendekatanetnografi. Hasil penelitian ini menemukan berbagai faktoryang menjadikan tradisi malamang mulai memudar diKota Padang. Salah satunya adalah sistem pola pewarisantradisi malamang di Kota Padang yang tidak berjalandengan baik. Bahkan sistem pola pewarisan hampir tidakada. Hal inilah ang akan menjadikan tradisi malamangbisa menghilang di Kota Padang.
HUBUNGAN SEGITIGA ANTARA BIROKRAT PENGUSAHA DAN POLITIKUS PARTAI DEMOKRASI LIBRAL (JIMINTOO) DALAM PEMILIHAN UMUM DI JEPANG Sendra, I Made
E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies) Vol 10 No 20 (2014): Juli 2014
Publisher : E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.528 KB)

Abstract

In Japan, after The Second World War, the pressure groupscame from big companies, which had important role toredevelop Japanese industries. Due to the fact that theywere involved in establishing the economic policiessince 1950, the political life style was expressed asthough the domination of triangle’s strength, such as; theLiberal Democracy Party (LDP) politician, bureaucrat,and businessman. Businessman (industrialist) as oneof pressure groups wanted to control the government ofruling party to give political finance.The pressure group, such as, Zaikei (the groupof big companies), they got unilateral eases in terms ofregulation, clearance and act. Nevertheless, the trianglerelation was not permanent because the economic growthhad made pollution and urbanization. It made contradictionto the politician’s interest. The Japanese people prosecutedthe LDP politician and bureaucrat to restrain the pollutionand increase the social welfare and the life quality. Thepressure group used many ways to influence and to controlthe government’s policies by making Advisory Board(Shingikai) which was consisted of professional andcommon people.The collusion, corruption and bribe scandal cameinto the fore involving the former Japanese prime ministerswho were from the LDP politicians. They were causedby some factors such as: (a) the Japanese culture and thepolitician morality; (b) the election system of the House of Representatives members; (c) the competition amongthe faction of LDP to become the president of LDP, whichhave a chance to be the Japanese prime minister.
PLURALITAS DAN HETEROGENITAS DALAM KONTEKS PEMBINAAN KESATUAN BANGSA Astra, I Gde Semadi
E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies) Vol 10 No 20 (2014): Juli 2014
Publisher : E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.976 KB)

Abstract

Lewat pendekatan historis dan secara empiris diketahuibahwa wilayah Kepulauan Nusantara atau Indonesia padadewasa ini, adalah sangat kental dengan corak pluralitasdan heterogenitas, baik di bidang kultural maupunstruktur sosial masyarakatnya. Corak tersebut tidak dapatdilepaskan dari pengaruh berbagai jenis orang asing, baikdilihat dari dimensi etnik maupun ras, yang datang dansempat menjadi penghuni wilayah ini. Mudah dipahamibahwa selain memiliki sisi positif, corak pluralitas danheterogenitas itu tentu membawa serta sisi negatif sepertiberbagai konflik baik bersifat laten maupun manifes danpotensi-potensi pemecah bangsa lainnya. Dengan kata lain,bukan mustahil dalam masyarakat dan bangsa Indonesiasecara potensial ada tarik menarik antara kekuatansentripetal dan sentrifugal yang dapat menghambatterbentuk serta terbinanya kesatuan Indonesia yang betulbetulmasif. Bahkan, dapat menggagalkan terwujudnyakesatuan bangsa apabila kekuatan sentrifugal diberikesempatan berkembang secara bebas.Kekhawatiran yang telah digambarkan apabila bermaknakewaspadaan adalah wajar. Akan tetapi, kekhawatiran yangbermakna keputusasaan sudah tentu tidak patut dimilikioleh para penyelenggara negara Indonesia, apalagi olehseluruh bangsa ini. Dikatakan demikian, karena bangsaatau negara ini sesungguhnyalah telah memiliki berbagaisenjata ampuh untuk mengatasi dampak negatif kekuatansentrifugal itu, dan sekaligus berarti mengupayakanterwujudnya kesatuan yang kokoh. Di antara senjata senjata itu sebut saja misalnya ideologi negara yakniPancasila yang pada hakikatnya sejalan dengan pahammultikulturalisme yang berkembang belakangan ini,berbagai produk peraturan serta perundang-undangan, dankearifan-kearifan lokal di Indonesia yang dapat melandasipelaksanaan kewenangan para penyelenggara negara.Hal yang sesungguhnya masih sangat diperlukan adalahkemauan dan kemampuan memungsikan senjata-senjataampuh tersebut secara arif bijaksana dan tepat sesuaidengan konteks permasalahan yang dihadapi.
PERUBAHAN, KEBUDAYAAN, DAN AGAMA: PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KEKUASAAN Sifatu, Wa Ode
E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies) Vol 10 No 20 (2014): Juli 2014
Publisher : E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.065 KB)

Abstract

Perubahan, kebudayaan, dan agama, merupakan temayang menarik untuk dikaji secara antropologis mengingatmasyarakat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)merupakan masyarakat majemuk dalam segala aspekkehidupan. Bagaimana perubahan, kebudayaan, dan agamamenjadi sumber konflik dalam kehidupan berasyarakat diIndonesia. Tulisan ini menelusuri kedudukan perubahan,kekuasaan, dan agama melalui penelusuran kepustakaanuntuk memahami nilai analitis yang bersifat heuristikdalam konteks antropologi kekuasaan.Sejak keberadaan manusia di muka bumi,manusia selalu bertanya tentang asal-usul keberadaannya,kehidupannya, dan keberadaannya nanti setelah kematian.Manusia berupaya menjawab pertanyaan tersebutmelalui berbagai cara di antaranya melalui agama danilmu pengetahuan. Namun agama menyediakan surgadan neraka, serta ilmu pengetahuan melahirkan berbagaikemudahan dan efek samping yang menimbulkan kerugianbagi manusia sehingga manusia selalu diselimuti olehperasaan takut. Dalam kondisi seperti itu, banyak pihakyang karena kekuasaannya mengklaim kelompoknyasebagai ahli surga sedangkan kelompok lain adalah ahlineraka.
IDENTIFIKASI POLA SOSIO-KULTURAL NYEGARA GUNUNG DI BALI UTARA (DALAM PERSPEKTIF TRIHITA KARANA) Rai, I Made Pageh dan Ida Bagus
E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies) Vol 10 No 20 (2014): Juli 2014
Publisher : E-Jurnal Kajian Budaya (Online Journal of Cultural Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.821 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasibudaya nyegara-gunung di Bali Utara, untuk dapatdijadikan payung penelitian, pengabdian masyarakat danpengembangan Lembaga Pusat kajian Budaya UndikshaSingaraja. Penelitian menggunakan pendekatan kajianbudaya (cultural studies) sehingga terasa mengigit danmungkin sangat berbeda dengan studi budaya yangmenggunakan pendekatan struktural fungsional dalamstudi budaya. Data dikumpulkan menggunakan langkahlangkahpenelitian ilmu sosial budaya, dianalisis dan dibuatfakta baru untuk menumbuhkan daya kritis di kalanganpembacanya. Teori “eko-sosio-relegius” (nyegara-gunungdan trihita karana) dikaitkan dengan sejarah dan kehidupantradisi yang menjadi pola budaya di Bali Utara.Hasil penelitian menemukan banyak pola budaya secarakritis dapat diteliti dan dijadikan tema penelitian untukmenghasilkan paket wisata nyegara-gunung di Bali Utara.Klasifikasi wilayah menggunakan pikiran Grader (1930-an) yang membagi Bali Utara menjadi tiga bagian yaituBuleleng Timur-Tengah dan Barat, dengan menjadikanPura Segara (Ratu Ayu Syahbandar) sebagai patokandikaitkan dengan derah hulunya dan daerah kekuasaannyasecara tradisional. Tampak pola budayanya terkait denganritual wali dalam tradisi nyegara gunung di Bali Utara,terutama di Buleleng Timur dan Tengah. Relasi kuasa dimasa lalu sangat kental dalam tradisi nyegara-gunung itu.Di Buleleng Barat ditemukan ada desa tanpa memilikipalemahan (Sumberklampok), dengan demikian dapatdijadikan kasus bahwa ada desa yang tidak berdasarkan Trihita Karana, karena tanahnya terkait dengan kontrakerfach zaman Belanda dan berlanjut sampai erakemerdekaan ini. Hutan Bali barat sebagai daerah HuluBuleleng Barat dan Negara sudah tidak dapat dikatakansebagai Taman Hutan Bali Barat lagi karena telah dirambaholeh manusia pascareformasi, yang butuh perhatian semuapihak. Identifikasi ini baru hanya yang terkait denganbudaya nyegara-gunung sehingga hanya sebagian kecilnyasaja, sedangkan tema yang lainnya masih butuh penelitianlebih lanjut. Besar harapan kami agar hasil penelitian inidapat dijadikan penelitian payung di Pusat kajian Budayadi bawah naungan Lemlit Undiksha.

Page 1 of 1 | Total Record : 6