cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
konversi@ulm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Konversi
ISSN : 23023686     EISSN : 25413481     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 231 Documents
STUDI PERBANDINGAN SIMULASI PROSES PEMBAKARAN BATUBARA DAN VINASSE METODE NON-PREMIX COMBUSTION MODEL Triwibowo, Bayu; Halim, Abdul; Rahmatika, Annie Mufyda
Konversi Vol 4, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v4i1.262

Abstract

Abstrak-Vinasse merupakan limbah dari industri gula dengan debit yang sangat besar sehingga harus diolah dengan berbagai metode. Salah satu alternatif metode yang dapat digunakan adalah pembakaran. Pembakaran merupakan reaksi kimia yang memproduksi panas dan dapat digunakan sebagai suplai energi untuk proses selanjutnya. Berdasarkan analisis proksimat dan ultimat, vinasse memiliki karakteristik yang hampir sama dengan batubara setelah mengalami proses evaporasi. Penelitian ini mempelajari perbandingan dari karakteristik pembakaran antara batubara dan vinasse sebagai bahan bakar yang dilihat dari aspek distribusi temperatur, distribusi spesies, dan vektor kecepatan. Proses pembakaran dijalankan dengan metode computational fluid dynamics (CFD) khususnya model pembakaran non-premix. Geometri dari ruang bakar yang digunakan adalah 84 x 5,2 m dengan kualitas ortogonal mesh yang digunakan mendekati 1 dan bentuk cell segiempat 100 persen. Simulasi pembakaran dijalankan dengan geometri 2D (dua dimensi) dengan udara sebagai oksidator. Hasil dari simulasi menunjukkan bahwa vinasse memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif karena lebih cepat terbakar dibandingkan dengan batubara serta karakteristik lain yang sedikit berbeda. Kata kunci : pembakaran, vinasse, batubara, CFD, non-premix Abstract-Vinasse as a sugarcane waste has large amount of debit that must be treated through various methods. One of the methods is combustion. Combustion is a chemical reaction that produced heat which is can be used as energy supply for further process. Vinasse according to proxymate and ultimate analysis has characteristic similar to coal after being evaporated. This paper is studied about the comparassion of combustion characteristic between vinasse and coal as a fuel in terms of temperature distribution, species distribution, and velocity vector. Combustion process conducted with computational fluid dynamics method especially non-premix combustion model. The geometry of furnace is 84 m x 5.2 m with the orthogonal quality of mesh is close to 1 and 100 percent of quad cells. The simulation of combustion process conducted in 2D (two dimensions) with air as oxydizer. The results of the simulation shows that vinasse were very potential to use as a fuel with quicker combustion compared to coal but with slightly different characteristic. Keywords : Combustion, vinasse, coal, CFD, non-premix
PENGARUH WAKTU HIDROLISIS DAN KONSENTRASI KATALISATOR ASAM SULFAT TERHADAP SINTESIS FURFURAL DARI JERAMI PADI Mardina, Primata; Prathama, Hendry Agusta; Hayati, Deka Mardiana
Konversi Vol 3, No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i2.158

Abstract

Abstrak- Jerami padi merupakan salah satu limbah yang mengandung hemiselulosa yang salah satu komponen utamanya adalah pentosan. Pentosan dapat diubah menjadi furfural dengan suatu reaksi hidrolisis berkatalis asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu reaksi hidrolisis dan konsentrasi katalisator H2SO4 terhadap yield furfural dari jerami padi. Sintesis furfural dari jerami padi dilakukan dengan cara menghaluskan jerami padi, kemudian menghidrolisisnya dalam larutan asam sulfat dengan konsentrasi yang berbeda (1%, 3%, dan 5% v/v) dan dengan variasi waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam. Cairan hasil hidrolisis didistilasi untuk memisahkan furfural dari larutan asam sulfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yield furfural yang diperoleh dari hidrolisis jerami padi berbanding terbalik dengan konsentrasi katalisator asam sulfat dan waktu hidrolisis. Yield furfural tertinggi diperoleh pada konsentrasi katalisator asam sulfat 1% dan waktu hidrolisis 1 jam, yaitu 5,441 %. Kata kunci: jerami padi, hidrolisis, hemiselulosa, pentosa, furfural Abstract-Rice straws are one of the hemicellulose-contained wastes, which one of its main components is pentosan. Pentosan can be reacted into furfural with acid catalytic hydrolysis reaction. This research is intended to find out the effect of hydrolysis durations and sulfuric acid (H2SO4) catalyst concentrations towards yield of furfural from rice straws. The synthesis of furfural from rice straws is conducted by refined the rice straws, then hydrolyze it with different concentrations of sulfuric acid solution (1%, 3%, and 5% v/v) and with different durations of hydrolysis reaction (1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, dan 5 hours). This hydrolisis reaction produced liquid, which are distilled to separate furfural from sulfuric acid solution. The results of this research show the yield of furfural from rice straws hydrolysis is inversely proportional to sulfuric acid catalyst concentration and hydrolysis duration. The best yield of furfural was 5,441%, which obtained with 1% sulfuric acid catalyst concentration and 1 hour hydrolysis duration.Keywords: rice straws, hydrolysis, hemicellulose, pentosa, furfural
EKSTRAKSI SILIKA DARI ABU SEKAM PADI DENGAN PELARUT KOH Agung M, Galang Fajar; Hanafie Sy, Muhammad Rizal; Mardina, Primata
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.125

Abstract

Sekam padi sebagai limbah yang berlimpah khususnya di negara agraris, adalah salah satu sumber penghasil silika terbesar. Sekam padi mengandung sekitar 90%-98% silika setelah mengalami pembakaran sempurna. Pengambilan silika dari abu sekam padi dilakukan dengan proses ekstraksi padat cair menggunakan larutan alkali sebagai pelarut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan alkali dan waktu operasi terhadap yield dari silika. Proses ekstraksi dilakukan dalam skala laboratorium. Sepuluh gram abu sekam padi dimasukkan ke dalam 60 mL larutan alkali dengan konsentrasi tertentu (5%w/w, 10% w/w dan 15% w/w) untuk diekstrak kandungan silika dengan waktu operasi tertentu (30, 60 dan 90 menit). Setelah proses ekstraksi selesai, larutan tersebut ditambahkan larutan HCl 1 N untuk mengendapkan silika. Silika yang terbentuk kemudian dipisahkan dari sisa larutan dengan penyaringan. Untuk menghilangkan kelembaban pada silika yang dihasilkan, maka dilanjutkan dengan proses pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan yield silika terbesar adalah 50,49% terjadi pada KOH 10% dan waktu ekstraksi 90 menit.  Keywords: abu sekam padi, silika, KOH  Rice husks, the most abundant waste material in agricultural country, is the one of the silica rich raw materials. Rice husks contain about 90%-98% of silica after completed combustion. Recovery silica from ash of  rice husks was done by solid-liquid extraction using alkali solution. Different concentration of alkali solution (5% w/w, 10% w/w and 10% w/w) and different operation time (30, 60 and 90 minutes) were used to investigate their influence on yields of silica. The extraction process was carried out in laboratory scale. After extraction, process was continued by acidic solidification, filtration and drying. The result showed the biggest yield of  silica was 50, 49% at 10% KOH for 90 minutes . Keywords: ash of rice husks, silica, KOH
ADSORPSI LOGAM BESI (Fe) SUNGAI BARITO MENGGUNAKAN ADSORBEN DARI BATANG PISANG Hidayah, Nur; Deviyani, Erlinda; Wicakso, Doni Rahmat
Konversi Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v1i1.83

Abstract

Abstrak- Berdasarkan laporan BLHD Kalimantan Selatan tahun 2009 kandungan Fe Sungai Barito mencapai 2,5455 mg/L. Kadar ini melampaui aturan KEPMENKES tahun 2002 yang hanya membolehkan kandungan Fe dalam air sebesar 0,3 mg/L.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan batang pisang menurunkan kadar Fe dalam sampel air Sungai Barito serta mengetahui kondisi terbaik adsorben berdasarkan variasi proses aktivasi, aktivator, ukuran diameter adsorben, kecepatan pengadukan dan lama kontak adsorpsi dalam menurunkan kadar Fe sungai Barito sehingga  didapatkan air Sungai Barito yang memenuhi standart air minum ataupun air bersih berdasarkan KEPMENKES tahun 2002.Penelitian ini didasarkan pada  proses awal adsorpsi yang diakhiri dengan proses filtrasi. Batang pisang yang telah dibersihkan dipotong kecil untuk memudahkan penguapan kandungan air pada saat dipanaskan di bawah panas matahari kemudian dihaluskan dengan blender.Untuk mendapatkan ukuran diameter batang pisang 20, 30 dan 40 mesh, batang pisang diayak dengan menggunakan sieve track. Batang pisang selanjutnya diaktivasi secara kimia dengan menggunakan larutan KMnO4 ­0,1 M dan ZnCl2 0,1 M selama 24 jam. Sedangkan pada proses aktivasi fisika, batang pisang dipirolisis selama 30 menit dengan suhu 500oC. Karbon aktif yang dihasilkan digunakan untuk proses adsorpsi dengan beberapa variasi kondisi yang hasilnya akan diuji dengan menggunakan alat spectofotometry.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa batang pisang dapat menurunkan kandungan Fe dalam air Sungai Barito. Kondisi terbaik penurunan kandungan  Fe berdasarkan penelitian didapatkan pada batang pisang ukuran 40 mesh yang diaktivasi secara fisika-kimia dengan menggunakan aktivator KMnO4 dengan kecepatan pengadukan 150 rpm dan lama waktu kontak 1 jam.Keywords: adsorpsi, batang pisang, Fe, sungai baritoAbstract- Grounded on BLHD’s report of South Borneo on 2009, Fe contents in Barito river achieve 2,5455 mg/L. This level pass by KEPMENKES on 2002 which only permit Fe contents in water as many 0,3 mg/L. The goals of this research are to study ability of banana stem to decrease Fe contents in water sample of Barito river. Knowing the best adsorbent condition to decrease Fe contents in Barito river based on variations of activation process, kind of activator,  adsorbent diameter size, stirring of velocity and adsorption duration as well as to find water of Barito river which appropriate with clean or drink water standart based on KEPMENKES on 2002.This research started with adsorption process and finishing with filtration process. Banana stem is washed until clean and then cut to small slice to abridge vaporization of water contents when is hoted under the sun. The dried banana stem be broken with blender. Banana stem is screned to find diameter size as big as 20, 30 and 40 mesh. Then, banana stem is activated using KMnO4 ­0,1 M dan ZnCl2 0,1 M solution during 24 hours. Whereas in physics activation, banana stem is pyrolysed during 30 minute at 500oC. Activated carbon is used to adsorption with some variation. The result will test use spectofotometry.Result of this research indicate that banana stem can decrease Fe content in water of Barito river. Activated carbon with size 40 mesh which use physic-chemical activation with  KMnO40,1 M solution as well as 150 rpm strring velocity and ahour adsorption duration give the best result. Keywords: adsorption, banana stem, Fe, Barito river
PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISEAE Safitrie H, Gusti Safriana; Safitri, Erisa Maya; Putra, Meilana Dharma
Konversi Vol 4, No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v4i2.267

Abstract

Abstrak-Seiring dengan upaya pencegahan krisis bahan bakar fosil dimasa mendatang dan pelaksanaan program pemerintah tentang kebijakan energi maka diperlukan penelitian mengenai energi terbarukan, salah satunya bioetanol. Bahan baku pembuatan bioetanol biasanya mengandung karbohidrat yang cukup tinggi dan cempedak mengandung karbohidrat sebesar 28,6 g/100 g buah cempedak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses acid hydrolysis treatment terhadap pendegradasian lignin pada serat kulit cempedak, mengetahui berat kulit cempedak optimum pada proses acid hydrolysis treatment, mengetahui pH optimum dan nutrient yang tepat untuk menghasilkan kadar etanol tertinggi.Kulit cempedak dipotong, dioven dan dihaluskan sampai berbentuk serbuk kemudian dianalisa struktur morfologinya menggunakan metode SEM dan kristanilitasnya menggunakan metode XRD. Serbuk tersebut ditambahkan dengan larutan H2SO4 (2% v/v) dan akuades 90 mL kemudian dihidrolisis pada suhu 100oC  selama 1 jam dengan variasi berat kulit cempedak (%w/v) yaitu: 2,5%; 5%; 7,5% dan 10%. Hidrolisat dengan kadar glukosa tertinggi dilakukan variasi pH, yaitu 4; 4,5 dan 5 selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave selama 15 menit. Hidrolisat ditambahkan starter yang sudah diaktivasi dan Saccharomyces cerevisiae kemudian difermentasi pada orbital shaker dengan kecepatan 120 rpm selama 4 hari. Proses fermentasi diulang kembali dengan mengatur pH 4,5 pada hidrolisat dan menambahkan variasi nutrient yaitu 0,1 g urea; 0,1 g NPK; dan 0,05 g urea+0,05 g NPK.  Kadar bioetanol diujikan dengan metode GC. Berdasarkan XRD, karakteristik peak selulosa pada serat kulit cempedak mengalami peningkatan. Crystallinity Index sebelum hidrolisis 20,39%, setelah hidrolisis 24,59%. Dari hasil analisa dengan metode Luff-Schoorl diperoleh kadar gula total tertinggi dengan berat kulit cempedak 7,5% (w/v) sebesar 15,25% (v/v). Sedangkan hasil analisa dengan metode GC untuk variasi pH dan nutrient diperoleh kadar bioetanol tertinggi sebesar 0,810%(v/v) pada pH 4,5 dan 0,731% (v/v) dengan penambahan 0,05 g urea+0,05 g NPK. Kata kunci: Acid hydrolysis treatment, cempedak, bioetanol.Abstract-Along with prevention efforts of fossil fuel crisis in the future and the implementation of government programs on energy policy, it is necessary to research on renewable energy such as bioethanol. The raw material for bioethanol production usually contain high enough carbohydrates and carbohydrate of jackfruit is 28.6 g/100 g jackfruit. This study aims to determine the effect of the process of acid hydrolysis treatment against the degradation of lignin in the skin fibers of jackfruit, determine the optimum weight of jackfruit skin to the process of acid hydrolysis treatment, know the optimum pH and right nutrient  to produce the highest ethanol content. Jackfruit skin was cut, roasted and refined to powder and then analyzed the structure of the morphology using SEM and crystallity using XRD methods. The powder is added with solution of H2SO4 (2% v/v) and 90 mL of distilled water and hydrolyzed at 100°C for 1 hour with a variety of heavy of jackfruit skin (%w/v) as follows: 2.5%; 5%; 7.5% and 10%. Hydrolyzate with the highest glucose levels do variations in pH, which is 4; 4,5 and 5 sterilized using an autoclave for 15 minutes. The hydrolyzate is added starter that has been activated and Saccharomyces cerevisiae then fermented in orbital shaker at 120 rpm for 4 days. The fermentation process is repeated by adjusting pH 4.5 at hydrolyzate and add a variety of nutrients, namely 0.1 g urea; 0.1 g NPK; and 0.05 g urea+0.05 g NPK.  The content of bioethanol tested with GC method. Based on XRD, the characteristic of peak of cellulose of jackfruit fiber skin is increased. Crystallinity Index before hydrolysis 20.39% and 24.59% after hydrolysis. From the analysis by the Luff-Schoorl method obtained the highest total sugar content with weight of jackfruit skin of 7.5% (w/ v) is 15.25% (v/v). While the results of the analysis by GC method to variations in pH and nutrient is obtained a highest content of bioethanol is 0.810% (v/v) at pH 4.5 and 0.731% (v/v) with the addition of 0.05 g urea+ 0.05 g NPK. Keywords: Acid hydrolysis treatment, jackfruit, bioethanol.  
PENGARUH MASSA MAGNESIUM SILIKAT (MAGNESOL) DAN WAKTU OPERASI PADA PROSES PEMURNIAN BIODIESEL A. Jatyaraga, Bagas; K. Atmadja, Leonardo; A. Anggorowati, Dwi; Setyawati, Harimbi
Konversi Vol 4, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v4i1.258

Abstract

Abstrak-Proses pemurnian biodiesel menggunakan metode pencucian kering telah berhasil dilakukan. Biodiesel yang digunakan berasal dari minyak jelantah. Secara keseluruhan biodiesel yang dimurnikan dengan metode pencucian kering mengalami peningkatan kualitas. Waktu reaksi dan jumlah magnesol yang digunakan sangat mempengaruhi proses pemurnian biodiesel. Kondisi terbaik didapatkan pada waktu reaksi 60 menit dan jumlah magnesol 2 %w/w. Densitas, viskositas,titik nyala, angka setana, gliserol bebas dan gliserol total mengalami peningkatan kualitas masing-masing sebesar 3%, 34%, 7%, 22%, 48% dan 38%. Kata Kunci: biodiesel, pencucian kering, magnesol Abstract-Biodiesel purification process using a dry cleaning method has been successfully performed. Biodiesel is derived from used cooking oil. Overall purified biodiesel dry washing method to increase the quality. Reaction time and amount used magnesol greatly affect biodiesel purification process. The best conditions obtained at reaction time of 60 minutes and the amount of magnesol 2% w / w. Density, viscosity, flash point, cetane number, free glycerol and total glycerol increased the quality are  3%, 34%, 7%, 22%, 48% and 38%, respectively. Keyword: biodiesel, dry cleaning, magnesol
POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg), TSS DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS Irawan, Chairul; Ardiansyah, Ardiansyah; Hanan, Naisya
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.133

Abstract

Abstrak- Aktivitas pertambangan emas di Kalimantan berpotensi menghasilkan limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) seperti merkuri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran ini salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. Serat purun tikus mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 40,92% sehingga dapat dijadikan sebagai adsorben. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kemampuan serat purun tikus sebagai adsorben alami, mempelajari proses pengolahan biokomposit serat purun tikus dengan material nanopartikel besi oksida,dan mengetahui pengaruh hasil penambahan nanopartikel besi oksida untuk membuat biokomposit serat purun tikus dalam upaya menurunkan kandungan logam berat Hg, Total Suspended Solid (TSS)dan Chemical Oxygen Demand(COD) pada limbah cair pertambangan emas. Serat purun tikus (PT) didelignifikasi menggunakan larutan 1% NaOH kemudian PT-D ini dibuat menjadi biokomposit dengan magnet besi oksida nanopartikel menggunakan metode one-pot solvothermal reaction. Biokomposit ini divariasi menjadi dua jenis yaitu tanpa penambahan gugus amina (PT-M) dan dengan penambahan gugus amina (PT-MA). Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari uji Scanning Electron Microscopic(SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Proses adsorpsi dilakukan selama 8 jam dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Analisa setelah adsorpsi menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) untuk uji kadar Hg, metode titrimetri untuk COD, dan metode gravimetri untuk TSS.Hasil adsorpsi merkuri (Hg), COD, dan TSS paling optimum pada pH 7 dengan keefektifan masing-masing sebesar 65,04%, 80%, dan 81,25%. Kapasitas adsorpsi maksimum PT-D, PT-M, dan PT-MA terhadap Hg masing-masing sebesar 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, dan 6,911 mg/g. Penambahan magnet besi oksida nanopartikel dapat memperbesar kemampuan adsorben serat purun tikus. Kata Kunci : adsorpsi, biokomposit, merkuri, PT, COD, TSSAbstract- Activity of gold mining in Kalimantan potentially can give waste that include into  “Bahan Beracun Berbahaya (B3)” such as mercury. An effort to make out this  contamination is adsorption method. Eleocharis dulcis contain high amount of cellulose, about 40,92% so it can be used as an adsorbent. The purpose of this research are studying the capability of eleocharis dulcis as a natural adsorbent, studying the process of biocomposite making from eleocharis dulcis with iron oxide nanoparticle, and studying  the influent of result iron oxide nanoparticle added to biocomposite in order to make a lower amount of heavy metal mercury (Hg), Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) in waste water of gold mining. Eleocharis dulcis (PT) through     delignification process use 1% NaOH solution and then  the PT-D is made to become biocomposite with iron oxide nanoparticle apply “one-pot solvothermal reaction” method. The biocomposite have two variation: without amina cluster added (PT-M)  and with amina cluster added (PT-MA). It’s characterization are consist of Scanning Electron Microscope (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD). Adsorption process is applied for 8 hours with mixing rate is 150 rpm. Analysis after adsorption process including three methods: AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) method for Hg analysis, titrimetric method for COD, and gravimetric method for TSS.  The result of adsorption process for mercury (Hg), COD, and TSS are optimally at pH 7 which the value of their effectiveness are 65,04%,  80%, and 81,25%. The maximum amount of Hg  adsorption capacity for PT-D, PT-M, and PT-MA respectively are 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, and 6,911 mg/g. The addition of iron oxide nanoparticle can increase adsorben capability of eleocharis dulcis. Keywords : adsorption, biocomposite, mercury, PT, COD, TSS
PENENTUAN KOEFISIEN TRANSFER MASSA EKSTRAKSI KALIUM DARI ABU BATANG PISANG Mardina, Primata; Gunawan, Ajang; Nugraha, Muhammad Imam
Konversi Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v1i1.116

Abstract

 Abstrak-Kalium sebagai mineral alam bisa didapatkan dari batang pisang dengan cara ekstraksi padat-cair pada abu batang pisang menggunakan pelarut methanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pada proses ekstraksi kalium dari abu batang pisang koefisien transfer massa proses tersebut. Proses ekstraksi ini dilakukan secara batch pada labu leher tiga yang dilengkapi dengan motor pengaduk, pendingin balik, termometer dan media pemanas. Abu batang pisang sebanyak 25 gram dan metanol 250 mL dimasukkan ke dalam labu leher tiga sebagai sampel. Ekstraksi dimulai dengan memanaskan sampel sampai suhu yang diinginkan, yaitu 30oC, 45 oC dan 60 oC, kemudian motor pengaduk dijalankan pada kecepatan yang telah ditentukan. Sampel diambil dalam selang waktu tertentu 0, 15, 30, 60, 120 180 dan 240 menit. Dari proses ekstraksi kalium dapat diketahui koefisien transfer massa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien transfer massa semakin besar dengan semakin tinggi suhu operasi. Nilai koefisien transfer massa terbesar adalah 0,0235/menit pada suhu 60oC. Hubungan antara koefisien transfer massa dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk kelompok tak berdimensi sebagai berikut: Dengan ralat rata-rata 6,56 % Keywords: Ekstraksi, kalium, abu batang pisang,  Abstract-Potassium is the one of chemical compounds which can be extracted from ash of pseudo stem of banana by methanol solid-liquid extraction method. The experiment investigated the effect of temperature on mass transfer coefficient of potassium extraction process from ash of banana’s pseudo stem. This experiment conducted in a three necks flask which equipped with mechanical stirrer, condenser, thermometer and heating mantle. The sample was heated to desired temperature, 30oC, 45 oC and 60 oC. and maintained constant while reaction time. The reaction was timed as soon as the mechanical stirrer was turned on. Samples were drawn at specified time interval 0, 15, 30, 60, 120, 180 and 240 minutes. The result showed increasing temperature increased mass-transfer coefficient. The highest value of mass-transfer coefficient was 0,0235 /minute at 60oC.The correlation between mass transfer coefficient and investigated variables is shown in the dimensionless equation below: The average error is 6.56 % Keywords: Extraction, potassium, ash of banana’s pseudo stem.
PEMANFAATAN SERAT SELULOSA ECENG GONDOK (Eichhornia Crassipes) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS: ISOLASI DAN KARAKTERISASI Nata, Iryanti Fatyasari; Niawati, Helda; Muizliana, Choir
Konversi Vol 2, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i2.75

Abstract

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is an aquatic weeds and as water pollution which can be reduced by using its celloluse fiber as raw material for paper production. In this work, the cellulose fiber which produced from water hyacinth stems by chemical pulping method was isolated and characterized. The operating conditions for produced the highest yield of water hyacinth’s fiber by variation of NaOH concentration and cooking time were also investigated. Dry hyacinth stems on liquor/crop ratio was 7:1 (mL/g) and mixed with 1-5% (w/v) NaOH then degested in an autoclave (120 0C; 14,5 Psi) for 5, 10, 15, 30, 60 and 120 min. The operating condition which highest yield production was mixed with newspapers fiber with ratio 1:1, 2:1, 3:1 and 4:1. The NaClO 5.25% (v/v) was added into the mixture as bleaching agent, then pressed and dried as a paper. The highest water hyacinth  fiber yield was obtained about 32.31% (2.5%  w/v NaOH for 15 min). When mixed with newspaper fiber at loading ratio 2:1, the highest yield and density were obtained about 37.27% and 0.567 g/cm3, respectively. Base on observation by Scanning Electron Microscope (SEM), the diameter of water hyacinth’s fiber is 80-166 nm and waste newspaper fiber is ± 56 μm. In addition, in the presence of newspaper fiber in the product was increased the characteristic peaks of paper around 5.66% (cellulose I) and 8.26% (cellulose II) base on X-Ray Difraction (XRD) result. Keywords: Eichhornia crassipes, chemical pulping, autoclave, kertas
PENGARUH PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM4 DAN PROMI DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR ORGANIK DARI SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA Marlinda, Marlinda
Konversi Vol 4, No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v4i2.263

Abstract

Abstrak-Pemanfaatan  sampah organik rumah tangga tiap tahun meningkat karena berbagai permasalahan yang akan timbul seperti polusi udara, dapat menimbulkan dampak penyakit dan bahaya banjir. Sampah yang dapat dimanfaatkan adalah sampah organik berupa sisa sayuran, sisa buah-buahan, sisa daun kering, dan ranting pohon. Sampah organik rumah tangga ini  paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena kebutuhan akan makanan sehingga kuantitasnya semakin banyak dihasilkan  dan akan menumpuk karena tanah tidak mampu mendegradasi dalam jumLah yang banyak, sehingga dapat merusak lingkungan berupa polusi udara (bau) dan serta dapat menyebabkan dampak penyakit. Seiring dengan dampak yang ditimbulkan maka sampah organik harus diolah dalam lingkungan rumah tangga terlebih dahulu dengan mengubahnya dalam bentuk yang lebih bermanfaat seperti pupuk cair organik. Pupuk cair lebih mudah diserap oleh tumbuhan dan dalam bentuk konsetrat sehingga lebih ekonomis karena dapat diencerkan. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan sampah organik rumah tangga  menjadi  pupuk cair dan melihat pengaruh dari bioaktivator EM4 dan Promi terhadap pembuatan pupuk cair dari  kandungan C organik. Metode penelitian yang digunakan berupa bahan baku sampah sayuran berupa kangkung, sawi, bayam dan wortel serta daun kering sebanyak 300 g dibersihkan dan dipotong kecil-kecil kemudian dimasukkan di dalam komposter sebelum di fermentasi di basahkan atau dilembabkan dengan bioaktivator terlebih dahulu kemudian difermentasi selama 7 hari. Proses fermentasi dilakukan dengan variasi bioaktivator 2,5 mL, 5 mL, 7,5 mL, 10mL, dan 12,5 mL. Pupuk cair organik yang dihasilkan dengan menggunakan EM4 dan Promi dapat digunakan sebagai bioaktivator dalam penggunaan pupuk akan tetapi bioaktivator EM4 memberikan kerja yang lebih efektif dalam mengdegradasi sampah organik sehingga menghasilkan kadar C organik sekitar 23% dibanding  bioaktivator Promi sekitar 18% dan begitu juga kandungan senyawa  lain untuk EM4 seperti kadar nitrogen 3,8%, kadar P2O5 3,0% kadar K2O 4,2% sedangkan Promi kadar Nitrogen 3,2%, kadar P2O5 2,5% dan K2O 3,0%. Dari hasil analisa terlihat bahwa bioaktivator EM 4 menghasilkan pupuk cair  dengan C organik yang tinggi di bandingkan dengan Promi. Standar pupuk cair disesuaikan dengan Permentan No 11/2011, tetapi kedua bioaktivator ini bisa digunakan untuk pembuatan pupuk cair organik. Kata Kunci : sampah organik, EM4, promi, fermentasi Abstract- Utilization of household organic waste each year is increasing due to various problems will arise such as air pollution, can have an impact of the disease and the danger of flooding. Waste that can be used are organic waste such as leftover vegetables, fruits, leftover dried leaves and twigs. Household organic waste is the most widely used in daily life because of the need for food so that the quantity is more and more produced and will accumulate because the ground is not capable of degrading in significant amounts, so as to damage the environment in the form of air pollution (odor) and can cause impact disease.Along with the impact of the organic waste to be treated in a household environment prior to turning it into more useful forms such as liquid organic fertilizer. Liquid fertilizers are more easily absorbed by plants and in the form konsetrat so it is more economical because it can be diluted. This research aims to use household organic waste into liquid fertilizer and see the impact of bio-activator EM4 and Promi to manufacture liquid fertilizer from organic C content. The method used in the form of waste materials vegetables such as kale, mustard greens, spinach and carrots as well as dried leaves 300 g cleaned and cut into small pieces and then put in the composter before fermentation in lightly mist or moistened with a bio-activator before hand and then fermented for 7 days , The fermentation process is done with a variety of bio-activator 2.5 mL, 5 mL, 7.5 mL, 10 mL, and 12.5 mL. Organic liquid fertilizer produced by using EM4 and Promi can be used as a bio-activator in fertilizer use but bio-activator EM4 provide more effective work in mengdegradasi organic waste to produce high levels of organic C approximately 23% compared to bio-activator Compromise approximately 18% and so is the content of other compounds EM4 such as nitrogen for 3.8%, 3.0% P2O5 content of K2O content of 4.2% and 3.2% Compromise Nitrogen levels, levels of 2.5% P2O5 and 3.0% K2O. From the analysis shows that the bio-activator EM 4 produces organic liquid fertilizer with a high C in comparison with the Compromise. Standard liquid fertilizer tailored to Permentan No.11/2011, but both bio-activator can be used to manufacture organic liquid fertilizer. Keywords: Organic Waste ,, EM4, Compromise, Fermentation

Page 3 of 24 | Total Record : 231