cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Sport and Fitness Journal
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Volume 5, No. 1, 2017" : 12 Documents clear
KOMBINASI LATIHAN STAR EXCURSION BALANCE DAN KINESIOLOGY TAPE LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN LATIHAN WOBBLE BOARD DAN KINESIOLOGY TAPE TERHADAP PERBAIKAN GANGGUAN INSTABILITAS FUNGSIONAL PADA PERGELANGAN KAKI Fitratun Najizah; Purwa Samatra; Indra Lesmana
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.857 KB)

Abstract

Pendahuluan: Instabilitas pada pergelangan kaki merupakan cedera lanjutan dari sprain ankle pada masa akut, 85% merupakan keadaan overstretch yang melibatkan ligamentum bagian lateral. Kelemahan ligamen sebagai stabilisator pasif mengakibatkan keluhan nyeri dan ketidakstabilan dalam melakukan aktivitas sehingga tonus postural, kekuatan otot, dan fungsi proprioceptive menurun serta stabilitas dan keseimbangan pun menurun. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latihan star excursion balance dan kinesiology tape berbeda dengan latihan wobble board dan kinesiology tape dalam perbaikan gangguan instabilitas fungsional pada pergelangan kaki. Metode: Metode penelitian ini bersifat eksperimen, terdiri dari 20 orang atlet basket UKSW, dipilih berdasarkan teknik simple random sampling kemudian dibagi ke dalam 2 kelompok, 10 orang pada Kelompok Perlakuan 1 diberikan latihan star excursion balance dan kinesiology tape, dan 10 orang pada Kelompok Perlakuan II diberikan latihan wobble board dan kinesiology tape. Hasil: Hasil analisis statistik parametrik dengan uji hipotesis paired sample t-test. Hasil uji hipotesis menunjukkan kedua kelompok perlakuan secara signifikan dapat memperbaiki gangguan instabilitas pada pergelangan kaki, sebelum perlakuan pada Kelompok I rerata nilai SST 11,30 ± 3,683 dan sesudah perlakuan rerata nilai SST 19,00 ± 4,899 sedangkan sebelum perlakuan pada Kelompok I rerata nilai CAIT 16,40 ± 4,881 dan sesudah perlakuan rerata nilai CAIT 21,00 ± 4,922 nilai p = 0,000 (p < 0,05). Pada pelatihan Kelompok II, sebelum perlakuan didapatkan rerata nilai SST 12,50 ± 4,166 dan setelah perlakuan didapatkan rerata nilai SST 16,70 ± 4,218 sedangkan sebelum perlakuan pada Kelompok II rerata nilai CAIT 19,40 ± 4,624 dan sesudah perlakuan rerata nilai CAIT 21,50 ± 3,866 nilai p = 0,001 (p < 0,05). Untuk hasil nilai SST sebelum pelatihan pada Kelompok I dan Kelompok II didapatkan nilai p = 0,501 (p > 0,05) dan nilai CAIT sebelum perlakuan kedua kelompok didapatkan nilai p = 0,175 (p > 0,05) sehingga tidak ada perbedaan bermakna maka memakai data setelah perlakuan pada Kelompok I dan Kelompok II. Simpulan: Kesimpulan pada penelitian ini bahwa kombinasi latihan star excursion balance dan kinesiology tape tidak lebih efektif dibandingkan latihan wobble board dan kinesiology tape terhadap perbaikan gangguan instabilitas fungsional pada pergelangan kaki.
PENGARUH KELEMBABAN RELATIF TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH LATIHAN I Nengah Sandi; I Gede Ariyasa; I Wayan Teresna; Kunjung Ashadi
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.808 KB)

Abstract

Latihan fisik dapat menyebabkan berbagai perubahan fungsi tubuh diantaranya adalah peningkatan terhadap suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan karena sebagian besar energi saat aktivitas diubah menjadi panas. Panas yang dihasilkan itu harus segera dikeluarkan agar homeostasis tubuh berjalan dengan baik. Kecepatan pengeluaran panas tubuh tergantung dari faktor lingkungan, diantaranya adalah suhu dan kelembaban relatif udara. Semakin meningkat kelembaban udara, semakin meningkat pula suhu tubuh saat latihan dan sebaliknya semakin menurun kelembaban relatif udara maka suhu tubuh akan semakin menurun. Perubahan suhu tubuh ini tidak terus menurun, akan tetapi diatur oleh sistem saraf. Peningkatan panas tubuh berkelanjutan dapat disebabkan karena latihan fisik berkelanpanjangan dalam waktu yang lama yang dilakukan dalam ruangan dengan kelembaban yang tinggi. Peningkatan sehu tubuh ini dapat disebabkan karena menurunnya cairan tubuh akibat dari pengeluaran keringat berlebih. Untuk menanggulangi penurunan cairan tubuh maka perlu mengkonsumsi cairan yang sesuai dengan cairan yang keluar. Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk menguraikan efek dari latihan fisik terhadap perubahan suhu tubuh.
PELATIHAN LONG SITTING HAND UP EXERCISE LEBIH BAIK DIBANDINGKAN PELATIHAN CONTRACT RELAX STRETCHING UNTUK MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS MUSCLE HAMSTRING TIGHTNESS Adi Saputra Junaidi; Luh Made Indah Sri Handari Adiputra; M. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.191 KB)

Abstract

Pendahuluan. Siswa yang mengalami gangguan Hamstring Muscle Tightness akan berisiko mengalami gangguan Anterior Curciatum Ligamen, Low back pain, dan juga plantar fascitis. Pemendekan muscle hamstring adalah suatu kondisi patologi pada otot hamstring yang mengalami pemendekan akibat hypomobility dan posisi aktivitas yang statis sehingga menyebabkan gangguan anatomi dan fungsional tubuh yang memiliki ciri khas yaitu menurunnya fleksibilitas muscle hamstring. Peningkatan fleksibilitas pada pemendekan muscle hamstring dapat dilakukan dengan pemberian penguluruan yaitu berupa Contract Relax Stretching dan Long Sitting Hand Up Exercise. Metode. Desain penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan menggunakan two group pre-test and post-test design. Dilaksanakan di lapangan Ubud Gianyar Bali. Subjek penelitian berjumlah 34 orang terbagi menjadi dua kelompok. Penelitian ini dilakukan 3x seminggu selama 1 bulan antara bulan April – Mei 2016. Fleksibilitas otot hamstring diukur dengan Sit and Reach Test sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis statistik menggunakan Paired sampel t-Test. Hasil. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pelatihan contra relax stretching diperoleh peningkatan fleksibilitas dari 21,52±2,66cm menjadi 32,69±3,25cm dengan nilai p=0,00 (p<0,05). Pada pelatihan long sitting hand up diperoleh peningkatan fleksibilitas dari 20,45±3,50cm menjadi 36,21±5,06cm dengan nilai p=0,00 (p<0,05). Pada uji beda selisih menggunakan t-Independent Test antara kedua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan I cotra relax stretching dan didapatkan nilai selisih 11,17±1.34 dan peltihan II long sitting hand up didaptkan nilai selisih 15,75±3,55 dengan nilai p=0,00 (p<0,05) didapatkan perbedaan yang bermakna. Simpulan. Berdasarkan analisis statistik dapat ditarik disimpulkan bahwa pelatihan Long Sitting Hand Up lebih baik meningkatkan fleksibilitas hamstring muscle tightness daripada pelatihan Contract Relax Stretching.
PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA WILLIAM FLEXION DALAM MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT DASAR PANGGUL PADA IBU MULTIPARA Heri Saputra; N. Adiputra; Muh. Ali Imron
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.818 KB)

Abstract

Pendahuluan: Kekuatan otot dasar panggul (ODP) setelah hamil dan melahirkan pervaginam terutama pada multipara. Kelemahan ODP bisa meng-akibatkan gangguan berkemih, prolap organ pelvis, dan disfungsi seksual. Latihan penguatan ODP dan sudah teruji manfaatnya bila dilakukan secara benar tanpa menggunakan otot-otot penunjang lain-nya. Dalam mempercepat peningkatan kekuatan otot dasar panggul peneliti melakukan penambahan latihan Core Stability Dan William Flexion. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk membuktikan penambahan latihan Core Stability dan William Flexion dalam meningkatnya aktivitas otot dasar panggul. Metode: Penelitian ini menggunakan penelitian true experimental, pre and post-test group design. Dari multipara usia 35-45 tahun karyawan YRSU Dr. Rusdi Medan yang memenuhi kriteria inklusi dibagi dua kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan I diberi latihan william flexion dan kelompok perlakuan II diberi pelatihan terpadu william flexion dan Core stability. Latihan dilakukan 3x per minggu selama 8 minggu. Semua sampel diukur kekuatan ODP dengan pelvixiser perineumeter. Hasil: Hasil penelitian Kekuatan ODP Kelompok perlakuan I sebelum latihan didapat nilai rerata 5,10 dan sesudah latihan 8,40 berbeda secara bermakna (p<0,004). Pada kelompok perlakuan II sebelum latihan didapat nilai rerata 5,00 dan setelah perlakuan didapatkan nilai rerata 8,50 berbeda secara bermakna (p<0,005). Nilai rerata kekuatan ODP kelompok perlakuan I 8,40, sedang kelompok perlakuan II mempunyai nilai rerata 8,50 berbeda secara bermakna (p<0,05). Simpulan: Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Latihan william flexion tidak lebih efektif meningkatkan kekuatan ODP pada multipara dari pada latihan william flexion dan core stability.
PENGGUNAAN PAKAIAN COMPRESSION BASE LAYER MEMPERCEPAT PEMULIHAN FISIOLOGIS TUBUH DAN MENINGKATKAN KENYAMANAN TUBUH SAAT BEROLAHRAGA Adi Saputra; Made Jawi; Desak Made Wihandani
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.028 KB)

Abstract

Pendahuluan: Pakaian compression base layer dinyatakan mampu mempercepat sirkulasi darah untuk membantu penguraian asam laktat sehingga mempercepat pemulihan denyut nadi, meningkatkan proses transfer panas dari tubuh ke lingkungan yang dapat menjaga suhu ideal tubuh dan meningkatkan kenyaman ketika berolahraga. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan penggunaan pakaian compression base layer mempercepat pemulihan fisiologis tubuh ditinjau dari percepatan waktu pemulihan denyut nadi dan suhu tubuh serta meningkatkan kenyamanan tubuh mahasiswa ketika berolahraga. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental control group post-test only yang dikembangkan dalam bentuk rancangan silang (two-period cross over design) dengan jumlah sampel 30 mahasiswa yang dibagi menjadi dua kelompok. Waktu pemulihan denyut nadi dan waktu pemulihan suhu tubuh diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing sampel (dalam satuan detik) untuk mengembalikan denyut nadi dan suhu tubuh kemabali ke kondisi denyut nadi dan suhu tubuh sebelum melakukan aktivitas olahraga. Kenyamanan tubuh diukur dengan menggunakan kuisioner Kenyamanan Pakaian Olahraga Compression Base Layer. Data dianalisis dengan uji T-paired dengan taraf signifikan p<0,05. Hasil: Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara penggunaan pakaian olahraga compression base layer dengan pakaian olahraga berbahan katun. Compression base layer terbukti mampu untuk: mempercepat waktu pemulihan denyut nadi dari 826,30 detik menjadi 648,70 detik, mempercepat waktu pemulihan suhu tubuh dari 494 detik menjadi 400 detik, dan meningkatan skor kenyamanan tubuh dari 42,27 menjadi 49,83. Simpulan: Disimpulkan penggunaan pakaian olahraga compression base layer mempercepat waktu pemulihan denyut nadi dan suhu tubuh serta meningkatan kenyamanan tubuh saat berolahraga.
EFEKTIFITAS PENAMBAHAN LATIHAN HOLD RELAX PADA INTERVENSI TRANSVERSE FRICTION DALAM MENGURANGI NYERI PADA CALCANIUS SPUR Indra Alamsyah; Ketut tirtayasa; Muh. Ali Imron
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.439 KB)

Abstract

Plantar fascitis adalah suatu peradangan pada otot fascia yang disebabkan oleh penguluran yang berlebihan pada fascia plantarisnya yang dapat menyakibatkan kerobekan kemudian timbul suatu iritasi pada fascia plantaris, khususnya mengenai bagian antero-medial tuberositas calcaneus terkadang dapat juga terjadi pada bagian posterior calcaneus, Penyebab pasti dari calcaneus spur masih belum bisa dipastikan. Namun, banyak ahli medis yang berpendapat jika kondisi ini berhubungan dengan trauma atau benturan dalam waktu yang lama dan frekuensi yang cukup sering pada tumit di masa muda. Penelitian ini dilakukan di RSU Setia Budi Orthopaedic, Spine and Surgery Hospital Bagian Fisioterapi Jln. Mesjid No 3 Tanjung Rejo Medan pada bulan Febuari sampai dengan April 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyatakan perbedaan penambahan latihan hold relax pada intervensi Transverse Friction dibandingkan intervensi Transverse Friction dalam mengurangi nyeri pada penderita calcaneus spur di RSU Setia Budi Orthopaedic, Spine and Surgery Hospital. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis eksperimental, dengan rancangan yang digunakan adalah pre test and post test group design. Dari 20 sampel usia 40-65 tahun pasien calcaneus spur yang memenuhi kriteria inklusi dibagi dua kelompok perlakuan secara random sama banyak. Kelompok I diberi intervensi transverse friction dan kelompok II diberi intervensi transverse friction dengan penambahan latihan hold relax. Pelatihan dilakukan 6 minggu dengan frekuensi 3x seminggu dan repetisi latihan 10x pengulangan pada setiap latihan. Sebelum dan setelah 6 minggu pelatihan semua sampel diukur nilai nyeri dengan menggunakan Visual Analog Scale. Hasil analisis didapatkan terjadi penurun skor nyeri pada Kelompok I nilai awal 6,90 dan nilai akhir 3,40 dengan nilai p<0,004 dan penurunan nilai skor nyeri pada Kelompok II nilai awal 7,10 dan nilai akhir 2,80 dengan nilai p<0,004. Artinya pada Kelompok I dan Kelompok II terjadi penurunan nyeri secara signifikan. Dari uji Mann whitney perbandingan rerata penurunan nyeri setelah perlakuan pada kedua kelompok berbeda secara bermakna (p<0,05). Simpulan dari hasil penelitian ini bahwa intervensi transverse friction dengan penambahan latihan hold relax lebih efektif mengurangi nyeri dari pada intervensi transverse friction pada pasien calcaneus spur.
KOMBINASI PELATIHAN CORE STABILITY DAN PELATIHAN LARI KONVENSIONAL LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN KECEPATAN LARI DARIPADA PELATIHAN LARI KONVENSIONAL Ni Putu Devi Sulistyawati Kardha; N. Adiputra; M. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.34 KB)

Abstract

Pendahuluan: Kecepatan lari merupakan salah satu unsur kemampuan gerak yang diperlukan pada cabang olahragasepak bola. Dalam beberapa studi penelitian menyatakan pelatihan corestability dapat digunakan dalam meningkatkan kecepatan lari. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi pelatihan core stability dan pelatihan lari konvensional lebih efektif meningkatkan kecepatan lari daripada pelatihan lari konvensional pada siswa ekstrakurikuler sepak bola. Metode: Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian two group pre and post test control group design. Sebagai sampel, siswa ekstrakurikuler sepak bola di SMA N 1 Sukawati, sebanyak 44 orang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I diberikan pelatihan lari konvensional, sedangkan Kelompok II diberikan kombinasi pelatihan core stability dan pelatihan lari konvensional. Waktu lari diukur dengan menggunakan tes lari cepat 100 meter dengan menggunakan stopwatch dalam satuan detik. Kecepatan lari didapat dengan jarak (100 meter) dibagi waktu lari (detik). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan yang bermakna setelah pelatihan lari konvensional pada Kelompok I dengankombinasi pelatihan core stability dan pelatihan lari konvensional pada Kelompok II yang ditunjukkan dengan rerata kecepatan lari setelah pelatihan pada Kelompok I sebesar 7,42±0,47 m/detik dan pada Kelompok II sebesar8,13±0,35 m/detik. Uji hipotesis menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai p= 0,001 (p < 0,05) sehingga Ha diterima. Simpulan: Disimpulkan bahwa kombinasi pelatihan core stability dan pelatihan lari konvensional lebih efektif meningkatkan kecepatan lari daripada pelatihan lari konvensional pada siswa ekstrakurikuler sepak bola.
SENAM TAI CHI LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS DAN KESEIMBANGAN DARIPADA SENAM BUGAR LANSIA PADA LANSIA DI KOTA DENPASAR Komang Tri Adi Suparwati; I Made Muliarta; Muhammad Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.139 KB)

Abstract

Kondisi lansia merupakan kondisi dimana terdapat penurunan fungsi baik secara anatomis maupun fisiologis. Penurunan kemampuan muskuloskeletal serta perubahan postur dan ditambah menurunnya kemampuan sistem panca indera, vestibular serta somatosensoris dapat mengganggu fleksibilitas dan keseimbangan pada lansia sehingga resiko jatuh lebih besar. Upaya untuk mengurangi resiko jatuh yaitu latihan fisik. Dewasa ini banyak jenis latihan fisik yang dilakukan oleh lansia seperti jalan santai, bersepeda, yoga dan renang. Namun sering kali didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh. Penelitian ini dilakukan pada April 2016 sampai Mei 2016 yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas antara Senam Tai Chi dengan Senam Bugar Lansia terhadap fleksibilitas dan keseimbangan pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah pre test and post test two group design, berlangsung selama 5 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu. Sampel penelitian ini berasal dari Asosiasi Tai Chi Nasional Indonesia (ATNI) dengan jumlah lansia 40 orang dimana dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing 20 lansia. Kelompok I diberikan program Senam Tai Chi dan Kelompok II yang diberikan program Senam Bugar Lansia. Pengukuran fleksibilitas menggunakan chair sit and reach test dan keseimbangan menggunakan four square step test yang diukur sebelum maupun sesudah program latihan pada masing-masing subjek. Hasil penelitian pada Kelompok I setelah perlakuan diperoleh rerata fleksibilitas sebesar 3,98 ± 1,81 cm dan keseimbangan sebesar 10,95 ± 2,96 detik dengan nilai p=0,000. Sedangkan hasil penelitian Kelompok II setelah diperoleh rerata fleksibilitas sebesar 0,83 ± 2,87 cm dan keseimbangan sebesar 14,10 ± 2,20 detik dengan nilai p=0,000. Beda rerata fleksibilitas dan keseimbangan antara ke dua kelompok menggunakan uji Independent t-test diperoleh nilai p=0,000 yang artinya berbeda secara signifikan dengan nilai rerata fleksibilitas 3,15 cm dan keseimbangan -3,15 detik sehingga ditemukan peningkatan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan Senam Tai Chi dan Senam Bugar Lansia sama-sama efektif meningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan pada lansia di Kota Denpasar, namun Senam Tai Chi lebih efektif terhadap peningkatkan fleksibilitas dan keseimbangan pada lansia di Kota Denpasar.
SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG MENURUNKAN RISIKO STROKE PADA PRA LANSIA DI SOROSUTAN UMBULHARJO YOGYAKARTA Siti Khotimah; Dika Rizki Imania
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.657 KB)

Abstract

Pendahuluan: Angka penderita stroke di Yogyakarta cukup tinggi, yaitu 5000 pasien pertahun dan menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama di Yogyakarta. Sebanyak 80-90% mengalami cacat fisik. Tingkat penyembuhannya masih rendah, 25% dari pasien stroke meninggal dalam tahun pertama setelah terserang stroke. Penyebab utamanya gaya hidup yang tidak sehat : kurang olahraga, merokok, konsumsi makanan berlemak, sehingga berpengaruh terhadap menurunnya produktifitas dan tingkat kemampuan ekonomi keluarga. Tujuan: Untuk menurunkan risiko stroke pada pra lansia di kalurahan Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre-test dan post-test control group design. Subyek penelitian ini pra lansia di kelurahan Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta dengan jumlah subyek 42 orang dibagi 2 kelompok, kelompok perlakuan 21 orang, kelompok kontrol 21 orang. Dilakukan senam 3x seminggu selama 8 minggu. Tehnik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan Form mengukur risiko stroke. Uji kelompok perlakuan dengan Wilcoxon match pair test, Uji kelompok kontrol dengan t-test of related, uji beda dengan Mann Whitney U test. Hasil: Uji Wilcoxon match pair test didapatkan hasil nilai p: 0,000 (p<0,05), uji t-test of related didapatkan hasil nilai p: 0,052 (p>0,05), uji beda hasil uji Mann Whitney U test didapatkan hasil nilai p: 0,000 (p<0,05), ada perbedaan penurunan risiko stroke pada kedua kelompok. Dari rerata kelompok perlakuan hasil nilainya 30,76, kelompok kontrol nilai reratanya 12,24. Simpulan: Ada pengaruh senam aerobik intensitas sedang dalam menurunkan risiko stroke pada pra lansia di kalurahan Sorosutan Umbulharjo Yogyakarta. Saran: Untuk peneliti selanjutnya memperhatikan faktor diit atau pola makan sehari hari.
PENAMBAHAN PURSED LIP ABDOMINAL BREATHING PADA LATIHAN AEROBIK LEBIH BAIK DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSI PARU PENDERITA ASMA BRONKIAL Fifi Andrianty; N. Adiputra; Sugijanto -
Sport and Fitness Journal Volume 5, No. 1, 2017
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.95 KB)

Abstract

Pendahuluan: Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible adanya peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi penyempitan jalan nafas sehingga menyebabkan ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk menggunakan otot aksesori pernapasan. Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat menyebabkan penderita Asma bronkial kelelahan saat bernapas ketika serangan dan ketika beraktivitas. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penambahan pursed lip abdominal breathing pada latihan aerobik lebih baik dari pada latihan aerobik saja dalam meningkatkan kapasitas fungsi paru pada penderita Asma bronkial pada umur 40 – 55 tahun di UPT Kesehatan Paru Masyarakat Pemprovsu. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis eksperimental, untuk mengukur kapasitas fungsi paru penderita Asma bronkial dengan Spirometer. Rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post test control group design jumlah 30 sample. Subjek penelitian dibagi dua kelompok, kelompok I sebagai kelompok kontrol sedangkan kelompok II sebagai kelompok perlakuan yang mendapatkan penambahan pursed lip abdominal breathing. Dimana hasil pengukuran spirometri diambil pada latihan ke-1 dan ke-24. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan hasil uji perbandingan nilai rerata kapasitas fungsi paru antara Pursed Lip Abdominal Breathing dan latihan aerobik dengan latihan aerobik saja Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol pada skor post test menunjukkan nilai rerata FVC Kelompok I 73,88±2,45% dan FEV1 74,92±1,68% dan nilai rerata post test Kelompok II nilai FVC 77,74±3,58% dan FEV1 78,28±5,08% nilai FVC p=0,002 (p<0,05) dan FEV1 0,022. Simpulan: Dapat disimpulan bahwa Penambahan pursed lip abdominal breathing pada latihan aerobik lebih baik dari pada latihan aerobik saja dalam meningkatkan kapasitas fungsi paru pada penderita Asma bronkial.

Page 1 of 2 | Total Record : 12