cover
Contact Name
Iche Andriyani Liberty
Contact Email
iche.aliberty@gmail.com
Phone
+6281215461615
Journal Mail Official
mksfkunsri@gmail.com
Editorial Address
Editorial Office Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Jl. Dr. Moehammad Ali Kompleks RSMH Palembang 30126, Indonesia Telp. 0711-316671, Fax.: 0711-316671 Email:mksfkunsri@gmail.com
Location
Kab. ogan ilir,
Sumatera selatan
INDONESIA
Majalah Kedokteran Sriwijaya
Published by Universitas Sriwijaya
ISSN : 08523835     EISSN : 26850486     DOI : https://doi.org/10.36706/mks.v52i4
Core Subject : Health,
Majalah Kedokteran Sriwijaya (MKS) is published by Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya since 1962. MKS is a peer-reviewed, multidisciplinary and scientific journal which publishes all areas regarding medical sciences. The covered research areas as follows : Microbiology Pathology Surgery Ophthalmology Gynecology and Obstetrics Psychiatry Anesthesia Pediatrics Orthopedics Anatomy Physiology Biochemistry Pharmacology Biophysics Endocrine and Metabolism Mental Health Forensic Medicine Medical Education Research Methodology Medical Ethics Nursing Community Medicine Public Health
Articles 229 Documents
Terapi Antiangiogenik pada Kanker Ovarium Rustham Basyar; Rizal Sanif
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i1.2686

Abstract

Modulator angiogenesis merupakan salah satu strategi yang cukup menjanjikan dalam meningkatkan ketahanan hidup pasien kanker ovarium. Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan reseptornya merupakan komponen terpenting dalam proses angiogenesis tumor. Dua strategi utama dalam penghambatan jalur VEGF yaitu inhibisi ikatan VEGF dengan antibodi atau reseptornya dan inhibisi reseptor VEGF (VEGFR) dengan inhibitor tirosin kinase (Tyrosine Kinase Inhibitors/TKIs). Antiangiogenik yang telah diteliti meliputi golongan antibodi monoklonal IgGI anti-VEGF human (Bevacizumab), VEGF trap dan inhibitor tirosine kinase. Penelitian retrospektif dan uji klinis fase II telah menunjukkan bahwa agen antiangiogenik menjanjikan pada terapi kanker ovarium. Beberapa efek samping serius ditemukan pada uji klinis antiangiogenik.
UJI DIAGNOSTIK DERAJAT KEPARAHAN PROPTOSIS MENGGUNAKAN EKSOFTALMOMETER HERTEL DIBANDINGKAN DENGAN CT SCAN ORBITA Mohammad Fiqih; Riani Erna; Safyudin Safyudin
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 4 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v50i4.8569

Abstract

Proptosis merupakan suatu kondisi penonjolan bola mata ke depan yang merupakan manifestasi umum dari berbagai penyakit orbita. Pemeriksaan yang rutin dilakukan untuk mendiagnosis proptosis berupa eksoftalmometri dan juga CT Scan Orbita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik eksoftalmometer Hertel terhadap CT Scan orbita (gold standard) dalam menilai derajat keparahan proptosis di Poliklinik Mata RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dan menggunakan data sekunder berupa rekam medis pasien di Poliklinik Mata RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam periode 1 November 2016 – 31 Oktober 2018. Didapatkan besar sampel total sebesar 81 orang pasien proptosis. Dari 81 orang pasien proptosis, terdapat 66 proptosis unilateral dan 15 proptosis bilateral sehingga jumlah pemeriksaan mata proptosis yang dilakukan adalah 96. Data dianalisis menggunakan teknik uji diagnostik dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel 2x2.Terdapat 81 kasus proptosis, 44,4% berusia 40-49 tahun dan 64,2% adalah perempuan. Etiologi proptosis terbanyak adalah neoplasma (44,4%) diikuti oleh endokrin (19,8%). Tipe proptosis terbanyak adalah unilateral yaitu sebesar 81,5%. Eksoftalmometer Hertel dalam menilai proptosis derajat ringan dan derajat sedang memiliki sensitivitas yang cukup tinggi yaitu 86,8% dan 81,3% dan spesifisitas yang tinggi yaitu 91,4% dan 90,6%. Eksoftalmometer Hertel dalam menilai proptosis derajat berat memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 95,6% dan 94,5%.Eksoftalmometer Hertel mumpuniuntuk digunakan sebagai alat skrining dan diagnostik dalam menentukan derajat keparahan proptosis di wilayah kerja puskesmas.
Penilaian Penonjolan Bola Mata (Proptosis) pada Penderita Orbital Pseudotumor Filissa Thilfani Haryono; Ibrahim Ibrahim; Enny Kusumastuti
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 4 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i4.2718

Abstract

Orbital pseudotumor adalah reaksi inflamasi kronis yang mengenai jaringan orbita mata dimana etiologinya tidak diketahui. Gejalanya mencakup penonjolan bola mata dan kongesti palpebra dengan edema. IOIS memiliki berbagai gejala klinis, tergantung pada struktur orbital yang telibat, tingkat inflamasi dan fibrosis. Proptosis adalah presentasi yang paling sering, diikuti oleh pembengkakan kelopak mata dan pembatasan pada motilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaianpenonjolan bola matapada penderita orbital pseudotumor rawat inap dan rawat jalan di Poliklinik Mata RSUP dr. MohammadHoesin Palembang periode  Mei 2008 sampai  April 2013. Penelitian deskriptif menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien orbital pseudotumor rawat inap dan rawat jalan di Poliklinik Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dalam periode 5 tahun, terhitung sejak Mei 2008 sampai April 2013, terdapat 78 pasien yang didiagnosis menderita Pseudotumor di bagian Subdivisi Tumor dan Rekonstruksi Poliklinik Mata RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang. Dari 78 kasus tersebut, hanya 34 kasus yang memiliki rekam medik serta memenuhi kriteria inklusi. Distribusi karakteristik penderita orbital pseudotumor berdasarkan keluhan utama yang paling banyak adalah penonjolan bola mata sebanyak 29 kasus (85,29%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam periode 5 tahun, terhitung sejak Mei 2008 sampai April 2013, terdapat 78 pasien yang didiagnosis menderita pseudotumor. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan survei yang dilakukan di beberapa rumah sakit. Keluhan utama yang paling banyak pada kasus adalah penonjolan bola mata sebanyak 29 kasus (85,29%).
THE RELATION OF PERSONAL HYGIENE WITH THE RISK OF OCCURRENCE OF SOIL-TRANSMITTED HELMINTH CO-INFECTION IN TB PATIENTS IN THE WORKING AREA OF THE JENGGAWAH HEALTH CENTER IN JEMBER REGENCY Ellen Ocktavironita; Bagus Hermansyah; Angga Mardro Raharjo; Diana Chusna Mufida; Dini Agustina; Muhammad Ali Shodikin
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 2 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v52i2.11977

Abstract

Tuberculosis (TB) and soil-transmitted helminth (STH) infections are infectious diseases with a high prevalence in Indonesia. STH co-infection in TB patients can worsen the prognosis of TB disease due to the dysregulation of the immune response. The high prevalence of STH infections in Indonesia is caused by environmental factors such as poor personal hygiene habits. Jenggawah Subdistrict is an area with a high number of TB cases in Jember Regency and most of the area is in the form of agricultural fields and plantations that have a suitable humidity and temperature for the development of STH. The purpose of this study was to determine the relationship of personal hygiene risk factors with the risk of STH co-infection in TB patients in the work area of the Jenggawah Health Center in Jember Regency. This study used an observational analytic design with a cross sectional method and was conducted from September to December 2019. The research was conducted at the TB Polyclinic in Jenggawah Health Center in Jember Regency with a total sample of 26 respondents who were given a personal hygiene questionnaire. Stool examination was conducted at the Laboratory of Parasitology FK UNEJ using sedimentation and flotation methods. The results showed the incidence of STH co-infections was 15.3%, good personal hygiene was 57.7%, and bad personal hygiene was 42.3%. Fisher exact test results showed that there was no significant relationship between personal hygiene risk factors and the risk of the occurrence of STH co-infection in TB patients in the working area of the Jenggawah Health Center in Jember Regency (p = 1,000).
Profil Klinis Karsinoma Nasofaring di Departemen THTKL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2014-2015 Abdiaman Putra Dawolo; Denny Satria Utama; Bahrun Indawan Kasim
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 1 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i1.8318

Abstract

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas THTKL yang paling banyak dijumpai di Indonesia. Gejala dan tanda karsinoma nasofaring yang sering berupa benjolan di leher, obstruksi hidung, epistaksis dan diplopia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinis karsinoma nasofaring di RSUP Dr.  Mohammad Hoesin Palembang tahun 2014-2015.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berupa serial kasus dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sampel penelitian ini adalah semua rekam medik pasien karsinoma nasofaring di RSUP Dr.  Mohammad Hoesin Palembang tahun 2014-2015. Pada tahun 2014 terdapat sebanyak 60 kasus (16,85%)  dan pada tahun 2015 terdapat 50 kasus (14,53%) dari total pasien KNF yang datang ke RSMH. Pasien KNF paling banyak (30,91%) terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun. Sebanyak 72,73% pasien KNF adalah laki-laki. Gejala  yang paling sering ditemui adalah hidung tersumbat (49,09%), benjolan di leher (43,64%), dan mimisan (36,36%). Sebanyak 81,82% kasus KNF adalah KNF WHO III, selebihnya adalah KNF WHO II (15,45%) KNF WHO I (2,73%). Mayoritas kasus KNF adalah KNF stadium IV (77,27%). Pasien KNF paling banyak terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun. KNF lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Gejala klinik yang paling sering ditemui adalah hidung tersumbat, benjolan di leher dan mimisan. Mayoritas gambaran histopatologi KNF adalah KNF WHO III. Sebagian besar penderita KNF didiagnosis sebagai KNF stadium IV.
Korelasi Paparan Sinar Matahari dengan Derajat Pterigium di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan Periode 2015-2016 Erika sandra nor Hanifah; Ibrahim Ibrahim; Masagus Irsan Saleh
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 1 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v50i1.8536

Abstract

Pterigium merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Penyebab kejadian pterigium salah satunya adalah sinar ultraviolet (UV) baik UVA maupun UVB. Berdasarkan ukurannya pterigium sendiri dikelompokkan menjadi 4 ukuran, yaitu derajat 1,2,3,dan 4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antara derajat pterigium dan paparan sinar matahari di RSKM provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan menggunakan rancangan serial kasus (case series). Sampel penelitian ini adalah rekam medik penderita pterigium di RSKM provinsi Sumatera Selatan 2015-2016 sebanyak 40 sampel minimal. Dari 40 subjek penelitian mayoritas (39,7%) didiagnosis sebagai pterigium derajat IV, diikuti berturut-turut pterigium derajat III (31%), pterigium derajat II (25,9%), dan pterigium derajat I (3,4%). Terdapat korelasi yang kuat antara derajat pterigium dan lama paparan sinar matahari sejak 10 tahun yang lalu (p value=.0,018, r=0,458). Pada korelasi antara derajat pterigium dengan lama paparan sinar matahari sejak 5 tahun yang lalu tidak ditemukan adanya korelasi (p value=0,072).
Faktor-Faktor yang Berperan dalam Keterlambatan Tatalaksana Strabismus pada Anak Down Syndrome Riski Fitri Nopina; Linda Trisna; Eka Febri Zulissetiana
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 3 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v50i3.8560

Abstract

Down Syndromemerupakan salah satu masalah kesehatan pada anak berkebutuhan khusus. Salah satu gejala yang meliputi karakteristik fisik bermanifestasi pada mata yaitu strabismus.Studi yang dilakukan di Rhode Island Hospital pada tahun 1993 menunjukkan bahwa banyak orang tua yang tidak mengenali kondisi kesehatan mata anaknya karena pengetahuan tentang strabismus yang rendah sehingga orang tua terlambat untuk melakukan tatalaksana pada anak mereka. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan 11 responden. Pengambilan data dilakukan dengan Focus Group Discussion, wawancara mendalam dan observasi terhadap orang tua anak DS dengan strabismus. Faktor pendorong keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS yaitu pengetahuan tentang strabismus dan tatalaksananya yang rendah, biaya yang tidak memadai dan anggapan orang tua bahwa tatalaksana strabismus tidak penting. Sikap orang tua anak DS yaitu ada yang ingin memeriksakan anak ke dokter mata untuk tatalaksana lebih lanjut dan ada yang tidak berniat untuk memeriksakan anak ke dokter mata untuk tatalaksana lebih lanjut. Faktor pemungkin keterlambatan tatalaksana strabismus yaitu sosialisasi tentang strabismus dan tatalaksananya tidak pernah dilaksanakan. Faktor Penguat keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS yaitu orang tua yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang strabismus dan tatalaksananya dari petugas kesehatan maupun keluarga. Pengetahuan, sikap dan praktik orang tua anak DS berperan dalam keterlambatan tatalaksana strabismus pada anak DS di SLB-B Negeri Pembina Palembang.
Kadar CK-MB Pasien Penyakit Jantung Koroner Yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Muhammad Hoesin Palembang Berdasarkan Waktu Pengambilan Darah M. Novran Chalik; Ferry Usnizar; Tri Suciati
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2708

Abstract

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab pertama seluruh kematian di Indonesia.Berdasarkan cardiac biomarker, PJK dibagi menjadi dua, yaitu IMA dan non-IMA. Pemeriksaan penanda biokimia jantung, yaitu enzim CK-MB merupakan suatu cara untuk mendeteksi infark miokard akut (IMA) secara cepat dan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar CK-MB  pasien penyakit jantung koroner yang dirawat-inap di bagian penyakit dalam RSMH Palembang periode Januari-Desember 2012 berdasarkan waktu pengambilan darah.Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif observasional terhadap 56 pasien PJK di Bagian Penyakit Dalam RSMH Palembang. Sampel penelitian diambil dari data rekam medis pasien rawat-inap yang mendapatkan tes CK-MB pada  periode Januari-Desember 2012.Pasien PJK terbanyak berjenis kelamin pria (66,1%), kelompok usia 45 sampai dengan 64 tahun (69,6%), dan yang menderita IMA (80,4%) lebih banyak daripada non-IMA (19,6%). Rata-rata kadar CK-MB mulai meningkat pada jam ke-3, mencapai kadar puncak pada jam ke-21, dan kembali ke nilai normal pada jam ke-48. Kadar CK-MB ditemukan lebih tinggi pada pasien pria dibandingkan wanita dan pada pasien kelompok usia 65 sampai dengan diatas 75 tahun dibandingkan kelompok usia di bawah 44 sampai dengan 64 tahun.Rata-rata kadar CK-MB mulai meningkat pada jam ke-3, mencapai puncak pada jam ke-21, dan kembali normal pada jam ke-48. Pasien berjenis kelamin pria dan kelompok usia 65 sampai dengan di atas 75 tahun memiliki kadar CK-MB lebih tinggi.
Occlusal Vertical Dimension Analyzed By Digital Photography Using Graphic Design Softwares Rani Purba; Ulfa Yasmin; Arya Prasetya Beumaputra; Puput Rizkika
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 1 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v52i1.11428

Abstract

The measurements of occlusal vertical dimension (OVD) is very important in the process of making denture. One method of them is indirectly with digital photography analysis using graphic design softwares. Some softwares used in digital photo analysis are cheap and easy for generalized use. There are several other softwares often used by graphics professionals that its application is a little more difficult. This study aimed to compare in the measurement results of occlusal vertical dimension analyzed by digital photography using graphic design softwares, and it was expected that their results approached the direct method. This study was an observational analytic study with a cross-sectional approach. The total sample in this study was amounted to 30 pre-clinical and clinical dentistry study programs at Universitas Sriwijaya. The measurements of occlusal vertical dimension were measured from subnational to menton in an occlusion state using the direct method (Willis) (control) and digital photography analysis of both softwares (Adobe Photoshop and Coreldraw). Data were tested using one-way ANOVA test. One-way ANOVA test results showed differences in the occlusal vertical dimension between the direct method and digital photography analysis of both softwares were not significant (P> 0.5). There was no difference in the results of the occlusal vertical dimension between the groups.
Hubungan Kepatuhan dan Pola Konsumsi Obat Pengikat Fosfat terhadap Kadar Fosfat pada Penyakit Ginjal Kronik Stadium V Reinanda Marizki R; Zulkhair Ali; RM Suryadi Tjekyan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 2 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i2.2751

Abstract

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan  penurunan  fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.  Salah satu komplikasi  dari penyakit ginjal kronik yaitu ketidakseimbangan pengaturan fosfat yang nantinya dapat menyebabkan Gangguan Mineral dan Tulang pada Penyakit Ginjal Kronik USRDS (United States Renal Data System) (1993), mencatat prevalensi hiperfosfatemia masih 53,6 %, walaupun pengikat fosfat sudah diberikan pada sekitar 80% kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara kepatuhan dan pola konsumsi obat pengikat fosfat terhadap kadar fosfat pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V. Penelitian ini  adalah suatu studi observasional  laboratorik analitik dengan rancangan   cross sectional di  bagian  Instalasi  Hemodialisis  RSMH  Palembang. Sampel  yang  diambil adalah  seluruh pasien  PGK  stadium  V atau  gagal  ginjal  terminal  yang  menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisa RSMH Palembang dalam periode Oktober-November 2012. Seluruh data diolah dengan menggunakan  SPSS versi 20 dan hipotesis akan diuji dengan menggunakan  uji kai kuadrat. Dari 142 responden  diperoleh 72,5% responden  mengalami hiperfosfatemia.  Sebanyak 59,9% responden tidak patuh dalam konsumsi  obat pengikat fosfat dan 71,2% responden salah dalam pola   konsumsi  obat pengikat fosfat. Selanjutnya,   sebanyak  61,6%   responden memiliki motivasi rendah  serta 50,4% responden memiliki pengetahuan yang rendah mengenai obat pengikat fosfat. Sebanyak 57% responden patuh terhadap diet rendah fosfat.  Berdasarkan  uji  chi  square  nilai  p  <  0,05 jadi  terdapat  hubungan  antara kepatuhan  dan  pola  konsumsi  obat  pengikat  fosfat  terhadap kadar fosfat  pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V. Kesimpulan Terdapat hubungan antara  kepatuhan  dan  pola  konsumsi obat pengikat fosfat terhadap kadar fosfat pasien penyakit ginjal kronik stadium V.

Page 1 of 23 | Total Record : 229


Filter by Year

2014 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 55, No 1 (2023): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 4 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 3 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 2 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 54, No 1 (2022): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 3 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 2 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 53, No 1 (2021): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 4 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 3 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 2 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 52, No 1 (2020): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 4 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 3 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 2 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 51, No 1 (2019): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 4 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 3 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 2 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 50, No 1 (2018): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 4 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 3 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 2 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 1 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 2 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 1 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 4 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 1 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya More Issue