cover
Contact Name
Markus T. Lasut
Contact Email
lasut.markus@unsrat.ac.id
Phone
+6285298070889
Journal Mail Official
jurnal.asm@unsrat.ac.id
Editorial Address
Jurnal Aquatic Science & Management, Gedung A Lantai 1, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Jln. Kampus UNSRAT Bahu, Manado 95115, INDONESIA
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT
ISSN : 23374403     EISSN : 23375000     DOI : https://doi.org/10.35800/jasm.v10i1.37485
Journal of AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT publishes scientific articles of original research based on in-depth scientific study in the field of aquatic science and management, covering aspects of limnology, oceanography, aquatic ecotoxicology, geomorphology, fisheries, and coastal management, as well as interactions among them.
Articles 131 Documents
Larval dispersal of Pocillopora damicornis at high latitude coral communities Tioho, Hanny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1963

Abstract

In order to elucidate the patterns of dispersal in scleractinian coral Pocillopora damicornis near the northern limit of its latitudinal range, a total of 50 colonies (15-25 cm in diameter) of this coral were collected from Ooshima Island, Japan, and transplanted within one hour to the area of Satsuki, where they were not present before. Three concentric areas were established such as; the parental area (PA), intermediate area (IA) and outer area (OA). A total of 831 new corals were found in 1997 while 54.3% of these occurred in PA, 30.5% in IA and 15.1% in OA. In 1998, 52.3% of recruits settled in PA, 30.5% in IA and 17.2% in OA. A significant difference in the density of recruits was found among three areas, but recruit density was not significantly different between years and there was no interaction between area and year. There was no significant difference in the number of recruits among different directions, indicating no tendency for larvae to be concentrated in one particular direction. The present study suggests that the planulae of P. damicornis have limited dispersal distances at high-latitudes© Untuk menjelaskan pola penyebaran karang scleractinia Pocillopora damicornis yang berada di batas Utara penyebarannya, total 50 koloni (15-25 cm) dari karang ini dikumpulkan dari Pulau Ooshima, Jepang, dan di transplantasikan dalam waktu satu jam ke daerah Satsuki yang tidak ditemukan jenis ini. Tiga daerah ditetapkan yaitu, Daerah Induk (PA), Daerah Tengah (IA), dan Daerah Luar (OA). Sebanyak 831 karang baru ditemukan pada tahun 1997, sementara 54,3% ditemukan di PA, 30,5% di IA dan 15,1% di OA. Pada tahun 1998, 52,3% ditemukan di PA, 30,5% di IA, dan 17,2% di OA. Ditemukan perbedaan yang signifikan untuk kepadatan antara ketiga daerah tersebut, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antar tahun dan tidak ada interaksi antara daerah dan tahun. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah pada arah yang berbeda sehingga hal ini menunjukkan tidak ada kecenderungan bagi larva untuk terkonsentrasi pada satu arah tertentu. Penelitian ini menunjukkan bahwa planula P.
Size-frequency and allometric growth of the yellowfin tuna, Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788), caught in the Molluca Sea, Indonesia Wahono, Budi; Lumingas, Lawrence J.L
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7274

Abstract

Yellowfin tuna Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) is a very important species for the world fisheries. Biological information including length-frequency distribution, total length (TL)-head circle length (HCL) relationship, and total length-body weight (BW) relationship were examined for 115 female and 84 male yellowfin tuna, caught in Molluca Sea. Significantly different mean total length was found for female and male yellowfin tuna; the male (mean length 110.66 cm) is bigger than the female (mean length 103.36 cm). The total length-head circle length relationship for female yellowfin tuna can be described as HCL= 0.7455TL0.9565 and HCL= 0.7821TL0.9456 for male yellowfin tuna. In the HCL-TL relationships, the allometric coefficient (b) values obtained for both female and male yellowfin tuna did not differ significantly from 1 or isometry, which indicates direct proportionality between HCL and TL. The estimated total length-body weight relationship for yellowfin tuna was BW = 0.0172TL2.9826 for female and BW = 0.0223TL2.9281 for male. In the BW-TL relationships, the allometric coefficient (b) values obtained for both female and male yellowfin tuna did not differ significantly from 3 or isometry, which indicates direct proportionality between BW and TL. This biological information will be useful for the fisheries management of the species studied. Ikan madidihang Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) merupakan spesies yang sangat penting untuk perikanan dunia. Informasi biologi yang meliputi sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang total (PT)-panjang lingkar kepala (PLK), dan hubungan panjang total-berat tubuh (BT) telah diteliti untuk 115 individu ikan madidihang betina dan 84 individu ikan madidihang jantan yang tertangkap di Laut Maluku. Rata-rata panjang total ikan madidihang betina berbeda nyata dengan rata-rata panjang total ikan madidihang jantan; ikan madidihang jantan (110,66 cm) berukuran lebih besar dibanding ikan madidihang betina (103,36 cm). Hubungan panjang total-panjang lingkar kepala untuk ikan madidihang betina adalah PLK = 0,7455PT0,9565 dan untuk ikan madidihang jantan adalah PLK = 0,7821PT0,9456. Dalam hubungan PLK-PT, nilai-nilai koefisien allometri (b) untuk ikan madidihang betina dan jantan tidak berbeda nyata dengan 1 atau isometri, yang mengindikasikan pertumbuhan yang proporsional antara PLK dan PT baik untuk ikan betina maupun untuk ikan jantan. Hubungan panjang total-berat tubuh dugaan adalah BT = 0,0172PT2,9826 untuk ikan madidihang betina dan BT = 0,0223PT2,9281 untuk ikan madidihang jantan. Dalam hubungan BT-PT, nilai-nilai koefisien allometri (b) untuk ikan madidihang betina dan jantan tidak berbeda nyata dengan 3 atau isometri, yang mengindikasikan pertumbuhan yang proporsional antara BT dan PT baik untuk ikan betina maupun untuk ikan jantan.  Informasi biologi ini akan berguna untuk pengelolaan perikanan dari spesies yang dipelajari.
Study on the community structure of macrozoobenthos in Kobok and Kao estuaries, Kao Bay, North Halmahera Talib, Najib Hi; Lumingas, Lawrence J.L; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2014.7309

Abstract

This study aims to assess the community structure of macrozoobenthos in the estuary of Kobok and Kao rivers, Kao Gulf waters. Sampling was carried out in October 2014 at 10 sampling stations in both estuaries. Variables examined in this study were community variables, such as species composition and abundance, including species diversity index Shannon-Wiener (H '), species richness (SR) index, evenness index (J'), Berger-Parker dominance index (d) and 'assemblage' (group) of the macrozoobenthos using multivariate analysis such as classification and analysis of factorial correspondence analysis (AFK). This study obtained a total of 757 individuals of 61 species. Diversity Index (H ') ranged from 1.62 to 3.96, Evenness index (J ') from 0.63 to 1.26., richness (SR) index ranged from 2.83 to 4.45 and dominance index (d) 0.16 to 0.47. Classification analysis separated 4 interconnecting groups at the station or resident species that were in the similar sediment types. Correspondence Factorial Analysis for the station variables mostly responsible for the axial formation was stations mostly contributing  to the formation of axes as the characteristic station of the axes, because it had relatively high contribution. Penelitian ini bertujuan untuk menilai struktur komunitas makrozoobentos di muara Sungai Kobok dan muara Sungai Kao perairan Teluk Kao. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan oktober 2014 pada 10 stasiun sampling di kedua muara. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel komunitas seperti komposisi dan kelimpahan spesies termasuk indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan spesies (SR), indeks kemerataan spesies (J’), indeks dominasi Berger-Parker (d) serta ‘assemblage’ (grup) makrozoobentos dengan menggunakan analisis multivariate seperti analisis klasifikasi maupun analisis faktorial koresponden (AFK). Penelitian ini diperoleh total 757 individu yang termasuk dalam 61 spesies. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), berkisar dari 1.62-3,96. Nilai Indeks Kemerataan Spesies (J’), berkisar dari 0,63-1,26. Nilai Indeks kekayaan spesies (SR), berkisar dari 2,83-4,45 dan Nilai indeks dominasi (d), berkisar dari 0,16-0,47. Analisis klasifikasi telah memisahkan 4 grup yang saling berhubungan pada stasiun maupun spesies penghuni yang memiliki kemiripan dalam tipe sedimen. Sedangkan Analisis Faktorial Koresponden untuk variabel stasiun yang paling bertanggungjawab terhadap pembentukan sumbu-sumbu adalah (kontribusi absolut). Stasiun-stasiun yang paling berkontribusi dalam pembentukan sumbu juga sebagai stasiun karakteristik sumbu tersebut, karena memiliki kontribusi relatif yang juga tinggi.
The strategy for implementing National Fish Logistics System (NFLS) in Bitung Fishing Port, Bitung, Indonesia Tassi, Maltonius; Kepel, Rene Charles; Sinjal, Hengk
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 5, No 1 (2017): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.5.1.2017.24212

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Strategi implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Bitung, Indonesia Regulation of the Minister of Marine and Fisheries of Indonesia 2014 (No.5/MEN/2014) regarding National FishLogistics System (NFLS) is a policy issued in order to overcome the problem of limited raw materials of fish. In order to implement the regulation optimally at Bitung Fishing Port (BFP), this study was carried out which aimed to predict production of capture fisheries landed in BOFP for the next 10 years, to identify external and internal factors in formulating alternative strategies, and to set up priorities strategy for NFLS implementation at the BOFP. This descriptive study was carried out using several analyses, namelySimple Regression Analysis, SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats), and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The result of the study showed that the increase in production canstilloccurin accordance with the projections of the secondary data overthe past10 years. The internal factors that become a strength in the implementation of NFLS was the vision of BOFP to increase landings of fishery catch (score 0.660). The weakness was existence of the storehouse of fish which still limited (score 0.440). The external factors seen as opportunities of NLSF implementation was the location of potential fishing ground (score 0,495), while the threats was the cost of fishing operations which are relatively expensive (score 0.440). This study also formulatedsix alternative strategies that can be applied in the implementation of NLSF at BOFP and the best strategies are the optimization of the fleet, loading and unloadingfacilities, and logisticschanneling facilities  in fishing ground with the potential to increase fisheries production (TAS = 5,544).Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan 2014 (No.5/MEN/2014)tentang sistem logistikikan nasional (SLIN) merupakan kebijakan dalam upayamengatasi masalah keterbatasan bahan baku ikan. Untuk mengimplementasikan peraturan tersebut secara optimal di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung (PPSB), maka penelitian ini dilakukan di mana bertujuan untukmemprediksi produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPSBuntuk 10 tahun yang akan datang, mengidentifikasi faktor eksternal dan internaldalam merumuskan strategialternatif, dan menetapkan prioritas strategi implementasi SLIN. Penelitianini merupakan penelitian deskriptifmenggunakan beberapaanalisis, yaituanalisis Regresi Sederhana,SWOT (Strengths,Weakness,Opportunity,Thread),dan Quantitative Strategic Planning Matriks(QSPM).Hasil penelitian menunjukan,bahwa peningkatan produksi masih dapat terjadi sesuai dengan proyeksi data sekunder selama 10 tahun terakhir. Faktor internal yang menjadi kekuatan dalam implementasi SLINialah adanya visi PPSB untuk meningkatkan pendaratan hasil perikanan tangkap (skor 0,660).Sedangkan kelemahannya ialahkeberadaan gudang penyimpanan ikan yang masih terbatas (skor 0,440). Faktor eksternal yang menjadi peluang dalam implementasi SLIN ialahlokasi daerah penangkapan ikan yang potensial (skor 0,495).Sedangkan ancamannya ialah biaya operasi penangkapan ikan yang relatif mahal (skor 0,440). Penelitian ini juga merumuskan enam alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam implementasi SLIN di PPSBdi mana strategi terbaiknyaialahoptimasi armada, sarana bongkar muat, dan sarana penyalur logistik pada daerah penangkapan ikan yang potensial untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap (TAS = 5,544).
Isolation and identification of lactic acid bacteria in Bakasang as fermented microbe starter Ingratubun, J Aquarista; Ijong, Frans G; Onibala, Hens
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2278

Abstract

Food fermentation is one of various food processing techniques that has sufficient benefits of nutrition values, and also contains lactic acid bacteria which potentially inhibit pathogenic bacteria, thus prolong shelf life of  products. Bakasang is a traditional fermented food from North Sulawesi since many years ago. Reported research of bakasang previously had described that lactic acid bacteria was the dominant isolates and therefore current research  aimed to isolate and identify the lactic acid bacteria which associated during fermentation day 1 and day 15, respectively. Raw materials used were 5 kg intestine and liver of skipjack brought from local market Bersehati Manado. The intestine and liver of skipjack were washed and smashed and mixed with 10% salt  and 5% rice  from weight of the samples and then filled into bottle to be fermented for 15 days. Every 3 days (1,3,6,9,12,15), the samples were collected and analyzed for total lactic acid bacteria by using Total Plate Count Method on de Mann Rogosa Sharpe Agar after incubation at 37°C for 24 h. The colonies  grown were transferred to Tryptic Soy Broth and followed by streaking them on Tryptic Soy Agar and the free growing colony on agar medium were isolated into slant agar which were used for biochemical test such as Gram’s staining, motility test, catalase test, oksidase test, H2S test, IMVIC test (Indole, Methyl Red, Voges Proskauer, Citrate) and carbohydrate fermentation. The results showed that Lactobacillus sp., Bacillus sp., Eubacterium sp., and Bifidobacterium sp. All these four bacteria were distributed from day 1 to day 15 of the fermentation process© Fermentasi bahan pangan merupakan salah satu dari sekian banyak teknik pengolahan makanan yang mempunyai banyak manfaat dari kualitas gizi, mengandung bakteri asam laktat sehingga menghambat bakteri patogen sehingga daya simpan lebih panjang. Bakasang merupakan makanan fermentasi tradisional masyarakat Sulawesi Utara yang sudah ada sejak lama. Penelitian yang telah dilakukan terhadap bakasang menghasilkan informasi bahwa terdapat bakteri asam laktat pada bakasang sehingga menjadi tujuan untuk mengisolasi dan identifikasi bakteri asam laktat selama proses fermentasi 1-15 hari. Bahan baku bakasang ialah jeroan (usus dan hati) ikan cakalang Katsuwonis pelamis sebanyak 5 kg yang diambil dari pasar Bersehati Manado. Sampel jeroan dibersihkan kemudian dihancurkan, ditambahkan garam 10% dan nasi 5% kemudian difermentasi selama 15 hari dengan mengambil tiap-tiap sampel setiap 1, 3, 6, 9, 12, dan 15 untuk dihitung jumlah bakteri asam laktat dengan menggunakkan metode Total Plate Count pada media de Mann Rogosa Sharpe Agar dan koloni yang tumbuh di tumbuhkan  kembali pada media Tryptic Soy Broth  dan digores kembali pada media Tryptic Soy Agar, koloni yang tumbuh digores pada media slant agar yang selanjutnya diidentifikasi bakteri asam laktat berdasarkan uji biokimia yaitu uji pewarnaan Gram, uji motility, uji katalase, uji oksidase, uji H2S dan uji IMVIC (Indole, MethylRed, Voges Proskauer, Citrate). Hasil menunjukkan bahwa selama proses fermentasi berlangsung terdapat 4 genera bakteri asam laktat sesuai yaitu Lactobacillus sp., Bacillus sp., Eubacterium sp., dan Bifidobacterium sp., ke 4 genera ini tersebar pada fermentasi hari 1 sampai hari ke 15©
Optimizing the use of the docks in Ocean Fishing Port Bitung, North Sulawesi, Indonesia Hakim, Iwan; Masengi, K.W.A.; Luasunaung, Alfret
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 4, No 1 (2016): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.4.1.2016.14405

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Pengoptimalan penggunaan dermaga di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara, Indonesia. This study was aimed to determine the basic and functional facilities conditions in the ocean fishing port of Bitung and analyze the level of utilization of basic and functional facilities. This research used a descriptive method, in which data were collected through observation, interviews, documentation, and literature reviews. Results indicated that the basic facilities, such as port, reclaimed land, docks 1 and 2, and the complex, were in good condition. The functional facilities were also good, so that the the fishing port of Bitung has met the requirements of technical and operational criteria for fisheries activities. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi fasilitas dasar dan fungsional yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung dan menganalisis tingkat pemanfaatan fasilitas dasar dan fungsional yang ada di PPS Bitung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif di mana data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Dari hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa fasilitas pokok yang terdiri dari lahan pelabuhan, lahan reklamasi, dermaga 1 dan 2, serta jalan komplek dalam kondisi baik dan fasilitas fungsional di PPS Bitung juga dalam kondisi baik, sehingga PPS Bitung sudah sesuai dengan kriteria teknis dan operasional dalam kegiatan perikanan.
The size variation of rotifer Brachionus rotundiformis cultivated with different feed at 40 ppt salinity Rimper, Joice R.T.S.L; Harikedua, Silvana D; Warouw, Veibe
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.25043

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Variasi ukuran rotifer Brachionus rotundiformisyang diberi pakan berbeda pada salinitas 40 ppt RotiferBrachionus rotundiformisis a group of zooplankton which is used by fish larvae for feeding to initiate their growth. This zooplankton is widely favored by marine fauna larvae because of its small size can fits well with various larval mouth; thus, it is easily preyed by larvae. This study aimed to determine the variation of rotifer B. rotundiformismorphometry if cultured with different feed at 40 ppt. The use of 40 ppt salinity is expected to provide a variable morphometric size because B. rotundiformishas a polymorphism property. Microalgae used as feed for rotifer B. rotundiformiswere Prochloronsp. and Nanochloropsis oculata. Microalgae were cultured with Hirata medium. In the early stages, B. rotundiformiswas cultured at optimum temperature (28 ºC) and salinity 20 ppt, then it was cultured at salinity 40 ppt. Salinity adaptation was done by raising the salinity of the medium by 2 ppt every two days in a 10 ml reaction tube containing 10 individuals. After adaptation, B. rotundiformiswas transferred in a 1000 ml container with a density of 50 individuals. For the morphometric aspect, the total length, the length of the lorica, the width of the lorica and the anterior width were measured. The result showed the morphometric of rotiferB. rotundiformisfed with microalgae Prochloronsp. at 40 ppt salinity was smaller than that of the rotifer fed with N. oculata. Based on that finding it can be concluded that B. rotundiformis fed with Prochloronsp. at a salinity of 40 ppt has the potential to be developed as feed for fish larvae. Further investigations on how to accelerate the cultivation of microalgae Prochloronsp. as feeding for B. rotundiformisare needed.RotiferBrachionus rotundiformismerupakan golongan zooplankton yang digunakan sebagai makanan bagi larva ikan. Zooplankton ini banyak disukai oleh larva fauna laut, karena ukurannya kecil yang cocok dengan berbagai bukaan mulut larva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometri rotifer B. rotundiformis, jika dikultur pada salinitas yang tinggi (40 ppt) dengan pemberian pakan berbeda. Penggunaan salinitas 40 ppt diharapkan bisa memberikan ukuran morfometrik yang bervariasi, karena rotifer jenis ini memiliki sifat polimorfisme. Alga mikro yang digunakan sebagai pakan adalah Prochloronsp. Dan Nanochloropsis oculata.Alga mikro tersebut dikultur dalam media Hirata. Pada tahap awal, B. rotundiformisdikultur pada suhu optimum (28 ºC) dengan salinitas 20 ppt; kemudian, dikultur pada salinitas 40 ppt. Adaptasi salinitas dilakukan dengan menaikkan salinitas medium sebanyak 2 ppt setiap dua hari dalam tabung reaksi berukuran 10 ml, yang berisi 10 individu. Setelah diadaptasikan, rotifer dipindahkan ke wadah berukuran 1000 ml dengan kepadatan sebanyak 50 individu dan dikultur pada salinitas 40 ppt. Aspek morfometri berupa panjang total, panjang lorica, lebar lorica, dan lebar anterior diukur. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa panjang total rotifer B. rotundiformis, yang diberi pakan Prochloronsp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rotifer yang diberi pakan N. oculata. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa B. rotundiformisyang diberi pakan Prochloronsp. pada salinitas 40 ppt memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pakan bagi larva ikan. Penelitian lebih lanjut tentang cara mempercepat budidaya microalgae Prochloronsp. sebagai makan untuk B. rotundiformis diperlukan.
Mapping of tsunami prone areas in coastal region of Kema, North Sulawesi Raharjo, Slamet S; Mamuaya, Gybert E; Lumingas, Lawrence J.L
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 1 (2013): Mei
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2013.2275

Abstract

Kema coastal region is a coastal tourist area quite a lot of visitors especially during the holidays. Most of the population in this region is fishing. This region had experienced 4 meter tsunami on 6 September 1889 by an earthquake with a magnitude of 8.0 on the Richter scale in the Moluccas Sea epicenter position ± 72 km southeast of Kema. The earthquake caused a tsunami that has the potential to re-occur in the future. The purpose of this study was to calculate how much the maximum magnitude earthquakes likely to occur in the Moluccas Sea and map the run-up tsunami caused by the earthquake in Coastal Areas of Kema. Calculation of maximum magnitude and tsunami run-up using the relationship between the frequency and magnitude of the Guttenberg-Richter earthquake and Imamura tsunami software, then run up the tsunami mapped using GIS software. Generated that could potentially occur in the Moluccas Sea earthquake with a magnitude of 8.5 on the Richter scale can cause a tsunami to hit the coast Kema Beach area on 10 minutes after the earthquake, the tsunami run-up heights reached 13.9 meters. Mapping the tsunami run-up showed that the entire coastal region of Kema is tsunami prone areas© Wilayah pesisir Kema merupakan kawasan wisata pantai yang cukup banyak pengunjungnya terutama pada saat hari libur. Sebagian besar penduduk di wilayah ini adalah nelayan. Wilayah ini pernah mengalami tsunami 4 meter pada tanggal 6 September 1889 akibat gempa bumi dengan magnitudo 8,0 Skala Richter di Laut Maluku dengan posisi pusat gempa ± 72 km tenggara Kema. Gempa bumi yang menimbulkan tsunami ini berpotensi terulang kembali pada waktu yang akan datang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menghitung berapa besar magnitudo maksimum gempa bumi yang berpeluang terjadi di Laut Maluku dan memetakan run up tsunami akibat gempa bumi tersebut di wilayah pesisir Kema. Perhitungan magnitudo maksimum dan run up tsunami menggunakan hubungan antara frekuensi dan magnitudo gempa bumi Guttenberg-Richter, serta software tsunami Imamura, yang kemudian run up tsunami dipetakan dengan menggunakan software GIS. Dihasilkan bahwa di Laut Maluku berpotensi terjadi gempa bumi dengan magnitudo 8,5 Skala Richter yang dapat menimbulkan tsunami hingga melanda di pantai wilayah pesisir Kema pada menit ke 10 setelah kejadian gempa bumi, dengan ketinggian run up tsunami mencapai 13,9 meter. Pemetaan run up tsunami tersebut menunjukkan bahwa seluruh wilayah pesisir Kema adalah daerah rawan tsunami©
Suitability analysis of culture area using floating cages in Ambon Bay Tjoa, Sientje B
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2014.7297

Abstract

Fish cultivation under floating net system has good and promising prospects to develop as a potential and sustainable economic activity in Ambon Bay waters due to its great coastal and marine resources potential. This study was aimed to analyze the suitability of Ambon bay waters based upon site suitability criteria matrix for floating net cage culture. For this, water quality parameters were measured and then arranged in a matrix of site suitability for floating net cage culture. Results showed that water temperature ranged from 25.3 to 26.43 ⁰C, current speed from 5.78 to 23.51 cm / sec,  depth from 5-25 m, visibility  from 4.00 to 11.00 m, salinity from 28.41 to 33.92 ppt, DO from 6.56 to 7 ppm, pH from 7.66 to 8.19, and suspended solid from 0.46 to 2.52 NTU. As conclusion, Ambon Bay waters is very appropriate for floating net cage culture development. Budidaya Keramba Jaring Apung memiliki prospek yang cukup cerah dan menjanjikan untuk dikembangkan menjadi suatu kegiatan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan di perairan Teluk Ambon, karena memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang besar. Penelitian ini bertujuan menganalisa perairan teluk Ambon untuk menentukan kesesuaian lahan berdasarkan kriteria matriks kesesuaian lahan  budidaya keramba jaring apung. Untuk menentukan kesesuaian lahan budidaya keramba jaring apung di perairan Teluk  Ambon maka dilakukan pengukuran kualitas air kemudian disusun dalam matriks kriteria kesesuaian lahan untuk budidaya keramba jaring apung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu air berkisar dari 25,3-26,43 ⁰C, kecepatan arus 5,78-23,51 cm/det, kedalaman 5-25 m, kecerahan 4,00-11,00 m, salinitas 28,41-33,92 ppt, oksigen terlarut 6,56-7 ppm, pH 7,66-8,19, Muatan Padatan Tersuspensi 0,46-2,52 NTU. Sebagai kesimpulan, perairan Teluk Ambon sangat sesuai untuk dilakukan kegiatan pengembangan budidaya keramba jaring apung.
Design of purse seine-type steel vessels in PT. Crystal Cahaya Totabuan, North Sulawesi Rakian, Tessa; Masengi, Kawilarang W.A.; Dien, Heffry V.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 3, No 1 (2015): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.3.1.2015.12434

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Rancangan kapal baja tipe pukat cincin di PT. Crystal Cahaya Totabuan, Sulawesi Utara. Purse Seiner is one of the pelagic fishing boats widely used by fishermen in North Sulawesi. This fishing boat is locally known as pajeko boat. The materials used in purse seiner development are wood, fiberglass and steel. From boat construction point of view, a steel boat has more advantages compared with wooden or fiberglass boats. Steel material is easier to find in the market. Due to the technological and information development in boat designing, the software application, such as Delftship, may enable to design and analyze the characteristics of the boat with the desired boat design. On the other hand, the use such software is still relatively poor in North Sulawesi, since so far the boatbuilding process is usually still based on the experience from building wooden, fiberglass and steel boats. For this reason, the use of software application is needed for planning and boat development process in PT. Crystal Cahaya Totabuan. This study was aimed at developing purse seiner-type boat design with major dimensions of 30 m long, 5 m wide, and 3.2 m height and analyzing the technical characteristics of steel purse seiner using software Delftship applica-tions, and constructing the steel purse seiner in accordance with the sketch in the shipyard of PT. Crystal Cahaya Totabuan. This research is to find the good design and construction of the purse seiner. Kapal pukat cincin adalah salah satu jenis kapal penangkap ikan pelagis yang banyak digunakan oleh nelayan Sulawesi Utara. Kapal ini oleh nelayan setempat lebih dikenal dengan kapal pajeko. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kapal pukat cincin adalah kayu, fiberglass dan baja, Dari sudut pandang konstruksi, kapal baja memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan kapal kayu maupun kapal fiberglass. Bajamudah didapat di pasaran. Berkembangnya teknologi dan informasi dalam merancang sebuah kapal dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak seperti Delftship dapat memudahkan kami dalam merancang dan menganalisa karakteristik kapal sesuai dengan rancangan kapal yang diinginkan. Di lain pihak penggunaan perangkat lunak tersebut masih relatif kurang di Sulawesi Utara, karena sejauh ini proses pembuatan kapal biasanya didasarkan pada pengalaman yang diperoleh saat pembuatan kapal kayu, fiberglass dan baja. Untuk itu penggunaan aplikasi perangkat lunak dirasakan perlu untuk perencanaan dan proses pembuatan kapal di PT. Crystal Cahaya Totabuan. Penelitian ini bertujuanmembuat rancangan kapal baja tipe pukat cincin dengan ukuran utama panjang 30 meter, lebar 5 meter dan tinggi 3.2 meter; menganalisis karakteristik teknis kapal baja tipe pukat cincin dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak Delftship; mengkonstruksi kapal baja tipe pukat cincin sesuai dengan rancangan yang buat di galangan kapal PT. Crystal Cahaya Totabuan. Hasil penelitian ini adalah untuk mendapatkan disain dan konstruksi kapal pukat cincin yang baik.

Page 3 of 14 | Total Record : 131