Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Perancangan Safety Signs Menggunakan Safety Signs Assessement dan Pendekatan Quality Function Deployment untuk Mengendalikan Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.XYZ Shakila Hamidi; Heriyono Lalu; Sheila Amalia Salma
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 8 No 17 (2022): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.863 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.7080469

Abstract

PT XYZ is a company engaged in the furniture industry where this companyprocesses raw materials into furniture products that have added value andhave benefits from before. In its operational activities, the company still hasnot implemented a good occupational health and safety system because of themany risks that must be faced by workers. This can be seen from the numberof hazard events found during the production process. Based on the resultsof field observations, there are 9 hazard events where these incidents must beminimized in order to reduce the number of work accidents. Risk control isone of the first steps used in minimizing the occurrence of hazards byanalyzing the risk control hierarchy. Analysis of the Risk Control Hierarchyis a form of process in analyzing the proposed K3 control in every event thatoccurs. The results of the risk control hierarchy analysis are suggestions foreach hazard event that have been adjusted to the level of the risk controlhierarchy. Of all the potential proposals given, some can be forwarded to thedesign in the form of providing safety signs in 2 hazard areas, namely theforklift area, slippery work area and smoke-free area. Before designing asafety sign, it is necessary to first evaluate the safety sign. Assessment ofsafety signs is an activity to assess the conditions or conditions of the fieldwhere safety signs will be installed to be able to find out the requirements orcriteria for appropriate safety signs in the hazard area. And from this processit can be known about the installation location of safety signs, Signal Wordsto be used, height, model, minimum reading distance and materials used inthe design of safety signs. The data used is anthropometric data that has beenfiltered according to the criteria of users who will read Safety Signs. Afterevaluating the safety sign, the next step is to make a design using the QualityFunction Deployment approach. QFD is a solution to design or develop aproduct in a structured manner by determining in advance the needs ordesires of the target consumer in advance so that they are able to take intoaccount systematically. In designing QFD there are 11 stages to be carriedout. The results of the QFD are the final specifications that become thereference in designing safety signs. have carried out a safety sign assessmentand Quality Function Deployment, the next step is to design a Safety sign thatrefers to the ANSI Z535.4 standard. The results of the design are in the formof a safety sign design that will be placed in the forklift area and a safety signdesign that will be placed in a slippery area.
Design Of Safety Signs Using Ergonomic Function Deployment Method At PT.XYZ Dita Kusuma Ningsih; Heriyono Lalu; Sheila Amalia Salma
International Journal of Innovation in Enterprise System Vol 6 No 02 (2022): International Journal of Innovation in Enterprise System
Publisher : School of Industrial and System Engineering, Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/ijies.v6i02.184

Abstract

PT. XYZ is a company engaged in manufacturing by processing raw materials into semi-finished goods or finished goods. Because the company routinely produces these products and involves machinery, it will allow small to serious work accidents to occur. Based on the hazard event data owned by the company, there are 5 very diverse events that will be analyzed in the risk control hierarchy to minimize hazard events. The results of the risk control hierarchy analysis have two hazard events that have safety sign design criteria. Therefore, research was conducted to design safety signs in the area of explosive materials and loading progress in minimizing hazard events using safety signs assessment and Ergonomic Function Deployment approaches. The data needed in the design are anthropometric data, layout data, customer statements and level questionnaires interest and satisfaction. From the results of the safe sign assessment, the signal word is obtained, determining the location, height, model, and material of the safety signs. The results of the safety signs assessment will be used for the Ergonomic Function Deployment approach. From the results of the Ergonomic Function Deployment, the results obtained are the size of safety signs, safe reading distance, type of layout, use of language and font size on safety signs. There are two types of designs, namely explosive material and loading progress safety signs. The design of safety signs refers to the ANSI Z535 standard so that the design of safety signs has detailed signal words, symbols, signs, and word messages.
Perancangan Perbaikan Standard Operating Procedure (SOP) Proses Perakitan Pada Produksi Sharp Box Container (Fullset) di PT XYZ dengan Menggunakan Metode Business Process Improvement (BPI) Hanny Setyaningrum; Marina Yustiana Lubis; Sheila Amalia Salma
Economics and Digital Business Review Vol. 3 No. 2 (2022): February - July
Publisher : STIE Amkop Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37531/ecotal.v3i2.202

Abstract

PT XYZ mengalami keterlambatan pencapaian target produksi Fullset dengan kapasitas daya tampung 11 liter yang menyebabkan waktu proses produksi melebihi waktu standar yang telah ditetapkan perusahaan. Hal tersebut terjadi dari beberapa faktor, yaitu method, man, dan environment. Waktu proses yang melebihi waktu standar disebabkan dari proses perakitan. Sehingga dilakukan perancangan perbaikan Standard operating procedure (SOP) proses perakitan pada produksi Sharp box container (Fullset) di PT XYZ menggunakan metode Business process improvement (BPI) dengan teknik improvement technique wheels untuk menyederhanakan proses dengan mengklasifikasikan setiap aktivitas yang memberikan nilai tambah bagi produk agar lebih efisien, efektif, adaptif dan sesuai dengan pedoman CPAKB. Total aktivitas pada proses perakitan eksisting sebanyak 11 aktivitas, dengan 5 aktivitas RVA, 5 aktivitas BVA, dan 1 aktivitas NVA dengan tingkat efisiensi pada waktu proses sebesar 51,26%. Setelah dilakukan penyederhanaan proses, total aktivitas pada proses perakitan sebanyak 7 aktivitas, dengan 4 aktivitas RVA dan 3 aktivitas BVA dengan tingkat efisiensi pada waktu proses perakitan naik mencapai 75,53%. Sehingga terjadi penyederhanaan 4 aktivitas dengan efisiensi waktu proses perakitan meningkat sebesar 24,27%. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin sedikit aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk maka semakin tinggi tingkat efisiensi waktu proses dan semakin cepat dalam mencapai target produksi Fullset.
Perancangan Alat Bantu Monitoring Kadar Ph pada Proses Pelapisan di PT XYZ Dengan Metode QFD Betara Churraera; Wiyono Sutari; Sheila Amalia Salma
JRSI (Jurnal Rekayasa Sistem dan Industri) Vol 9 No 02 (2022): Jurnal Rekayasa Sistem & Industri - Desember 2022
Publisher : School of Industrial and System Engineering, Telkom University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/jrsi.v9i02.572

Abstract

PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri furnitur, produk yang dihasilkan bermacam-macam, salah satunya adalah kursi lipat Yamato. Kursi lipat Yamato merupakan produk yang paling banyak diproduksi, proses produksi dari kursi lipat Yamato terdiri dari tiga proses, yaitu proses konstruksi, proses pelapisan nickel chrome, dan proses perakitan. Pada penelitian ini peneliti lebih fokus dalam proses pelapisan nickel chrome dikarenakan jumlah cacat terbanyak terdapat pada proses ini berdasarkan data historis dari bulan Juli 2020 hingga Desember 2021. Proses pelapisan nickel juga memiliki banyak jenis cacat di antaranya cacat belang, terbakar, kuning, dan lain sebagainya. Proses pelapisan nickel chrome merupakan suatu proses pengendapan logam pada permukaan suatu logam maupun non-logam secara elektrolis. Pada analisis permasalahan terdapat proses yang tidak terpenuhi menggunakan diagram Ishikawa, analisis 5 whys, dan FMEA diketahui bahwa faktor berpengaruh yaitu ketidaksesuaian kadar pH, untuk memperbaiki permasalahan tersebut maka dilakukan perancangan alat bantu. Metode yang digunakan untuk perancangan alat bantu merupakan metode QFD (Quality Function Deployment).QFD merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas produk maupun jasa dengan memahami setiap kebutuhan konsumen, kemudian menghubungkannya melalui aspek teknis untuk menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen pada setiap pembuatan produk atau jasa yang dihasilkan. Hasil dari penelitian ini merupakan alat bantu untuk memantau kadar pH agar dalam keadaan standar. Dengan diadakannya perancangan alat bantu monitoring kadar pH diharapkan dapat meminimasi defect yang terjadi dalam proses pelapisan.
Perancangan Tempat Penyimpanan Jarum untuk Meminimasi Defect Produk Celana Jeans pada Proses Sewing di PT XYZ Menggunakan Metode QFD Hana Qatrunnada; Marina Yustiana Lubis; Sheila Amalia Salma
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.7272

Abstract

PT XYZ merupakan perusahaan yang memproduksi celana jeans dengan menerapkan sistem make to stock. Berdasarkan data produksi perusahaan periode Januari 2020 sampai Desember 2021 terdapat sembilan jenis defect. Persentase jumlah produk defect melebihi batas toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 5%. Salah satu proses yang bermasalah yaitu pada proses sewing. Penyelesaian masalah menggunakan metode DMAI (define, measure, analyze, improve). Pada tahap define dilakukan identifikasi CTQ produk, identifikasi CTQ proses, dan identifikasi masalah pada setiap tahapan proses. Pada tahap measure, dilakukan perhitungan stabilitas dan kapabilitas proses. Pada tahap analyze, dilakukan analisis akar permasalahan persyaratan proses yang tidak terpenuhi menggunakan diagram fishbone, dan 5 whys. Dari analisis akar permasalahan dilakukan analisis prioritas perbaikan menggunakan tool FMEA. Kemudian, diketahui bahwa faktor yang berpengaruh yaitu jarum-jarum ada pada satu wadah. Sehingga untuk memperbaiki proses sewing yang bermasalah agar meminimasi frekuensi defect, maka dilakukan tahap improve yaitu perancangan usulan alat bantu tempat jarum agar operator dapat menaruh jarum-jarum pada tempatnya masing-masing menggunakan Quality Function Deployment. Spesifikasi tempat jarum yang diusulkan memiliki panjang 17 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 3 cm. Tempat jarum memiliki 3 sekat dengan material yang digunakan yaitu MDF. Hasil dari rancangan usulan alat bantu tempat jarum ini diharapkan akan membantu dalam mengurangi jumlah defect pada perusahaan sebanyak 41.24% dan meningkatkan level sigma yang semula 3.77 sigma menjadi 3.84 sigma.
PENDAMPINGAN PENGGUNAAN ALAT PEMOTONG SINGKONG OTOMATIS DAN SOSIALISASI K3 DI DESA SUKAPURA Dino Caesaron; Sheila Amalia Salma; Murman Dwi Prasetio; Luthfi Romiz Husaini
Prosiding COSECANT : Community Service and Engagement Seminar Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.695 KB) | DOI: 10.25124/cosecant.v2i2.18639

Abstract

Pekerja merupakan asset utama dalam suatu industri/usaha. Baik itu usaha kecil, menengah, maupun besar. Peran pekerja tidak bisa digantikan serta merta oleh mesin, sehingga Kesehatan dan Keselamatan Kerja mereka perlu dijaga agar tercipata suasana enak, nyaman, aman, sehat, efektif, efisien (ENASE) demi terwujudnya produktivitas yang erat kaitannya dengan output produksi. Desa Sukapura memiliki usaha kecil keripik singkong, yang digawangi oleh Ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Industri kecil ini dimulai di tahun 2021 awal, dimana saat itu proses pemotongan singkong untuk menjadi keripik menggunakan pemotongan secara manual. Sebelumnya, awal tahun 2022, Fakultas Rekayasa Industri mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan output pengadaan mesin potong singkong otomatis. Dengan adanya mesin ini, kapasitas pemotongan meningkat menjadi kurang lebih 1kg/menit. Pada Pengabdian kepada Masyarakat kali ini, tim yang sama mengadakan pendampingan penggunaan alat, dengan fokus pada optimalisasi penggunaan mesin dan sosialisasi bentuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja, diantaranya pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, alat Pertolongan Pertama pada Kecelakaan, dan beberapa petunjuk teknis penggunaan alat. Dari kegiatan kali ini, diharapkan pengguna mesin dapat menyadari pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja khususnya saat menggunakan alat tersebut.Kata Kunci: kesehatan dan keselamatan kerja, mesin potong otomatis, alat pelindung diri, pengabdian masyarakat
Perancangan Alat Bantu Kerja Penyangga Jumbo Bag pada Proses Pengayakan PS Grit PT Purna Baja Harsco menggunakan Metode Quality Function Depoyment (QFD) Andhini Amalia Putri; Wiyono Sutari; Sheila Amalia Salma
eProceedings of Engineering Vol 10, No 3 (2023): Juni 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-PT Purna Baja Harsco merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan peleburan baja serta pengelolaan limbah. Perusahaan tersebut memproduksi PS Grit dalam pelayanannya yang bernama Slag Processing menggunakan teknik pengayakan (sieving). Salah satu aktivitas pada proses produksi PS Grit terdapat subproses pengayakan yang bermasalah mengenai waktu proses yang melebihi waktu standar sehingga berpengaruh terhadap waktu siklus produksi PS Grit. Pada analisis akar permasalahan menggunakan diagram fishbone dan analisis Business Process Improvement (BPI) diketahui bahwa faktor penyebab masalah tersebut yaitu terjadinya aktivitas berulang yaitu memeriksa jumbo bag di posisi output hopper. Untuk memperbaiki proses pengayakan yang bermasalah agar dapat meminimasi waktu, maka dilakukan perancangan alat bantu kerja penyangga jumbo bag agar operator dapat dengan mudah menyiapkan jumbo bag untuk memaksimalkan aktivitas pemasangan jumbo bag tanpa harus dilakukan inspeksi bahkan inspeksi berulang menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). QFD merupakan metode pengembangan produk untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam suatu karakteristik teknis sebagai dasar untuk merancang produk dengan memenuhi user needs. Perancangan alat bantu kerja penyangga jumbo bag diharapkan dapat menghilangkan inspeksi berulang pada proses pengayakan dari jumlah efisiensi waktu siklus eksisting 80% menjadi 88%. Kata kunci- PS grit, proses pengayakan, jumbo bag, business process improvement, quality function deployment, alat bantu kerja
Utilizing appropriate technology dry seasoning mixing and sealing machines to increase productivity of cassava chips business Dino Caesaron; Sheila Amalia Salma; Farell Ardani; Faisal Muhammad Nasution; Murman Dwi Prasetio
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol 8, No 2 (2023): May 2023
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v8i2.9993

Abstract

Sukapura Village, located in Bandung Regency, has a Family Welfare Empowerment (PKK) program that includes various activities, such as the production of cassava chips. Currently, there is a high demand for cassava chips that cannot be met. Through analysis conducted by the community service team, it has been determined that the demand for cassava chips exceeds the production capacity. One of the contributing factors is the manual process involved in making cassava chips, which takes a relatively long time. One specific manual process is the mixing of cassava chips with dry seasoning. The cassava chips are placed in a container, and then dry spices are added. The mixing process is carried out by hand, ensuring that the spices are evenly distributed throughout the cassava chips. This manual process typically takes around 10-14 minutes for every 1.5 kg of cassava chips. To address this issue and improve efficiency, the community service team has designed and constructed a machine specifically for mixing dry seasoning. With this machine, the mixing process is significantly more efficient, taking less than 5 minutes to achieve optimal results. As a result, the time efficiency and productivity of the mixing process have greatly increased.
Perancangan Visual Display pada Proses Sewing Guna Meminimasi Defect pada Produksi Celana Jeans Denim 13 oz Indigo Blue di PT. XYZ Berdasarkan Pendekatan Ergonomi Nur Afiah Hutari; Marina Yustiana Lubis; Sheila Amalia Salma
eProceedings of Engineering Vol 10, No 3 (2023): Juni 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan di Makassar yang bergerak di bidang konveksi. PT.XYZ melakukan produksi celana jeans. PT.XYZ memproduksi produk berdasarkan ukuran celana, jenis kain, dan warna kain. Salah satu jenis kain yang paling sering diproduksi oleh PT.XYZ dalam pembuatan celana jeans adalah kain Denim 13 oz berwarna indigo blue. Berdasarkan data produksi selama 2 tahun atau 24 bulan, terdapat 21 bulan yang memiliki nilai persentase produk cacat yang melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 10%. Pada produksi celana jeans di PT. XYZ, terdapat 6 tahapan proses yaitu, persiapan bahan yang mencakup pemeriksaan kain, warna, dan aksesoris, penggambaran pola, pemotongan kain, penjahitan kain, inspeksi, dan packaging. Penyelesaian permasalahan menggunakan pendekatan DMAI (Define, Measure, Analyze, Improve) serta dalam melakukan perancangan visual display akan digunakan pendekatan ergonomi. Hasil evaluasi dari rancangan perbaikan diharapkan dapat meminimasi cacat pada proses sewing sebesar 32% dari cacat sebelumnya, mengurangi produk cacat keseluruhan sebanyak 3296 menjadi 2764, meningkatkan nilai sigma 3.56 menjadi 3.63, dan mengurangi nilai DPMO 19800 kemungkinan defect per satu juta kali kesempatan produksi menjadi 16474 kemungkinan defect per satu juta kali kesempatan produksi.Kata kunci- kualitas, DMAI, sewing, visual display, ergonomi
Perancangan Trolley untuk Meminimasi Cacat Produk Leg Assy RR1 Model D2XX pada Proses Assembly di PT XYZ Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) Ghifary Adinegoro; Marina Yustiana Lubis; Sheila Amalia Salma
eProceedings of Engineering Vol 10, No 3 (2023): Juni 2023
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak- PT XYZ merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi jok, komponen jok, komponen interior, dan komponen unit mesin untuk mobil. Salah satu jenis komponen jok mobil yang diproduksi oleh PT XYZ adalah Leg Assy RR1 Model D2XX. Data produksi perusahaan periode Oktober 2021 hingga Juli 2022 menunjukkan terdapat produk defect yang terdiri dari 13 jenis cacat. Terdapat enam proses pada produksi Leg Assy RR1 Model D2XX, yaitu proses receiving, welding, painting, assembly, final inspection, dan packing. Defect yang dapat terjadi diakibatkan oleh CTQ (critical to quality) proses yang tidak terpenuhi. Proses assembly merupakan proses dengan jumlah kemunculan defect terbanyak. Tugas akhir ini akan memperbaiki proses assembly dengan merancang trolley yang digunakan pada proses assembly. Penyelesaian masalah dilakukan menggunakan metode DMAI (define, measure, analyze, improve) dan perancangan produk usulan menggunakan metode quality function deployment (QFD). Hasil rancangan trolley usulan ini diharapkan dapat membantu mengurangi jumlah defect produk produk Leg Assy RR1 Model D2XX dan meningkatkan nilai level sigma yang semula 3,255 sigma menjadi 3,55 sigma dengan asumsi hasil rancangan produk usulan telah diimplementasikan dan jenis cacat paint scratch telah hilang seluruhnyaKata kunci- DMAI, defect, CTQ, QFD