Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Analisis efektivitas mitigasi bencana kebakaran di Kota Surakarta Muhammad Fauzi; Nur Miladan; Rizon Pamardhi Utomo
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 16, No 2 (2021)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v16i2.25772

Abstract

Kota Surakarta mengalami peningkatan kejadian kebakaran pada tiap tahunnya. Kejadian kebakaran tertinggi tercatat pada tahun 2017 dengan total 78 kali peristiwa. Dalam menanggulangi peningkatan kejadian kebakaran ini, pemerintah kota Surakarta berupaya untuk meningkatkan sistem mitigasi yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komponen mitigasi bencana kebakaran di kota Surakarta. Komponen mitigasi pada penelitian ini yaitu pasokan air, hidran, pos pemadam, aksesibilitas, penginformasian bencana, dan peringatan dini. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa pengumpulan data primer untuk mengetahui persebaran dan lokasi dari komponen mitigasi, dan pengumpulan data sekunder untuk mengetahui kualitas dari masing-masing komponen mitigasi. Teknik analisis yang digunakan berupa teknik analisis spasial, teknik analisis diskriptif dan teknik analisis skoring untuk mengetahui nilai dari masing-masing komponen yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat efektivitas komponen mitigasi kebakaran di kota Surakarta memiliki kategori kurang efektif. Hal ini disebabkan karena masih terdapat kuantitas maupun kualitas dari komponen mitigasi bencana yang masih dalam kategori rendah dan sedang. Seperti pada komponen mitigasi struktural yang berupa kualitas pasokan air, kuantitas atau jumlah hidran yang bisa digunakan, kuantitas atau perlengkapan pada masing-masing pos pemadam, dan waktu tanggap bencana yang masih dalam kategori sedang karena belum mampu memenuhi kebutuhan kota Surakarta secara menyeluruh. Pada komponen mitigasi non struktural berupa penginformasian dalam bentuk peta dan peringatan dini masih dalam kategori sedang dan rendah karena belum adanya peta penginformasian dan peta persebaran proteksi. Selain itu bentuk peringatan dini yang dimiliki kota Surakarta masih minim.
PERAN SENTRA INDUSTRI GERABAH MELIKAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA Gogor Aldi Sundoro; Nur Miladan; Rizon Pamardhi-Utomo
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i2.47523.179-188

Abstract

Pariwisata menjadi strategi yang telah banyak diterapkan untuk meningkatkan nilai tambah sentra industri rumah tangga. Pemerintah Kabupaten Klaten juga menggunakan strategi tersebut dalam mengembangkan sektor industri rumah tangganya. Sentra Industri Gerabah Melikan merupakan salah satu sektor industri di Kabupaten Klaten yang diterapkan menjadi kawasan pariwisata. Kegiatan wisata di Sentra Industri Gerabah Melikan tidak lepas dari permasalahan, seperti permasalahan terkait fasilitas sentra yang kurang mendukung kegiatan wisata. Berdasarkan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen kesesuaian fasilitas kawasan Sentra Industri Melikan berdasarkan indikator kawasan pariwisata. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kuantitatif, sedangkan analisis yang digunakan merupakan analisis skoring. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, kuesioner, dan wawancara. Pembahasan komponen fasilitas sentra industri pada penelitian ini meliputi, area pembuatan gerabah wisata, area terdampak  tungku pembakaran, ketersediaan jalan kawasan, jangkauan parkir wisata, ketersediaan tempat sampah kawasan, ketersediaan listrik kawasan, dan kualitas air bersih kawasan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitas Sentra Industri Gerabah Melikan memiliki kesesuaian sedang dengan nilai 2,2 poin dari rentang 1-3 poin. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, fasilitas secara keseluruhan yang menjadi objek penelitian ini masih kurang mampu dalam mendukung Sentra Industri Gerabah Melikan sebagai kawasan pariwisata.
KUALITAS TAMAN KOTA SEBAGAI RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA Anggit Pratomo; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Nur Miladan
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v1i1.12494.84-95

Abstract

Taman kota adalah salah satu jenis ruang terbuka hijau publik yang memiliki aktivitas kompleks. Taman kota sebagai ruang publik perkotaan dikatakan memenuhi kualitas apabila mencapai kelayakan terhadap kriteria: pelayanan pengguna, tingkat aktivitas, tingkat kebermaknaan dan kemudahan akses. Di Kota Surakarta terdapat beberapa taman kota dengan jumlah pengunjung yang berbeda beda. Persepsi dan preferensi pengguna taman kota merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas taman kota di Kota Surakarta agar dapat digunakan secara maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas taman kota sebagai ruang publik di Kota Surakarta berdasarkan persepsi dan preferensi pengguna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skoring dengan pendekatan kuantitatif, sementara jenis penelitian ini adalah eksplanatif. Berdasarkan kriteria taman kota, diperoleh taman kota yang masuk ke dalam sampel penelitian yaitu Taman Kompleks Stadion Manahan dan Taman Balekambang. Sampel dari peneliian ini merupakan pengguna taman. Data diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh pengguna taman. Analisis tiap kriteria kualitas taman dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui modus pada kategori jawaban setiap variabel. Di akhir analisis dilakukan skoring untuk mengetahui tingkat kualitas taman kota di Kota Surakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa elemen taman kota dengan kondisi baik meliputi tingkat aktivitas, sementara elemen pelayanan pengguna, kebermaknaan dan kemudahan akses berada pada kondisi sedang, sehingga kualitas taman kota di Surakarta berdasarkan persepsi dan preferensi pengguna yaitu Taman Kompleks Stadion Manahan dan Taman Balekambang berada pada kondisi sedang. Berdasarkan teori, isu, serta hasil analisis terkait taman kota, maka diperoleh hasil bahwa kualitas taman kota di Kota Surakarta dalam kondisi baik.
KESIAPAN KAWASAN COMMERCIAL STRIP SURAKARTA UTARA BAGIAN BARAT SEBAGAI PUSAT AKTIVITAS BARU Muhammad Rizal Pamungkas; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Nur Miladan
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v1i2.14756.167-176

Abstract

Berdasarkan RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031, kawasan Surakarta utara adalah kawasan strategis dari segi pertumbuhan ekonomi. Koridor komersial (commercial strip) di Surakarta utara bagian barat direncanakan melalui koridor jalan Adi Sumarmo, Mangunsarkoro dan Pierre Tendean. Pengembangan pada kawasan utara diperlukan untuk mengurangi beban aktivitas yang saat ini menjadi pusat aktivitas. Namun, pengembangan pada kawasan utara masih perlu perbaikan pada aspek fisik dan non-fisik seperti perbaikan infrastruktur penunjang dan tingkat investasi. Dengan begitu, perlu mengetahui bagaimana kesiapan kawasan commercial strip Surakarta utara bagian barat dari aspek fisik dan non fisik. Pendekatan penelitian ini adalah deduktif. Metode pengumpumlan data menggunakan teknik purposive sampling, observasi, dan kuesioner pada data primer sedangkan studi literatur pada data sekunder. Teknik analisis mennggunakan teknik statistik deskriptif, dan overlay peta tematik. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesiapan pengembangan kawasan commercial strip di Surakarta utara bagian barat berada pada kategori cukup siap. Cukup siap berarti kawasan Surakarta utara bagian barat layak dikembangkan sebagai pusat aktivitas baru namun perlu dilakukan perbaikan pada beberapa aspek. Perlu perencanaan yang komprehensiff baik aspek yang sudah memenuhi kriteria maupun yang belum memenuhi kriteria kesiapan agar seluruh komponen kesiapan berada pada tingkat kesiapan yang memadai. Maka dari itu, perencanaan yang perlu dilakukan yaitu mengembangkan kawasan commercial strip dengan konsep strip-center development pada area di sekitar jaringan jalan agar pemanfaatan lahan menjadi lebih efisien dan mengurangi beban perjalanan
PERAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PENATAAN KAMPUNG YANG BERKELANJUTAN (STUDI KASUS : KAMPUNG NGEMPLAK, JEBRES, KOTA SURAKARTA) Kusumastuti Kusumastuti; Nur Miladan; Tendra Istanabi; Lintang Suminar; Galing Yudana; Istijabatul Aliyah; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Rizon Pamardhi-Utomo; Ratri Werdiningtyas; Rama Permana Putra
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i2.45466.171-178

Abstract

Sustainable Development Goals (SDG’s) memiliki tujuan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Konsep Green City atau Kota Hijau merupakan salah satu konsep yang dapat mewujudkan Sustainable Development Goals (SDG’s) yang berkaitan dengan isu perkotaan. Kemudian konsep Green City diturunkan menjadi Green Community sebagai topik utama yang akan direalisasikan di Kampung Ngemplak RW 29 melalui pendampingan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kembangkoe agar dapat mewujudkan penataan Kampung Bunga yang berkelanjutan. Terbentuknya Kampung Bunga merupakan tujuan besar yang dalam prosesnya membutuhkan partisipasi bersama masyarakat dengan digerakkan oleh KSM Kembangkoe. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui peran Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kembangkoe dalam usaha penataan kampung khususnya terbentuknya Kampung Bunga di Kampung Ngemplak RW 29. Metode yang digunakan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama proses pendampingan. Peran KSM Kembangkoe dapat dilihat sebagai fungsi kelembagaan, yaitu memperkuat internal dengan mengarahkan potensi sumberdaya yang dimiliki juga mencari sumberdaya eksternal yang mampu bekerja sama untuk membantu mencapai tujuan didirikannya KSM Kembangkoe.
ALIH FUNGSI HUNIAN MENJADI KOMERSIAL DAN KENYAMANAN BERMUKIM DI BINTARO SEKTOR 9 TANGERANG SELATAN Ambayu Gracia Cintyarani; Rizon Pamardhi-Utomo; Nur Miladan
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.45907.17-23

Abstract

Alih fungsi hunian menjadi komersial merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari pertumbuhan kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pergeseran fungsi yang terjadi di Bintaro Jaya masih terus terjadi hingga saat ini dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan. Dampak alih fungsi hunian menjadi komersial di lingkungan perumahan yang dirasakan oleh masyarakat adalah ketidakserasian fungsi, kepadatan lalu lintas, penurunan privasi dan kualitas lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat kenyamanan bermukim masyarakat Bintaro Sektor 9 setelah adanya alih fungsi hunian menjadi komersial, yang dilihat dari kompatibilitas, aksesibilitas, privasi dan kualitas lingkungan. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif, berupa data yang terukur menggunakan kuesioner. Selanjutnya hasil kuesioner dianalisis dengan teknik skoring untuk melihat kecenderungan gangguan yang dirasakan. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa tingkat kenyamanan bermukim masyarakat adalah rendah. Untuk menghindari adanya penurunan tingkat kenyamanan lebih jauh lagi, perlu adanya pengendalian pembangunan komersial dengan peraturan zonasi.
KESIAPAN ASPEK SPASIAL PADA PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA BERBASIS INDUSTRI KREATIF KERAJINAN SANGKAR BURUNG DI KELURAHAN MOJOSONGO, KOTA SURAKARTA Dewa Putu Aris Sadana; Nur Miladan; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v1i1.12004.34-48

Abstract

Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, memiliki potensi industri kerajinan sangkar burung berdasarkan RTRW Kota Surakarta tahun 2011-2031 dan diarahkan sebagai pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung oleh RIPKA Kota Surakarta. Artikel ini membahas tentang kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan di wilayah penelitian. Komponen dari kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan meliputi infrastruktur penunjang, akaksesibilitas, ketersediaan lahan, dan pola persebaran industri kerajinan sangkar burung. Penelitian pada artikel ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa kuisioner, observasi lapangan, survei data sekunder, dan wawancara. Adapun teknik analisis pada penelitian ini, yaitu AHP dan skoring. Pada wilayah penelitian infrastruktur penunjang dibagi menjadi sarana penunjang dan prasarana penunjang. Sarana penunjang pada kawasan berupa showroom tidak tersedia pada kawasan. Prasarana pada kawasan meliputi prasarana persampahan, air bersih, listrik, dan telekomunikasi sudah memadai. Selanjutnya, aksesibilitas kawasan sudah siap untuk menunjang mobilisasi bagi pengunjung, karena sudah tersedianya akses jaringan jalan yang baik pada kawasan dan sudah tersedia rute angkutan umum yang melalui kawasan. Ketersediaan lahan dilihat dari ketersediaan lahan untuk showroom dan prasarana persampahan sudah tersedia, namun ketersediaan lahan untuk showroom masih kurang dibandingkan kebutuhan lahannya. Terakhir, pola persebaran industri kerajinan sangkar burung pada wilayah penelitian memiliki pola persebaran klaster, sehingga dapat menunjang terwujudnya lingkungan kreatif dan efisiensi dalam pengelolaan kawasannya. Jadi, berdasarkan hal-hal di atas, maka kesiapan aspek spasial pada pengembangan kawasan pariwisata berbasis industri kerajinan sangkar burung di Kelurahan Mojosongo masuk kedalam kategori tingkat kesiapan tinggi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN PARIWISATA PANTAI DI KABUPATEN PURWOREJO Sri Rahayu Febrianingrum; Nur Miladan; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v1i2.14762.130-142

Abstract

Kabupaten Purworejo memiliki pantai yang dijadikan sebagai destinasi wisata yaitu Pantai Jatimalang, Pantai Keburuhan dan Pantai Ketawang Indah dan ditetapkan sebagai desa wisata. Saat ini belum terlihat adanya perkembangan yang berarti seperti belum terpenuhinya elemen-elemen yang harus ada pada pariwisata pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pariwisata pantai di Kabupaten Purworejo. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta metode pengumpulan data menggunakan observasi, random sampling untuk kuisioner, wawancara dengan purposive sampling dan studi dokumen. Untuk mengetahui tingkat kepentingan aspek dan faktor apa saja yang berpengaruh maka digunakanlah teknik analisis skoring.  Hasil dari penelitian ini terkait dengan faktor pendorong dalam perkembangan pariwisata pantai adalah ketersediaan jaringan jalan yang memadai, kedekatan destinasi wisata terhadap asal wisatawan, peran aktif masyarakat dan keamanan pada destinasi wisata. Faktor yang menghambat dalam perkembangan pariwisata pantai meliputi, keterbatasan pemenuhan sarana dan prasarana, ketidaklengkapan sarana pelabuhan perikanan, ketidakitegrasian moda transportasi umum antar pariwisata pantai, ketidakoptimalan peran lembaga pengelola pariwisata dan ketidakoptimalan pemanfaatan media untuk promosi wisata. Sedangkan untuk faktor moderat yaitu adanya variasi atraksi wisata, keanekaragaman hayati sebagai daya tarik wisata, ketersediaan fasilitas kebencanaan pesisir dan tindakan mitigasi bencana pesisir pantai.
Pendekatan keruangan tingkat pemerataan Sekolah Menengah Atas Negeri terhadap implementasi kebijakan zonasi pendidikan di Kabupaten Temanggung Muhammad Hardifan Asananjaya; Rizon Pamardhi-Utomo; Nur Miladan
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 17, No 2 (2022)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v17i2.47331

Abstract

Seiring perkembangan permukiman dan pertumbuhan penduduk, sebaran fasilitas pendidikan diharapakan dapat melayani keseluruhan wilayah secara merata dan ideal. Sistem fasilitas pendidikan yang terstruktur dan saling terkait satu sama lain akan membentuk struktur ruang yang baik dalam wilayah. Hal ini menjadi dasar diberlakukannya sistem zonasi pada berbagai jenjang pendidikan. Namun, fasilitas pendidikan SMA Negeri yang ada di Kabupaten Temanggung terpusat pada Kecamatan Temanggung saja sehingga berpengaruh terhadap layanan saat peraturan zonasi diberlakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan dari konteks keruangan yang melihat dari segi pelayanan fasilitas berdasarkan pemerataan sarana pendidikan melalui aspek spasial dan observasi langsung. Tingkat pemerataan sarana pendidikan ini diukur dari sub variabel kapasitas SMA, kelompok usia SMA, pola sebaran sarana pendidikan, dan radius jangkauan pelayanan dengan menggunakan metode skoring skala Guttman. Hasil dari tinjauan sistem zonasi berdasarkan perspektif spasial menunjukkan bahwa Kabupaten Temanggung memiliki tingkat pemerataan pendidikan pada kategori sedang dengan indikator yang perlu ditingkatkan adalah kebutuhan ruang kelas dan persebaran lokasi sarana pendidikan SMA Negeri. Maka dari itu, kebijakan sistem zonasi perlu dipertimbangkan kembali dengan meninjau secara spasial pemerataan sarana pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik dan tercapainya tujuan sistem zonasi.
Tinjauan kesiapan mitigasi bencana non-struktural dalam menghadapi bencana tsunami di kawasan pesisir Kecamatan Kuta Difa Ayu Balqist Ramadhani; Nur Miladan; Kusumastuti Kusumastuti
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 18, No 1 (2023)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v18i1.53767

Abstract

Kecamatan Kuta memiliki beragam destinasi wisata di Pulau Bali yang mendunia, berdekatan dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadikan kawasan ini sebagai salah satu titik vital dalam perekonomian Indonesia. Akan tetapi, letak Pulau Bali pada zona subduksi (tumbukan) menjadikan kawasan ini memiliki risiko bencana tsunami tinggi sehingga diperlukan adanya upaya mitigasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan upaya mitigasi bencana non-struktural tsunami di Kecamatan Kuta. Metode kuantitatif dengan teknik analisis berupa teknik analisis spasial, teknik analisis deskriptif, dan teknik analisis skoring, digunakan untuk mengukur hal tersebut. Data yang digunakan adalah data regulasi yang mengatur bencana tsunami, data penggunaan lahan yang berbasis pada mitigasi tsunami, dan data sosialisasi terkait mitigasi bencana tsunami yang diperoleh melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Hasil menunjukan bahwa tingkat mitigasi kesiapan mitigasi bencana tsunami non-struktural di Kecamatan Kuta tergolong dalam kategori kurang siap. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya regulasi yang mengatur kawasan bencana tsunami pada kawasan penelitian secara menyeluruh, minimnya dan belum menyeluruhnya pemberian edukasi dan sosialisasi terkait mitigasi bencana tsunami, serta kawasan masih belum sesuai dengan regulasi berbasis kawasan rawan bencana.