Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS DI DESA AIK MUAL LOMBOK TENGAH Muanah, Muanah; Karyanik, Karyanik; Dewi, Earlyna Synthia
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 4, No 5 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.926 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v4i5.3121

Abstract

Abstrak: Limbah cair tahu merupakan sisa selama proses pembuatan mulai dari tahap pencucian sampai pencetakan tahu. Cairan limbah ini mengandung kadar protein tinggi yang sangat cepat terurai sehingga jika dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat menimbulkan bau busuk dan mencemari lingkungan. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas. Adapun metode yang dilakukan yaitu melalui  penyuluhan dan pelatihan. Peserta kegiatan penyuluhan sebanyak 26 orang dan praktiknya ditempat produksi yang dipimpin oleh Rabbani dengan 8 orang anggota. Berdasarkan hasil penyuluhan dan praktik langsung dapat dinyatakan bahwa pemahaman mitra terkait pengolahan limbah cair tahu menjadi biogas sudah mencapai 90 %, artinya mitra sudah mampu mengelola sendiri tanpa harus didampingi. Selain itu juga dengan menerapkan reaktor 6 m3 limbah cair tahu mampu terolah sebanyak  3.600 liter dari 4.000 liter total limbah yang dihasilkan dan sisanya dianggap losses. Serta Biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali oleh mitra baik itu dalam pembuatan tahu maupun kebutuhan memasak.Abstract:  Tofu’s Liquid waste is  residue during the process of manufacturing process ranging from the stage of washing process to the process of molding. The liquid waste contains high protein level very quickly fallen apart if it is thrown without firstly processing can cause  bad odor and pollute the environment. The purpose of this devotional activity is to improve the knowledge and skills of partners in liquid waste treatment to know into biogas. The method of counseling and training is carried out. Participants of the counseling activities as many as 26 people and the practice at the production site led by Rabbani with 8 members. Based on the results of counseling and direct practice can be stated that the understanding of partners related to liquid waste treatment to know to be biogas has reached 90%, meaning the partner has been able to manage themselves without having to be accompanied. In addition, by applying a 6 m3 reactor the liquid waste knows it is capable of processing as much as 3,600 liters of 4,000 liters of total waste produced and the rest is considered losses. As well as biogas produced can be reused by partners both in the manufacture of to know and cooking needs.
Analisis Ergonomika Lingkungan Fisik Ruang Produksi Tahu Terhadap Tingkat Keamanan dan Kenyamanan Pekerja Di Kelurahan Abian Tubuh Kota Mataram Muanah Muanah; Ahmad Akromul Huda; Suwati Suwati
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkptb.2021.009.02.10

Abstract

Proses pembuatan tahu terdiri dari beberapa rangkaian kerja sehingga perlu pemetaan yang baik dan benar dengan beberapa pertimbangan lingkungan fisik yang ergonomi. Lingkungan fisik yang tidak ergonomi atau dengan kata lain berada di bawah atau di atas Nilai Ambang Batas (NAB) dapat menjadi beban tambahan selama bekerja. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi ruang produksi pembuatan tahu berdasarkan aspek ergonomi terhadap mengetahui tingkat keamanan dan kenyamanan pekerja. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pengukuran langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan berada di bawah NAB, sedangkan suhu berada di atas NAB. Hal ini terjadi karena pencahayaan pada ruang produksi menggunakan penerangan sinar matahari tanpa ada bantuan penyinaran lampu yang lain serta udara panas ruang produksi bersumber pada tungku pembakaran dan pemindahan pada proses berikunya dalam keadaan panas. Hasil yang lainnya pada tingkat kebisingan dan getaran mekanis ditemukan bahwa tidak semua berada di atas NAB melainkanpada 8 titik terakhi pada kebsingan dan 5stasiun terakhir sudah berada pada NAB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ruang produksi pembuatan tahu perlu penataan kembali fasilitas ruang produksi untuk kemanan dan kenyamanan selama bekerja.
PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DENGAN PENGADAAN WASTAFEL PIJAK PORTABEL DI KOTA MATARAM Ahmad Akromul Huda; Muanah Muanah; Suwati Suwati; Suhairin Suhairin
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 2 (2021): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.692 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i2.4128

Abstract

Abstrak: Corona Virus Disease-2019 atau yang biasa disebut Covid-19 merupakan sebuah penyakit menular yang telah menjadi pademi di seluruh negara.  Indonesia merupakan salah satu negara yang juga terdampak wabah Virus Covid-19 dimana Kota Mataram khususnya di BTN Pagesangan Indah yang menjadi mitra kegiatan ini. Proteksi dasar sudah dilakukan untuk menghadapi penyebaran Virus Covid-19 sesuai rekomendasi WHO salah satunya dengan rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Wastafel cuci tangan disediakan oleh pemerintah dan warga setempat dan beberapa poster himbauan untuk selalu mencuci tangan juga terpampang di beberapa tempat. Wastafel cuci tangan yang tersedia baik yang disediakan pemerintah ataupun swadaya masyarakat setempat masih memiliki beberapa hal yang menjadi kekurangan sebagai solusi pencegahan penyebaran Covid-19. Kekurangan tersebut adalah segi pengoperasiaannya yang masih menyentuh kran air atau sabun yang sama antara satu orang dengan orang lainnya yang memungkinkan virus berpindah dan menyebar. Maka dari itu diperlukan  alat tempat cuci tangan portabel yang mampu dioperasikan tanpa harus menyentuh langsung baik keran air ataupun sabun dan hemat energi. Maka dari itu dilakukanlah kegiatan ini dengan menyediakan alat berupa wastafel yang pengoperasiannya dengan cara dipijak sehingga tidak perlu menyentuh keran air dan sabun. Pengadaan wastafel ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran Virus Covid-19 di wilayah mitra. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu dimulai dengan kegiatan survai lokasi pengabdian, perancangan desain wastafel, pembuatan wastafel, pelatihan penggunaan wastafel, dan pelatihan perawatan wastafel. Setelah dilakukan kegiatan pelatihan dan praktik pada pengadaan wastafel pijak terlihat masyarakat memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti kegiatan pelatihan yang dilakukan. Dari hasil praktik masyarakat sudah mampu mengoperasikan dan melakukan perawatan wastafel pijak sesuai dengan yang disampaikan  dalam pelatihan. Abstract:  Corona Disease-2019 virus or commonly called Covid-19 is an infectious disease that has become epidemic throughout the country. Indonesia is one of the countries that is also affected by the Covid-19 Virus outbreak in which the City of Mataram, especially at BTN Pagesangan Indah, is a partner of this activity. Basic protection has been carried out to deal with the spread of the Covid-19 Virus according to WHO recommendations, one of which is regularly using soap and running water. Hand washing basins are provided by the government and local residents and posters urging to always wash your hands are also displayed in several places. The hand wash basins that are available, either provided by the government or non-governmental organizations, still have a number of drawbacks as a solution to preventing the spread of Covid-19. This deficiency is in terms of its operation which still monitors the same water or soap faucet from one person to another which allows the virus to move and spread. Therefore we need a hand washing device that can be operated without having to directly monitor both the air tap and soap and is energy efficient. Therefore, this activity is carried out by providing a tool in the form of a sink that is anti-rigid by stepping on it so that there is no need for a water and soap tap. The provision of this sink aims to reduce the spread of the Covid-19 Virus in partner areas. The method used in this activity begins with a survey of service locations, design of a sink design, making a sink, training in using a sink, and training in sink maintenance. After conducting training and practical activities on the provision of a foot sink, it was seen that the community had high enthusiasm in participating in the training activities carried out. From the results of the practice, the community has been able to and does maintenance of the stepping basin according to what was delivered in the training.
IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DAUN BAMBU SEGAR SEBAGAI BAHAN PENETRAL LIMBAH CAIR Erni Romansyah; Earlyna Sinthia Dewi; Suhairin Suhairin; Muanah Muanah; Rosyid Ridho
Jurnal Agrotek Ummat Vol 6, No 2 (2019): August
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.471 KB) | DOI: 10.31764/agrotek.v6i2.1219

Abstract

Daun bambu telah terbukti mampu menetralkan limbah cair hasil pertanian maupun limbah cair industry tahu berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan. Akan tetapi belum diketahui senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalam daun bambu sehingga mampu berperan sebagai penetral limbah cair. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam daun bambu segar. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan mengamati beberapa parameter yaitu kandungan Flavonoid, Alkaloid, Saponin, dan Tanin. Hasil uji kuantitatif diperoleh berat Flavonoid untuk sampel daun bambu segar sebesar 5,5744 gram atau 5,57 % berat sampel, Alkaloid sebesar 0,1421 gram atau 2,81 % berat sampel, sedangkan hasil uji kualitatif daun bambu segar positif mengandung Saponin dan Tanin..
RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA PENERAPAN TEKNIK IRIGASI TETES PADA LAHAN KERING Muanah Muanah; Karyanik Karyanik; Erni Romansyah
Jurnal Agrotek Ummat Vol 7, No 2 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jau.v7i2.3128

Abstract

The purpose of this study was to design and test the performance of drip irrigation techniques on dry land. This research method used a completely randomized design with 3 treatments, namely the faucet slope of 150 , 450, and 900 with 4 replications. In order to obtain 12 experimental sample units. Furthermore, the design results were carried out by testing the droplet discharge, uniformity coefficient, wetted soil area, and the amount of water needed during the vegetative growth of tomato plants. The test results based on the discharge value and the uniformity of drops show that the drip irrigation technique design is very good for application on dry land. Based on the discharge value, the wetted area is obtained with a wetting width of 25 cm and a depth of up to 35 cm. So that during the vegetative growth of tomato plants in treatment 150  requires 10200 ml / day of water, 12200 ml / day in treatment 450 , and 30800 ml / day in treatment 900 . Seeing the effect on tomato plant growth, it can be concluded that 150  is the best treatment to apply. on dry land.
PENDEKATAN EKONOMI ERGONOMIKA UNTUK PERANCANGAN OPTIMAL TENAGA KERJA DAN MEKANISASI PADA PRODUKSI BERAS ORGANIK Muanah Muanah; M Faiz Syuaib; Liyantono Liyantono
Jurnal Agrotek Ummat Vol 6, No 1 (2019): February
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.935 KB) | DOI: 10.31764/agrotek.v6i1.828

Abstract

Faktor manusia sebagai tenaga kerja memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas beras Organik. Namun, sampai saat ini upah standar untuk pekerja pertanian belum ditentukan oleh lembaga pemerintah, sehingga bisa dikatakan bahwa peran pemerintah terhadap pekerja pertanian masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi berdasarkan analisis ekonomi ergonomika. Berdasarkan produktivitas kerja saat ini, pendekatan ekonomi ergonomika membuktikan bahwa upah yang diperoleh pekerja masih jauh dari standar UMR. Dari dua skenario optimasi yang digunakan, ditemukan bahwa perancangan penambahan mekanisasi secara selektif menggunakan mesin milik sendiri mampu memberikan upah yang optimal karena sudah memenuhi standar UMR Kabupaten Bogor.
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT DARI AMPAS BIOGAS (BIO-SLURRY) KOTORAN SAPI DI DESA PERESAK KABUPATEN LOMBOK BARAT Muanah Muanah; Karyanik Karyanik; Muliatiningsih Muliatiningsih; Suwati Suwati; Earlyna Sinthia Dewi
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 3, No 1 (2019): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.524 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v3i1.1295

Abstract

ABSTRAKSalah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan masyarakat dalam bertani adalah kecukupan pupuk dalam pemeliharaan.  Melihat fenomena yang terjadi beberap dekade ini masyarakat sering mengalami gagal panen disebabkan langkanya ketersediaan pupuk, sehingga menyebabkab masa pemupukan tertunda. Maka dari itu, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat desa Peresak untuk mengolah ampas biogas (Bio-Slurry) kotoran sapi menjadi pupuk organik padat. Kegiatan pendampingan ini dilakukan supaya masyarakat mampu mengahasilkan pupuk organik dengan kandungan hara yang tinggi. Selain itu, hasil yang diharapkan dari pupuk organik bio-slurry ini dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan pupuk kimia, karena pupuk organik yang dihasilkan sudah mencukupi nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dan dapat memperbaiki kondisi tanah secara perlahan serta dapat menekan biaya produksi. Kata kunci: Kotoran sapi, bio-slurry, pupuk organik, nutrisi.ABSTRACTOne of the factors affecting the success of the community in farming is the adequacy of fertilizer in the maintenance.  Seeing the phenomenon that occurs several decades the community often experienced crop failure due to the scarred availability of fertilizer, so that the fertilization period is delayed. Therefore, this activity aims to provide counseling and training to the community of Peresak village to process biogas pulp (Bio-Slurry) of cow manure into solid organic fertilizer. This mentoring activity is done so that people are able to reduce organic fertilizer with high nutrient content. In addition, the expected result of bio-slurry organic fertilizer can reduce public dependence on the use of chemical fertilizers, because the resulting organic fertilizer is sufficient nutrients needed by plants and can improve soil conditions and can reduce production costs. Keywords: Cow manure, bio-slurry, organic fertilizer, nutrients.
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR DI LOMBOK TENGAH NTB Suhairin Suhairin; Muanah Muanah; Earlyna Sinthia Dewi
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.152 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.3144

Abstract

ABSTRAKPembuatan tahu menghasilkan volume limbah yang cukup banyak terutama limbah cairnya. Limbah cair tahu ini mengandung protein tinggi yang mudah terurai dengan cepat. Cairan ini apabila dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu dapat menyebabkan bau busuk dan suasana yang tidak enak. Maka dari itu tujuan kegiatan pengabdian ini untuk mengolah limbah cair tahu menjadi pupuk organik dengan cara fermentasi. Proses fermentasi membutuhkan waktu selama 14 hari dengan tambahan EM4, air kelapa, gula putih, dan air secukupnya. Semua bahan dicampur dan diaduk merata kemudian dimasukkan ke dalam wadah tertutup. Setelah dua minggu pupuk organik cair sudah dapat dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman oleh masyarakat di desa Mertak Tombok Kabupaten Lombok Tengah.  Kegiatan ini melibatkan 15 orang mahasiswa KKN dan 12 orang masyarakat dikumpulkan dalam satu ruang siap menerima materi dan penjelasan. Bentuk evaluasi dilakukan secara berkala dengan melakukan kunjungan, memantau secara langsung proses fermentasi; dan pemanfaatan produk pupuk cair ini secara terbatas.Kata kunci: limbah cair tahu; fermentasi; pupuk organik cair. ABSTRACTMaking tofu produces a large volume of waste, especially liquid waste. Tofu liquid waste contains high protein which is easily broken down quickly. If this liquid is disposed of into the environment without treatment it can cause a bad smell and an unpleasant atmosphere. Therefore, the aim of this service is to process the tofu liquid waste into organic fertilizer by means of fermentation.The fermentation process takes 14 days with the addition of EM4, coconut water, white sugar, and enough water. All ingredients are mixed and stirred evenly then put in a closed container. After two weeks, the liquid organic fertilizer can be used for fertilizing plants by the community in Mertak Tombok village, Central Lombok Regency. This activity involved 15 KKN students and 12 community members gathered in one room ready to receive material and explanations. This form of evaluation is carried out periodically by conducting visits, directly monitoring the fermentation process; and limited use of this liquid fertilizer product. Keywords: Tofu liquid waste, fermentation, liquid organic fertilizer.
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) BERBAHAN BIOSLURRY DI DUSUN TEBAO LOMBOK BARAT Basirun Basirun; Muanah Muanah
Jurnal Agro Dedikasi Masyarakat (JADM) Vol 2, No 1 (2021): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jadm.v2i1.4398

Abstract

Bioslurry merupakan ampas dari produksi biogas berbahan kotoran ternak sapi. Bioslurry yang dihasilkan ada dua jenis yaitu padat dan cair. Untuk yang padat sudah banyak dimanfaatkan sebagai pupuk sedangkan yang cairnya terbuang begitu saja ke sungai. Perlu diketahui bahwa bioslurry cair memiliki potensi yang sama sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair. Maka dari itu pada pendampingan ini masyarakat di ajarkan proses pembuatan bioslurry menjadi POC. Metode yang digunakan ada dua yaitu penyuluhan dan pelatihan. Penyuluhan disini merupakan penyampaian informasi awal potensi bioslurry sebagai bahan pembuatan POC. Sedangkan untuk meningkatkan wawasan masyarakat dilakukan pelatihan. Kegiatan pendampingan dihadiri 30 orang peserta yang memiliki digester. Kegiatan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan tentunya menambah wawasan baru bagi masyrakat dusun tebau untuk mengolah ampas biogas yang dihasilkan setiap hari menjadi produk yang bermanfaat. Keberhasilan kegiatan ini dapat dilihat dari POC yang dihasilkan mengandung nutrsi yang dibutuhkan oleh tanaman dan peserta yang hadir mampu membuat POC secara mandiri.
SOSIALISASI PENGOLAHAN KOTORAN TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS DI DESA RANJOK KABUPATEN LOMBOK BARAT Ronia Ronia; Muhammad Sahbudin; Zeta Kuswari; Silda Pacitra; Dina Febriana; Kurniawati Kurniawati; Nining Anggriani; Muhammad Fernanda; Doni Apriandi; Abdul Samad; Ratna Nurnaningsih; Muanah Muanah; Syirril Ihromi
Jurnal Agro Dedikasi Masyarakat (JADM) Vol 2, No 2 (2021): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1130.837 KB) | DOI: 10.31764/jadm.v2i2.6247

Abstract

Cow dung is one of the wastes that can disturb the environment. The volume that continues to increase without handling can cause disease, especially during the rainy season. So seeing these conditions, socialization was carried out to increase the knowledge and skills of the community in processing cow dung waste into biogas. The method or activity steps are the preparation, socialization, and evaluation stages. The results of the activity showed that the socialization activity with the theme of utilizing cow manure into biogas received a good response from all circles of society, especially members who were members of the human-informed cattle group and from the village of Ranjok itself. The socialization activity was attended by 23 people who enthusiastically participated in the activity until the end. The results of the evaluation by conducting interviews that the community is ready to be involved in biogas production training activities by applying biodigester technology. In addition, with the knowledge and skills that the community has independently, they can process cattle waste into biogas so that the volume of waste can be reduced and biogas can be utilized.