Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Respons Pertumbuhan dan Produksi Pepaya terhadap Pemupukan Nitrogen dan Kalium di Lahan Rawa Pasang Surut - Martias; F Nasution; - Noflindawati; Tri Budiyanti; Yusdar Hilman
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 4 (2011): DESEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n4.2011.p324-330

Abstract

Pepaya sangat potensial dibudidayakan di lahan rawa pasang surut, tetapi ketersediaan hara dalam tanahnya tergolong rendah. Nitrogen dan kalium merupakan hara yang relatif banyak dibutuhkan pepaya, sehingga budidaya pepaya di lahan rawa pasang surut perlu penambahan hara tersebut melalui pemupukan. Penelitian dilakukan di lahan rawa pasang surut eks proyek lahan gambut (PLG) sejuta hektar di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah dari bulan Juni 2007 sampai April 2008. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian hara N dan K terhadap pertumbuhan dan produksi pepaya. Benih pepaya yang digunakan ialah varietas Merah Delima. Penelitian disusun dengan rancangan acak kelompok  faktorial dengan tiga ulangan. Faktor I ialah takaran pupuk nitrogen yaitu 0, 125, 250, 375 g/tanaman dan faktor II ialah takaran pupuk kalium (K20) yaitu 0, 150, 300, 450 g/tanaman. Tiap unit perlakuan terdiri atas 10 tanaman. Parameter yang diamati meliputi sifat kimia tanah, pertumbuhan vegetatif, dan produksi tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa  ketersediaan N, P, dan Fe di lokasi penelitian tergolong sangat tinggi, K rendah, sedangkan Ca dan Mg sangat rendah. Pemupukan N hingga taraf 375 g/tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman pepaya. Namun pada fase produktif (10 bulan setelah tanam), panjang buah secara nyata meningkat dengan pemberian N 250 g/tanaman. Pemberian K2O pada taraf 300g/tanaman secara nyata meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman (jumlah, bobot, panjang, dan PTT), sedangkan pemberian K2O yang melebihi 300 g/tanaman mengakibatkan penurunan pertumbuhan, produksi, dan kualitas buah. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian dan penyusunan rekomendasi pemupukan pepaya di lahan rawa pasang surut. Papaya has opportunity to be cultivated in tidal swamp land but the availability of its nutrient in the soil is low.  Nitrogen and potassium are the major nutrients needed by papaya, so that the nutrient should be added through fertilization. The research was conducted in tidal swamp land in Mantangai, Kapuas, Central Kalimantan Province, from June 2007 to April 2008. The objective of this research was to investigate the effect of nutrient N and K on growth and production of papaya in tidal swamp land. Merah Delima variety was used as a seed in this research. The factorial experiment was arranged in a randomized block design with three replications.The first factor was dosage of nitrogen of 0, 125, 250, and 375 g/plant and the second factor was amount of potassium (K2O) from 0, 150, 300, and 450 g/plant. Each unit of treatment consisted of 10 plants. The parameters observed include the chemical properties of soil, vegetative growth, and crop production. The results showed that the availability of  N, P, and Fe at the research location was classified as very high, whereas K was low, Ca and Mg were very low. Nitrogen fertilization up to level 375 g/plant did not significantly increase the vegetative growth of papaya plants because of its high availability of the nutrition on the soil. However, in the productive phase (10 months after planting), fruit length was significantly increased with application of N in dose 250 g/plant. Application of K2O fertilizer on 300/plant increased significantly vegetative growth and yield (number of fruit, fruit weight, fruit length, and TSS), whereas application of more than 300 g/plant decreased their growth, yield, and fruit quality. The results can be used as the basis to arrange and formulate fertilizer recommendation on papaya  which is mainly grown on tidal swamp land.
Daya Gabung dan Aksi Gen pada Karakter Buah dan Hasil dari Populasi Setengah Dialel Lima Genotipe Pepaya (Carica papaya L.) Tri Budiyanti; Sobir Sobir; Desta Wirnas; Sunyoto Sunyoto
Jurnal Hortikultura Vol 25, No 4 (2015): Desember 2015
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v25n4.2015.p278-293

Abstract

Salah satu masalah dalam perakitan varietas hibrida, yaitu memilih tetua yang mempunyai daya gabung tinggi. Untuk menghasilkan hibrida F1 pepaya dengan kualitas dan produksi yang tinggi diperlukan informasi daya gabung yang tinggi antartetua.  Penelitian bertujuan mengetahui daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) untuk mendukung program perbaikan genetik varietas pepaya. Pendugaan DGU dan DGK  menggunakan populasi setengah dialel lima genotipe pepaya. Lima tetua pepaya yang dipergunakan, yaitu BT2, Carmina, Dampit, Carmida, and Merah Delima. Penelitian  menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter  bobot buah, panjang buah, dan kekerasan daging dikendalikan oleh aksi gen aditif. Tetua Dampit  dapat dipilih sebagai tetua dengan DGU terbaik untuk karakter tersebut. Karakter tebal daging, PTT, jumlah buah, produksi per pohon, dan persentase buah cacat dikendalikan oleh aksi gen nonaditif karena efek DGK dan ragam nonaditif lebih besar daripada efek DGU dan ragam aditif. Hibrida Carmina x Carmida  mempunyai  nilai DGK dan rata-rata yang tinggi untuk karakter tebal daging dan PTT. Hibrida BT2 x Dampit, Carmina x Dampit, Dampit x Merah Delima, dan Dampit x Merah Delima  mempunyai DGK dan rerata yang tinggi untuk karakter produksi per pohon. Pasangan kombinasi hibrid F1 tersebut dapat berpotensi untuk  dipilih sebagai varietas unggul  hibrida pepaya dengan keunggulan produksi buah yang tinggi. Calon varietas unggul baru pepaya tersebut   dapat dikembangkan di masyarakat sehingga akan meningkatkan produksi pepaya di Indonesia.
KERAGAAN PERTUMBUHAN VEGETATIF 20 HIBRID DAN 5 TETUA DARI GENOTIPE PEPAYA (Carica papaya L.) KOLEKSI BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA Tri Budiyanti; , Sunyoto; , Noflindawati
Zuriat Vol 22, No 1 (2011)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v22i1.6842

Abstract

Pepaya merupakan komoditas yang penting dalam perekonomian Indonesia disektor pertanian. Komoditas ini terus mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun. Namun dalam pengembangannya masih banyak mengalami permasalahan. Pengembangan komoditas pepaya masih dihadapkan pada produktivitas yang rendah, ukuran buah yang beragam, postur tanaman yang tinggi, lambat berbuah, daya simpan yang pendek, serta tidak tahan terhadap cekaman genangan air dan kekeringan. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika telah melakukan beberapa tahap kegiatan pemuliaan pepaya sehingga diperoleh 25 genotipe pepaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluai pertumbuhan vegetatif 25 genotip pepaya. Penelitian dilakukan di KP Sumani Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Rancangan percobaan yang digunakan pada adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 25 perlakuan dan 3 ulangan. Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan vegetatif pepaya. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan lebar daun berbeda nyata, tetapi jumlah daun, panjang daun, dan panjang tangkai daun tidak berbeda nyata. Tinggi bunga pertama dan ruas letak bunga pertama  tidak berbedan nyata antar genotip yang diuji. Pertumbuhan tanaman 25 genotipe pepaya sudah mulai memasuki fase generatif pada umur 60 hari setelah tanam, ditandai dengan munculnya bunga pertama.
KERAGAMAN VIABILITAS BENIH 20 GENOTIPE PEPAYA (Carica papaya L.) Noflindawati Noflindawati; Tri Budiyanti; Dewi Fatria
Jurnal Agroteknologi Vol 8, No 1 (2017): Agustus 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/ja.v7i2.3356

Abstract

Germination  problems in the commerce in general are the seeds will experience a period save on condition of sub optium.The seeds that have high viability and vigor which is expected to be passed on to seed derivatives that are genetically seed quality can be maintained. The study aims to determine the diversity of physiological seed quality of 20 genotypes of papaya collection Tropical Fruit Research Institute. Research conducted at the KP Sumani Balitbu Tropika 2015. Materials: 20 genotype papaya seeds. Research using a randomized block design with three replications treatment of 20 genotypes of papaya. Results of the study showed germination of 20 genotypes of papaya tested ranged from 33-93%, vigor index among 11-81%, the maximum growth potential of among 16-100%, and the plant fresh weight ranges from 0.5 - 15 g. Genetic diversity germination, the seeds of papaya is very high. Characters germination, vigor index and wet weights, the character is inherited as too high the heritability
PERAN TAMBAHAN PELAJARAN PADA PRESTASI SISWA UNTUK PELAJARAN BAHASA INGGRIS Tri Budiyanti
Dinamika Bahasa dan Budaya Vol 14 No 1 (2019): Dinamika Bahasa dan Budaya
Publisher : Universitas Stikubank (UNISBANK) Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35315/bb.v14i1.6713

Abstract

Kurangnya jam pembelajaran/tatap muka kepada siswa menjadi kendala utama yang dihadapi pengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Waktu untuk mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi menyebabkan kurangnya keterampilan untuk memahaminya menjadi suatu hal yang penting. Berdasarkan fenomena tersebut, maka studi ini berupaya mengkaji secara empiris mengenai efektifitas tambahan jam dalam meningkatkan keterampilan Bahasa Inggris siswa. Pengumpulan dilakukan dengan mengambil subjek pada siswa kelas kelas XC dan XD tahun ajaran 2016/2017 SMK Negeri 3 Semarang. Pengujian efektifitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Uji independent sample t test. Hasil studi empiris mengenai pemberian jam pelajaran tambahan pada kelompok siswa kelas XC dan XD tahun ajaran 2016/2017 menghasilkan rerata nilai akhir pada kelompok siswa yang diberi jam pelajaran tambahan lebih tinggi jika dibandingkan dengan rerata nilai akhir kelompok siswa yang tidak diberi jam pelajaran tambahan. Temuan ini menjadi bukti bahwa pemberian jam pelajaran tambahan secara efektif dapat meningkatkan nilai akhir siswa Kata Kunci: tambahan, efektifitas
EFEK HETEROSIS DAN AKSI GEN UKURAN BUAH PADA HIBRIDA PEPAYA Tri Budiyanti
Jurnal Agroekoteknologi Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.705 KB) | DOI: 10.33512/j.agrtek.v8i1.1168

Abstract

Fruit size is an important character in determining the quality of papaya fruit. Domestic consumers prefer small or medium size papaya fruit, while for the desirable fruit slices are large one. Assembly papaya varieties based on fruit size can be done through conventional breeding. The objectives of this study were to determine the effects of heterosis and gene action on the fruit size character of the papaya hybrid. The research was conducted at KP. Sumani Tropical Fruit Research Institute, Solok, West Sumatra in 2010-2011. This research used a randomized block design with 25 treatments (20 hybrids and five elders papaya) and repeated three times. The results showed that in general the heterosis effect on fruit size (weight, length and girth of the fruit) was found below 50%. Heterosis effect can decrease and increase the size of the fruit because the value is negative and positive. The negative excess of dominant gene action resulting in smaller sizes of F1 than the average of both parents or youngest parents. Therefore, crosssing BT3 x BT2 had the smallest fruit size. Positive excess of dominant gene action i.e crossing BT1 x D, BT4 x BT1 and D x BT3 resulted in bigger fruit size than two parents. Keywords: Gene action, Heterosis, Hybrid, Papaya
PERTUMBUHAN POPULASI PEMULIAAN SALAK DI KABUPATEN KAMPAR Sri Hadiati; Agus Susiloadi; Tri Budiyanti
Agrin Vol 16, No 1 (2012): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2012.16.1.128

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan beberapa populasi pemuliaan salak di KabupatenKampar. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari – Desember 2008 di Desa Tanjung Rambutan KabupatenKampar – Riau. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan 13 aksesi salakdan diulang dua kali. Setiap unit perlakuan terdiri dari 20 tanaman dan yang diamati sebanyak 10 tanaman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesi yang berasal dari salak Sidempuan atau salah satu tetuanya berasaldari salak Sidempuan mempunyai ukuran tanaman yang lebih besar ( tinggi tanaman, panjang tangkai, panjangdan lebar thothok, panjang dan lebar lamina), tetapi mempunyai jumlah daun yang relatif sedikit dibandingkandengan aksesi-aksesi lainnya. Pada umur 36 bulan setelah tanam semua aksesi yang diuji telah berbunga,dengan persentase jumlah tanaman berbunga bervariasi antar aksesi. Tanaman salak yang telah berbungamempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan aksesi yang belum berbunga. Terdapat korelasi yangpositif antara jumlah daun dan persentase tanaman berbunga (r = 0,92*). Aksesi yang sudah berbunga lebih dari50% adalah PH-MWR, SJG, dan PH-MJ, sebaliknya yang berbunga kurang dari 10% adalah SDS-SJG, SDMSJG,SDP, dan SDS. PH-MWR mempunyai persentase tanaman jantan terbanyak (46,67 %) dan PH-MJmempunyai persentase tanaman betina terbanyak (32,37%).Kata kunci : Salak (Salacca spp.), pertumbuhan, populasi pemuliaanABSTRACT.The objectives of the research was to evaluate the growth of few breeding populations of snake fruit inKampar district. The experiment was conducted from January to December 2008 at Tanjung Rambutan village,Kampar district . The Experimental design used was Randomized Complete Block, consist of 13 snake fruitacessions as the treatment, and two replications. The result showed that the snake fruit accessions, which werefrom Sidempuan or one out of parent stocks used, had more bigger plant size (i.e. plant height, peduncle length,thothok length and width, lamina length and width), but they had leaf number relatively a little more than theother accessions. All of accessions had been flowered at 36 months old and percentage of flowered plant numberwere variation. Snake fruit plants which flowered had more leaves number than the accession had not beenflowered yet. There was positive correlation between leaves number and percentage of flowered plant (r =0.92*). PH-MWR, SJG, PH-MJ accessions had been flowerd more than 50%, but SDS-SJG, SDM-SJG, SDP,and SDS accessions less than 10%. PH-MW accession had the most percentage of male plant (46.67%), and PHMJhad the most percentage of female plant (32.37%).Key words: Snake fruit (Salacca spp.), growth, breeding population
Penentuan Konsentrasi Peg Untuk Seleksi Toleransi Kekeringan Pada Fase Benih Menggunakan 3 Varietas Cabai Lokal Sumatera Barat Tri Budiyanti; NLP Indriyani; Rinda Kirana; Irfan Suliansyah; Dini Hervani
Agrisaintifika: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Vol 7 No 2(is) (2023): Pengembangan Pertanian Berbasis Kearifan Lokal Yang Berkelanjutan
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/ags.v7i2(is).4358

Abstract

Abstrak PEG sering dipergunakan untuk seleksi toleransi cekaman kekeringan pada fase perkecambahan benih. Selain itu PEG juga dapat berguna untuk osmoticum priming karena bersifat inert secara kimiawi dan tidak menimbulkan efek merusak pada embrio benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi kritis pemberian poly ethylene glycol (PEG 6000) yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih 3 varietas cabai local Sumatera Barat sehingga dapat dipergunakan untk skrening toleransi kekeringan genotipe cabai pada fase perkecambahan. Penelitian  ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 2 faktor. Faktor pertama adalah 3 varietas cabai yaitu Cabai Lontabar,  Kopay dan Aka. Faktor kedua  terdiri dari 6 perlakuan konsentrasi PEG yaitu 0%, 5%, 10%, 15%,20% dan 25 %. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PEG 15% menyebabkan penurunan perkecambahan 3 varietas cabai asal Sumatera Barat. Pada konsentrasi 20% benih cabai sudah tidak berkecambah. Oleh karena itu untuk skrining toleransi kekeringan dapat menggunakan konsentrasi PEG 15% sehingga proses seleksi lebih efektif dan efisien. Kata kunci : Cabai, seleksi, PEG, toleran kekeringan