Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

SELF-ACCEPTANCE DAN INFERTILITY-RELATED STRESS Dunamis Talitha Exousia Pelupessy; Diah Widiawati Retnoningtias; I Rai Hardika
Journal of Psychological Science and Profession Vol 7, No 1 (2023): Jurnal Psikologi Sains dan Profesi (Journal of Psychological Science and Profess
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jpsp.v7i1.42843

Abstract

Wanita diharapkan mampu menerima diri dengan kondisi infertilitas agar mengurangi tekanan psikologis. Faktanya, wanita yang mengalami infertilitas cenderung memiliki penerimaan diri rendah yang berdampak terhadap stres. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-acceptance dan infertility-related stress pada wanita. Karakteristik subjek penelitian adalah berjenis kelamin perempuan dan belum memiliki anak setelah menikah selama minimal dua belas bulan. Sampel penelitian berjumlah 68 orang dan didapatkan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Self-acceptance diukur dengan Unconditional Self-acceptance Questionnaire – Short Scale milik Popov dan Sokic (2022). Infertility-related stress diukur dengan Copenhagen Multi-Center Infertility Psychosocial Infertility-Fertility Problem Stress Scale dari Sobral et al. (2017). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik product moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-acceptance berkorelasi negatif dengan infertility–related stress (p = .009 < .05). Dengan kata lain semakin tinggi self-acceptance, maka infertility-related stress yang dirasakan akan semakin menurun. Sementara itu semakin rendah self-acceptance, maka semakin meningkat infertility-related stress. Temuan ini menunjukkan bahwa self-acceptance mampu dicapai dengan adanya dukungan dari lingkungan sosial. Wanita dengan kondisi infertilitas memerlukan dukungan positif dan bukan stigma negatif terkait infertilitas. Temuan ini dapat memunculkan ide penelitian selanjutnya mengenai intervensi berbasis self-acceptance pada wanita dengan kondisi infertilitas.
Stres Infertilitas pada Perempuan dan Laki-laki Dean Angelica Deasy Natacia Hotmawati; Diah Widiawati Retnoningtias; I Rai Hardika
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol 1, No 1 (2022): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.062 KB)

Abstract

AbstrakStres infertilitas adalah suatu kondisi yang dialami oleh laki-laki atau perempuan yang belum memiliki keturunan sehingga akan memberikan konsekuensi psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stres infertilitas pada perempuan dan laki-laki. Metode penelitian ini adalah kuantitatif komparatif. Variabel stres infertilitas diukur dengan alat ukur COMPI-FPSS. Sampel dalam penelitian berjumlah 119 orang (perempuan dan laki-laki) yang mengalami infertilitas. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan stres infertilitas laki-laki dan perempuan, yang terlihat pada personal stress domain, marital stress domain, dan social stress domain.AbstractInfertility stress is a condition experienced by men or women who do not have children so that it will have psychological consequences. This study aims to determine the difference in infertility stress in women and men. The method of this study is comparative quantitative. The infertility stress variable was measured with the COMPI-FPSS measuring instrument. The sample in the study was 119 people (women and men) who experienced infertility. The sample determination technique is carried out by purposive sampling. The results showed that there is a difference between male and female infertility stress, which can be seen in the personal stress domain, marital stress domain, and social stress domain.
Peranan Aspek Resiliensi pada Perempuan dalam Menghadapi Pelecehan Seksual Christy Mayaswara; Ni Nyoman Ari Indra Dewi; I Rai Hardika
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol 1, No 2 (2022): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.032 KB)

Abstract

                                                      Abstrak Pelecehan seksual yang terus terjadi seringkali memberikan dampak negatif bagi korbannya. Menyalahkan diri hingga timbulnya kecurigaan pada lawan jenis membuat korbannya kesulitan dalam bersosialisasi dan mempercayai orang lain. Dalam mengatasi dampak pelecehan tersebut perlu adanya kemauan dan upaya untuk dapat bangkit dari keterpurukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang berfokus pada narasumber dengan rentang usia dewasa awal 18-23 tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa aspek optimis, empati, dan reaching out ketiga narasumber sangat berperan dalam mengatasi trauma pelecehan seksual yang dihadapi para penyintas.Kata kunci: Aspek Resiliensi, Pelecehan Seksual, Perempuan                                                   Abstract Sexual harassment that continues to occur often has a negative impact on the victim. Blaming themselves to the emergence of suspicion of the opposite sex makes it difficult for victims to socialize and trust others. In overcoming the impact of harassment, it is necessary to have the will and efforts to be able to rise from adversity. This research method uses a qualitative approach with a case study that focuses on informants with an early adult age range of 18-23 years. The technique used in this research is in-depth interview and observation. The results of this study explain that the optimistic, empathetic, and reaching out aspects of the three interviewees played a very important role in overcoming the trauma of sexual harassment faced by the survivors.Keywords: Resilience Aspect, Sexual harassment, Women
Hubungan Resiliensi dan Burnout syndrome pada Perawat Rumah Sakit Umum Bali Royal Made Prabhanika Rahayu Dharmeswari; I Rai Hardika; Agnes Utari Hanum Ayuningtias
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol 1, No 2 (2022): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.82 KB)

Abstract

                                                 Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara resiliensi perawat RSU Bali Royal dan burnout syndrome yang dialaminya. Secara lebih spesifik, penelitian ini mengkaji dinamika hubungan antara resiliensi yang dimiliki perawat dan burnout syndrome yang mereka alami selama bekerja sejak sebelum hingga selama pandemi Covid-19. Burnout syndrome dan resiliensi diukur dengan skala psikologi Maslach Burnout Inventory (Human Service Survey) dan Resilience Quotient yang sudah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Sampel penelitian adalah 115 perawat RSU Bali Royal berusia di atas 21 tahun dan bertugas aktif. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi secara positif terhadap burnout syndrome (sig= 0,00 < 0,05). Resiliensi yang berlebihan membuat perawat tetap bertahan dan bekerja melebihi batas kemampuannya di masa pandemi yang sudah berlangsung selama 2 tahun dan tidak diketahui kapan akan berakhir.Kata kunci: Burnout syndrome, perawat, resiliensi, RSU Bali Royal                                               Abstract The aim of this study was to determine the relationship between resilience of nurses and their burnout syndrome. Specifically, this study examined the dynamic of resilience and burnout syndrome of nurse who have been on duty during the pandemic. Burnout syndrome and resilience was measured using Maslach Burnout Inventory Human Service Survey and Resilience Quotient. Research sample was 115 nurses above 21 years old and actively working at BROS. Regression analysis results showed that resilience was positively correlated with burnout syndrome (sig= 0,00<0,05). Excessive level of resilience led nurses to sustain and overwork beyond their capacity during the pandemic which had been going on for 2 years and still unknown of when it would end.Keywords: Bali Royal Hospital, burnout syndrome, nurse, resilience
Hubungan antara Pet Attachment dengan Psychological Well-Being pada Masyarakat Bali yang Memelihara Hewan Anjing Agnes Utari Hanum Ayuningtias; I Gusti Ayu Made Evania Hambarsika; I Rai Hardika
JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI) Vol. 2 No. 1 (2023): JURNAL KESEHATAN, SAINS, DAN TEKNOLOGI (JAKASAKTI)
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pet attachment dengan psychological well-being masyarakat Bali yang memiliki hewan peliharaan anjing. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif, alat ukur pet attachment dan psychological well-being diukur dengan skala Lexington Attachment to Pets Scale dan Six- Dimensional Psychological Well-being Scale yang sudah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Sampel penelitian berjumlah 349 orang masyarakat Bali yang memeliharan hewan peliharaan anjing, berusia 18-40 tahun dan beragama Hindu. Hasil analisa korelasi menujukan bahwa pet attachment berkorelasi secara positif terhadap psychological well-being (sig= 0.00 < 0.05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.799. Meningkatnya pet attachment seperti peningkatan terhadap kualitas hidup, gaya hidup yang sehat dan sumber kenyamanan maka akan ada peningkatan juga terhadap psychologocal well-being pemilik hewan peliharaan anjing.
Menurunkan Infertility-Related Stres dengan Program Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR) Diah Widiawati Retnoningtias; I Rai Hardika
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 13 No. 1 (2021): Jurnal Intervensi Psikologi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol13.iss1.art6

Abstract

Previous research has found that women with infertility feel sad, anxious, and stressed when undergoing medical interventions to have children. The purpose of this study was to see the effect of mindfulness based stress reduction(MBSR) in reducing infertility stress. This research was conducted with an experimental method. This study consisted of five (5) participants as the experiment group and five (5) participants as the control group, which were selected by purposive sampling technique. The characteristics of the research partcipants were married women for at least one (1) year and experienced infertility. The results showed that there was no significant difference between the posttest scores and the pretest scores in the experimental group. The results also showed that there was no significant difference between the posttest infertility stress scores of the experimental group and the control group posttest scores.
Gaya Hidup Hedonisme Remaja di Kawasan Legian, Kabupaten Badung Ni Kadek Diah Juliana Putri; Alma Yunita Dewi; Nyoman Ayu Trisha Angela; I Rai Hardika
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 1 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i1.1080

Abstract

Abstrak. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan perkembangan pariwisata dengan gaya hidup hedonisme di kalangan remaja Legian, Bali. Peneliti mengunakan pendekatan kualitatif, khususnya etnografi. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi non partisipan. Populasi penelitian masyarakat di daerah Legian dengan pengambilan sampling non probabilitas. Partisipan penelitian ini 3 remaja dengan rentang usia 19-21 tahun, menempuh pendidikan tinggi semester 2 – 6 dan bertempat tinggal di daerah Legian, Kuta. Analisa data menggunakan pendekatan Miles & Hubberman untuk menemukan tema dan sub tema. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan infrastuktur di daerah Legian yang berkembang pesat menyebabkan adanya interaksi antara remaja dengan para wisartawan yang semakin intensif. Salah satu hasil interaksi tersebut adalah adanya adanya gaya hidup hedonism yang dibawa oleh wisatawan asing yang pada akhirnya ditiru oleh remaja. Faktor pendukung maraknya gaya hidup hedonism adalah karena keluarga memiliki kemampuan secara finansial yang mendukung gaya hidup hedonis, adanya upaya penyetaraan dalam kelas sosial yang modern dari wisatawan asing yang mengubah life-style remaja, serta adanya faktor prestise dalam diri remaja dalam merespon perubahan. Pendorong remaja dalam gaya hidp hedonism adalah perilaku yang konsumtif, dan kurangnya kontrol dari orang tua kepada remaja dalam merespon perkembangan dalam era global.Kata kunci: Remaja, Hedonisme, Legian, PariwisataAbstract: The research aims to determine relationship of tourism development with lifestyle of hedonism among adolescents of Legian, Bali. The researcher uses a qualitative approach, especially ethnography. Data collection uses interviews and non-participant observation. Population research population in the Legian area with non-probability sampling. The participants of this study were 3 adolescents aged 19-21 years, undertaking tertiary education in semester 2 - 6 and residing in the area of Legian, Kuta. Data analysis uses the Miles & Hubberman approach to find themes and sub themes. The results showed that the development of infrastructure in the area of Legian that was developing rapidly led to an increasingly intensive interaction between teenagers and tourists. One of the results of this interaction is the existence of a hedonism lifestyle brought by foreign tourists who are ultimately emulated by adolescents. Factors supporting the rise of the hedonism lifestyle are because the family has the financial ability to support the hedonist lifestyle, an equalization effort in the modern social class of foreign tourists who change the lifestyle of adolescents, as well as the prestige factor in adolescents in responding to changes. The driving force of adolescents in the hidp hedonism style is consumptive behavior, and the lack of control from parents to adolescents in responding to developments in the global era.Keywords: Teenagers, Hedonism, Legian, Tourism