Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Perkebunan dan Lahan Tropika

The Screening of Fungi for Antagonistic Acidofilic Lignocellulolitic on Peat Soil of Fusarium Disease Nursadin Nursadin; Iman Suswanto; Supriyanto Supriyanto
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.873 KB) | DOI: 10.26418/plt.v2i1.1960

Abstract

Fusarium wilt disease is one of disease that considerable losses to the tomato plant. This disease can cause sudden death, this is due to damage to the base of the stem or cancer. Plants infected adults are able to survive and shape but the result is very little fruit and small fruit. Besides caused by pathogens, constraints cultivation in peatsoil is a peat substrate forming the lignin and cellulose are normally difficult to decompose. This study aims to find the best fungi as biological control agents against F. oxysporum and the ability to survive in acidic conditions and was able to decipher the compound lignin and cellulose. The research was conducted at the Laboratory of Plant Diseases Faculty of Agriculture, University of Tanjungpura Pontianak, January to June 2012. Implementation of the study include the isolation of fungi from peat soils, test antagonism towards the development of F. oxysporum, hipovirulensi test, capabilities and outlines the lignin and cellulose asidofilik test. Results isolation from peat obtained 7 isolates of fungi, that is Aspegillus brevipes, A. niger, Penicillium corylophillum, P. janthillenum, Rhizopus sp, Trichoderma harzianum and T. koningii. The test results antagonistic to F. oxysporum isolates obtained 2 are able to act as antagonists and suppressed the development of F. oxysporum. Both of these isolates were T. harzianum and T. koningii. Besides being able to act as antagonists, both isolates are able to decompose lignin into simpler compounds. In describing cellulose, A. niger has a greater ability than other isolates. Almost all isolates were classified into asidofilik fungus, only A. brevipes were not included asidofilik because diameter growth at pH 3 did not reach 75% compared to pH 6. Keywords: Antagonistic fungi, acidofilic, fusarium wilt.
Kesenjangan Rantai Pasok Kelapa Sawit di Lanskap Ketungau Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat Supriyanto Supriyanto; Agus Ruliyansyah; Muhammad Pramulya; Nur Arifin; Henny Sulistyowati
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/plt.v11i1.53361

Abstract

Oil palm supply chain gaps in the Ketungau landscape of Sintang district, West Kalimantan province. The development of oil palm plantations in Sintang Regency has been rapid in the last decade. Sintang Regency has declared to implement sustainable oil palm plantations while still considering environmental sustainability aspects. Management of the oil palm trading system to be effective and efficient is the main indicator of sustainable oil palm plantations. Gap analysis in the trading system is an important effort as a basis for making various policies. The Gap Analysis of Oil Palm Supply Chain in the Ketungau Landscape, Sintang Regency, West Kalimantan Province is aimed to identify the gaps that occur between levels of oil palm trading actors in the Ketungau Landscape, Sintang Regency. The analysis is carried out using a comparison method between the current reality and the perspectives expected by the stakeholders. The results of the analysis show that in the palm oil supply chain in the Ketungau Landscape, gaps still occur at every level of the supply chain. The gap between independent oil palm smallholders and the government is the lack of assistance programs and capacity building for smallholders and improving the quality of infrastructure. The gap between the government and companies is that the government's supervision of palm oil business actors is still not maximal. The gap between independent smallholders and companies is that there is still no understanding between the two parties, especially regarding the quality criteria for FFB. The results of this study indicate that independent oil palm farmers in the Ketungau Landscape still require policy intervention from the government and oil palm companies.
Hubungan Karakteristik Biologis Gambut dengan Penyakit Busuk Batang yang Disebabkan Ganoderma pada Kelapa Sawit Supriyanto Supriyanto; Purwanto Purwanto; S H Poromarto; Supyani Supyani
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/plt.v11i1.53357

Abstract

The relationship of biological properties of peat with oil palm basal stem rot (BSR) caused by Ganoderma.  Indonesia as the largest palm oil producer in the world, has the large percentage of oil palm on peatland. The serious problems of cultivating oil palm on peatland is the presence of BSR disease caused by Ganoderma. There are no effective methods to control the spread of this disease. Biological control is an environmentally friendly alternative method focus, but on peatland, the development of this method is constrained by lack of information about the effect of biological environmental factors. This study aims to determine the effect of the biological propertiess  of peat on the intensity of Ganoderma attacks on oil palm. The relationship between the intensity of Ganoderma attacks and biological properties of peat was carried out by correlation test. The correlation analysis showed that the biological properties  of peat has not correlated with the Ganoderma attacks, except Summed Dominant Ratio of vegetation which tends to positively correlate to the number of Ganoderma antagonists. These results indicate that peatland vegetation management by maintaining the diversity of vegetation around oil palm can help reduce Ganoderma attacks. 
Pengembangan PGPF menjadi Pupuk dan Pestisida Hayati Berformulasi Sederhana: 1. Pengujian Bahan Pembawa supriyanto -; henny sulistyowati
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.644 KB) | DOI: 10.26418/plt.v1i1.28

Abstract

Penyusutan lahan pertanian yang subur merupakan kendala yang dihadapi dalam budidaya pertanian di Indonesia. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan memanfaatkan lahan-lahan marginal seperti lahan gambut yang kurang subur dengan memperbaiki kondisi mikrobiologis lingkungan tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme spesifik lokal terutama dari kelompok jamur yang mampu membantu pertumbuhan tanaman. Jamur asal tanah gambut yang diketahui mampu membantu pertumbuhan tanaman adalah Aspergillus sp. Isolat SNTH003 dan Penicillium sp. isolat SNTH001 asal lahan gambut Kuburaya, Kalimantan Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji bahan-bahan berupa limbah yang dapat digunakan sebagai bahan pembawa bagi jamur PGPF. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, dari bulan Agustus 2010 sampai Februari 2011, meliputi produksi massal jamur pada Medium Kultur Beras, penyiapan, inokulasi dan evaluasi ketahanan jamur PGPF pada bahan pembawa. Dari empat bahan yang digunakan yaitu dedak, ampas sagu, gambut dan serbuk gergajian kayu, penggunaan bahan dedak mampu menghasilkan pertumbuhan dan produksi spora yang lebih banyak dibandingkan bahan lainnya, yaitu sebesar 133108 cfu/gr, tetapi kurang mampu medukung daya tahan spora dalam bahan selama 12 minggu pengamatan. Sedangkan untuk jamur Penicillium sp. isolat SNTH001, bahan yang paling mampu mendukung pertumbuhan dan menghasilkan spora yaitu sebesar 120108cfu/grserta mampu mempertahankan daya hidup spora selama 12 minggu adalah bahan gambut.
Pengaruh Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Tanaman Melada (Piper colubrinum Link.) Maghfiroh Maghfiroh; Supriyanto Supriyanto; Nur Arifin
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 14, No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/plt.v14i1.77593

Abstract

Melada (Piper colubrinum Link.) termasuk tumbuhan liar yang tidak dibudidayakan untuk tujuan khusus. Melada ini tahan terhadap serangan penyakit busuk batang sehingga digunakan untuk batang bawah pada penyambungan lada. Untuk mendapatkan batang bawah yang bagus perlu pemeliharaan yang baik seperti pemupukan, sehingga dapat mendukung pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit tanaman melada dan mendapatkan dosis optimum pupuk NPK. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, berlangsung dari tanggal 14 Juli-4 Oktober 2023. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan 5 perlakuan dan setiap percobaan diulang 4 kali. Perlakuan dosis pupuk NPK terdiri atas empat  taraf, yaitu : pupuk NPK 0 gram/tanaman, pupuk NPK 6 gram/tanaman, pupuk NPK 9 gram/tanaman, pupuk NPK 12 gram/tanaman, dan pupuk NPK 15 gram/tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter batang, indeks warna daun, panjang daun, dan lebar daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa dosis pupuk NPK yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertambahan tinggi, panjang daun, dan lebar daun melada. Penambahan dosis tidak serta merta meningkatkan pertumbuhan. Pemberian pupuk NPK dosis 6 g/tanaman menunjukkaan dosis optimum untuk bibit melada.
Status Penyakit Bercak Coklat pada Pembibitan Kelapa Sawit di Kabupaten Sanggau Dede Solehudin; Imam Suswanto; Supriyanto Supriyanto
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.253 KB) | DOI: 10.26418/plt.v2i1.1955

Abstract

Bercak coklat merupakan penyakit penting pembibitan kelapa sawit. Penelitian bertujuan mempelajari distribusi dan perkembangan penyakit. Pengamatan dilakukan pada lima Kecamatan di Kabupaten Sanggau.Variabel pengamatan terdiri dari intensitas penyakit, jenis-jenis fungi, faktor cuaca dan konidia di udara. Intensitas penyakit bercak coklat pada lima kecamatan yang diamati berkisar antara 4%-38%. Terdapat dua gejala bercak yang khas yaitu bercak Curvularia dan bercak antraknosa. Bercak Curvularia disebabkan oleh Curvularia sp. Bercak antraknosa disebabkan oleh Glomerella sp. Pada saat penelitian, perkembangan penyakit melambat pada bibit yang berumur 4 bulan. Curah hujan, kelembaban, suhu harian, dan konidia di udara mempunyai hubungan yang kurang erat terhadap perkembangan penyakit.
Uji Penggunaan Asap Cair Tempurung Kelapa dalam Pengendalian Phytophthora sp. Penyebab Penyakit Busuk Buah Kakao secara In Vitro Erna Pangestu; Iman Suswanto; Supriyanto Supriyanto
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 4, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.119 KB) | DOI: 10.26418/plt.v4i2.9375

Abstract

Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Phytophthora sp. dan pengaruhnya terhadap jumlah sporangium dan klamidospora. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas perlakuan asap cair tempurung kelapa pada konsentrasi 0%, 0,02%, 0,043%, 0,085%, 0,17% dan 0,34%. Masing – masing perlakuan diulang sepuluh kali. Percobaan ini dilakukan secara in vitro pada medium agar yang telah dicampur dengan asap cair. Analisis statistik menunjukkan  LC50 dalam penelitian ini adalah sebesar 0,11%. konsentrasi di atas LC50 secara nyata menekan pembentukan sporangium dan klamidospora. Kata kunci : asap cair, busuk buah, kakao
ISOLASI DAN PENGUJIAN BAKTERI ENDOFIT DARI TANAMAN LADA (Piper nigrum L.) SEBAGAI ANTAGONIS TERHADAP PATOGEN HAWAR BELUDRU (Septobasidium sp.) Heny Wulandari; Zakiatulyaqin Zakiatulyaqin; Supriyanto Supriyanto
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 2, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.311 KB) | DOI: 10.26418/plt.v2i2.3487

Abstract

Lada merupakan tanaman tahunan yang memiliki prospek nilai ekonomi yang cerah, namun pada beberapa tahun terakhir ditemukan penyakit baru pada tanaman lada di Kalimantan Barat yaitu penyakit hawar beludru yang disebabkan oleh Septobasidium sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman bakteri endofit tanaman lada yang memiliki kemampuan sebagai antagonis terhadap Septobasidium sp. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pengambilan sampel dilakukan secara purposif dengan 3 kali ulangan. Isolasi bakteri endofit dilakukan dengan menggunakan metode tuang selanjutnya dilakukan pemurnian dan identifikasi bakteri. Variabel pengamatan meliputi keanekaragaman bakteri endofit, uji Hipersensitivitas dan uji Antagonis terhadap Septobasidium sp. Penelitian menunjukkan terdapat 28 isolat bakteri yang berhasil diisolasi dari jaringan batang dan jaringan buah tanaman lada sehat dan tanaman lada sakit. Keanekaragaman bakteri endofit tertinggi terdapat pada jaringan buah lada sakit yaitu sebesar 1,39. Terdapat 3 isolat bakteri endofit yang bersifat hipersensitif terhadap tanaman tembakau. Hasil uji antagonis menunjukkan daya hambat tertinggi dihasilkan oleh bakteri isolat HS8 dengan daya hambat 41,73 % yang diisolasi dari jaringan buah lada sehat dan BS7 yang diisolasi dari jaringan batang lada sehat dengan persentase hambatan 40,20%. Daya hambat terendah sebesar 16,99% dihasilkan oleh isolat Hs18 yang diisolasi dari jaringan buah lada sakit. Kata kunci : Antagonis, Bakteri Endofit, Lada, Septobasidium sp.
Pengaruh Cara Budidaya terhadap Perkembangan Penyakit Awar Beludru (Septobasidium) pada Tanaman Lada di Sungai Raya Kabupaten Bengkayang Saripudin Saripudin; Sarbino Sarbino; Supriyanto Supriyanto
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 4, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.024 KB) | DOI: 10.26418/plt.v4i2.9370

Abstract

Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi penghasil lada di Indonesia. Luas tanaman lada sejak 2002-2007 terjadi penambahan lahan, namun tidak berdampak pada peningkatan produksi, karena salah satu penyebabnya banyak tanaman terinfeksi hawar beludru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keparahan penyakit hawar beludru pada tanaman lada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pengamatan  secara langsung terhadap keparahan dan perkembangan penyakit. Data primer didapat melalui pengamatan langsung di lapangan, data sekunder diambil dari kuesioner pada 25 petani. Variabel yang diamati adalah keparahan penyakit dan perkembangan penyakit, serta faktor budidaya yang diterapkan petani. Hasil penelitian menunjukkan dari 9 faktor epidemik yaitu : umur tanaman, system tanam, jenis tajar, lokasi pembibitan, tingkat produksi, jenis pupuk yang digunakan, frekuensi pemupukan, pemakaian, insektisida, pemakaian fungisida, pemangkasan tanaman, drainase pada kebun, terdapat 4 faktor budidaya yang mempengaruhi perkembangan penyakit hawar beludru, yaitu: 1. umur tanaman (tanaman menghasilkan), 2. sistem tanam (tanaman tumpang sari), 3. jenis tajar (tajar mati), 4. frekuensi pemupukan (frekuensi pemupukan 1 kali pertahun). Kata kunci : faktor budidaya, hawar beludru, tanaman lada