Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Sago palm (Metroxylon spp.) is a tropical plant adapted to marginal land such as fresh water swamp, peat swamp or brackish water.  The objective of the researche is to identify physical and chemical habitat characteristics of sago palm in the Seram island, Maluku.  The research was conducted in nine months from March to November 2009.  The observation was conducted at three samples area, namely Luhu (West Seram District), Sawai (Central Maluku District), and Werinama (East Seram  District).  Soi Samin Botanri; Dede Setiadi; Edi Guhardja; Ibnul Qayim; Lilik B. Prasetyo
Forum Pasca Sarjana Vol. 34 No. 1 (2011): Forum Pascasarjana
Publisher : Forum Pasca Sarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sago palm (Metroxylon spp.) is a tropical plant adapted to marginal land such as fresh water swamp, peat swamp or brackish water.  The objective of the researche is to identify physical and chemical habitat characteristics of sago palm in the Seram island, Maluku.  The research was conducted in nine months from March to November 2009.  The observation was conducted at three samples area, namely Luhu (West Seram District), Sawai (Central Maluku District), and Werinama (East Seram  District).  Soil and water samples were taken at samples area and analyzed at Soil Research Center Laboratory, Bogor.  Result showed that sago palm at the Seram island can be found at four different habitat types, namely: 1) upland habitat/dry land, 2) temporary inundated fresh water swamp, 3) temporary inundated brackish water, and 4) permanent inundated fresh water swamp.  Soil texture of these habitats characterized by clay-loam and silty-clay with average bulk density of about 1.20.  The soil has acidic reaction that consists of medium soil organic and having medium cation exchange capacity (CEC).  Except for Fe and Alwhich were high, the nutrient content of the soil was very low. Salinity of water was less than 1.0 ppt (part per thousand).  Nitrate (NO3-), phosphate (PO43-) and other cation such us NH4+, K+, Ca2+, and Mg2+ were found relatively high in water.  Micro climate condition under sago stands (clump of Sago) such us temperature, relative humidity, and sun radiation intensity are low with very narrow fluctuation.  Micro-climate conditions were characterized by temperature ranging from 22,69oC to 23,94oC, meanwhile relative humidity ranging from 87,97 to 91,60%.  In case of  sun light intensity at near clump of sago palm reached of about 206,53 lux (12,40%).   Keywords: habitat type, Metroxylon spp., land, micro climate, Seram Island
STUDI EKOLOGI TUMBUHAN SAGU (Metroxylon spp) DALAM KOMUNITAS ALAMI DI PULAU SERAM, MALUKU Samin Botanri; Dede Setiadi; Edi Guhardja; Ibnul Qayim; Lilik B. Prasetyo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.3.135-145

Abstract

Sagu (Metroxylon spp) merupakan tumbuhan palem tropika basah, memiliki adaptasi kuat untuk tumbuh pada lahan marjinal seperti lahan tergenang air tawar, lahan gambut, dan air payau. Penelitian bertujuan :(1) melakukan analisis untuk menjelaskan sifat pertumbuhan sagu dalam komunitas alami, (2) mengungkapkan preferensi habitat tumbuhan sagu, (3) melakukan analisis interaksi tumbuhan sagu dengan faktor lingkungan, dan (4) mengungkapkan potensi tegakan dan produksi pati sagu. Penelitian berlangsung di tiga wilayah di pulau Seram, Maluku secara keseluruhan, tentu dengan menggunakan sampling, bukan menggunakan metode sensus pada bulan Maret-Nopember 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi sagu dalam komunitas alami mengikuti pola pertumbuhan muda dengan tingkat kematian pada fase semai sekitar 85. Di Pulau Seram terdapat lima jenis sagu yaitu tuni, makanaro, sylvestre, rotang, dan molat. Sagu tuni merupakan spesies dominan dengan penguasaan habitat mencapai 43,3%. Serta memiliki daya adaptasi yang tinggi pada berbagai tipe habitat. Dalam beradaptasi dengan kondisi habitat tergenang, perakaran sagu mengalami modifikasi arah pertumbuhan menuju permukaan air dengan jumlah yang lebih banyak. Dalam komunitas sagu terjadi asosiasi antarspesifik secara negatif dengan Jaccard indeks < 0,2. Variabel iklim, tanah, dan kualitas air rawa yang memiliki peran kuat dalam pertumbuhan sagu masing-masing adalah intensitas cahaya surya mikro, kapasistas tukar kation (KTK), dan kandungan kalsium air. Di Pulau Seram terdapat potensi populasi rumpun sagu sekitar 3,2 juta rumpun dengan jumlah tegakan fase pohon mencapai 1,5 juta batang. Jenis sagu tuni dan sylvestre merupakan jenis sagu potensial dengan kapasitas produksi masing-masing 566,04 kg dan 560,68 kg/batang.
Sago palm biodiversity in Seram island Maluku province Indonesia Samin Botanri; Dede Setiadi; Edi Guhardja; Ibnul Qayim; Lilik B prasetyo
Jurnal Agro Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/2431

Abstract

The number of sago palm species in Maluku province becomes the current issue of biodiversity. The research aimed to clarify the species of sago palm in the Seram island, Maluku province. The research was conducted from March to November 2009 in three sample regions i.e. Luhu of Seram Bagian Barat (SBB) district, Sawai of Maluku Tengah (MT) district, and Werinama of Seram Bagian Timur (SBT) district. Genetic analysis was done at the laboratory of plant biology Inter Center University (ICU) Bogor Agricultural University. Variety of palm sagu was analyzed using index of similarity analysis for group similarity and Shannon-Wiener (H’) index for biodiversity of species. Further, the genetic analysis used isozyme method showed that group of sago in Seram Island shared group similarity included index value ranging from 60.66–80.92%. Based on the result of Shannon-Wiener (H’) index, all growth phases of sago palm group in Seram Island generally indicated a very low H’ value ranging from 0.61 – 0.90. Clearly, the genetic analysis illustrated there were only two kinds of sago species in Seram Island i.e. Metroxylon rumphii Mart. and M. sagus Rottb. The first species consists of three varieties i.e. 1) Microcanthum Becc., 2) Sylvestre Becc., and 3) Rotang Becc. Sago species of M. sagu Rottb. has solely one variety Molat Becc. Here, variety of Microcanthum is divided by two kinds of variety i.e. Tuni and Makanaro. Jumlah spesies tumbuhan sagu di provinsi Maluku masih mengalami perdebatan dalam bidang biodiversitas. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan klarifikasi spesies sagu yang tumbuh dan berkembang di pulau Seram, provinsi Maluku. Penelitian berlangsung pada bulan Maret–November 2009. Pengamatan dilakukan pada 3 wilayah sampel yaitu: Luhu Kab. Seram Bagian Barat (SBB), Sawai Kab. Maluku Tengah (MT), dan Werinama Kab. Seram Bagian Timur (SBT). Analisis genetik dikerjakan di laboratorium Biologi Tumbuhan Pusat Antar Universitas (PAU) IPB Bogor. Keanekaragaman kelompok sagu dianalisis dengan menggunakan analisis kemiripan kelompok. Keanekaragaman spesies dianalisis menggunakan Indeks Keaneragaman Shannon-Wiener (H’). Analisis genetik menggunakan  metode isozim. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok sagu di Pulau Seram memiliki kemiripan kelompok yang termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai indeks berkisar antara 60,66 – 80,92 %. Hasil analisis indeks keanekaragaman spesies menurut indeks Shannon-Wiener (H’) pada semua fase pertumbuhan menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman spesies vegetasi dalam kelompok sagu di Pulau Seram secara umum termasuk dalam kategori sangat rendah dengan nilai H’ berkisar antara 0,61 – 0,90. Hasil analisis genetik menunjukkan bahwa di Pulau Seram Maluku hanya terdapat dua spesies sagu, yaitu Metroxylon rumphii Mart. dan M. sagus Rottb. Spesies yang pertama terdiri dari tiga varietas, yaitu: 1) Microcanthum Becc., 2) Sylvestre Becc., dan 3) Rotang Becc. Sedangkan spesies M. sagu Rottb. hanya memiliki satu varietas yakni Molat Becc.  Varietas Microcanthum terbagi atas dua subvarietas, yaitu Tuni dan Makanaro. 
Struktur Populasi Tumbuhan Sagu (Metroxylon spp.) di Pulau Seram Provinsi Maluku Samin Botanri
Jurnal Agrohut Vol 1 No 1 (2010): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.51 KB)

Abstract

Sebagian besar potensi sagu yang terdapat di Papua dan Maluku yakni mencapai 96 %, memiliki multifungsi, namun pemanfaatannya masih sangat rendah bahkan cenderung terabaikan. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan struktur populasi sagu dalam komunitas sagu alami di Pulau Seram Provinsi Maluku. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Penetapan wilayah sampel mengguanakan metode judgment sampling. Plot sampel ditetapkan dengan menggunakan metode non-random sampling secara beraturan (systematic sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi sagu di Pulau Seram secara umum mengikuti pola pertumbuhan muda, didominasi oleh fase semai mencapai 83,04 ind/ha. Tingkat kegagalan tumbuh sampai ke fase berikutnya mencapai 76,18 %. Tingginya tingkat kematian atau gagalnya individu sagu fase semai tumbuh sampai ke fase sapihan dan seterusnya karena beberapa aspek yaitu :1) sifat pertumbuhan tunas, 2) banyaknya jumlah tunas, 3) kondisi kemasaman tanah, dan 4) intensitas sinaran surya yang terbatas. Sebagian anakan sagu tumbuh berupa anakan mengantung, sifat anakan ini rentan terhadap kematian. Dalam setiap rumpun sagu dapat mencapai 20 anakan, akibat persaingan sebagian akan kalah dan mati. Sifat kemasaman lahan habitat sagu dapat mencapai pH 4,3, kondisi seperti ini dapat meracuni sistem perakaran tanaman. Kemudian intensitas sinaran surya yang sampai di bawah tegakan sagu hanya sekitar 12,40 %.
Distribusi Spasial Tumbuhan Sagu (Metroxylon spp.) di Pulau Ambon Romi Pranata; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.691 KB)

Abstract

Sagu merupakan tanaman penghasil pati yang tersedia banyak di bagian Timur Indonesia. Potensinya kadang melimpah di kawasan tertentu namun pada wilayah lain tersebar merata. Banyak sekali ditemukan perbedaan data yang tersaji sehingga menyulitkan untuk menentukan potensinya secara pasti. Penelitian ini dilakukan untuk melihat distribusi spasial tumbuhan sagu di Pulau Ambon. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu (1) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi tumbuhan sagu yang tumbuh dan berkembang dalam wilayah Pulau Ambon sebesar 470,95 ha dengan tingkat akurasi sebesar 77,78%. Tumbuhan sagu terdistribusi secara spasial tidak merata dan sebagian besarnya (86,44%) terkonsentrasi pada 2 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Leihitu dan Kecamatan Salahutu dengan luas masing-masing sebesar 238,81 ha (50,71%) dan 168,27 ha (35,73%). Sebanyak 95% tumbuhan sagu di wilayah Pulau Ambon terdistribusi pada 3 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Leihitu, Kecamatan Salahutu dan Kecamatan Leitimur Selatan.
Perbaikan Kualitas Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L) setelah Aplikasi Pupuk Kotoran Sapi Agisna Samoal; Samin Botanri; Gawariah Gawariah
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.441 KB)

Abstract

Selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Compositae, Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan.Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang dapat di budidayakan di daerah lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Kotoran sapi biasanya digunakan sebagai pupuk kandang. Di berbagai tempat didunia, kotoran sapi yang dikeringkan digunakan sebagai bahan bakar. Kotoran sapi juga digunakan untuk menghasilkan biogas untuk dibakar dan menghasilkan listrik dan panas. Biogas memiliki kandungan gas metana dan telah digunakan secara luas diberbagai pedesaan di India dan Pakistan sebagai sumber energi terbarukan. Di Afrika Tengah, masyarakat suku Maasai membakar kotoran sapi didalam rumah untuk menangkal nyamuk. Variabel penelitian yang diamati meliputi Tinggi Tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Panjang daun (cm), Lebar daun (cm) dan Berat segar tanaman (g). Hasil penelitian ini adalah Terdapat pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan berat segar tanaman selada (Lactuca sativa L.) dengan pemberian pupuk organik kotoran sapi pada priode yang berbeda berbeda. dan hasil analisis uji beda pada perlakuan dosis 6,3 (N3) menunjukan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun serta berat segar terbaik.
Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Kondisi Umum dan Tanaman Dominan) Daniel Jacob Tahitu; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 1 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.886 KB)

Abstract

Petak Ukur Permanen (PUP) adalah satuan unit evaluasi dalam melihat kondisi struktur pertumbuhan tegakan pohon, kerusakan serta pengelolaan yang tepat atas suatu kawasan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kondisi topografi, struktur tanah dan indikator tapak lainnya dengan stuktur tegakan di PUP Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku. Penelusuran pustaka disajikan untuk informasi yang telah tersedia, berikutnya tegakan pohon di ukur diameter dan tingginya pada plot yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa topografi lokasi PUP dan sekitarnya adalah agak curam dengan kelerengan lapangan yaitu 15 % sampai 25 %, ketinggian tempat berkisar 400 – 450 m dpl. Iklim di lokasi PUP dan sekitarnya menurut Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim ”C” yaitu daerah agak basah (hujan tropis). Jumlah tanaman tingkat tiang adalah 24 jenis dengan 57 individu. Jenis yang dominan adalah Bintangur (Chalophilum inophyllum, L.). Jenis dominan untuk tingkat pohon adalah Uhun (Eucalyptosis papuana C.T. White) berjumlah 30 pohon (32,97%) dengan volume 191,85 m³.
Perubahan Komposisi Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Studi Kasus Inventarisasi tahun 2013 dan 2018) Daniel Jacob Tahitu; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Jurnal Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.503 KB)

Abstract

Evaluasi lima tahunan terhadap suatu petak ukur permanen (PUP) digunakan untuk mengelaborasi data pertumbuhan, khususnya tingkat tiang dan pohon pada unit pengusahaan hutan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan studi perbandingan hasil inventarisasi pada tahun 2013 dengan data terbaru inventarisasi. Pengamatan diameter dan tinggi pohon dilakukan pada 16 record unit (RU) dan disajikan menjadi data riap pertumbuhan dan potensi volumenya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pengurangan jumlah vegetasi tingkat tiang dan pohon, namun ternyata volumenya tetap mengalami peningkatan hingga 30%. Jika dibandingkan antar RU, riap diameter tertinggi ada pada RU 7 sebesar 11,08 cm/tahun dan terendah RU 2 sebesar 0,42 cm/tahun. Riap volume tertinggi ada pada RU 7 sebesar 2,73 m3/tahun dan terendah RU 6 dengan 0,11 m3/tahun.
Perubahan Komposisi Tegakan Hutan pada Petak Ukur Permanen (PUP) di Hutan Alam Desa Batlale Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku (Studi Kasus Inventarisasi tahun 2013 dan 2018) Daniel Jacob Tahitu; Samin Botanri; Sedek Karepesina
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i2.7

Abstract

Evaluasi lima tahunan terhadap suatu petak ukur permanen (PUP) digunakan untuk mengelaborasi data pertumbuhan, khususnya tingkat tiang dan pohon pada unit pengusahaan hutan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan studi perbandingan hasil inventarisasi pada tahun 2013 dengan data terbaru inventarisasi. Pengamatan diameter dan tinggi pohon dilakukan pada 16 record unit (RU) dan disajikan menjadi data riap pertumbuhan dan potensi volumenya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pengurangan jumlah vegetasi tingkat tiang dan pohon, namun ternyata volumenya tetap mengalami peningkatan hingga 30%. Jika dibandingkan antar RU, riap diameter tertinggi ada pada RU 7 sebesar 11,08 cm/tahun dan terendah RU 2 sebesar 0,42 cm/tahun. Riap volume tertinggi ada pada RU 7 sebesar 2,73 m3/tahun dan terendah RU 6 dengan 0,11 m3/tahun.
Perbaikan kualitas pertumbuhan dan produksi tanaman Selada (Lactuca sativa L) setelah aplikasi pupuk kotoran sapi Agisna Samoal; Samin Botanri; Gawariah Gawariah
Jurnal Agrohut Vol 9 No 2 (2018): Agrohut
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/agh.v9i2.8

Abstract

Selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Compositae. Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan. Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang dapat di budidayakan di daerah lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Kotoran sapi telah lama digunakan sebagai pupuk untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh aplikasi kotoran sapi terhadap variabel pertumbuhan Selada. Variabel penelitian yang diamati meliputi Tinggi Tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Panjang daun (cm), Lebar daun (cm) dan Berat segar tanaman (g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kotoran sapi memberikan kontribusi yang baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan berat segar tanaman selada (Lactuca sativa L.). Hasil analisis uji beda pada perlakuan dosis 6,3 (N3) menunjukan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun serta berat segar terbaik.