Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Peningkatan Kesadaran Kesehatan Reproduksi Perspektif Islam dan Medis bagi Remaja Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah Ngawen Klaten Aristyasari, Yunita Furi; Nisa, Mir'atun; Indriastuti, Nur Azizah
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 24, No. 2, April 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.27 KB) | DOI: 10.23917/warta.v24i2.13240

Abstract

Nasyiatul Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang peduli dengan permasalahan kesehatan reproduksi. Sebagian besar anggota Nasyiatul Aisyiyah Ngawen Klaten merupakan remaja yang menetap di Panti Asuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Aisyiyah Ngawen. Kondisi tersebut memungkinkan mereka menjadi kurang terpapar informasi mengenai kesehatan reproduksi. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kesehatan reproduksi dari aspek medis dan syariat kepada remaja Nasyiatul Aisyiyah. Metode Pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan sosialisasi oleh dosen agama islam dan dosen ilmu keperawatan diikuti diskusi dan dilengkapi booklet sebagai bahan ajar. Sosialisasi dan diskusi dilakukan dengan tatap muka langsung di Gedung Pertemuan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Aisyiyah Klaten. Jumlah peserta sekaligus responden yang mengikuti kegiatan 46 orang. Materi sosialisasi meliputi pengenalan organ reproduksi, cara menjaganya dari aspek medis, syariat-syariat Islam untuk muslimah, dan hikmah syariat Islam terhadap kesehatan reproduksi. Parameter efektivitas penyuluhan diindikasi dengan meningkatnya pengetahuan dan perilaku peserta dalam menjaga kesehatan organ reproduksi melalui perhitungan kuesioner. Hasil edukasi menunjukkan penurunan jumlah peserta yang memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi kategori kurang dan cukup. Sebaliknya, kategori peserta berpengetahuan baik menunjukkan peningkatan dari 11.00% menjadi 40.40% responden. Peningkatan aspek pengetahuan peserta didominasi dari aspek kesehatan repoduksi perspektif Islam. Perubahan perilaku responden diketahui dengan melakukan pengisian kuesioner dua minggu pasca pemaparan edukasi. Peserta yang memiliki kategori baik dalam perilaku menjaga kesehatan reproduksi meningkat dari 26.10% menjadi 33.80% responden. Meninjau keseluruhan hasil tersebut ditambah dengan minat peserta, maka program ini perlu ditindaklanjuti dengan sosialisasi tentang gangguan reproduksi, simulasi deteksi dini, dan pelatihan kader yang mempromosikan hidup sehat dan Islami bebas gangguan reproduksi.
Pengembangan Manajemen TPA Dusun Poyahan Bantul Chusnul Azhar; Yunita Furi Aristyasari
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2019: 1. Pengembangan Pendidikan Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.145 KB) | DOI: 10.18196/ppm.21.563

Abstract

Lokasi mitra pada program pengabdian kepada masyarakat ini merupakan basis pendudukdengan pemeluk agama Islam, terbukti bahwa seluruh tempat ibadah yang ada didominasi denganbangunan masjid dan mushala. Akan tetapi, jika dilihat dari sarana pendidikan dapat digolongkansebagai penduduk dengan perhatian yang minim pada ranah pendidikan. Pada tingkat Desa Seloharjomisalnya, sarana pendidikan formal yang ada mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak swasta sebanyakhanya 6 buah, Sekolah Dasar Negeri sebanyak 2 buah dan 4 buah swasta, Sekolah Menegah Pertamaswasta sebanyak 1 buah, dan belum memiliki Sekolah Menengah Atas.Keadaan yang sama juga terlihatpada pengelolaan unit-unit TPA yang masih dikelola dengan manajemen apa adanya, sehinggarangkaian pembelajaran dan pengelolaan tidak tertata dan terkesan asal-asalan. Dalam hal fasilitaskegiatan pembelajaran TPA juga masih sangat kurang, sehingga diperlukan fasilitas yang mampumenunjang kegiatan tersebut. Oleh karenanya, solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengadakanpelatihan-pelatihan pengelolaan unit TPA yang berstandar nasional serta pengadaan fasilitaspembelajaran.
STUDI KOMPARASI METODE IQRO’ DAN METODE SEPULUH JAM BELAJAR MEMBACA ALQURAN DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS ALQURAN Yunita Furi Aristyasari; Chusnul Azhar
Al-Fikri: Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/jspi.v3i2.5074

Abstract

Reading the Qur'an properly is an obligation for a Muslim. Therefore, every Muslim needs guidance in reading the Qur'an from an early age. However, reality shows that not a few adults are not able to read the Qur'an in accordance with the rules of recitation. In an effort to improve the ability to read and write al-Qur'an, the Institute for Islamic Studies and Practicing has used several methods, namely the Iqro method and the ten-hour of reading Qur’an learning method. This study aims to: first, determine the effectiveness of the Iqro and the ten-hour of reading Qur’an learning method on the reading and writing Qur’an ability of Faculty of Engineering students. Second, the difference in the influence of the two methods on the reading and writing Qur’an ability of Faculty of Engineering students. This study uses a quantitative approach with a different test technique using the Mann-Whitney test because the normality test shows abnormal data. The results showed that H1 was accepted, namely the Iqro method and the ten-hour reading Qur’an learning method significantly in improving the literacy skills of Faculty of Engineering students Muhammadiyah University, Yogyakarta. A comparison test between the two methods also shows that H1 is accepted, which is the ten-hour reading Qur’an learning method more significantly in improving the ability of reading and writing the Qur'an. Keywords: Iqro’ method, Ten-hour of reading Qur’an learning method, reading and writing Qur’an learning
Membedah Corak Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (Telaah Konsep Pendidik Muhammadiyah) Yunita Furi Aristyasari; Restu Faizah
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 5 No. 2 (2020): Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).5872

Abstract

Salah satu yang menjadi persoalan filosofis pendidikan adalah perbincangan mengenai pendidik. Muhammadiyah yang lebih dari satu abad belum memiliki sebuah rumusan ideal yang terkonsep dengan jelas dan tersistematis mengenai pendidik. Tulisan yang berkaitan dengan topik ini masih tersebar dalam beberapa dokumen Muhammadiyah maupun tulisan dari beberapa ahli atau pemerhati pendidikan Muhammadiyah. Tulisan ini bertujuan untuk membedah corak filsafat pendidikan Muhammadiyah sehingga dapat ditemukan corak pendidik Muhammadiyah sekaligus mengelaborasi sebuah tawaran konsep pendidik Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan hasil penelitian dengan metode kualitatif menggunakan kajian kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan analisis hermeneutis untuk menguji pandangan filosofis. Temuannya adalah bahwa pendidik Muhammadiyah dapat dikatakan bercorak Islamis rasional dan pragmatis. Dari perspektif teori kontemporer, ia memiliki corak esensialis, progresif, dan rekonstruksionis. Pendidik haruslah orang yang memiliki keikhlasan, berorientasi pada amal nyata dan kebermanfaatan bagi orang lain, dan memiliki karakter inovatif, kreatif dalam menghadapi tantangan dan problema kehidupan, terutama di era digital seperti saat ini.
KONSTRUKSI HADIS PENDIDIKAN SHALAT DALAM TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN Yunita Furi Aristyasari
Muslim Heritage Vol 3, No 2 (2018): Muslim Heritage
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.029 KB) | DOI: 10.21154/muslimheritage.v3i2.1284

Abstract

Abstract: Worship education is one of the significant aspects for the realization of noble character as expected in the objectives of the national education system. Therefore, Muhammad saw as the Messenger of Allah in one of his hadiths commands for praying at the age of seven and allowed to beat them if he did not carry it out at the age of ten. However, prayer education so far is only limited knowledge and practice without being escorted by appreciation. This article examines the construction of prayer education hadist based on the philosophy of education. It has become an urgent issue as indicated by the decline of the character’s value of the nation's generation. Thus, the expected objective of praying has not been fully achieved. In addition, the hitting punishment in the context of education which was allowed by the Prophet cannot be realized and it bounce back to educators because it is considered as violence. This study revealed that the selection of material for praying is a blending system of essentialism, neoscolatisism, pragmatism, and essentialism. The method of punishment is relevant to a blend of philosophies of idealism, perennialsm, essentialism, and behaviorism. Both the material and methods in the hadith of prayer education do not conflict with the philosophy of Pancasila. In fact, both are manifestations of the practice of philosophy so that the hadith of the prayer education is relevant and still actual.Abstrak: Pendidikan shalat adalah salah satu aspek penting bagi terwujudnya akhlak mulia sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan sistem pendidikan nasional. Karena itu, Rasulullah Saw. sebagai penyempurna akhlak dalam salah satu hadisnya memerintahkan shalat sejak usia tujuh tahun dan membolehkan memukul jika tidak melaksanakannya di usia sepuluh tahun. Namun, pendidikan shalat selama ini hanya sebatas knowing (pengetahuan) dan doing (praktik) tanpa disertai penghayatan nilai (being). Artikel ini akan mengkaji tentang konstruksi hadis pendidikan shalat dalam tinjauan filsafat pendidikan. Hal ini menjadi urgen ditunjukkan dengan masih merosotnya akhlak atau karakter generasi bangsa. Dengan demikian, fungsi shalat yang diharapkan belum tercapai sepenuhnya. Di samping itu, hukuman memukul dalam rangka mendidik yang dibolehkan oleh Rasulullah Saw. dalam hadisnya tidak bisa terealisasi dan justru menjadi boomerang bagi para pendidik karena dianggap oleh masyarakat sebagai kekerasan. Dari kajian yang dilakukan melalui pendekatan filsafat pendidikan, pemilihan materi shalat merupakan perpaduan dari filsafat esensialisme, neoskolatisisme, pragmatisme, dan esensialisme. Metode hukuman relevan dengan perpaduan filsafat idealisme, perenialisme, esensialisme, dan behaviorisme. Baik materi dan metode dalam hadis pendidikan shalat tidak bertentangan dengan filsafat Pancasila. Justru keduanya adalah wujud dari pengamalan filsafat tersebut sehingga hadis pendidikan shalat tersebut bersifat relevan dan tetap aktual.
PEMBUATAN FASILITAS WUDU PADA MUSALA DI DUKUH BUTUH KIDUL RT 01, SEDAYU Fanny Monika; Fadillawaty Saleh; Martyana Dwi Cahyati; Yunita Furi Aristyasari; Hakas Prayuda
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2020: 11. Teknologi Informasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.497 KB) | DOI: 10.18196/ppm.311.252

Abstract

Mitra pada program pengabdian ini adalah masyarakat Dukuh Butuh Kidul, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Masalah yang dialami mitra yaitu tidak tersedianya fasilitas wudu pada musala, sehingga warga harus berwudu di rumah warga yang berada di sekitar Musala. Sebagai pusat ibadah khususnya salat, maka Musala terkait dengan permasalahan syarat sahnya salat antara lain berwudu dan suci dari najis sehingga diperlukan jaminan sahnya wudu para jamaah serta kesucian musala. Maka dari itu, dalam program Pengabdian Kepada Masyarakat yang dibiayai oleh LP3M UMY Tahun 2019/2020 kami bersama dengan Mahasiswa Himpunan Sipil (HMS) UMY melaksanakan pengabdian masyarakat berupa pembangunan fasilitas wudu dan toilet pada Musala Dukuh Butuh Kidul. Metode yang digunakan dalam pembangunan tempat wudu dan musala ini mengacu pada panduan pembangunan perumahan dan permukiman perdesaan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Karena adanya keterbatasan dana hibah pengabdian maka program yang telah dilaksanakan dalam pengabdian ini yaitu berupa pembuatan fondasi, sloof, dan kolom. Untuk tindak lanjut pada periode pengabdian yang akan datang akan dilaksanakan pekerjaan dinding, lantai, atap, sanitasi, dan plumbing.
Peningkatan Kesiapsiagaan Anggota Nasyiatul Aisyiyah (NA) Cabang Ngawen Klaten Terhadap Bencana Willis Diana; Yunita Furi Aristyasari; Restu Faizah; Edi Hartono
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2020): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.144 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v3i2.422

Abstract

Increasing the skills and abilities of individuals, families and communities in the face of disasters need to be carried out continuously, because of the high potential for threats and the increasing number of people exposed to disaster risk. Women have a strategic role in disaster management and are very effective in transferring their knowledge to the next generation. In this community service activity, the Nasyiatul Aisyiyah branch of Ngawen, Klaten, Central Java, chosen as a partner. The purpose of this activity is to improve women's preparedness capacity and to reduce people's exposure to disasters. The activities are not only in terms of physical preparedness but also spiritual preparedness. This community service activity consist of three stage, which are,the first stage is preliminary survey to assess the knowledge of participants on disaster preparedness, the second stage is giving disaster preparedness education with facilitators guidance, providing disaster preparedness pocket books, and discussions, and the final stage was an assessment of disaster preparedness after participants are given education/training. The assessment was done using a questionnaire. The result of the prelimanary survey show that the participant are at the level of moderate preparedness. The disaster preparedness education increasing all the disaster preparedness parameters index. The knowledge parameter index increased by 5%, the family preparedness plan parameter index increased by 15%, the parameter index of disaster warning knowledge increased by 6%, the resource mobilization parameter index increased by 10%. The socialization or simulation is needed about the importance of evacuation, relief and rescue, and campaign about the disaster is also needed through various media that are in accordance with the conditions of the community.
Model Pendidikan Qur'ani dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Yunita Furi Aristyasari; Chusnul Azhar
DAYAH: Journal of Islamic Education Vol 5, No 1 (2022): DAYAH: Journal of Islamic Education
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jie.v5i1.10721

Abstract

The purpose of this study is to explore the educational model from the Quranic perspective and its implications for emotional intelligence development. This research will continue by looking at the Qur'an from a normative and historical perspective in order to create a model of education through the Qur'an. Content analysis was employed as the analytical technique, with the data sources being the Qur'an text and the Tafsir of the Ministry of Religion, as well as secondary data sources from diverse relevant publications. The Quranic education approach begins with the purpose of forming a perfect human. This goal already included those with emotional intelligence based on the Bakaran Adz-Dzakiey theory's indicators.The interpretation of the Qur'an text reveals that the approach is the merger of SCL and TCL, which is then disclosed in the ways of lectures, stories, examples, case studies, discussions, assignments, and rihlah. Through guidance, satire, reprimand, and praise, the Quranic education paradigm calls for improvements in the teaching and learning process. This paradigm was chosen because it is used by exemplary figures in the Qur'an with great emotional intelligence Diawali dari pembelajaran online di masa pandemi yang membawa dampak besar terhadap segala aspek, khususnya sisi emosional peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk menggali model pendidikan perspektif al-Qur’an dan implikasinya terhadap pengembangan kecerdasan emosional. penelitian ini berlanjut dengan menggali al-Qur’an secara normatif dan historis untuk menemukan model pendidikan melalui kerangka teori ciri model pembelajaran. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis konten dengan sumber data teks al-Qur’an dan Tafsir Kementerian Agama didukung sumber data sekunder dari berbagai literatur yang relevan. Hasil menunjukkan bahwa Model pendidikan Qur’ani dimulai dari penetapan tujuan untuk membentuk insan kamil (insan paripurna). Dalam tujuan tersebut sudah terkandung insan yang memiliki kecerdasan emosional dengan indikator yang dikemukakan oleh Bakaran Adz-Dzakiey . Hasil pemahaman dari teks al-Qur’an menunjukkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan integrasi SCL dan TCL yang kemudian diturunkan dalam metode ceramah, kisah, keteladanan, studi kasus, diskusi, penugasan, dan rihlah. Model pendidikan Qur’ani menghendaki adanya perbaikan dalam proses belajar mengajar melalui nasihat, sindiran, teguran, dan pujian. Pemilihan rangkaian model tersebut adalah karena model tersebut diterapkan oleh figur-figur teladan yang Allah kisahkan dalam al-Qur’an, seperti para-Nabi dan Rasul, orang-orang salih sehingga menghasilkan generasi-generasi yang memiliki kemampuan atau kecerdasan emosional yang tinggi
PENDIDIKAN ISLAM PROGRESIF MUHAMMAD IQBAL Yunita Furi Aristyasari
Al Ghazali Vol 2 No 2 (2019)
Publisher : STAINU Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This writing explores progressivism aspects in Sir Muhammad Iqbal's thought and attempts to construct educational system based on his ideas. As it is known that one important problem in Indonesia is the loss of Indonesian identity as indicated by the moral and spiritual fading. Long time ago, Muhammad Iqbal had felt similar unrest about the problem and finally led to his progressive ideas. This study belongs to library research using literature methodology. The study analyses Muhammad Iqbal's ideas with the progressivism philosophy. The results show that Iqbal’s thoughts indicated that he was a progressive person. However, the basis and estuary of Iqbal’s progressivism thought is different from the West’s. Iqbal's progressivism stems from faith and leads to the position of man as God's representative. As an effort to renew education, it is necessary to build an education system that aims to create a perfect human being by utilizing his potential
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Online Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Tetap Menjaga Silaturahmi Ivanna Beru Brahmana; Yunita Furi Aristyasari
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 3 Juni 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i3.3597

Abstract

                     ABSTRAK Pandemi Covid-19 merupakan bencana yang terjadi tiba-tiba. Protokol stay at home dan social distancing diterapkan untuk mencegah penularan Covid-19. Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA), kelembagaan sosial remaja putri, rutin pertemuan tiap satu-tiga bulan sekali. Bulan Romadhon yang biasanya diisi berbagai kegiatan berjamaah menjadi sulit dilakukan di masa pandemi ini. Pelaksanaan pengabdian ini menggunakan aplikasi whatsapp sebagai penghubung silaturahmi dan pertemuan rutin sekaligus mensosialisasikan pentingnya kesehatan reproduksi bagi remaja. Whatsapp (wa) sebagai media sosial akrab digunakan oleh remaja. Tujuan memanfaatkan wa sebagai sarana menimba ilmu dan silaturahmi di masa pandemi. Urutan metode pelaksanaan meliputi pengisian daftar hadir dengan google form, dilanjutkan pretest. Kemudian dilanjutkan dengan ceramah beserta tanya jawab yang dipandu moderator melalui chat dan voice note whatsapp. Tahap akhir diisi dengan post-test oleh peserta. Ceramah kesehatan reproduksi dengan powerpoint wa dan penjelasan materi dengan voice note, diakhiri posttest. Tercatat 35 peserta mengisi lengkap google form dan 4 orang tidak lengkap. Total 39 peserta merupakan 90,7% (39/43) dari anggota NA. Pretest diikuti 48,72% (19/39), posttest 53,85% (21/39) peserta, 80% peserta mengusulkan pertemuan online via wa tiap bulan, dan 20% pertemuan cukup dua bulan sekali. Seluruh peserta merasa wa bisa sebagai solusi tetap terjalinnya silaturahmi dan wahana edukasi yang berkesinambungan di masa bencana pandemi ini. Protokol kesehatan pun tetap bisa dijalankan. Simpulan yang dapat diambil adalah edukasi kesehatan dan silaturahmi tetap bisa dijalankan di masa bencana pandemi ini, dengan memanfaatkan wa. Kata Kunci : Covid-19, edukasi, silaturahmi, whatsapp                     ABSTRACT The Covid-19 pandemic has led to the emergence of several new regulations in society that aim to prevent the transmission of the virus. These regulations, namely the stay at the home and social distancing. These regulations change several activities in society. One of the regular meetings for young women named Nasyiatul 'Aisyiyah has an agenda of meeting once every three months. Meanwhile, the month of Ramadan is usually filled with various congregational activities so that it is difficult to carry out during the pandemic. The implementation of this community service uses WhatsApp as a liaison for friendship and regular meetings as well as socializing the importance of reproductive health for adolescents. The sequence of methods includes filling in the attendance list with google form, followed by pretest. Then proceed with a lecture along with discussion guided by the moderator through chat and voice notes. The final stage is filled with post-tests by the participants. Register attendance by filling in the google form and pre-test. The reproductive health lecture by sharing material through PowerPoint and explanation of the material with voice notes then ended with a post-test. It was recorded that 35 participants filled out the complete google form and 4 people were incomplete. Participants who took part in the activity were 39 (90.7%) (39/43) of NA members. The pre-test was followed by 48.72% (19/39), post-test 53.85% (21/39) of participants, 80% of participants suggested online meetings via WhatsApp every month, and 20% of meetings were sufficient every two months. This study concludes that health education and friendship can be carried out during a pandemic by (WhatsApp). Keywords: Covid-19, education, familiarization, WhatsApp