Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGEMBANGAN USAHA IKAN SIDAT (ANGUILLA SP.) DI KOTA PALU Salanggon, Alismi M; Laapo, Alimudin; Tantu, Fadly Y
KAUDERNI : Journal of Fisheries, Marine and Aquatic Science Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.529 KB)

Abstract

This study aims to analyzed Internal Factor Evaluation, External Factor Evaluation, SWOT and Grand Strategy Matrices. The results showed that the strengths of eel business development in Palu were experience in the eel business, regular customers and suppliers as well strategic business location. The weaknesses were that the collectors/traders/middlemen don?t yet know how to grow out glass eels and captive breeding is not yet possible, business management is still family-oriented and production capacity is still limited. Opportunity factors for eel business development in Palu were high market demand (domestic and foreign), eel resources are still abundant and eel prices remain high. While threat factors were weaknesses in legislation/regulation on eels, environmentally damaging capture methods, and changes in climate that affect the availability of eels. The strategy for eel business development in Palu City was in quadrant I, which is a Strength-Opportunity (S-O) or aggressive strategy
STRUKTUR POPULASI REKRUT KARANG HERMATIFIK PADA METODE FISH HOME DI TELUK PALU Salanggon, Alismi M; Finarti, Finarti
KAUDERNI : Journal of Fisheries, Marine and Aquatic Science Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (974.406 KB)

Abstract

The goals of this research were to study the characteristics of coral recruits on Fish Home artificial reef modules at two sites with different environmental characteristics (habitat condition, physical and chemical water quality). The research was carried out from July to September 2016 at Mamboro Suburb in Palu Bay and Lero Village in Donggala District. Data were collected using SCUBA via a systematic random sampling method. Coral recruits were identified and community composition indices of abundance, distribution, diversity, evenness and dominance calculated. Water quality parameters were conducive to coral growth. The artificial substrate (fish homes) enabled coral settlement. Corals recruited mostly onto the outer walls of the fish homes, and were evenly distributed. At the Lero site, 683 colonies were counted, comprising 11 Families and 33 Genera, at Mamboro 563 colonies comprised 13 Families and 31 Genera. Dispersal patterns of the dominant group, no dominant species, average diversity and evenness.
ALT BAKTERI DAN KAPANG MIE BASAH DAGING CUMI CUMI DENGAN LAMA PENYIMPANAN BERBEDA Salanggon, Alismi M; Hanifah, Hanifah; Tanod, Wendy Alexander; Hermawan, Roni
KAUDERNI : Journal of Fisheries, Marine and Aquatic Science Vol 2 No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPL) Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.318 KB)

Abstract

Mie basah merupakan mie mentah yang direbus terlebih dahulu dengan air mendidih sebelum dipasarkan. Saat ini, mie basah yang beredar di masyarakat memiliki kandungan gizi karbohidrat yang tinggi sedangkan kandungan protein dan mineral masih rendah. Oleh karena itu, penambahan mutu gizi dari mie basah dengan cara menfortifikasi mie dengan bahan lain seperti cumi cumi. Cumi cumi selain dagingnya yang mudah dicerna, juga memiliki kandungan asam amino esensial dan kaya akan mineral seperti fosfor dan kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang. Oleh karena itu, penambahan cumi cumi perlu dilakukan guna untuk meningkatkan mutu gizi dari mie. Umumnya mie basah yang beredar di pasaran hanya mampu bertahan selama ±2-3 hari pada suhu ruang. Sedangkan cumi cumi mengandung kadar air yang cukup tinggi. Kadar air yang cukup tinggi pada suatu bahan pangan, dapat memicu tumbuhnya mikroorganisme. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ALT bakteri dan ALT kapang mie basah daging cumi cumi pada lama penyimpanan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) perlakuan dan ulangan sebanyak 3 kali yaitu lama penyimpanan 24, 48, 72, dan 96 jam. Hasil yang diperoleh ALT bakteri , ALT kapang dan pH pada mie basah dapat bertahan pada 48 jam pada suhu ruang sedangkan ALT bakteri, kapang dan pH pada 72 jam mie dikatakan rusak karena sudah melewati batas SNI ALT bakteri sebesar 1 x 106koloni/g dan ALT kapang sebesar 1,0 x 104koloni/g.
PENGELOLAAN BANGGAI CARDINALFISH (Pterapogon kauderni) MELALUI KONSEP ECOSYSTEM-BASED APPROACH (Banggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) Management an Ecosystem-Based Approach) Samliok Ndobe; Abigail Moore; Al Ismi M. Salanggon; . Muslihudin; Daduk Setyohadi; Endang Y. Herawati; . Soemarno
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 4 No. 2 (2013): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.047 KB) | DOI: 10.29244/jmf.4.2.115-126

Abstract

ABSTRACTThe Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni) or capungan Banggai (often abbreviated as BCF) is a marine fish endemic to the waters around the Banggai Archipelago, caught in large numbers for the marine aquarium trade. The conservation of this endemic species became an international issue, in 2007 the BCF was proposed for CITES listing by the USA and listed as Endangered in the IUCN Red List. The CITES proposal was withdrawn, with Indonesia committed to conserve the Banggai Cardinalfish through a sustainable ornamental fishery approach. The multi-stakeholder Banggai Cardinalfish Action Plan (2007-2012) and other initiatives have aimed towards this goal; however the initiative to secure limited protected status in 2011 failed. Studies during 2011-2012 found many positive developments in the BCF fishery, and if the carrying capacity (stocks and ecosystems) was similar to the early 2000’s, current official exploitation levels should be sustainable. However a stock assessment analysis using FISAT II revealed a high exploitation level (0.5), indicating catches may have reached or possibly exceeded sustainable limits. Survey/monitoring results indicate the endemic population is not in a steady state, with sharp declines in the past decade. There are strong indications that habitat degradation is the main cause of this decline, including over-exploitation of key BCF micro-habitat (sea urchins and sea anemones). Without an effective solution to protect the supporting ecosystem, P. Kauderni will be increasingly threatened with extinction, with or without fishing pressure. The case of the BCF highlights the importance of an ecosystem-based approach to fisheries policy and management.Key words: ecosystem-based approach to fisheries management, Pterapogon kauderni, stockassessment, sustainable ornamental fishery-------ABSTRAKBanggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) yang sering disingkat BCF atau capungan Banggai merupakan ikan laut endemik di perairan Banggai Kepulauan dan sekitarnya yang ditangkap dalam jumlah besar untuk diperdagangkan sebagai ikan hias. Kelestarian spesies endemik tersebut menjadi isu internasional dan pada tahun 2007 diusulkan pada CITES oleh Amerika Serikat dan didaftarkan sebagai Endangered pada Red List IUCN. Status terdaftar pada CITES ditangguhkan, namun Indonesia berkomitmen untuk menjamin kelestarian Banggai cardinalfish dengan pola sustainable ornamental fishery. Rencana Aksi Banggai Cardinalfish multi-stakeholder (2007-2012) dan beberapa inisiatif lain bertujuan mewujudkan tujuan tersebut antara lain penetapan status jenis lindung terbatas, namun upaya yang diinisiasi pada tahun 2011 tersebut gagal. Berdasarkan data kajian 2011-2012, banyak perubahan positif dalam perikanan BCF, dan jika daya dukung alam (stok dan ekosistem) masih seperti pada awal tahun 2000-an tingkat pemanfaatan resmi seharusnya sustainable. Hasil kajian menggunakan FISAT II bahwa tingkat pemanfaatan (0,5) tergolong tinggi, dan merupakan indikasi bahwa tingkat pemanfaatan telah pada atau melebihi batas maksimal lestari. Hasil survey/monitoring menunjukkan bahwa populasi endemik tidak pada kondisi steady state dan menunjukkan penurunan tajam dalam dekade terakhir. Terindikasi kuat bahwa penyebab utama penurunan tersebut adalah degradasi habitat, antara lain akibat pemanfaatan lebih mikrohabitat (bulu babi dan anemon laut). Tanpa solusi efektif untuk melestarikan ekosistem pendukung, P. kauderni akan semakin terancam punah, dengan atau tanpa adanya penangkapan. Kasus BCF menunjukkan pentingya pendekatan ecosystem-based approach terhadap kebijakan dan manajemen perikanan tangkap.Kata kunci: ecosystem-based approach to fisheries management, Pterapogon kauderni,pengkajian stok, sustainable ornamental fishery
PEMANTAUAN IKAN ENDEMIK BANGGAI CARDINALFISH (BCF) PASCA TSUNAMI DI TELUK PALU Mohamad Syahril; Renol Renol; Alismi M Salanggon; Deddy Wahyudi; Mohamad Akbar; Yeldi S Adel; Roni Hermawan; Anita Treisya Aristawati; Finarti Finarti
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v3i2.736

Abstract

Program Kemitraan Masyarakat Stimulus (PKMS) Pemantauan Ikan Endemik Banggai Cardinalfish (BCF) Pasca Tsunami di Teluk Palu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa/siswi SMKN 6 Palu terhadap ikan endemik BCF dan habitatnya. Kemampuan tersebut semakin penting dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim. Dengan demikian, pengetahuan mengenai ikan endemik BCF serta keterampilan memantau ikan tersebut merupakan life skills yang sangat berguna bukan hanya bagi mereka tetapi bagi komunitas dimana mereka berada, baik selama duduk di bangku sekolah maupun nantinya di tengah masyarakat. Tahap Pelaksanaan PKMS ini melalui penyuluhan pelatihan teknis bioekologi dan cara pemantauan ikan endemik BCF secara daring yang di sampaikan oleh narasumber teknis, kemudian dilanjutkan dengan penerapan skala kecil dilapangan oleh tim pelaksana. Hasil Survei menunjukkan bahwa adanya perubahan yang sangat signifikan baik itu menyangkut jumlah populasi maupun mikrohabitat ikan endemik BCF
IDENTIFIKASI POPULASI BULU BABI DI TELUK PALU Anita Treisya Aristawati; Renol Renol; Finarti Finarti; Mohamad Akbar; Alismi M Salanggon; Mohamad Syahril; Deddy Wahyudi; Yeldi S Adel
Jurnal Sains dan Teknologi Perikanan Vol 2 No 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas Sains dan Tekonologi, Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55678/jikan.v2i2.726

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas perairan fisika dan kimia mengkaji biodiversitas bulu babi di perairan Teluk Palu; serta mengkaji distribusi bulu babi di perairan Teluk Palu. Metode penentuan populasi bulu babi menggunakan Line Transect. Pengamatan yang dilakukan dilokasi penelitian terdiri dari Diadema savignyi, Diadema setosom dan Echinothrix calamaris. Hasil perhitungan kelimpahan yang paling tinggi pada D. setosom 74%, D. savignyi 21%, dan terendah E. calamaris 5%. Dibandingkan dengan tahun 2018, jumlah individu bulu babi yang ditemukan pada tahun 2020 mengalami penurunan. Hal ini diduga disebabkan oleh bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2018, sehingga diindikasikan ekosistem habitat bulu babi di perairan Kadongo belum pulih seperti keadaan sebelum tsunami. Indeks keanekaragaman spesies setelah dilakukan perhitungan yaitu D. savignyi dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,32803, D. setosom sebesar 0,22502 serta E. calamaris dengan nilai indeks keanekaragaman 0,15497. Jika ditotalkan, indeks keanekaragaman berdasarkan jenis diperoleh nilai 0,70802; bulu babi pada lokasi penelitian masuk pada kategori rendah. Hasil perhitungan indeks keseragaman adalah 0,40500; menunjukkan sebaran individu antar jenis cukup seragam. Perhitungan hasil indeks dominasi diamati pada lokasi penelitian yakni D. savignyi sebesar C = 0,04432, spesies D. setosom sebesar C = 0,54294, serta spesies E. calamaris sebesar C = 0,00277. Hasil perhitungan menunjukkan untuk spesies D. setosom mendominasi pada lokasi pengamatan.
Kajian Mikroplastik Pada Ikan Ekonomis di Pasar Tradisional Kota Palu Roni Hermawan; Mohamad Akbar; Mubin Mubin; Alismi M Salanggon; Anita Treisya Aristawati; Renol Renol; Finarti Finarti; Eka Aji Pramita; Yeldi S Adel; Didit Kustantio Dewanto; Mohamad Syahril
Jurnal Kelautan Vol 16, No 1: April (2023)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v16i1.17566

Abstract

ABSTRAKMikroplastik merupakan luruhan dari serpihan plastik yang terbuang atau sengaja dibuang ke laut. Dampak dari cemaran mikroplastik ini sangat berbahaya, terlebih lagi jika masuk kedalam jaringan tubuh hewan bahkan manusia. Ketergantungan konsumsi lokal tersebut menyebabkan tingginya resiko terpapar cemaran mikroplastik dari ikan laut yang dipasarkan melalui pasar-pasar tradisional. Tujuan penelitian ini adalah menghitung konsentrasi mikroplastik pada sistem pencernaan ikan laut konsumsi pada pasar tradisional di Kota Palu dan mengkaji jenis kandungan plastik yang terdapat pada pencernaan ikan konsumsi tersebut. Sampling ikan yang diambil adalah ikan laut yang dipasarkan di 4 (empat) pasar tradisional Kota Palu, sampel yang diambil adalah ikan yang segar dan biasa dikonsumsi masyarakat. Pengukuran mikroplastik dilakukan dengan metode destruksi bahan organik pada saluran pencernaan ikan menggunakan larutan KOH 10% dan H2O230% hingga 50%, perendaman antara 48 hingga 72 jam. Sampel diamati menggunakan mikroskop, untuk memastikan bahwa objek adalah mikroplastik metode Hot Needle Test. Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta) terdapat kandungan mikroplastik sebesar 0,375 item/ind atau 0,022 item/gr berat badan ikan, jenis mikroplastik yang ditemukan adalah jenis serpihan plastik. Ikan Baronang (Siganus canaliculatus) ditemukan kandungan mikroplastik sebesar 3,75 item/ind atau 0,071item/gr berat badan ikan, jenis mikroplastik yang ditemukan adalah jenis serpihan dan serat.Kata Kunci: mikroplastik, ikan, pencernaan, konsumsi, pasarABSTRACTMicroplastics are the decay of plastic flakes that were wasted or deliberately thrown into the sea. The impact of microplastic contamination is very dangerous, especially if it enters the body tissues of animals and even humans. This dependence on local consumption causes a high risk of exposure to microplastic contamination from marine fish marketed through traditional markets. The purpose of this study was to calculate the concentration of microplastics in the digestive system of consumption fish at traditional markets in Palu City and to examine the types of plastic content found in the digestion of consumption fish. The fish samples taken were marine fish marketed in 4 (four) local markets in Palu City, the samples were fresh fish and commonly consumed by locals. Microplastic measurements were carried out by the method of destroying organic matter in the digestive tract of fish using a 10% KOH solution and 30% to 50% H2O2, soaking between 48 to 72 hours. The samples were observed using a microscope, to ensure that the objects were microplastic using the Hot Needle Test method. Based on observations, it was found that mackerel (Rastrelliger kanagurta) contained a microplastic content of 0.375 item/ind or 0.022 item/gr fish body weight, the type of microplastic found was a type of plastic flake. Baronang fish (Siganus canaliculatus) was found to contain microplastics of 3.75 items/ind or 0.071 items/gr fish body weight, the types of microplastics found were flakes and fibers.Keywords: Microplastic, fish, digestion, consumption, local market