Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : AKSIOMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN Didik Sugeng Pambudi; Ananda Dwi Iskarina; Ervin Oktavianingtyas; Susanto Susanto; Hobri Hobri
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 10, No 3 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.489 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v10i3.4063

Abstract

AbstrakBerpikir reflektif yang terdiri dari tahapan reacting, elaborating/comparing, dan contemplating merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam  aktivitas siswa memecahkan masalah matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir reflektif siswa SMP dalam menyelesaikan masalah aritmetika sosial berdasarkan jenis kelamin. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini melibatkan siswa kelas IXF di satu SMP Negeri di Banyuwangi. Pengumpulan data menggunakan metode tes  dan  wawancara. Tes tertulis berisi materi aritmetika sosial diberikan kepada 31 siswa kelas IXF. Kemudian berdasarkan hasil tahapan contemplating, maka dipilih 4 siswa terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan untuk dilakukan wawancara. Triangulasi metode digunakan untuk memperoleh data yang valid, yaitu membandingkan antara hasil tes tertulis dengan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa persamaan dan perbedaan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan dalam berfikir reflektif saat memecahkan masalah aritmetika sosial. Pada fase reacting, siswa laki-laki dan siswa perempuan sama baiknya dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal menggunakan kata-kata dari soal atau menggunakan bahasa sendiri. Pada tahap elaborating/comparing, siswa perempuan menunjukkan kemampuan lebih baik dari siswa laki-laki dalam menghubungkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanya, menyebutkan kecukupan informasi untuk menjawab soal,  menghubungkan masalah yang ditanyakan dengan masalah yang pernah diterima sebelumnya, menyusun rencana penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki serta menyelesaikan permasalahan menggunakan strategi yang telah disusun. Pada tahap contemplating, siswa laki-laki lebih baik pencapaiannya daripada siswa perempuan dalam menemukan kesalahan pada penetapan jawaban, menjelaskan letak kesalahan, memperbaiki kesalahan, dan membuat kesimpulan dengan benar. Secara keseluruhan, siswa perempuan memiliki kemampuan berfikir reflektif lebih baik daripada siswa laki-laki. Berdasarkan hasil ini, maka disarankan kepada guru matematika hendaknya selalu melatih siswa mengembangkan kemampuan berfikir reflektif dalam aktivitas memecahkan masalah matematika di sekolah. Selanjutnya siswa dilatih untuk mempresentasikan bagaimana melakukan semua tahapan berfikir reflektif tersebut, sehingga semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan berfikir reflektif  sangat baik untuk memecahkan masalah matematika. Kata kunci:    Aritmetika Sosial; Berpikir Reflektif; Jenis Kelamin; Memecahkan Masalah Matematika. Abstract Reflective thinking which consists of the stages of reacting, elaborating/comparing, and contemplating is one of the factors that play an important role in students' activities in solving mathematical problems. This study aims to describe the reflective thinking ability of junior high school students in solving social arithmetic problems based on gender. This study uses a qualitative descriptive study on students of class IXF at a SMP Negeri at Banyuwangi. Data collection using test and interview methods. A written test containing material on social arithmetic was given to 31 students of class IXF. Then based on the results of the contemplating stage, 4 students were selected consisting of 2 male students and 2 female students to participate in the interview. Triangulation method is used to obtain valid data, namely comparing the results of written tests with interviews. The data were analyzed descriptively. The results showed that there were some similarities and differences between male students and female students in reflective thinking when solving social arithmetic problems. In the reacting phase, male students and female students were equally good at writing down what was known and what was asked in the question using words from the questions or using their own language. At the elaborating/comparing stage, female students showed better abilities than male students in connecting what was known to what was asked, mentioning the adequacy of information to answer questions, connecting the problems asked to problems that had been received before, compiling a problem-solving plan based on experience and solve problems using the strategies that have been prepared. At the contemplating stage, male students had better achievements than female students in finding errors in determining answers, explaining where errors were, correcting errors, and making correct conclusions. Overall, female students have better reflective thinking skills than male students. Based on these results, it is suggested that mathematics teachers should always train students to develop reflective thinking skills in mathematical problem solving activities at school. Furthermore, students are trained to present how to do all the stages of reflective thinking, so that all students, both male and female, have excellent reflective thinking skills to solve mathematical problems.Keywords: Gender; Reflective Thinking; Social Arithmetic; Solving Math Problems.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY BERBANTUAN GEOGEBRA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Ahmad Sofi Yullah; Susanto Susanto; Abi Suwito
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4184.341 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v11i2.5010

Abstract

Penelitian ini mempunyai maksud yakni memahami efektifnya aktivitas belajar mengajar dengan model discovery berbantuan GeoGebra dilihat dari kemampuan berfikir kreatif matematika murid. Metode dari penelitian yang dipilih ialah kuantitatif. murid kelas XI SMKN 6 Jember menjadi populasi dalam penelitian. Sampel pada penelitian diambil melalui cara acak yang terdiri dari kelas kontrol serta eksperimen dengan memakai metode cluster random sampling. Data penelitian ialah instrumen berupa pre-test serta post-test untuk memahami kemampuan berfikir kreatif matematika murid. Desain penelitian ialah penelitian kuasi eksperimen, dengan tehnik analisa data yang dipakai ialah uji parametik yakni independent sample t-test. Penelitian mendapatkan hasil jika kemampuan murid meningkat sesudah mengikuti aktivitas belajar mengajar dengan model discovery berbantuan geogebra. Hasil dari nilai post-test dalam kelas ekserimen lebih tinggi dibanding hasil nilai post-test dalam kelas kontrol serta rata-rata nilai N-Gain score dalam kelas eksperimen senilai 68.8% dikategorikan cukup efektif. Dalam kelas kontrol senilai 42.8% dikategorikan kurang efektif. Sehingga bisa diambil simpulan jika aktivitas belajar mengajar dengan model discovery berbantuan GeoGebra efektif dalam peningkatan kemampuan berfikir kreatif murid materi transformasi geometri refleksi. In this study, we will determine GeoGebra-assisted effectiveness discovery teaching and learning activities model in terms of students' creative thinking skills, which integrates the quantitative methods. The research population are class XI students at SMKN 6 Jember, divided into control and experimental class. Sampling using cluster random sampling method. The study data are instruments in the form of post-test and pre-test to determine student creative thinking ability in mathematics. The study results indicate an increase in students using GeoGebra-assisted discovery learning models. The post-test result in the experimental class is greater than the post-test result in the control class. The research design is a quasi-experimental, with data analysis techniques using parametric independent sample t-test. The results of the analysis show that the average N-Gain value in the test class is 68.8%, entered in the category is quite effective. For comparison, the average N-Gain value in the control class is 42.8% which is categorized as less effective. It implies that the implementation of discovery teaching and learning model using GeoGebra effective to improve the students' creative thinking skill on the reflection geometry transformation material.
PENGEMBANGAN PAKET TES GEOMETRI BANGUN DATAR UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP Handariyatul Masruroh; Susanto Susanto; Nurcholif Diah Sri Lestari
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.824 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v12i1.6729

Abstract

Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian pembelajaran matematika. Dengan adanya pengembangan paket tes geometri, guru dapat mengukur kemampuan penalaran matematis siswa sehingga guru akan lebih mudah dalam merancang pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan penalaran matematis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan paket tes geometri pokok bahasan bangun datar untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa SMP yang valid, praktis, dan efektif, serta untuk mendeskripsikan profil kemampuan penalaran matematis siswa SMP dalam menyelesaikan paket tes geometri bangun datar. Penelitian ini mengkombinasikan penelitian pengembangan dan penelitian kualitatif. Model penelitian pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formative evaluation yang terdiri dari enam tahap, yaitu: preliminary, self evaluation, expert review, one-to-one, small group dan field test. Setelah paket tes geometri yang dikembangkan valid, praktis, dan efektif dilakukan penelitian kualitatif untuk mengetahui profil kemampuan penalaran matematis siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar validasi, tes geometri, angket respon siswa, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket tes geometri yang dikembangkan valid, praktis, dan efektif. Analisis kemampuan penalaran matematis siswa SMP menunjukkan siswa berkemampuan penalaran matematis tinggi mampu memenuhi enam aspek penalaran matematis yaitu analisis. menyatukan/sintesis, generalisasi, membenarkan, menarik kesimpulan, dan mengevaluasi. Siswa berkemampuan penalaran matematis sedang mampu memenuhi empat aspek penalaran yaitu analisis, menyatukan/sintesis, generalisasi, dan membenarkan. Siswa berkemampuan penalaran matematis rendah tidak mampu memenuhi aspek penalaran atau hanya mampu memenuhi satu aspek penalaran yaitu analisis
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED COOPERATIVE LEARNING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA Dinar Aulia Wahyuningtyas; Sunardi Sunardi; Erfan Yudianto; Susanto Susanto; Abi Suwito
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.605 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v12i1.6733

Abstract

AbstrakPenelitian ini didasari oleh rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dalam penelitian ini untuk mengembangkan model pembelajaran Problem Based Cooperative Learning (PBCL) beserta perangkatnya yang terdiri dari RPP, LKS, dan THB yang valid, praktis, dan efektif kemudian menguji pengaruhnya terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP. PBCL adalah hasil modifikasi sintaks PBL dan Cooperative Learning. Adapun sintaks model pembelajaran PBCL adalah mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing kelompok bekerja dan belajar, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dan memberi penghargaan. Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan dan dilanjutkan dengan penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi aktivitas siswa, observasi keterlaksanaan model dan perangkat pembelajaran, angket respon siswa, dan tes kemampuan pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran PBCL beserta perangkatnya memenuhi kriteria sangat valid, praktis, dan efektif. Kepraktisan diperoleh dari hasil observasi keterlaksanaan model dan perangkat pembelajaran. Berdasarkan dari uji t-test diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran PBCL materi persamaan garis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.  AbstractThis study is based on the lack of students ability in solving mathematical problem. According to that background, this study is aimed to develop a learning model of Problem Based Cooperative Learning (PBCL) along with the learning kits, RPP, LKS, and THB, in a valid, practical, and effective problem solving format, and to examine its effectiveness towards junior high school students’ ability to solve mathemathical problmes. PBCL is a syntax modification result of PBL and Cooperative learning, itself is orienting students on problem, organizing students into learning groups, organizing students for learning, guiding for working and learning group, analyzing and evaluating problem solving process, and giving appreciation. This study used developing research continued by experiment research. The data collection techniques were an interview, student activity observation, the implementation of a learning model and kit observation, a student response form, and a problem solving ability test. The result of this study showed that the learning model and kits of PBCL fulfill the criteria of being very valid, practical, and effective. According to the T-test experiment, it can be concluded that there is a significant influence of the PBCL learning model on students’ ability to solve mathematical problems.