Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

DETEKSI SOYBEAN MOSAIC VIRUS (SMV) TERBAWA BENIH KEDELAI DI SULAWESI TENGGARA Hasan, Asmar; Taufik, Muhammad; Kasim, Niken Kasim Nur; Hijria, Hijria
Journal TABARO Agriculture Science Vol 2, No 1 (2018): MEI 2018
Publisher : Journal TABARO Agriculture Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.231 KB)

Abstract

Virus mosaik kedelai (SMV) adalah salah satu patogen paling penting dalam tanaman kedelai yang aktivitasnya bahkan dapat menyebabkan kerugian tanaman hingga 100%, sehingga menghambat upaya pemerintah untuk mewujudkan swasembada kedelai. Terkait hal ini, sekitar awal tahun 2015, gejala mosaik telah ditemukan pada kedelai yang dibudidayakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo, Sulawesi Tenggara dan berdasarkan hasil deteksi serologi membuktikan bahwa daun kedelai gejala mosaik positif terinfeksi oleh virus mosaik seperti SMV. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah benih kedelai yang ditemukan di kalangan petani dan digunakan sebagai bibit juga telah terinfeksi oleh SMV. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan SMV pada benih kedelai petani menggunakan metode uji serodiagnosis dengan teknik ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMV positif menginfeksi biji kedelai varietas Dena dan Dega dari Desa Belatu, Kecamatan Pondidaha. Terdeteksi pada getah daun kedelai yang telah diunggulkan sedangkan getah biji kering tidak terdeteksi
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI POLA ROTASI TANAMAN PADI-JAGUNG MANIS DI DESA MULYASARI KECAMATAN SUKAMAJU Dewi Marwati Nuryanti; Niken Nur Kasim
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 2: DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.774 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i2.27

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulyasari Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara, pada bulan Juni-Agustus 2017, bertujuan untuk  mengetahui pendapatan usahatani pola rotasi tanaman padi-jagung manis. Desa lokasi penelitian  dipilih dengan sengaja dengan pertimbangan jumlah petani yang paling banyak mengusahakan pola rotasi tanaman tersebut. Responden dipilih secara acak sebesar 35%. Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan bantuan kuisioner dan observasi terhadap obyek yang diteliti, sedangkan data sekunder diperoleh dari Instansi yang terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini mengunakan metode  analisa biaya dan pendapatan dengan rumus Pi=TRi-TCi, kemudian dilanjutkan dengan analisis R/C untuk mengetahi kelayakan usaha. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan usahatani padi adalah sebesar  Rp. 8.968.001,- per ha per musim tanam dengan R/C sebesar 2,35, pendapatan usahatani jagung manis adalah sebesar   Rp. 8.453.804,- per ha per musim tanam dengan R/C sebesar 1,8 dan usahatani pola rotasi tanaman padi- jagung manis-jagung manis adalah sebesar   Rp. 17.186.696,- per ha per tahun dengan R/C 2,01.
IDENTIFIKASI Thrips (Thysanoptera) PADA TANAMAN TOMAT DAN CABAI DI TIGA KABUPATEN Niken Nur Kasim; Andi Nasaruddin; Melina Melina
Journal TABARO Agriculture Science Vol 1, No 1: MEI 2017
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.302 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v1i1.18

Abstract

Kerugian ekonomi akibat serangan thrips telah dilaporkan dari berbagai bagian dunia. Kerusakan akibat serangan serangga tersebut sangat bervariasi, dari kerusakan ringan sampai kerusakan berat hingga dapat mengakibatkan kehilangan hasil panen yang serius. Thrips dapat menyebabkan kerusakan secara langsung dan tidak langsung, dengan menularkan tospovirus pada saat makan pada tanaman. Penelitian ini bertujuan 1) mengetahui keragaman spesies thrips pada tanaman tomat dan cabai di kabupaten, Gowa, Takalar dan Jeneponto, dan 2) komposisi jumlah spesies thrips ditiga kabupaten. Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten, yaitu Gowa, Takalar, dan Jeneponto. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei lapangan untuk mengumpulkan spesimen thrips dari tanaman tomat dan cabai di tiga kabupaten; Gowa, Takalar, dan Jeneponto. Disetiap kabupaten dipilih sebidang tanah, dengan luas kurang lebih 1 ha untuk setiap tanaman inang untuk koleksi thrips. Lima tanaman sampel dipilih secara merata (acak). Setiap tanaman kemudian dipukul – pukul dan thrips yang jatuh pada wadah (nampan) dikumpulkan dengan menggunakan kuas halus kemudian dimasukkan kedalam botol eppendoft yang berisi alkohol 70%. Spesimen dibawa ke laboratorium untuk dihitung dan di identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanaman tomat dan cabai pada kabupaten Gowa dan Takalar menunjukkan terdapat 7 jenis spesies thrips (Thysanoptera; Trebrantia; Thripidae) dari pengumpulan dan proses identifikasi. Tiga spesies: Thrips tabaci, Thrips parvispinus, dan Thrips palmi ditemukan pada tanaman tomat dan cabai ditiga kabupaten. Thrips physapus, Scirtothrips citri, Frankliniella occidentalis, dan Frankliniella fusca, hanya ditemukan pada tanaman tomat di Kabupaten Gowa. Haplothrips sp. (Thysanoptera; Tubulifera; Phlaeothripidae) ditemukan pada tanaman cabai di Jeneponto. Secara keselurahan  sekitar 88 % dari spesimen thrips yang dikumpulkan terdiri dari T. tabaci, T. parvispinus, T. palmi, F. occidentalis, F. fusca dan S. citri merupakan vektor dari tospovirus. Pentingnya penemuan ini untuk antisipasi penyebaran tospovirus dan epidemik di provinsi tersebut.
PENGARUH BIOAKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN JERAMI PADI Sitti Maryam Yasin; Niken Nur Kasim; Sukriming Sapareng; Jabal Jabal
Journal TABARO Agriculture Science Vol 3, No 1: MEI 2019
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.597 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v3i1.198

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis bioaktivator terhadap pembuatan kompos jerami padi.Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompokyang terdiri dari tiga perlakuan tanpa bioaktivator, Promi dan EM-4. Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik yaitu perubahan terhadap suhu, penyusutan volume kompos, dan kadar air, serta sifat kimia kompos berupa pH dan rasio C/N.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bioaktivator promi memberikan hasil terbaik terhadap sifat fisik kompos seperti kadar air, penyusutan, pH dan suhu. Kualitas kompos jerami padi sebagai pupuk organik dengan kadar  C/N yaitu 18,15dan sudah siap di gunakan.Disaran menggunakan bioaktivator promi dalam proses pengomposan limbah pertanian terutama jerami padi.
DETEKSI SOYBEAN MOSAIC VIRUS (SMV) TERBAWA BENIH KEDELAI DI SULAWESI TENGGARA Asmar Hasan; Muhammad Taufik; Niken Nur Kasim; Hijria Hijria
Journal TABARO Agriculture Science Vol 2, No 1: MEI 2018
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.707 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v2i1.114

Abstract

Virus mosaik kedelai (SMV) adalah salah satu patogen paling penting dalam tanaman kedelai yang aktivitasnya bahkan dapat menyebabkan kerugian tanaman hingga 100%, sehingga menghambat upaya pemerintah untuk mewujudkan swasembada kedelai. Terkait hal ini, sekitar awal tahun 2015, gejala mosaik telah ditemukan pada kedelai yang dibudidayakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo, Sulawesi Tenggara dan berdasarkan hasil deteksi serologi membuktikan bahwa daun kedelai gejala mosaik positif terinfeksi oleh virus mosaik seperti SMV. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah benih kedelai yang ditemukan di kalangan petani dan digunakan sebagai bibit juga telah terinfeksi oleh SMV. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan SMV pada benih kedelai petani menggunakan metode uji serodiagnosis dengan teknik ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMV positif menginfeksi biji kedelai varietas Dena dan Dega dari Desa Belatu, Kecamatan Pondidaha. Terdeteksi pada getah daun kedelai yang telah diunggulkan sedangkan getah biji kering tidak terdeteksi
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI POLA TANAM JAGUNG MANIS-SAYURAN DI DESA KETULUNGAN KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA Dewi Marwati Nuryanti; Rusida Rusida; Niken Nur Kasim; Nuraeni Nuraeni
Journal TABARO Agriculture Science Vol 2, No 2: DESEMBER 2018
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.491 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v2i2.130

Abstract

Penelitian ini di laksanakan di Desa Ketulungan Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara, pada Juli  2017 sampai dengan Februari  2018, bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani pola tanam jagung manis-sayuran. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan jumlah petani yang paling banyak mengusahakan usahatani pola tanam jagung manis-sayuran yaitu sejumlah 244 petani. Responden dipilih secara acak sebesar 10% dari popolasi adalah 24 petani.  Data terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dengan berpedoman pada daftar pertanyaan serta observasi lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian mengunakan metode analisis biaya dan pendapatan dengan rumus Pi=TRi-TCi, kemudian dilanjutkan dengan analisis R/C untuk mengetahui kelayakan usaha. Hasil penelitian menunjukan.terdapat 4 macam pola tanam 1). Pola tanam jagung manis-kangkung-bayam sebanyak 83,33% dengan pendapatan sebesar Rp 6.982.867 dan nialai R/C Ratio 1,57; 2). Pola  tanam jagung manis-kacang panjang-timun sebanyak  8,33% dengan pendapatan sebesar Rp 9.868.386 dan nilai R/C Ratio 1,93; 3). Pola  tanam jagung manis-kacang panjang-paria sebanyak 4,17%  dengan pendapatan sebesar Rp 10.208.215 dan nilai R/C Ratio 1,96; 4). Pola tanam jagung manis-timun sejumlah 4.17% dengan pendapatan sebesar Rp 7.671.974 dan nilai R/C Ratio 1,86. Dari empat pola tanam tersebut yang memberi keuntungan yang paling baik adalah pola tanam jagung manis-kacang panjang-paria karena memiliki nilai R/C Ratio tertinggi yaitu sebesar 1,96. Ini berarti dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1,- akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.98,-
KELIMPAHAN POPULASI BAKTERI FILOSFER, RIZOSFER, DAN ENDOFIT TANAMAN KEMIRI SUNAN (REUTEALIS TRISPERMA (BLANCO) AIRY SHAW), SERTA POTENSINYA SEBAGAI AGENS BIOKONTROL Widi Amaria; Niken Nur Kasim; Abdul Munif
Journal TABARO Agriculture Science Vol 3, No 1: MEI 2019
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1164.072 KB) | DOI: 10.35914/tabaro.v3i1.200

Abstract

Tanaman kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan tanaman potensial yang sebagai penghasil minyak nabati. Interaksi tanaman kemiri sunan dengan mikrob ditunjukkan dari potensinya sebagai sumber mikrob yang bermanfaat, baik berasal dari filosfer, rizosfer, dan endofit. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Februari sampai Mei 2018. Penelitian meliputi (1) isolasi dan pemurnian bakteri filosfer, rizosfer, dan endofit; (2) uji keamanan hayati, yaitu uji hemolisis dan hipersensitif; (3) karakterisasi isolat bakteri, yaitu uji Gram, pelarut fosfat, dan kitinolitik; serta (4) uji antibiosis sebagai agens biokontrol terhadap patogen Fusarium oxysporum. Hasil isolasi bakteri dari tanaman kemiri sunan diperoleh sebanyak 35 isolat, yang terdiri dari filosfer 12, rizosfer 13, dan endofit 10. Kelimpahan populasi tertinggi adalah bakteri filosfer 75,9–82,0 x 104 cfu/ml. Pengujian keamanan hayati diperoleh informasi sebanyak 9% isolat bakteri berpotensi sebagai patogen mamalia dan 47,2% merupakan patogen tanaman sebesar 47,2%. Hasil uji Gram menunjukkan Gram positif lebih dominan (58,3%) dibandingkan dengan Gram negatif (41,6%). Isolat-isolat bakteri yang diperoleh belum menunjukkan potensinya sebagai pelarut fosfat dan kitinase, namun sebagai agens biokontrol terhadap patogen F. oxysporum penyebab penyakit layu pada tanaman tomat. Reaksi antibiosis dengan daya hambat tinggi adalah isolat bakteri endofit (b dan d), yaitu 72,5% dan 55%, sedangkan bakteri rizosfer (u) sebesar 60%, semuanya adalah Gram positif.
PEMANFAATAN PEKARANGAN MENJADI KEBUN SAYUR PRODUKTIF DI DAERAH PESISIR DI KECAMATAN WARA TIMUR Sitti Maryam Yasin; Niken Nur Kasim
To Maega : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): Agustus 2018
Publisher : Universitas Andi Djemma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.061 KB) | DOI: 10.35914/tomaega.v1i1.67

Abstract

Salah satu kecamatan pesisir laut di Kota Palopo adalah Kecamatan Wara Timur, Wilayahnya sebagian tambak dan masyarakat tinggal di rumah-rumah panggung yang dibawahnya terdapat air yang kadang pasang surut. Sebagian pekarangan cukup luas namun kondisi tanah yang berbatu dan berpasir tidak mampu dijadikan lahan yang subur, kondisi tanah yang salin tidak memungkinkan melakukan budidaya tanaman. Oleh karena itu, pemerintah dan perangkat desa setempat, warga, serta kaum ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok Wanita Tani Mattirosompe dan kelompok wanita tani Al, abrar di Kecamatan Wara Timur memikirkan program untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah agar lebih produktif untuk ditanami berbagai jenis sayuran.  Berdasarkan hal tersebut maka masyarakat perlu diberi pengetahuan dan keterampilan membudidayakan tanaman secara  vertikultur, yaitu model pertanaman vertikal dengan pot atau pipa, baik dengan menggunakan media tanah/konvensional atau dengan teknologi sistim  hidroponik yaitu menanam tanpa menggunakan tanahTujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat pesisir tentang budidaya tanaman secara vertikultur dan hidroponik. Kelurahan Ponjalae dapat memproduksi sendiri berbagai jenis sayuran dari halaman pekarangan rumahnya, minimal untuk kebutuhan konsumsi keluarga sendiri, atau minimal mengurangi pengeluaran rumah tangga warga nelayan untuk membeli sayuran.  Metode yang akan digunakan dalam budidaya tanaman secara vertikultur yang secara konvensional (menggunakan media tanah) dan sistem teknologi hidroponik dengan penyiraman dan hara otomatis.  Jenis-jenis tanaman yang akan ditanam adalah kelompok tanaman hortikultura yaitu tanaman sayuran dan buah. Sebelum membudidayakan tanaman secara vertikultur dan hidroponik terlebih dahulu masyarakat akan diberi pelatihan agar masyarakat dapat melakukan secara baik dan benar sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BIOLOGI BAKTERI ENDOFIT, FILOSFER DAN RIZOSFER DARI TANAMAN SAGU (Metroxylon sagu) Bayu Alhusaeri Siregar; Niken Nur Kasim; Naimatul Farida
Prosiding Seminar Nasional Biotik Vol 8, No 1 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOTIK VIII 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.491 KB) | DOI: 10.22373/pbio.v8i2.9659

Abstract

Sagu (Metroxylon sagu) tumbuh secara alami dan menyebar di Bagian Timur Indonesia digunakan sebagai sumber makanan alternatif non-beras dan dapat diolah menjadi bioetanol. Perkebunan sagu rakyat sebagian besar dibudidayakan secara alami dan tidak ada aktivitas budidaya yang intensif sehingga memiliki tingkat keragaman flora dan fauna yang masih tinggi. Interaksi mikroba dan tanaman dapat bersifat simbiosis mutualisme dengan membantu tanaman mendapatkan unsur hara dan sebagai anti mikroba bagi patogen yang merugikan tanaman inangnya. Tujuan penelitian ini untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri filosfer, rizosfer, dan endofit dari tanaman sagu, serta mengetahui potensinya sebagai agens pengendali patogen Fusarium sp. Pengambilan sampel dari pertanaman sagu di Kec. Wasuponda, Kab. Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Isolasi bakteri dilakukan terhadap bakteri endofit, filosfer dan rizosfer sagu. Karakterisasi bakteri dilakukan dengan uji gram, pelarut fosfat, agen antagonis, uji agar darah dan hipersensitif. Sebanyak 34 isolat didapat dari tanaman sagu sebagai bakteri endofit, filosfer dan rizosfer. Sebagian besar bakteri tidak tergolong sebagai patogen pada manusia, hewan atau tanaman. Terdapat 8 isolat bakteri yang memiliki kemampuan sebagai bakteri pelarut fosfat. Bakteri filosfer dengan kode isolat 21 memiliki kemampuan penghambatan terbesar yaitu 40% terhadap patogen Fusarium sp. yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen pengendali hayati.
Identification of Symptoms and Frequency of Disease Occurrence in Groundnut Plants (Arachis hypogaea L.) Niken Nur Kasim; Nurul Wiridannissa; Sri Sukmawati Djafar; Prihatin Prihatin
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 1 (2023): Special Issue
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i4b.5925

Abstract

Groundnut (Arachis hypogaea L.) is a crop plant that has an essential role in several food industries because it has high nutritional content, especially protein, and fat. One of the limiting factors in efforts to increase peanut production is the disturbance of plant-disrupting organisms (PDO). Preventive efforts that can be made to minimize yield losses due to pest problems in peanut plants include inventory activities and direct observations in the field. This study aims to assess the biological aspects of important diseases in peanut plants as an initial step in making pest control decisions. Observations were conducted on a 748 m2 farmer's field in Purangi Village, Sendana Sub-district, Palopo City. The field was divided into two main plots, without using maize barrier (B0) and using maize barrier (B1), and six subplots (P1-P6). Groundnut disease symptoms were determined through identification based on the signs and symptoms of the attack. Disease symptoms found in peanut plants were chlorosis, necrosis, spotting, mosaic, curling, and wilting. Mosaic and necrosis symptoms were the most dominant symptoms with the highest frequency of occurrence at 50 times, while chlorosis, curling, stripes, and wilting symptoms were the lowest symptoms with the least frequency of occurrence in peanut plantations at under 25 times.