Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Does Marriage Require Knowledge? Experiences of Women Participating in Pre-Marriage Education Kusuma Wijaya, Susan Octavianna; Ninin, Retno Hanggarani; Abidin, Fitri Ariyanti
Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak Vol 5 No 1 (2021)
Publisher : UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/martabat.2021.5.1.83-113

Abstract

Today the phenomenon of getting married at a young age is rising and shown through social media. According to Islamic religious rules, there are many pros and contras against this phenomenon, especially related to marriage. It has led to various pre-marriage educational programs as a means of understanding and preparing for marriage. This study aimed to explore the experiences of a single woman in emerging adulthood who participates in Pre-Marriage Talk Class. This study used a qualitative approach with the snowball sampling technique. A total of 5 respondents participated in this study, and data were collected through an online interview. The respondent’s answers were then analyzed thematically. The results showed that Pre-Marriage Talk Class provides additional knowledge, awareness, and mindset to participants, including 1) knowledge about the age of marriage; 2) knowledge about the vision and mission of getting married; 3) awareness of knowing the self; 4) knowledge of managing the self and environment, and 5) changing mindset. From the results, we can conclude that Pre-Marriage Talk Class is a suitable program for emerging adults who want to gain knowledge and skills related to themselves, how to manage self and environment, as well as an overview of the dynamics of married life that can be anticipated
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19 BERDASARKAN PERSPEKTIF GURU SEKOLAH DASAR Oktaviani, Noorfazly; Abidin, Fitri Ariyanti; Yuanita, Rasni Adha; Cahyadi, Surya
Jurnal Review Pendidikan Dasar : Jurnal Kajian Pendidikan dan Hasil Penelitian Vol 7, No 2 (2021): Vol. 7 No. 2 Mei 2021
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jrpd.v7n2.p86-93

Abstract

This study aims to present information related to the perspective of elementary school teachers regarding the implementation of online learning. Information was obtained through distributing open questionnaires online to 88 elementary school teachers in Indonesia. The method used in this research is descriptive method with quantitative and qualitative approaches. The results of this study indicate that the majority of teachers (84%) rated the implementation of online learning at the elementary school level as less effective. Aspects that play a role in supporting and inhibiting the effectiveness of online learning in the pre-instruction phase are determining learning objectives, providing facilities and teacher characteristics. The phase during instruction is the selection and use of teaching methods, applying ways to motivate students, parental participation, teacher behavior, and availability of facilities. Meanwhile, the post-instruction phase is the learning output.Keywords: implementation, teacher, online learning, elementary schoolABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memaparkan informasi terkait perspektif guru Sekolah Dasar mengenai implementasi pembelajaran daring. Informasi diperoleh melalui penyebaran kuesioner terbuka secara online kepada 88 guru Sekolah Dasar di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru (84%) menilai implementasi pembelajaran daring di jenjang Sekolah Dasar kurang efektif. Aspek-aspek yang berperan dalam menunjang dan menghambat efektivitas pembelajaran daring pada fase sebelum instruksi adalah penentuan tujuan pembelajaran, penyediaaan fasilitas dan karakteristik guru. Pada fase selama instruksi adalah pemilihan dan penggunaan metode mengajar, penerapan cara memotivasi siswa, partisipasi orang tua, perilaku guru, dan ketersediaan fasilitas. Sementara, pada fase setelah instruksi adalah output pembelajaran.Kata Kunci: implementasi, guru, pembelajaran daring, sekolah dasar
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMITMEN ORGANISASI PADA PEGAWAI MILENIAL Ery Muhayar Syafari; Retno Hanggarani Ninin; Fitri Ariyanti Abidin
Psychopedia Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang Vol 5 No 2 (2020): PSYCHOPEDIA : Jurnal Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/psychopedia.v5i2.1232

Abstract

This study aims to determine the factors that influence millenial employee commitment to work, in response to the notion that millenial organizational commitment tends to be less strong, while commitment is considered an important aspect in supporting organizational stability and performance. This study focuses on millenial employee who have survived working in one organization for relatively long time, carried out with a qualitative approach so that it is possible to explore factors that have the potential to influence their decision to stay in one organization. The result of this study will be useful for providing information for organizational management about the factors connected to work commitment of millenial workers. Respondents consisted of 6 people who are employees with an age range of 31 to 34 years old. They have worked at a telecommunications company for more than five years. Respondents consisted of 1 male dan 5 female, 3 of them are married and 3 are single. Through this research, obtained the knowledge that satisfactory income accompanied by various benefits, quite wide open opportunity for self-development, conducive work climate for innovation and creativity, and fair performance appraisals, those are factors that affect millenial employee’s organizational commitment. The peculiarity of millenial employees compared to previous generations is that their commitment grows more due to the fulfillment of career deveopment and benefits for themselves, while other generation focus more on attachment for organizational development. Keywords: Organizational commitment, millenial worker, qualitative research Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen pegawai milenial dalam bekerja, sebagai respon atas dugaan bahwa komitmen organisasi milenial cenderung kurang kuat, sementara komitmen dianggap sebagai aspek penting dalam menunjang stabilitas dan kinerja organisasi. Penelitian ini berfokus pada pegawai milenial yang bertahan bekerja di satu organisasi dalam waktu relatif lama, dilakukan dengan pendekatan kualitatif sehingga memungkinkan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi keputusan mereka untuk bertahan bekerja di satu organisasi. Hasil penelitian ini akan berguna untuk memberi informasi kepada manajemen organisasi tentang faktor yang terhubung dengan komitmen kerja pada pekerja milenial. Responden terdiri dari 6 orang yang merupakan pegawai dengan rentang usia 31 sampai 34 tahun. Keenamnya telah bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi lebih dari lima tahun. Responden terdiri dari 1 laki-laki dan 5 perempuan, 3 diantaranya menikah dan 3 lagi berstatus lajang. Melalui penelitian ini diperoleh pengetahuan bahwa penghasilan yang cukup memuaskan disertai berbagai tunjangan, ada kesempatan untuk pengembangan diri yang cukup terbuka luas, iklim kerja yang kondusif untuk munculnya inovasi dan kreativitas, dan penilaian kinerja yang adil merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen pegawai milenial dalam bekerja. Kekhasan pegawai milenial dibanding dengan generasi sebelumnya adalah bahwa komitmen mereka tumbuh lebih karena alasan terpenuhinya pengembangan karir dan benefit untuk diri mereka sendiri, sedangkan generasi lain lebih berfokus pada keterikatan untuk pengembangan organisasi. Kata Kunci: Komitmen organisasi, pekerja milenial, penelitian kualitatif
Translation and adaptation of child and adolescent mindfulness measurement into Bahasa version Sarah Aurelia Saragih; Fitri Ariyanti Abidin
International Journal of Public Health Science (IJPHS) Vol 11, No 3: September 2022
Publisher : Intelektual Pustaka Media Utama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijphs.v11i3.21246

Abstract

The child and adolescent mindfulness measurement (CAMM) is a self-report instrument assessing the ability of mindfulness in adolescents. This assessment is widely used in measuring the effectiveness of mindfulness intervention in children and adolescents. This study aimed to validate the translated Bahasa version of the CAMM. We used international test commission (ITC) guidelines with six steps in the adaptation process. After forward-backward transltion procedure, the participants were 207 adolescents aged 10-17 years (M=15, 00, SD=1.890; girls=130, boys=77). Internal consistency and factor analysis are used to measure the reliability and validity. Investigation of internal consistency Cronbach Coefficient Alpha yielded satisfactory results (.767). Results from confirmatory factor analysis supported the original one-factor model with 2(df=34, p=.088), goodness of fit index (GFI)=.985, comparative fit index (CFI)=.974.). In sum, the Bahasa version of the CAMM can be successfully used for assessment and evaluation of the effect of mindfulness intervention in the Bahasa adolescents' population.
STRES PENGASUHAN, PENILAIAN IBU TERHADAP COVID-19, DAN PENGASUHAN SUPORTIF Rizky Putri Amalia; Fitri Ariyanti Abidin; Fitriani Yustikasari Lubis
Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen Vol. 15 No. 1 (2022): JURNAL ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN 15.1
Publisher : Department of Family and Consumer Sciences, Faculty of Human Ecology, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.178 KB) | DOI: 10.24156/jikk.2022.15.1.51

Abstract

Ibu, sebagai pengasuh utama anak, dapat mengalami stres pengasuhan yang kemudian berdampak pada menurunnya pengasuhan yang suportif kepada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penilaian negatif ibu mengenai Covid-19 terhadap hubungan antara stres pengasuhan dengan pengasuhan suportif. Desain penelitian ini adalah crossectional, dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini merupakan ibu yang memiliki anak berusia 2-18 tahun. Dengan teknik convenience sampling, diperoleh responden ibu sebanyak 272 orang, yang berusia 21-54 tahun (M=38,49, SD=6,59). Pengambilan data dilakukan menggunakan platform kuesioner online. Analisis regresi linear menunjukkan bahwa stres pengasuhan berpengaruh negatif terhadap pengasuhan suportif. Uji moderasi dengan Hayes PROCESS menunjukkan bahwa penilaian ibu mengenai dampak Covid-19 dalam pemenuhan kebutuhan dapat memperkuat hubungan negatif antara stres pengasuhan dan pengasuhan suportif pada kadar yang rendah, sedang, maupun tinggi. Dengan demikian, stres pengasuhan yang dialami ibu berdampak pada rendahnya pengasuhan suportif pada anak, dan pengasuhan suportif ibu akan lebih rendah apabila ibu menilai dirinya kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga akibat pandemi. Berdasarkan hasil penelitian ini, diperlukan tindakan preventif untuk mencegah peningkatan stres pengasuhan ibu serta untuk mempertahankan penilaian positif ibu terhadap Covid-19 sebagai upaya meningkatkan pengasuhan yang suportif.
MODEL CORAK BERPIKIR ANALITIS PADA MAHASISWA BERDASARKAN KESESUAIAN GAYA BELAJAR MAHASISWA DENGAN GAYA MENGAJAR DOSEN DAN METODE MENGAJAR DOSEN Ratna Jatnika; Hari Setyowibowo; Fitri Ariyanti Abidin; Yanti Rubiyanti
Sosiohumaniora Vol 10, No 3 (2008): SOSIIOHUMANIORA, NOPEMBER 2008
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v10i3.5404

Abstract

Penelitian ini merupakan studi kausal secara cross sectional yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi corak berpikir analitis mahasiswa. Corak berpikir analitis adalah strategi kognitif yang aktif dan sistematik untuk memeriksa, menilai dan memahami peristiwa/kejadian, memecahkan masalah, dan membuat keputusan berdasarkan alasan dan bukti yang valid. Secara konseptual, corak berpikir analitis dipengaruhi oleh kesesuaian gaya belajar mahasiswa dengan gaya mengajar dosen, dan dimoderasi oleh metode mengajar dosen. Penelitian dilakukan terhadap 947 mahasiswa di Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung, yang terdiri dari 367 lakilaki dan 580 perempuan, dengan rentang usia antara 17 sampai 25 tahun. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa corak berpikir analitis dipengaruhi oleh kesesuaian gaya belajar mahasiswa dan gaya mengajar dosen ( inferencedoing= 0.077,  deduction-doing= 0.080,  deduction-thinking= -0.098), dan dimoderasi oleh metode mengajar dosen ( inference-doing*method=-0.307,  inference-feeling*method=0.184,  recognition of assumption-doing*method=- 0.171,  interpretation-watching*method= -0.068). Berdasarkan hasil penelitian ini, dosen tidak harus selalu menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar mahasiswanya. Dosen juga seyogyanya perlu menerapkan metode mengajar baik yang berpusat pada mahasiswa (student-centered) maupun yang berpusat pada dosen (teacher-centered) secara hati-hati agar dapat membentuk corak berpikir analitis mahasiswa yang optimal. Kata-kata kunci: corak berpikir analitis, gaya belajar mahasiswa, gaya mengajar dosen, metode mengajar dosen.
DEPRESI PADA REMAJA: PERBEDAAN BERDASARKAN FAKTOR BIOMEDIS DAN PSIKOSOSIAL Annisa Axelta; Fitri Ariyanti Abidin
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 9, No 1 (2022): JURNAL KESMAS (KESEHATAN MASYARAKAT) KHATULISTIWA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jkmk.v9i1.3207

Abstract

ABSTRAKTidak semua remaja berhasil melewati tugas-tugas perkembangannya dengan baik, bahkan diantara mereka mulai mengalami berbagai peristiwa kehidupan yang tidak mengenakkan.Transisi pada masa remaja dapat meningkatkan prevalensi permasalahan kesehatan mental, salah satunya adalah mengalami depresi. Depresi secara negatif dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja, kinerja sekolah, hubungan antara keluarga maupun teman sebaya hingga mengarah kepada bunuh diri. Faktor resiko meliputi faktor biomedis maupun faktor psikososial perlu dikaji mengingat banyaknya dampak buruk depresi bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan derajat depresi remaja berdasarkan faktor-faktor biomedis dan psikosialnya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survey cross-sectional. Partisipan dari penelitian ini didapatkan menggunakan teknik snowball dengan total 216 remaja dalam rentang usia 15-18 tahun (laki-laki = 50, mean = .94, sd = .44 ; perempuan = 156, mean = 1.25, sd = .56). Pengambilan data menggunakan media online google form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kelompok remaja perempuan dari faktor biomedis, serta faktor psikososial meliputi remaja yang mendapatkan uang saku lebih dari 1 juta rupiah per bulan dan remaja yang hubungan dengan orangtuanya cenderung tidak baik diketahui memiliki derajat depresi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok remaja lainnya. Derajat depresi yang lebih tinggi kemungkinan dipengaruhi adanya berbagai faktor, seperti perubahan hormonal dan fisiologis pada remaja perempuan, adanya konflik dan pola asuh yang buruk oleh orangtua, serta tekanan akademik pada remaja dengan uang saku yang lebih tinggi dari 1 juta rupiah. Implikasi dari penelitian ini yakni kelompok dengan kecenderungan derajat depresi yang lebih tinggi perlu mendapatkan prioritas intervensi untuk mencegah dialaminya permasalahan kesehatan mental. Kata kunci: Depresi, Remaja, Faktor Resiko, Biomedis, Psikososial
Factor structure of the Indonesian version of the Parent as Social Context Questionnaire Fitri Ariyanti Abidin; Rismijati E Koesma; Poeti Joefiani; Juke Roosjati Siregar
HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal Vol 16, Number 2: August 2019
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.734 KB) | DOI: 10.26555/humanitas.v16i2.12488

Abstract

The use of a dimensional approach in assessment tools of parenting style in Indonesia is still very limited. Parent as Social Context Questionnaire (PSCQ)-Adolescent Report is widely known as a dimensional-parenting style assessment tool. This study examined the factor structure and reliability of the Indonesian version of the PSCQ-Adolescent Report. This 24-item questionnaire measures six parenting dimensions: warmth, structure, autonomy support, rejection, chaos, and coercion, with four items in each dimension. Participants were 1476 Junior High School Students aged 11-16 years old (48% male, 52% female), recruited from six main islands in Indonesia. Our findings confirmed the original six unipolar factor structures of the Indonesian PSCQ. Of the six factors, five factors with the exception of coercion had acceptable to good reliability. The finding that coercion had no negative correlation with the positive dimensions such as warmth and autonomy support differs from findings in the West, indicating that coercion is considered negative in Western culture but is not the case in Indonesia. This study concluded that PSCQ-Adolescent Report can be used as a valid and reliable measure of the parenting style of Indonesian adolescents.
Mengupas makna syukur dari sudut pandang remaja awal Adzanishari Mawaddah Rahmah; Zainal Abidin; Fitri Ariyanti Abidin
Jurnal Psikologi Udayana Vol 9 No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JPU.2022.v09.i01.p01

Abstract

Studies showed that gratitude can be used as an approach to prevent adolescent mental health problems. The concept of gratitude that was used generally refered to a concept from Western culture or a concept applied to adults. This study aimed to explore the concept of gratitude in early adolescents using qualitative methods. Respondents consisted of 22 boys and 45 girls aged 12 to 15 years. The instrument used was open-ended questionnaire about the meanings, objects, forms of expression, along with the affective sides of gratitude. Data were analyzed using thematic analysis. The result of this study indicated that the concept of gratitude interpreted by early adolescents was represented by four major categories, namely thanking and praising God, accepting, enjoying, and appreciating. The object of gratitude were gifts of God, valuable objects, academic achievements, and social relations. Whereas expressions of gratitude were expressed by praying, verbalizing, worshiping God, developing oneself, and doing positive things to others. These finding showed that the concept of gratitude for early adolescents in Indonesia is closely related to divinity and morals but still intact with the characteristics of adolescent development.
“Ketidaksempurnaan Menjadi Jalan Untuk Berprestasi”: (Studi Fenomenologis Pada Atlet Tuna Daksa Peraih Medali Emas) Syarifa Nadhrah Mustamin; Fitri Ariyanti Abidin; Zainal Abidin
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jisip.v5i1.1629

Abstract

Berprestasi di bidang olahraga umumnya dikaitkan dengan atlet yang memiliki fisik yang sehat dan sempurna. Namun, kesempurnaan fisik bukan lagi syarat utama sebab kini telah banyak individu dengan disabilitas fisik yang menjadi atlet kemudian berhasil menampakkan eksistensi dirinya sebagai sosok yang menginspirasi. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif-fenomenologis ini bertujuan untuk memahami makna hidup atlet dengan disabilitas fisik yang mampu berprestasi di bidang olahraga. Tiga orang atlet disabilitas fisik yang telah meraih medali emas dalam kejuaraan nasional menjadi partisipan dalam penelitian ini. Penelitian ini menemukan bahwa ketiga partisipan atlet memandang hidupnya sama, bahkan lebih baik dari orang dengan fisik yang normal. Partisipan memaknai hidup dengan kebersyukuran atas kondisi mereka yang masih lebih beruntung dibandingkan orang lain dalam hal fisik. Dukungan sosial yang diperoleh dari banyak pihak utamanya keluarga menjadi sumber kekuatan utama bagi para atlet ini sehingga bisa memaknai hidupnya secara positif dan bisa tetap tetap gigih menorehkan prestasi bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar