Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Pemisahan Kardanol Dari Minyak Kulit Biji Mete Dengan Metode Destilasi Vakum nFN Risfaheri; Tun Tedja Irawadi; M. Anwar Nur; Illah Sailah; Zainal Alim Mas'ud; Meika S. Rusli
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v1n1.2004.1-11

Abstract

Minyak kulit biji mete (Cashew nut shellliquidlCNSL) merupakan hasil samping dari pengo laban kacang mete, mengandung senyawa fenolik terutama kardanol. Kardanol merupakan senyawa monohidroksi fenolik yang mempunyai rantai panjang hidrokarbon pada posisi metanya. Kardanol memiliki potensi sebagai pengganti fenol pada berbagai produk industri kimia berbasis resin fenolik. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum pemisahan kardanol dari CNSL dan mengidentifikasi karakteristik kardanol serta estimasi kelayakan produksi kardanol. Tahapan penelitian meliputi: (I) analisis sifat fisika dan kimia CNSL; (2) optimasi dekarboksilasi CNSL untuk mengkonversi asam anakardat menjadi kardanol; (3) optimasi suhu destilasi CNSL untuk pemisahan kardanol; (4) identifikasi destilat dengan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry), HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dan FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy); serta (5) estimasi kelayakan produksi kardanol. Kondisi optimum dekarboksilasi dicapai dengan pemanasan 140"(: selama I jam. Kardanol dapat dipisahkan dari CNSL dengan dettilasi vakum (4-8 mmHg), dan suhu optimum dicapai pada 280"(: dengan rendemen 74,22%. Karakteristik destilat CNSL sesuai dengan spesifikasi kardanol teknis. Komponen destilat terdiri atas: 3-[8(Z),II(Z),14-pentadecatrienyl] phenol 74,25%, 3-[8(Z), II (Z),14-pentadecadienyl] phenol 10,94%, dan 3-[8(Z),11 (Z),14-pentadecieny/] phenol 14,81%. Industri produksi kardanol layak didirikan, dengan nilai NPV = Rp 5.311.121.638, IRR = 45,79%, Net B/C = 2,46 dan PBP = 2,22 tahun. Isolation of cardanol from the cashew nut shell liquid using vacuum distillation methodThe cashew nut shell liquid (CNSL) is a by product obtained during the cashew nut processing contained the phenolic constituents mainly cardanol. Cardanol is a mono hydroxyl phenol having a long hydrocarbon chain in the meta position. It has a potential as a subtitute for phenol in resin phenolic-base chemical products. The objective of the research was to find out the optimum condition in isolating the cardanol from CNSL and to identify the characteristic of cardanol and to estimate the feasibility of cardanol production. The research was carried out in several stages as followed: (I) analyses of physico-chemistry of CNSL, (2) dicarboxylic optimation of CNSL to convert anacardic acid into cardanol, (3) temperature optimation of CNSL distillation process, (4) identification of CNSL distillate using GC-MS, HPLC, and FTIR; and (5) estimation of feasibility of cardanol production. The optimal condition of the decarboxylation was heating at 14O"C for I hour. The cardanol was obtained from CNSL by vacuum distillation process at 4-8 mmHg, and the optimal temperature was achieved at 280"(: with the 74.22 % yield. The characteristics of CNSL distillate met the specification of technical cardanol. The constituent of distillate were as follow: 3-[8(Z),11 (Z),14-pentadecatrienyl]phenol 74.25 %, 3-[8(Z),11 (Z),14-pentadecadienyl]phenol 10.94 %, and 3-[8(Z),ll(Z),14-pentadecienyl]phenol 14.81%. The cardanol production industries was feasible to be implemented with NPV = Rp. 5.311.121.638, IRR = 45.79%, Net B/C = 2.46 and PBP = 2.22 years.
Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Minyak Kelapa Murni Kun Tanti Dewandari; Andi Nur A. Syah; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v4n2.2007.91-96

Abstract

Minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil) adalah produk yang dihasilkan dari daging kelapa segar (non kopra), dengan atau tanpa melalui proses pemanasan yang tinggi serta penambahan bahan kimia. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat yang tinggi sehingga sangat potensial sebagai functional food, yaitu sebagai minuman yang mempunyai khasiat obat untuk penyakit degeneratif, anti virus, anti jamur dan bakteri. Terdapat berbagai cara untuk mendapatkan minyak kelapa murni , salah satunya adalah dengan metode mekanis. Dengan cara ini daging kelapa diparut, dikeringkan dan dipres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimum suhu dan lama pengeringan kelapa parut pada produksi minyak kelapa murni. Rancangan yang digunakan pad a penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor yaitu suhu dan lama pengeringan kelapa parut, Suhu dan lama pengeringan kelapa parut serta interaksinya memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, kadar asam lemak bebas dan kadar asam laurat. Hasil terbaik diperoleh dari kombinasi perJakuan suhu pengeringan 40°C dan lama pengeringan 40 menit dengan kadar air 0,36%, kadar asam lemak bebas 0,0157%, kadar asam laurat 48,7% dan kejernihan 17,24±0,016 NTU. Uji organoleptik memberikan nilai penerimaan pane lis 5,3 hingga 6,1. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa struktur rongga daging kelapa parut kering mengalami kerusakan yang ditandai dengan pengkerutan, pelipatan dan penggumpalan protein. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam menentukan kondisi ekstraksi minyak kelapa murni dengan metode mekanis untuk menghasilkan minyak kelapa murni dengan mutu yang baik. Effect Of Temperature And Time Of Drying On Virgin Coconut Oil QualityVirgin coconut oil is an oil produced from fresh and mature coconut kernel by mechanical or natural means with or without application of heat. Virgin coconut oil contains high lauric acid. Virgin coconut oil is highly potential for use in functional food as antiviral, antibacterial and antifungi as well as medicine for degeneratif desease. Virgin coconut oil was extracted by mechanical method. In this method, coconut meal was grated, dried and pressed. The objective of this research was to obtain optimum temperature and length of drying time on production of virgin coconut oil. The experimental design used was fectorial complete randomized design with two factors i.e. temperature and length of drying time. Both temperature and lenght of drying time and their interaction influenced moisture content, free fatty acid and lauric acid of virgin coconut oil. The best result was obtained from temperature of drying of 40°C and length of drying time of 40 minutes with moisture content of 0.36%, free fatty acid of 0.0157%, lauric acid 48.7% and turbidity value 17.24±0.016 NTU. Organoleptic test showed that all the products were accepted by panelis with the average score ranged from 5.3 to 6.1. SEM analysis showed that grated coconut has a shrinkage, collapse and damage structure due to coagulation of protein. Results
Pembuatan Resin Fenolik Dari Destilat Cairan Kulit Biji Mete Sebagai Bahan Baku Vernis Tatang Hidayat; Illah Sailah; Ani Suryani; Titi C. Sunarti; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n1.2008.21-31

Abstract

Destilat cairan kulit biji mete (CNSL) merupakan cairan yang diperoleh dari hasil destilasi CNSL dengan komponen utamanya kardanol. Salah satu pemanfaatan destilat CNSL yang prospektif yaitu sebagai sumber fenol dalam pembuatan resin fenolik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi proses pembuatan resin fenolik dari destilat CNSL yang sesuai sebagai bahan baku vernis, baik untuk pemakaian di dalam (interior) maupun di luar (eksterior). Tahapan penelitian, yaitu 1) karakterisasi destilat CNSL dan 2) pembuatan resin fenolik dari destilat CNSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik pembuatan resin fenolik dari destilat CNSL dicapai pada nisbah mol formaldehida terhadap destilat CNSL 0,9:1 dengan pH 3. Reaksi metilolasi pada suhu 100oC memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu 9,0 jam. Meningkatnya suhu reaksi dari 100 menjadi 120oC mempercepat waktu reaksi metilolasi dari 9,0 jam menjadi 4,0 jam. Reaksi metilolasi destilat CNSL (kardanol kasar) dengan formaldehida memenuhi pola reaksi ordo kedua. Konstanta laju reaksi metilolasi (k) meningkat secara eksponensial dengan semakin tingginya suhu reaksi sesuai dengan persamaan k=116.104.360,02 e–7.230,7 (1/T). Suhu reaksi metilolasi tidak berpengaruh nyata pada karakteristik dan sifat film resin yang dihasilkan. Lapisan film resin memiliki waktu kering yang cukup singkat, yaitu waktu kering sentuh 3,0 jam dan kering keras 6,0 jam. Secara umum, karakteristik dan sifat lapisan film resin yang dihasilkan cukup baik kecuali daya lekat dalam media besi dan daya lenturnya. Resin yang dihasilkan sudah memadai untuk digunakan sebagai bahan baku vernis kayu untuk pemakaian di dalam (interior) karena kekerasan lapisan film yang tinggi. Sebagai bahan baku vernis kayu untuk pemakaian di luar (eksterior) masih perlu perbaikan dalam sifat daya lenturnya.Production of Phenolic Resin From Cashew Nut Shell Liquid Distillate as Raw Material for VarnishCNSL distillate is a liquid which is obtained from CNSL distillation with cardanol as the main component. One of prospective utilization of CNSL distillate that is as a source of phenol in phenolic resin production. The objective of this research was to get the best process condition of phenolic resin production from CNSL distillate as raw material for interior and exterior varnish. The stages of experiment, were: 1) characterization of CNSL distillate and 2) phenolic resin production from CNSL distillate. The optimal condition in phenolic resin production was achieved at mole ratio of formaldehyde to CNSL distillate 0,9: I and pH 3. Methylolation reaction at 100°C needed 9.0 hours to be completed. The increasing of methylolation reaction temperature from 100 to ] 20°C was able to reduce reaction lime from 9.0 hours to 4.0 hours. Methylolation reaction formaldehyde with CNSL distillate (crude cardanal) fulfilled second order reaction pattern. Constant of reaction rate (k) increased exponentially with increasing the temperature according to equation ke I 16.104.360,02e-7230.7(IIT). Temperature of methylolation reaction did not effect to the characteristic and properties of resin film. Resin film has short dry time i.e. touch-dry 3.0 hours and hard-dry 6.0 hours. Generally, characteristic and resin film properties show very good result except the adhesion on steel and its flexibility. Based on the properties of its film, phenolic resin produced has been fulfilled for using as raw material in interior wood varnish because of good hardness properties. While for exterior wood varnish, the improvement on its flexibility properties is still needed.
EVALUASI MUTU LADA PUTIH BUBUK YANG DIPERDAGANGKAN DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN DI BOGOR DAN JAKARTA nFN Hernani; Tatang Hidayat; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v17n3.2020.126-133

Abstract

Lada putih bubuk mempunyai sifat sangat higroskopis, sehingga mudah mengalami kerusakan, baik fisik, kimia ataupun mikrobiologis. Tujuan dari penelitian adalah menentukan mutu lada putih bubuk, baik secara fisik, kimia dan mikrobiologi dari pasar tradisional dan modern di wilayah Bogor dan Jakarta serta mendapatkan informasi awal/indikasi adanya pencampuran bahan lain pada lada putih bubuk. Metodologi penelitian terdiri atas beberapa tahapan, yaitu metode pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), dari pasar tradisional yang dijual secara curah, dan pasar modern yang dikemas dalam botol plastik, masing-masing 3 lokasi dan 3 ulangan. Untuk masing-masing sampel yang diambil dari pasar tradisional dan modern adalah 300 g. Pengujian fisiko-kimia sesuai dengan metode yang dikeluarkan oleh IPC (International Pepper Community), yaitu kadar air, abu, abu tak larut asam, minyak atsiri, piperin dan logam timbal (Pb). Untuk uji mikrobiologis terdiri dari TPC (Total Plate Count), kapang, jamur, Salmonella dan Escheria coli. Selain itu, dilakukanan analisis SEM (Scanning Electrone Microscope) untuk melihat profil morfologi permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kadar air, abu, minyak atsiri masih memenuhi kriteria SNI 01 3717 1995, kecuali kadar abu yang tidak larut asam dan kadar piperin. Cemaran mikrobiologi (TPC, kapang dan jamur) memenuhi kriteria, kecuali E. coli dan jamur pada sampel dari pasar tradisional Bogor. Salmonella memenuhi kriteria SNI untuk semua sampel, yaitu negatif. Cemaran logam berat (Pb) masih memenuhi ketentuan kriteria SNI. Deteksi pencampuran lada putih bubuk dengan bahan lain menggunakan metode kombinasi sifat fisiko-kimia dan SEM baru bisa mendeteksi adanya indikasi pencampuran, dan belum bisa menentukan jenis bahan percampurnya. Evaluation Of Quality of White Pepper Powder on Trade in Traditional and Modern Markets in Bogor and Jakarta.White pepper powder has very hygroscopic properties, so it is easily damaged, physically, chemically, or microbiologically. The purpose of this study was to determine the quality of white pepper powder, physically, chemically, and microbiologically from the traditional and modern markets of Bogor and Jakarta and to obtain information of mixing white pepper powder using other ingredients. The research methodology consists of several stages, namely sampling from traditional markets that are sold in bulk, and modern markets, which are packaged in plastic bottles; the sample has taken from 3 locations and 3 replications. For each sample taken from traditional and modern markets was 300 g. The physico-chemical tested according to the methods issued by the IPC, especially for moisture, ash content, acid insoluble ash, essential oil, piperine and timbal (Pb). The microbiological was tested, including TPC, mold, fungus, Salmonella and Escheria coli. In addition, an SEM analysis was performed to see the surface morphology profile. The results showed that moisture, ash content, ash insoluble in acid, volatile oil still meets the criteria of Indonesian National Standard, except for ash insoluble in acid and piperine content. Microbiological contamination fulfilled SNI criteria except E. coli and mold in samples from PT Bogor.  Salmonella was fulfilled SNI criteria for all samples, which are given negative. Heavy metal (Pb) still fulfils the requirement in SNI criteria. Detection of mixing white pepper powder with other ingredients using a combination of physico-chemical properties and SEM can detect the indication of mixing and has not been able to determine the type of mixing material.
Optimasi Proses Metanolisis Dalam Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Dengan Metode Permukaan Respon Niken Harimurti; Djajeng Sumangat; Winda Haliza; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n1.2010.16-22

Abstract

Minyak jarak pagar mempunyai nilai kalor total yang tidak berbeda jauh dengan nilai kalor total bahan bakar minyak konvensional. Namun, viskositas minyak jarak pagar kasar yang tinggi menyulitkan penggunaannya secara langsung sebagai bahan bakar. Untuk menurunkan nilai viskositas minyak nabati ini, dilakukan proses transesterifikasi dengan metanol sehingga dihasilkan metil ester dari asam-asam lemaknya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum nisbah molar metanol terhadap minyak dan waktu reaksi transesterifikasi dalam memproduksi metil ester. Optimasi menggunakan Metode Permukaan Respon dengan rancangan komposit pusat faktorial penuh 22 Nisbah metanol terhadap minyak jarak (x1) dan waktu reaksi (X2) berada dalam selang 4,4<X1<6,6 dan 60<X2 <10. Reaksi transesterifikasi menggunakan katalis KOH 0,5% dari bobot minyak jarak pagar. Reaksi berlangsung dalam ketel berpengaduk 600 rpm pada suhu 60°C. Perlakuan optimum ditentukan dari karakteristik optimum metil ester yang dihasilkan. Karakterisasi meliputi kadar metil ester (persentase rendemen metil ester), viskositas kinematik dan bilangan asam. Kondisi optimum proses transesterifikasi dicapai pada nisbah molar metanol terhadap minyak jarak pagar sebesar 6,6:1 dan waktu reaksi 60 menit. Pada kondisi optimum tersebut, kadar metil ester, viskostas kinematik, dan bilangan asam masing-masing berkisar 99,192%, 4,167cSt, dan 0,112 mg KOH/g minyak. Secara umum, hasil analisis permukaan respon tersebut telah memenuhi standar mutu biodiesel (SNI 04-7102-2006). Optimization Of Methanolysis Of Jatropha Curcas L Crude Oil Applying Response Surface MethodologyJatropha oil possesses total calorific value which is not significantly different from conventional petroleum diesel. However, its high viscosity makes it difficult to be used directly as fuel. The oil has to be converted into methyl ester through methanolysis (transesterification) process before it could be used effectively to substitute diesel fuel. The aim of this research was finding the optimum condition of the methanol molar ratio to oil and reaction time (duration of transesterification process) on the methyl ester yield and the characteristics of methyl ester especially viscosity and acid number. Optimization was conducted using Response Surface Method. Factors tested in this experiment were molar ratio of methanol to jatropha oil (5:1 and 7:1), and reaction times (50 minutes and 120 minutes). Transesterification process was conducted at 60°C in a reactor equipped with stirrer 600 RPM using KOH 0.5% of oil volume as catalyst. Parameters observed were methyl ester content (indicating percent of methyl ester yield), kinematic viscosity and acid number. Optimum conditions was achieved at molar ratio 6.6: I and reaction time 60 minutes. At these optimum points, the characteristics of methyl ester were as follow: percentage of methyl ester yield 99.192%, kinematic viscosity 4.167cSt and acid number 0.112 mg KOH/g oil. These values met the Indonesian National Standard of biodiesel (SNI 04-7102-2006).
OPTIMASI PRODUKSI BAWANG MERAH UTUH (Allium AscAlonicum l) IN BRINE nFN Setyadjit, M.App.Sc; nFN Risfaheri; Aisya Ayu Handayani
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v15n1.2018.25-35

Abstract

Bawang merah utuh in brine adalah bawang merah segar yang diawetkan dalam larutan garam, asam atau keduanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi NaCl, asam sitrat, serta waktu pasteurisasi yang optimum dalam proses pembuatan bawang merah utuh in brine. Optimasi ini dilakukan dengan metode Response Surface Methodology (RSM), didapatkan 18 variasi konsentrasi NaCl, asam sitrat, dan lama pemanasan yang kemudian dihasilkan satu formula proses optimum. Parameter respon analisis meliputi aktivitas antioksidan metode DPPH, total antosianin, kecerahan warna, kadar keasaman (pH), angka lempeng total (ALT)), aktivitas air (Aw), volatile substances dan total padatan terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan 10% NaCl, 1% asam sitrat, dan lama pemanasan 20 menit merupakan formula yang optimum.. Dengan perlakuan tersebut bawaang merah utuh in brine memiliki pH 3,38, aktivitas air 1,0, TPT 15,4 °Brix, ALT 45,45 x 10² CFU/g, chroma chromatic)15.9, aktivitas antioksidan 191,841 ppm dengan persentase inhibisi 66.905%, total antosianin 23.83 ppm, dan volatil Substance 4701 ppm.Optimation of Producing Whole Shallot (Allium ascalonicum L) in Brine.The whole shallot in brine is fresh shallot preserved in a salt solution. The purpose of this research was to determine the optimum concentration of NaCl, citric acid and time of pasteurisation to get the optimum product, This optimation was done using Response Surface Methodology (RSM) DX7 tool programme. DX7 formulated 18 variation of NaCl, citric acid, time of pasteurization, after processing data one optimum formula was obtained. Parameters measured were antioxidant as DPPH, anthocyanin content, color, pH, total plate count, water activity and total soluble solid. The results showed that the addition of 10% salt, 1% citric acid, and 20 minutes of heating time was the optimal formula,. With this treatment the whole shallot in brine has a pH value of 3.38, a water activity of 1.0 TPT 15.4 ° Brix, ALT 45.45 x 10² CFU / g, Chromameter (chromatic) 15.9, antioxidant activity 191.841 ppm with 66.905% inhibition percentage, 23.83 ppm anthocyanin and VS 4701
PENGARUH JENIS FERMENTOR TERHADAP MUTU BIJI KAKAO KERING NON FERMENTASI Ira Mulyawanti; Tatang Hidayat; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v15n2.2018.91-98

Abstract

Peningkatan mutu biji kakao non fermentasi dilakukan melalui proses fermentasi menggunakan starter kering dan dua jenis fermentor, yaitu tipe kotak dan rotary drum. Biji kakao non fermentasi dibasahkan terlebih dahulu dengan direndam dalam air selama 2-3 jam, kemudian ditiriskan dan ditambah substrat yang terdiri atas fruktosa:glukosa:sukrosa:asam sitrat dengan perbandingan 62 : 41 : 32 : 22,5, ditambahkan starter kering sebanyak 3% kemudian difermentasi menggunakan kotak fermentasi, fermentor rotary drum dengan pengaturan suhu dan tanpa pengaturan suhu. Penggunaan kotak fermentasi dan fermentor rotary drum menunjukkan adanya proses fermentasi yang diindikasikan dengan terjadinya peningkatan suhu dan pH. Namun, pembentukan flavor hasil fermentasi menggunakan kotak fermentasi menunjukkan hasil yang terbaik. Kandungan asam asetat diperoleh paling tinggi melalui proses fermentasi menggunakan kotak fermentasi, begitu pula komponen volatil flavor penting lainnya seperti senyawa alkohol lebih banyak ditemui dari proses fermentasi menggunakan kotak fermentasi dibandingkan dengan rotary drum. The Influences of Fermentor Type on Quality of Dried Unfermented Cocoa BeanIncreasing the quality of unfermented cocoa beans was done through fermentation process using dry starter and fermenter type rotary drum. Non fermented cocoa beans are soaked in water for 2-3 hours, then drained and added substrate consisting of fructose: glucose: sucrose: citric acid with ratio of 62: 41: 32: 22,5, added 3% dried starter then fermented using fermentation box, rotary drum fermenter 41°C and without temperature setting. The use of fermentation box and fermenter rotary drum indicate the existence of fermentation process indicated by the increase of temperature and pH. However, the formation of fermented flavor using fermentation box showed the best results. Acetic acid content was obtained by fermentation process using fermentation box, as well as other important volatile flavor components such as alcohol compounds found mostly from fermentation process using fermentation box compared with rotary drum.
Pengaruh Etanol dan Larutan Basa Terhadap Mutu Sabun Transparan Dari Bahan Baku Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Sari Intan Kailaku; Andi Nur Alamsyah; nFN Risfaheri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n2.2010.75-85

Abstract

Minyak kelapa konvensional telah lama digunakan sebagai bahan sabun, sampo, krim dan produk perawatan tubuh lainnya. Karakteristik minyak kelapa murni memiliki kandungan asam lemak jenuh dan aroma yang lebih baik dibandingkan minyak kelapa konvensional sehingga memberikan keunggulan tersendiri dalarn pemanfaatan minyak kelapa murni untuk produk perawatan kulit dan kecantikan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan minyak kelapa murni dalam pernbuatan sabun transparan sekaligus untuk mengetahui konsentrasi dan komposisi terbaik bahan-bahan lainnya. Rancangan percobaan yang diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah kemurnian etanol (70 dan 95%), sedangkan faktor kedua adalah jumlah larutan basa (15, 20 dan 25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisikokimia terbaik didapatkan dengan penggunaan kemurnian etanol 95% dan jumlah basa 25%. Produk yang dihasilkan mempunyai karakteristik pH 10,26, kadar air 33,15%, kadar asam lemak bebas 0,3%, ketengikan 0,026 mg malondialdehida/kg minyak, bilangan penyabunan 43,59, nilai kekerasan 2,87 kg/cm2 dan nilai kejernihan 94,6%. Effect of Etanol Purity and Solution VCO Base on the Quality of Transparent SoapConventional coconut oil has been used as raw material for soap, shampoo, cream and other body care products. The characteristics of virgin coconut oil, which contains saturated fatty acid and better aroma compared to conventional coconut oil, give its own superiority in the utilization of virgin coconut oil for skin care and beauty products. This experiment was conducted to exploit the quality of virgin coconut oil in the making of transparent soap and also to determine the best concentration and composition of other ingredients. Experiment design used in this research was Completely Randomized Factorial Design with 2 treatment factors and 3 replicates. The first factor was the purity of ethanol (70 and 95%) and the second factor was the amount of lye (base solution) used (15, 20 and 25%). The result of experiment showed that the best physicochemical properties were gained by using of 95% ethanol purity and 25% base. The product characteristic was pH 10.26, moisture content 33.15%, free fatty acid content 0.3%, rancidity 0.026 mg malondialdehyde/kg oil, saponification value 43.59, hardness 2.87 kg/cm2 and transparency 94.6%.
Pengaruh Cara Pengeringan Tahap II Terhadap Mutu Panili NFN Risfaheri; Sofyan Rusli
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 6, No 2 (1991): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v6n2.1991.90-95

Abstract

Pemanfaatan Jahe Kualitas Rendah Untuk Bahan Baku Sirup Oleoresin Jahe NFN Risfaheri; NFN Anggraeni
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 9, No 2 (1994): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v9n2.1994.67-71

Abstract