Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENERAPAN MATERIAL KACA DALAM ARSITEKTUR Lestari, Lestari; Alhamdani, Muhammad Ridha
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.718 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v1i2.18798

Abstract

Kaca telah dikenal sejak ribuan tahun dan merupakan bahan buatan manusia yang cukup tua. Penggunaannya sebagai bahan bangunan meluas sejak abad ke 17 terutama setelah perang dunia kedua.  Arsitektur kaca menjadi suatu kecenderungan dari desain-desain bangunan di dunia sejak abad ke-20. Material ini dianggap sangat relevan dengan konsep-konsep yang ada. Kaca digunakan sebagai material ornamen, bukaan atau jendela, material kulit  bangunan,  sampai pada material struktur  bangunan. Sifat kaca yang transparan,  simple, dan bersih menjadikan material ini menguntungkan untuk mendukung konsep yang digunakan. Tulisan ini memaparkan penggunaan kaca sebagai bahan bangunan, baik sebagai bahan ornamen, kulit bangunan atau struktur bangunan, maupun sebagai pendukung konsep arsitektur khususnya konsep transparansi. Dipaparkan pula mengenai sifat-sifat teknis dari bahan kaca sebagai pertimbangan dalam pemilihan bahan bangunan. Glass has been known for thousands of years and is a man made material  that is quite old. Extends its use as building material since the 17 century, especially after the second world war. Glass architecture become a trend of buiding designs in the world since 20th century. This material relevant to the existing concepts. Glass is used as an ornament material, window, the building skin materials, and the building structure materials. Glass  properties that transparent, simple and clean make this material support the concepts used. This paper describes the use of glass as a building material, either as a ornament, the building skins, the building structures, and the building concepts expecially transparency concept. This paper also present the technical properties of glass as a building materialREFERENCESGarg, N.K . 2007. Guidelines for Use of Glass in Building. New age international publisher. New DelhiPiano, R. 1997. The Renzo Piano Logbook. The Monacelli Press. LondonStaib, Schittich. 1999. Glass Construction Manual. Birkhauser. Basel, Switzerland.Weston, Richard. 2002. The House in the 20th Century. Laurence King Publishing ltd. Great BritainWurm, Jam. 2007. Glass Structures: Design and Construction of Self-supporting Skins. Birkhauser Verlag AG. Berlin
KARAKTERISTIK FASAD BANGUNAN RUMAH KOMPAK Apriyanti, Rahmatika; Alhamdani, Muhammad Ridha
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.795 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v3i1.16722

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sumber informasi yang sangat kurang mengenaikarakteristik fasad rumah kompak yang ada di Indonesia. Sehingga tujuan dari penelitian iniadalah menganalisa karakteristik fasad pada beberapa rumah kompak yang ada di Indonesia.Rumah kompak merupakan rumah yang memiliki keselarasan antara desain rumah danfurnitur. Konsep pemanfaatan ruang pada rumah kompak adalah pemanfaatan furnitur secaramaksimal karena furnitur adalah bagian dari ruang. Rumah kompak memiliki karakter khususterutama pada tata ruang dan fasad. Fasad rumah kompak terbentuk karena pada umumnyakonsep rumah kompak adalah simple dan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. This research is motivated by the lack of resources about the chacarteristics of compact house facade. This research is aimed to analyze the characteristics of several facades of the compact house in Indonesia. Compact house is a house which have a balance between  the house and its funiture. The space allocation concept  inside the compact house applied by maximazing by the furniture because it is considered as a part of the space. The compact house have a specific characteristic especially in the space arrangement and the facade. The compact house facade formed in the simple concept and influenced by the surrounding.REFERENCESAdmadjaja, Jolanda Srisusana., Meydian Sartika Dewi (1999). Bab 4 Unsur Rupa Sebagai Elemen Komposisi. Gunadarma. JakartaAkmal, Imelda (2012). Compact House. Imaji. JakartaAkmal, Imelda (2012). Small & Budget House. Imaji. JakartaAkmal, Imelda (2013). Tropical Modern. Imaji. JakartaChing, Francis D.K (2008). Arsitektur:Bentuk,Ruang,danTatanan(EdisiKetiga). Erlangga.JakartaDewi, Ni Made Emmi Nutrisia. (2014). Kajian Interior Elemen Pembentuk  Dan  Pelengkap Pembentuk  Ruang. Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain BaliFauzy, Bachtiar., Purnama Salura., Agnes Kurnia (2013).  Sintesis Langgam Arsitektur Kolonial  Pada  Gedung  Restauran ‘Hallo Surabaya’ Di Surabaya . Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik ParahyanganFitriyanin (….). Metode Penelitian. Universitas Komunikasi Indonesia. BandungKrier, Rob (2001). Komposisi Arsitektur. Erlangga. JakartaPujantara, Ruly (2010). Karakteristik  Fasade  Bangunan Peninggalan  Kolonialisme  Dan Sebaran Spasialnya Di Kota MakassarSaraswati, A.A.Ayu Oka. (2006). Bale Kulkur Sebagai Bangunan Penanda Pendukung Karakter Kota Budaya. Dosen Sejarah Arsitektur, Universitas Udayana BaliUtami., Mario Wibowo., Abdul Jabbar Faruk (2014). Kajian Bentuk dan Fasad Hotel Gino Feruci Bandung. Jurusan Teknik Aristektur, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Institut Teknologi Nasional BandungWidaningsih, Lilis (2004). Karakteristik Fasade Bangunan Factory  Outlet Di  Jalan Ir. H. Djuanda Bandung. Jurusan Teknik Arsitektur. Fakultas Teknik. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
PERFORMA PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN SERTA PERSEPSI PENGGUNA BANGUNAN PASAR DI KOTA PONTIANAK Lestari, Lestari; Alhamdani, Muhammad Ridha; Khaliesh, Hamdil
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 2 (2017): December
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.57 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v4i2.23251

Abstract

Permasalahan yang ada pada pasar-pasar tradisional termasuk yang terjadi pada pasar Kemuning dan Dahlia Kota Pontianak dapat menggambarkan kualitas performansi bangunan. Pencahayaan, sirkulasi udara, dan temperatur dalam ruang pada bangunan merupakan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kenyamanan aktivitas pengguna. Tulisan ini memaparkan mengenai hasil penelitian khususnya mengenai tingkat pencahayaan, keadaan udara, dan temperatur dalam ruang pada dua pasar tradisional di Kota Pontianak tersebut. Performansi kedua pasar tersebut diukur untuk dibandingkan dengan standar untuk aktivitas yang sesuai. Selain itu dikumpulkan pula pendapat dari para pengguna tentang kepuasan terhadap aspek pencahayaan, keadaan udara, dan temperatur dalam ruang di kedua pasar tersebut. Data-data yang dikumpulkan melalui 2 cara yaitu observasi dan kuesioner. Observasi dilakukan dengan pengukuran pada bangunan. Kuesioner disebarkan kepada 195 responden khususnya penjual dan pembeli pasar untuk melihat tingkat kepuasan berdasarkan persepsi pengguna. Hasil analisis diperoleh bahwa tingkat performansi pencahayaan, keadaan udara, dan temperatur dalam ruang pada kedua bangunan pasar tersebut termasuk rendah, begitu pula kepuasan pengguna terhadap kedua aspek tersebutKata-kata Kunci: pasar tradisional, performasi bangunan, pencahayaan, penghawaan. THE PERFORMANCE OF LIGHTING, VENTILATION, AND USER PERCEPTION ON MARKET BUILDING IN PONTIANAK CITY Problems that exist on traditional markets including those that occur in the Kemuning and Dahlia market, Pontianak City can represent  the quality of building performance. Lighting, ventilating and air temperature in buildings are aspects that can affect the comfort of occupants. This paper describes the results of research especially regarding the level of lighting, ventilating and air temperature in two traditional markets at Pontianak City. The performance of both markets is compared to the standard for the appropriate activity. The user satisfaction is also identified. The data collected through 2 ways that are observation and questionnaire. Observations were made with measurements of buildings. Questionnaires were distributed among 195 respondents, especially sellers and market buyers to see the level of satisfaction based on user perceptions. The analysis indicates performance levels of both market buildings are low, as are user satisfaction with those aspects.Keywords: traditional market, building performance, lighting, ventilating, temperatureREFERENCESKaryono, Tri Harso. (2001). Penelitian Kenyamanan Termis di Jakarta sebagai Acuan Suhu Nyaman Manusia Indonesia. Dimensi Teknik  Arsitektur Vol. 29, No. 1. Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra. SurabayaKeputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/Sk/Xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja  Perkantoran dan IndustriKeputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar SehatKeputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko ModernKeputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha PerdaganganPeraturan  Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan GedungStandar Nasional Indonesia (SNI) 03-6390-2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara pada Bangunan GedungStandar Nasional Indonesia (SNI) 8152 – 2015 Tentang Pasar RakyatSukriswanto, Ucang. (2012). Analisis Kelayakan Revitalisasi Pasar Umum Gubug Kabupaten Grobogan. Tesis tidak diterbitkan, Program Studi magister Teknik Sipil, Universitas Diponegoro Semarang.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan
RUMAH SAKIT HEWAN DI KOTA PONTIANAK Indrawan, Wery; Gunawan, Ivan; Alhamdani, M. Ridha
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 2, No 1 (2014): Maret
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1694.579 KB) | DOI: 10.26418/jmars.v2i1.4865

Abstract

Kegemaran di dalam memelihara hewan sudah menjadi hal yang biasa bagi kalangan penduduk kota Pontianak. Hewan-hewan yang dipelihara dengan maksud dan tujuan tertentu tersebut tentunya juga rentan terhadap penyakit tergantung pada bagaimana ia diperlakukan oleh sang majikannya. Ada kondisi dimana hewan tersebut juga memerlukan tingkat perawatan yang lebih serius apabila terkena penyakit tertentu. Untuk itulah, fungsi sebuah Rumah Sakit Hewan akan banyak berperan di dalamnya. Klinik Hewan di kota Pontianak tidak memiliki fasilitas berupa ruang rawat inap, ruang rontgen, dan ruang bedah yang penting di dalam menunjang kegiatan pelayanan kesehatan hewan. Hewan yang terkena penyakit terkadang membutuhkan perawatan yang cukup lama dan pengobatan yang teratur sehingga memerlukan fasilitas yang memadai. Bangunan Rumah Sakit Hewan merupakan salah satu fasilitas kesehatan khusus hewan yang dapat melayani kebutuhan perawatan kesehatan hewan, baik secara rawat inap maupun rawat jalan. Selain itu, masyarakat bisa mendapatkan informasi dari rumah sakit mengenai cara-cara di dalam menjaga kesehatan hewan yang mereka pelihara. Dengan demikian, masyarakat juga dapat terhindar dari efek atau pengaruh negatif dari memelihara hewan yakni kemungkinan tertularnya penyakit hewan terhadap manusia.
Pusat Industri Kreatif di Kota Pontianak Putra, Dzikri Prakasa; Alhamdani, M. Ridha; Gunawan, Ivan
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 1, No 1 (2013): November
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1481.997 KB) | DOI: 10.26418/jmars.v1i1.2108

Abstract

Industri Kreatif merupakan salah satu komitmen awal untuk membentuk ekonomi kreatif. Definisi industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Pemerintah Indonesia menetapkan 14 subsektor industri kreatif yaitu periklanan; arsitektur; pasar seni dan barang antik; kerajinan; desain; fesyen; video, film dan fotografi; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan piranti lunak; televisi dan radio; dan riset dan pengembangan. Tetapi dari ke-14 subsektor tersebut hanya 6 yang menjadi fokus pengembangan yaitu arsitektur;� kerajinan; desain; fesyen; video, film dan fotografi; dan musik. Untuk mendukung perkembangan industri kreatif tersebut diperlukan tempat-tempat kreatif yang dapat menampung segala kegiatan kreatif di dalamnya . Pusat Industri Kreatif menyediakan fasilitas dan sarana untuk mengembangkan dan memperkenalkan sub-sub sektor daripada industri kreatif itu sendiri. Perancangan Pusat Industri Kreatif merupakan langkah awal untuk mendekatkan masyarakat dengan Industri Kreatif yang bertujuan untuk menciptakan suatu kota kreatif demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui ekonomi kreatif. Oleh karena itu, konsep perancangan pusat industri kreatif ini adalah sebagai berikut: menjadi bagian dari lingkungan masyarakat, sebagai ruang publik hijau kota, sebagai landmark kawasan sekitar, dan sebagai penggerak kreativitas.
Menuju Desa Cerdas Perbatasan: Survey Kesiapan Desa Cerdas Muazir, Syaiful; Lestari, Lestari; Alhamdani, M. Ridha; Nurhamsyah, M
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 16, No 2 (2020): JPWK Vol 16. No. 2 June 2020
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v16i2.27417

Abstract

Untuk mengembangkan daerah perbatasan, pemerintah telah menetapkan daerah perbatasan sebagai pusat kegiatan strategis nasional. Saat ini, ada 26 pusat kegiatan strategis nasional dan sebagian besar termasuk dalam kategori daerah tertinggal dengan segala keterbatasannya. Kondisi ini membuat daerah perbatasan sulit untuk bersaing. Untuk mempercepat pembangunan desa perbatasan, salah satu konsep yang dapat digunakan adalah desa cerdas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi dan indikasi pilar desa cerdas di dusun Aruk (desa perbatasan). Kegiatan penelitian meliputi: (1) penilaian kesiapan literasi/melek ICT masyarakat, (2) penilaian pilar desa pintar, (3) eksplorasi potensi dan masalah, dan (4) ekspolrasi indikasi-indikasi strategi pengembangan desa cerdas. Hasil penelitian ini menemukan bahwa wilayah perbatasan telah "dibangun" melalui pendekatan pembangunan infrastruktur fisik. Indikasi "kesiapan" aplikasi desa pintar berada dalam kategori "tinggi". Dari hasil pengukuran, infrastruktur fisik dan kesiapan aparatur sipil Negara ditemukan menjadi indikator dengan skor tertinggi. Sementara itu, faktor sosial ekonomi perlu ditingkatkan. Secara keseluruhan, dusun Aruk hampir siap untuk "menerima" konsep desa pintar, dengan asumsi bahwa jika diterapkan, akan dapat meningkatkan daya saing desa melalui beberapa strategi seperti fasilitasi dan penyediaan infrastruktur.
Menuju Desa Cerdas Perbatasan: Survey Kesiapan Desa Cerdas Muazir, Syaiful; Lestari, Lestari; Alhamdani, M. Ridha; Nurhamsyah, M
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 16, No 2 (2020): JPWK Vol 16. No. 2 June 2020
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v16i2.27417

Abstract

Untuk mengembangkan daerah perbatasan, pemerintah telah menetapkan daerah perbatasan sebagai pusat kegiatan strategis nasional. Saat ini, ada 26 pusat kegiatan strategis nasional dan sebagian besar termasuk dalam kategori daerah tertinggal dengan segala keterbatasannya. Kondisi ini membuat daerah perbatasan sulit untuk bersaing. Untuk mempercepat pembangunan desa perbatasan, salah satu konsep yang dapat digunakan adalah desa cerdas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi dan indikasi pilar desa cerdas di dusun Aruk (desa perbatasan). Kegiatan penelitian meliputi: (1) penilaian kesiapan literasi/melek ICT masyarakat, (2) penilaian pilar desa pintar, (3) eksplorasi potensi dan masalah, dan (4) ekspolrasi indikasi-indikasi strategi pengembangan desa cerdas. Hasil penelitian ini menemukan bahwa wilayah perbatasan telah "dibangun" melalui pendekatan pembangunan infrastruktur fisik. Indikasi "kesiapan" aplikasi desa pintar berada dalam kategori "tinggi". Dari hasil pengukuran, infrastruktur fisik dan kesiapan aparatur sipil Negara ditemukan menjadi indikator dengan skor tertinggi. Sementara itu, faktor sosial ekonomi perlu ditingkatkan. Secara keseluruhan, dusun Aruk hampir siap untuk "menerima" konsep desa pintar, dengan asumsi bahwa jika diterapkan, akan dapat meningkatkan daya saing desa melalui beberapa strategi seperti fasilitasi dan penyediaan infrastruktur.
EVALUASI PASCA HUNI ASPEK FUNGSIONAL PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) UNIVERSITAS TANJUNGPURA O'i Prasesti; Muhammad Ridha Alhamdani; Rudiyono Rudiyono
JMARS: Jurnal Mosaik Arsitektur Vol 9, No 2 (2021): September
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jmars.v9i2.48668

Abstract

Policies and strategies for the construction of flats have been launched in various cities, one of which is in Pontianak which is intended for the general public and students. One of the Rusunawa in Pontianak is the Tanjungpura University Flat which is rented out for students which was built in 2009. Based on this, it is necessary to carry out a Post-Work Evaluation of the building that has been used for some time. This study aims to identify and evaluate the Rusunawa building of Tanjungpura University in terms of functional aspects and its application in design solutions. The research approach used is qualitative and quantitative research. The research method used is spatial syntax and place-centred mapping. The results showed that the results of connectivity analysis in spatial syntax showed low values in the drying room and kitchen area and integration analysis on spatial syntax showed low values in building circulation areas 1, 2, 3, and 4. Place centered mapping data showed activity. That residents routinely do on the building. This indicates a change in the function of space and affects the dimensions of space. The post-occupancy evaluation shows a change in the function of space, access to circulation, and the dimensions of space in the building. Based on the results of post-occupancy analysis and evaluation, the design proposal also focuses on variables with functional aspects, namely circulation, dimensions, flexibility and changes in space function.
Interaksi Antarwilayah dan Sebaran Covid-19 di Provinsi Kalimantan Barat Syaiful Muazir; L Lestari; Muhammad Ridha Alhamdani; Muhammad Nurhamsyah
Jurnal Wilayah dan Lingkungan Vol 9, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jwl.9.1.18-33

Abstract

Covid-19 is a disease that attacks the respiratory tract that began to be identified in Wuhan, China. WHO then announced the condition as a pandemic that quickly spread throughout the world. The rapid spread of the Coronavirus Pandemic (COVID-19) also occurred in West Kalimantan, Indonesia. In a spatial-temporal perspective, the spread of infectious diseases can be happened by the interconnectivity or interaction between areas, populations, and transportation facilities that facilitate community mobility. This research aims to describe the interactions between regions in West Kalimantan and the relation to the spread of the Covid-19 pandemic. The method used centrality measurement and cluster analysis, where the results of these calculations are then described in line with the distribution of the Covid-19 case in West Kalimantan. From the justification, areas with high centrality in the network configuration tend to have the most confirmed cases compared to other areas. The character of these areas tends to be the main entrance (air/port), the provincial capital, and the hub area in West Kalimantan, which is also included as the same cluster. Another interesting finding is that areas with low centrality, and included in the same cluster, have several people under surveillance which is quite large compared to the previous cluster. These areas tend to have a dense population and are directly related to the Provincial Capital and neighboring countries (border).
Arahan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Kawasan Keraton Pakunegara Tayan Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat Dian Perwita Sari; M Ridha Alhamdani
TATALOKA Vol 22, No 4 (2020): Volume 22 No. 4, November 2020
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/tataloka.22.4.586-604

Abstract

The area of the Palace of Pakunegara Tayan, Sanggau Regency, West Kalimantan, currently requires arrangement in the form of directions and guidelines of buildings and environment for the region so it could be ordering. The uncontrolled and rapid development reduces the carrying capacity of the environment, the building's growth does not follow the applicable rules are the main factors for regional management. This study used descriptive qualitative research methods. The descriptive qualitative method aims to describe the current situation to identify the existing conditions of the Keraton Pakunegara Tayan area. Besides, this approach used to examine cause and effect through the identification of symptoms from existing problems and from the analysis, the regional arrangement concept scheme made. The results of this study obtain two concepts of structuring the Pakunegara Tayan Palace Area, they are adaptive development and integrated development, where each concept developed and elaborated with urban design elements so can provide direction for the physical manifestation of the Urban Area, which refers to the Spatial Plan (RTR) as well as local socio-cultural norms/norms, to create environment well planned, orderly, safe, comfortable, harmonious, productive and sustainable in surroundings of the Keraton Pakunegara Tayan area.