Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Selektivitas Alat Tangkap Purse Seine Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Jakarta Azlhimsyah Rambun P; Sunarto Sunarto; Isni Nurruhwati
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 7, No 2 (2016): Jurnal Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Alat tangkap purse seine adalah alat tangkap terbanyak kedua yang digunakan nelayan di PPI Muara Angke setelah alat tangkap bouke ami. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat selektivitas alat tangkap purse seine berdasarkan hasil tangkapannya. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survey di PPI Muara Angke Jakarta dari 10 Mei - 1 Juni 2016. Data hasil tangkapan ikan dikumpulan dari 4 unit alat tangkap purse seine dengan masing - masing alat tangkap 1 kali trip. Analisis data meliputi komposisi jenis hasil tangkapan dan ukuran panjang cagak pertama matang gonad hasil tangkapan utama. Hasil Penelitian menunjukan bahwa alat tangkap purse seine menangkap sebanyak 14 spesies dengan jumlah total hasil tangkapan 75.945 ekor dengan bobot 9.092 kg.  Komposisi hasil tangkapan sampingan lebih mendominasi yaitu sebesar 78,7% dibanding hasil tangkapan utama 21,3%. Panjang cagak ikan tangkapan utama yang telah mencapai ukuran matang gonad mencapai 50,1% dari total seluruh ikan yang diukur. Secara umum, dengan melihat faktor yang digunakan untuk mengukur tingkat selektivitas alat tangkap, purse seine tergolong alat tangkap yang memiliki tingkat selektivitas yang rendah.
Distribusi Spasial Hiu Paus (Rhincodon typus) Di Kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua Barat Maulida - Ranintyari; Sunarto - -; Mega Laksmini Syamsudin; Sri - Astuty
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 9, No 2 (2018): Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. IX No. 2 /Desember 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.462 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial hiu paus, serta menganalisis faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap distribusi hiu paus di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskripsi. Data yang digunakan merupakan data hasil pemantauan hiu paus di TNTC yang diambil oleh WWF-Indonesia. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hiu paus secara konsisten muncul di wilayah 4 atau SPTN Wilayah I Kwatisore. Hasil analisis
SOSIALISASI PEMANFAATAN SENYAWA BIOAKTIF DARI MIKROALGA DIATOM DALAM PRAKTIK BUDIDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Sunarto Sunarto; Fiddy Semba Prasetiya; Eri Bachtiar
Dharmakarya Vol 9, No 2 (2020): Juni, 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v9i2.23858

Abstract

Mikroalga diatom dianggap sebagai organisme hidup yang memiliki banyak manfaat dan telah menarik banyak perhatian dari peneliti-peneliti dunia. Dalam beberapa tahun ini, diatom juga telah digunakan sebagai bahan nutrasetikal dan sumber obat dalam industri farmasi. Penduduk lokal di Desa Pabean Udik, Kabupaten Indramayu, sebagian besar memiliki profesi sebagai nelayan pembudidaya, dimana produksi perikanan budidaya berkontribusi cukup besar pada pendapatan daerah. Namun, salah satu kendala yang dialami oleh pembudidaya adalah adanya serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang seringkali diatasi dengan penggunaan antibiotik sintetik yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kami melakukan sosialisasi terhadap peningkatan kesadaran masyarakat lokal di Desa Pabean Udik tentang potensi diatom sebagai produk alami dengan multi-manfaat, terutama sebagai agen antibakteri alami dalam praktik budidaya perikanan laut. Dalam studi ini, pendidikan berbasis masyarakat dengan beberapa kegiatan seperti ceramah, diskusi, video interaktif dan sesi doorprize dilakukan. Selain itu, kuesioner pre-test dan post-test dilakukan sebagai alat untuk mengidentifikasi kesadaran peserta dan untuk mengukur indikator tujuan. Hasil survey yang diperoleh menunjukkan peningkatan pemahaman peserta hingga 20%. Kami mengamati bahwa selama diskusi peserta juga menunjukkan kesediaan mereka untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang potensi pemanfaatan diatom untuk meminimalkan risiko infeksi patogen. Oleh karena itu, hasil ini menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil meningkatkan pemahaman masyarakat lokal tentang potensi manfaat diatom dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan diatom untuk banyak tujuan, terutama dalam menggantikan obat antimikroba yang tidak ramah lingkungan.
Identification of Microplastic Composition on Clams (Gafrarium tumidum) and Sediments in Seribu Island, Pari Island Area, DKI Jakarta Winesti Tubagus; Sunarto Sunarto; Mochamad Rudyansyah Ismail; Lintang Permata Sari Yuliadi
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 25, No 3 (2020): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.25.3.115-120

Abstract

Microplastic is one of the pollutants that can contaminate marine biota even spread in sea waters and coastal substrate because of the sizes ranges to 10 μm - 2 mm. This pollutant is spread in marine waters and found in the area of Seribu Island, Pari Island Area, DKI Jakarta. This research aims to identify the amount of abundance, type, size, and color of microplastic that was found in sediment and shell samples. The research method used was a survey method and laboratory analysis. The method consists of three parts, namely field data collection, identification using a microscope, and describing the results of identification.  All sediment and shell samples were identified as being contaminated with microplastics. Microplastic are found in fiber, fragment, and film type. That color found including black, yellow, red, blue, green, chocolate, and clear. The most dominant microplastic color is black and the most dominant microplastic size is the small size group. The highest microplastic abundance in sediment samples from 3 stations is found in samples taken by station 2 with an average of 43.67 particles. 100 g-1 of dry sediment and the most dominant type is the fiber type from all sediment samples. The most dominant type of mussels sample is fragment type and the average abundance of microplastics in the highest sample of mussels is worth 17.33 particles.ind-1.
Penggunaan Larutan Teh Hitam untuk Menurunkan Daya Rekat Telur Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Ayi Yustiati; Fauziah Arini Shaqina; Sunarto Sunarto; Rosidah Rosidah; Ucu Cahyadi; Tatang Supriatna
Akuatika Indonesia Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v6i2.29334

Abstract

Kendala dalam produksi benih ikan lele adalah derajat penetasan yang rendah karena sifat adhesif yang dimiliki oleh telur. Telur yang saling melekat menghambat masuknya oksigen pada telur sehingga dapat menghambat perkembangan telur dan akan berdampak terhadap daya tetas telur yang rendah. Salah satu cara untuk mengurangi daya rekat telur adalah dengan mencampurkan tanin kedalam telur ikan, salah satu bahan yang mengandung tanin adalah teh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan teh yang efektif untuk menurunkan daya rekat telur dan pengaruhnya terhadap daya tetas telur ikan lele. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 hingga 27 April 2020 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Kota Sukabumi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan yang digunakan adalah empat perlakuan konsentrasi larutan teh (0 g/L, 8 g/L, 10 g/L dan 12 g/L) dengan lama perendaman empat menit. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Wadah penelitian yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran 40 x 60 x 40 cm3 sebanyak 12 buah dan menggunakan saringan yang diisi telur, pengamatan daya rekat dilakukan selama satu hari dan dilanjutkan dengan pengamatan derajat pembuahan dan derajat penetasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan larutan teh dengan konsentrasi 10 g/L selama empat menit efektif menurunkan daya rekat telur ikan lele dengan nilai 12% dan menghasilkan nilai daya tetas telur tinggi yaitu sebesar 63%. Hasil ini merupakan hasil uji statistik dengan uji jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 95%, hasil yang di dapatkan berbeda nyata dengan kontrol.
Condition Correlation of Coral Reef and Abundance of Indicators Reef Fish in Mandrajaya Water Ciletuh Geopark West Java Azka Bani Nugraha; Indah Riyantini; Sunarto Sunarto; M. Rudyansyah Ismail
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v9i1.7073

Abstract

The coral reef ecosystem has role as feeding and nursery ground for indicator reef fishes. Coral reef ecosystems in recent years has decline in function, globally the area of coral reefs has decline about 11%. This study aims to analyze the correlation between the condition of life coral reef with the abundance of indicators reef fish. This research was conducted in the waters of Mandrajaya (Ciletuh Geopark) with 5 stations. The method used in this research is Line Intercept Transect (LIT) and Underwater Visual Census (UVC). Data observed were the percentage of live coral and dead coral, as well as the number of indicator reef fish found. Results show that the percentage value of life coral is 51.17% dominated by the CF (Coral Foliose) category, this value shows that the condition of living coral cover is included in the good category. The obtained Mortality Index is worth 0.43 (low), this value is obtained from the ratio of life coral and dead coral. A total number of indicators reef fish is 31 individuals / 1750m² from four species, dominated by Chaetodon octofasciatus (12 individuals). Correlation between life coral cover and abundance of indicators reef fish was positive and had a sufficient relationship on both variables (r = 0.58) with a determinant coefficient of 48%.
Kondisi Tutupan Terumbu Karang Dan Tingkat Prevalensi Penyakit Serta Gangguan Kesehatan Pada Berbagai Lifeforms Karang Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Annisa Rizqia; Sunarto Sunarto; Muhammad Untung Kurnia Agung; Indah Riyantini
Jurnal Kelautan Nasional Vol 17, No 1 (2022): APRIL
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (704.622 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v17i1.8547

Abstract

Terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan terhadap gangguan dan kerusakan. Penyakit karang diduga sebagai penyebab utama terdegradasinya ekosistem terumbu karang yang dapat disebabkan oleh penurunan kualitas lingkungan perairan, sedimentasi, polusi, serta perubahan iklim. Tujuan dari riset ini adalah mengetahui prevalensi penyakit dan gangguan kesehatan karang serta hubungan antara jenis penyakit dan gangguan kesehatan dengan bentuk pertumbuhan karang yang ada di ekosistem termbu karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Pengamatan terhadap tutupan terumbu karang dilakukan menggunakan metode transek garis sepanjang 100m dan pengamatan penyakit karang dilakukan menggunakan metode transek sabuk 2,5x2,5 m sepanjang 100m. Data yang didapat berupa persen tutupan karang, prevalensi penyakit dan gangguan kesehatan karang, dan kelimpahan penyakit dan gangguan kesehatan karang. Hasil riset menunjukkan terumbu karang di Perairan Pulau Pramuka memiliki persentase tutupan karang hidup sebesar 20,65%-47,17%  termasuk kedalam kategori rusak hingga sedang. Prevalensi penyakit karang Brown Band Disease sebesar 1%. Sementara prevalensi gangguan kesehatan Bleaching 27%, Competition Algae 6%, Competition Tunicate 11%. Fish Bite 11%, Growth Anomaly 8%, Pigmentation Response 8%, Sediment Damage 19%,  dan Trematodiasis 4%. Bentuk pertumbuhan karang Massive lebih rentan terhadap gangguan kesehatan. Sementara itu, penyakit karang Brown Band Disease hanya ditemukan pada karang dengan bentuk pertumbuhan Branching.Kata kunci: Kondisi tutupan karang, Penyakit dan gangguan kesehatan karang, Pulau Pramuka
Seagrass Connectivity Based on Oceanographic Condition in The Marine Protected Area of Biawak Islands, Indramayu Aditya Ramadhan; Noir Primadona Purba; Sunarto Sunarto; Udhi Eko Hernawan; Ibnu Faizal
Jurnal Segara Vol 18, No 1 (2022): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.8 KB) | DOI: 10.15578/segara.v18i1.10961

Abstract

Seagrasses are an essential component of the coastal environment with provide many ecosystem services beneficial to humans. Understanding the pattern of dispersal of segrasses is important for conservation management. The aimed of this research was to analyze the seed dispersal of the seagrass Enhalus acoroides in the Marine Protected Area of Biawak Islands, Indramayu, based on hydrodynamic modelling. Oceanographic data were downloaded from several open acces website and location of seagrasses based one insitu observation. Then, oceanographic parameters and seed traits were used to develop the particle trajectory model. Our analysis showed that the seafloor’s depth around the islands varied, ranging from 8 m to 48 m. The seed dispersal was strongly influenced by alternating tidal currents (reversing current). The particle trajectory showed that most of the seeds would be transported outward away from each source in the islands, and they settled in deeper areas further from the coast of the islands. This result indicates that the seagrass population in Biawak Islands might depend predominantly on vegetative recruitment, which is slow. This may be related to the low seagrass canopy cover in Biawak Islands.
Asosiasi dan Korelasi Makrozoobentos dengan Kondisi Ekosistem Mangrove di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Bintang Chandra Bayudana; Indah Riyantini; Sunarto Sunarto; Sheila Zallesa
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.40786

Abstract

Salah satu status kawasan Pulau Pari yaitu menjadi kawasan konservasi mangrove. Makrozoobentos menjadikan ekosistem mangrove sebagai habitat untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak. Tujuan riset ini adalah untuk mengidentifikasi jenis mangrove serta kerapatannya, menghitung kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman makrozoobentos, dan menentukan pola asosiasi dan korelasi makrozoobentos terhadap kondisi ekosistem mangrove di Pulau Pari. Riset ini dilaksanakan pada Maret 2021 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun, yaitu Utara, Barat, dan Timur. Metode yang digunakan adalah metode transek kuadrat, yaitu dengan membentangkan tali tegak lurus garis pantai menuju daratan sepanjang 50 meter dengan ukuran 10 m x 10 m untuk mangrove, dan 1 m x 1 m untuk makrozoobentos. Hasil penelitian ditemukan 3 jenis mangrove yaitu Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Bruguiera cylindrica. Kerapatan mangrove tertinggi seluas 1234 ind/ha. Nilai kelimpahan makrozoobentos berkisar antara 18.34 - 45.89 ind/m2. Indeks keanekaragaman makrozoobentos termasuk dalam kategori sedang yaitu 2.65-2.95 dan keseragaman termasuk kategori tinggi sebesar 0,885-0,897. Dari semua perhitungan asosiasi dan korelasi antara makrozoobentos dengan ekosistem mangrove menunjukkan adanya hubungan sangat kuat dimana tumbuhan mangrove dapat memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan hidup makrozoobentos. One of the statuses of the Pari Island area is to become a mangrove conservation area. Macrozoobentos make the mangrove ecosystem a habitat for foraging, sheltering, and breeding. The purpose of this research was to identify mangrove species and their density, to calculate the abundance, diversity, uniformity of macrozoobentos, and to determine the pattern of association and correlation of macrozoobentos to the condition of the mangrove ecosystem in Pari Island. This research was carried out in March 2021 on Pari Island, Thousand Islands. The research location is divided into 3 stations, namely North, West, and East. The method used is the quadratic transect method, namely by stretching a rope perpendicular to the coastline to the mainland along 50 meters with a size of 10 m x 10 m for mangroves, and 1 m x 1 m for macrozoobentos. The results of the study found 3 types of mangroves, namely Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, and Bruguiera cylindrica. The highest mangrove density is 1234 ind/ha. The abundance value of macrozoobentos ranged from 18.34 - 45.89 ind/m2. Macrozoobentos diversity index was included in the medium category, namely 2.65-2.95 and uniformity was included in the high category of 0.885-0.897. From all calculations of associations and correlations between macrozoobentos and mangrove ecosystems, it shows that there is a very strong relationship where mangrove plants can have an influence on the survival of macrozoobentos.
Potassium Cyanide (KCN) Content in Coral Reefs and Its Effect on The Abundance of Indicator-Fishes in The Anambas Islands Rizki Dimas Permana; Sunarto Sunarto; Syawalludin Alisyahbana Harahap; Indah Riyantini; Yuwanda Ilham
Journal of Science and Applicative Technology Vol 5 No 1 (2021): Journal of Science and Applicative Technology June Chapter
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/jsat.v5i1.381

Abstract

The coral reef ecosystem has been continuously degraded in various parts of Indonesia, including the Anambas Islands. This research aimed to discover the content of Potassium Cyanide (KCN) accumulated on corals and the effect on indicator fishes abundance in the Anambas Islands. This research was conducted at 25 observation stations in the Anambas Islands National Marine Protected Area. The potassium cyanide (KCN) content was tested with the principle of titration and distillation. The coral samples used ranged from 10-20 g diluted in 100-200 ml distilled water. The method used to determine the abundance of indicator fish was underwater visual census or UVC, which recorded fish in every station. This research recorded 307 fish individuals from 14 species of the Chaetodontidae family. Potassium Cyanide's content on corals was high ranging from 0,009-0,032 mg/L with an average 0,0205 mg/L. We concluded that there was a negative correlation between the content of Potassium Cyanide (KCN) on corals and indicator fishes abundance, which means the higher the Potassium Cyanide content (KCN) is on corals, the lower the indicator fishes abundance will point out.