Darmawati Ayu Indraswari
Unknown Affiliation

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KURSI DAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MAHASISWA FK UNDIP Gina Silvia Pamungkas; RM Soerjo Adjie; Darmawati Ayu Indraswari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.771 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14454

Abstract

Latar Belakang : Nyeri punggung bawah (NPB) adalah masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia. Salah satu faktor risiko terjadinya NPB adalah akibat duduk dalam waktu yang lama dan posisi duduk yang salah. Posisi duduk yang salah dapat dipengaruhi oleh dimensi atau desain kursi yang tidak sesuai dengan antropometri duduk.Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubunganantara dimensi kursi dan munculnya keluhan NPB mahasiswa Fakultas Kedokteran Undip.Metode :Penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan pendekatan belah lintang yang dilakukan pada bulan Maret – April 2016 dengan subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Undip yang duduk di kursi kelas selama 4 jam. Penelitian ini dilakukan menggunakan kuesioner DASS 42 sebagai alat ukur status psikologi dan skala pengukuran numerik (SPN) untuk mengukur intensitas nyeri yang dirasakan. Analisis data menggunakan uji Chi- square.Hasil :Jumlah responden sebanyak 64 orang. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dimensi kursi dan keluhan nyeri punggung bawah pada mahasiswa FK Undip (p=0,114).Kesimpulan :Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dimensi kursi dan munculnya keluhan NPB mahasiswa Fakultas Kedokteran Undip.
THE EFFECT OF PLYOMETRICS TRAINING ON ATTENTION LEVEL AMONG MEDICAL STUDENTS Mahardika Budjana Sultan Ilham; Muhammad Mufaiddudin; Bagaskara Yogatama; Ainun Rahmasari Gumay; Darmawati Ayu Indraswari; Yuriz Bakhtiar
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.376 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i3.24433

Abstract

Introduction: Plyometrics are a popular form of physical exercise that plays an important role on the improvement of athlete’s performance, such as agility and muscle power. However, the effect of plyometrics training on neurocognitive function has not been studied yet. The aim of this study was to analyze the effect of plyometrics training on attention level among medical students. Methods: A quasi experimental study with pre and post-test with control group design. The subjects were 36 male students in Faculty of Medicine, Diponegoro University with range of age 15 to 25 years old. Subjects were divided into 2 groups: C (control group) and EP (experimental group). The EP group undergone plyometrics training for 6 weeks. Each week consists of 2 sessions exercise with 5 movements every session. The indicator of examination was attention level using Attention Networks Test. It was measured before training and after 6 weeks of training. Results: A significant improvement of attention function was found in alerting, orienting, and executive function after plyometrics training for 6 weeks  with p<0,001. After 6 weeks of plyometrics training, there was an improvement of alerting function in EP group with median 77,7 (49,8 – 111,1) ms to 58,45 (4,9 – 90,4) ms, improvement of orienting function with median 24,45 (2 – 89,3) ms to 19,2 (-0,3 – 88,8) ms, and executive function with median 74,1 (39,8 – 220,8) ms to 49,2 (-21 – 102,1) ms. Conclusion: Plyometrics training for 6 weeks can improve attention level among medical students.Keywords: attention level; attention network test; plyometrics training
THE EFFECT OF PLYOMETRICS TRAINING ON LEG MUSCLE STRENGTH OF MEDICAL STUDENTS IN DIPONEGORO UNIVERSITY Nur Azzahra Permata Putri Ismail; Edwin Basyar; Darmawati Ayu Indraswari; Marijo Marijo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.913 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25864

Abstract

Introduction : Strength is the ability to excert force, which can resist external resistance and its purpose as a basis for human movements. Strength also can be a standard for measuring someone’s performance. Plyometrics training known as an exercise that can increased muscle strength. Great muscle strength can lead to great muscle endurance so that the person will become healthier and will not get tired easily. However, there’s still no further study that measured leg muscle strenght on medical students after given plyometrics training treatment. Methods : Intervention of the study was plyometrics training for 6 weeks. This study was a quasi-experimental with pre-test (before training), middle-test (after four weeks training), and post-test (after six weeks training). The subjects were 28 (15 to 25-year old) male medical students of Diponegoro University divided into 2 groups with 14 samples for each group: control group and treatment group. Muscle strength were measured by leg dynamometer. The results were analyzed using SPSS. Results : The muscle strength which measured by leg dynamometer improved among subjects who did plyometrics training. The significant results (P = <0,05) found on middle-test and post-test proved that plyometrics training affects the enhancement of leg muscle strength. Conclusions : Plyometrics training for 6 weeks proved to increase leg muscle strength of medical students in Diponegoro University.Keywords: Plyometrics Training, Strength, Leg Dynamometer
THE EFFECT OF PLYOMETRICS TRAINING ON EXPLOSIVE POWER OF MEDICAL STUDENTS IN DIPONEGORO UNIVERSITY Pramatama Andhika Sunarso Pandoyo; Darmawati Ayu Indraswari; Marijo Marijo; Yuriz Bakhtiar
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.773 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i3.27495

Abstract

Introduction : Explosive power are the combination maximum strength and maximum velocity. High value of muscle strength and velocity can lead to good measurement of explosive power. Plyometrics training known as an exercise that can increased explosive power. This exercise is really popular among athletes and has proven to increase their explosive power. However, there’s still no further study that measured explosive power on medical students after given plyometrics training treatment. Methods : Quasi experimental study of plyometrics training has done for 6 weeks to medical students Diponegoro University. 28 subjects was divide into 2 groups : plyometrics training (as treatment group) and control group (as non-treatment group). Vertical jump test score was measurement in pre-test, middle-test, and post-test. The explosive power measured by vertical jump test. The results were analyzed by SPSS software. Results : The explosive power improved among subjects in plyometrics treatment group. During the plyometrics treatment, vertical jump was singnificantly increase during treatment in pre-test to mid-test (35.93 cm to 49,21 cm ; P : <0.001) and mid-test to post-test measurement (49.21 cm to 54.21 cm ; P : <0.001). Vertical jump score significantly increase in plyometrics group compare to control group ; on middle-test (<0.001 vs 0.344 ; P 0.019) and post-test (<0.001 vs 729 ; P 0.001) measurement respectively. Conclusions : Plyometrics training improved lower limb explosive power in male medical students of Diponegoro University. This is marked by significantly increase among subjects in plyometrics treatment group.Keywords: Plyometrics Training, Explosive Power, Vertical Jump Test
PERBEDAAN NILAI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI ANTARA CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI Okki Aurillia; Yuswo Supatmo; Darmawati Ayu Indraswari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.852 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18612

Abstract

Latar belakang: Daya ledak otot merupakan kemampuan untuk menghasilkan gerakan cepat dengan beban konstan. Kelincahan, kecepatan, keseimbangan, fleksibilitas, ketahanan, kekuatan, akurasi, dan daya ledak otot adalah komponen yang harus dipenuhi untuk menunjang prestasi atletik. Daya ledak otot memainkan peran kunci dalam sebagian besar cabang olahraga, terutama pada aktivitas yang bergantung pada lompatan, perubahan arah, atau kemampuan lari cepat.Tujuan: Mengetahui perbedaan nilai daya ledak otot tungkai antara cabang olahraga permainan dan bela diri.Metode: Penelitian menggunakan desain belah lintang. Subjek penelitian merupakan 60 atlet laki-laki usia 14-18 tahun yang berasal dari cabang olahraga bola voli, bola basket, taekwondo, dan karate. Subjek penelitian terdiri atas 4 kelompok dengan jumlah 15 orang pada masing-masing kelompok. Karakteristik subjek penelitian yang diperoleh adalah usia, lama latihan, dan indeks massa tubuh. Pengukuran daya ledak otot tungkai pada subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan uji lompat tinggi. Data kemudian diolah menggunakan uji Saphiro-Wilk dan uji t tidak berpasangan.Hasil: Rerata nilai daya ledak otot tungkai pada cabang olahraga bola voli adalah 58,27 cm, bola basket 57,13 cm, taekwondo 46,20 cm, dan karate 48,47 cm. Rerata nilai daya ledak otot tungkai pada cabang olahraga permainan adalah 57,70 cm dan bela diri 47,33 cm. Terdapat perbedaan yang bermakna nilai daya ledak otot tungkai antara cabang olahraga permainan dan bela diri dengan nilai p<0,01.Kesimpulan: Nilai daya ledak otot tungkai cabang olahraga permainan lebih tinggi daripada cabang olahraga bela diri.
PERBEDAAN WAKTU REAKSI TANGAN ANTARA CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI Aisyah Winda Syafitri; Yuswo Supatmo; Darmawati Ayu Indraswari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.453 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18532

Abstract

Latar Belakang: Proses berpikir seseorang dalam mengkoordinasi sistem sensorik dan sistem motorik dapat dinilai dengan waktu reaksi. Pada waktu reaksi tangan, koordinasi visual dan motorik tangan yang baik akan memberikan respon gerak tangan yang cepat. Waktu reaksi tangan dapat menentukan keberhasilan dalam suatu pertandingan, sehingga waktu reaksi tangan merupakan komponen yang penting dalam olahraga.Tujuan: Mengetahui perbedaan waktu reaksi tangan antara cabang olahraga permainan dan bela diri.Metode Penelitian: Penelitian menggunakan desain belah lintang. Subjek penelitian adalah 56 orang atlet laki-laki usia 14-18 tahun pada cabang olahraga bola voli, bola basket, taekwondo, dan karate. Subjek penelitian terdiri atas 4 kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 14 orang. Data karakteristik subjek berupa usia, lama latihan, dan IMT. Pengukuran waktu reaksi tangan dengan menggunakan metode ruler drop test. Uji statistik menggunakan uji Saphiro Wilk dan uji t tidak berpasangan.Hasil: Rerata waktu reaksi tangan pada cabang olahraga bola voli adalah 0,16 detik, bola basket 0,16 detik, taekwondo 0,20 detik, dan karate 0,20 detik. Rerata waktu reaksi tangan pada cabang olahraga permainan adalah 0,16 detik dan bela diri 0,20 detik. Terdapat perbedaan yang bermakna waktu reaksi tangan antara cabang olahraga permainan dan bela diri dengan nilai p<0,01.Simpulan: Waktu reaksi tangan cabang olahraga permainan lebih cepat daripada bela diri.
PERBEDAAN NILAI VO2MAX ANTARA ATLET CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI Herlina Dini Nugraheni; Marijo Marijo; Darmawati Ayu Indraswari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.406 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18580

Abstract

Latar Belakang: Hal yang mendasar dari kebugaran jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi. Salah satu cara untuk menilai daya tahan kardiorespirasi seseorang yaitu dengan mengukur nilai VO2max. VO2max mengukur kapasitas jantung, paru, dan darah untuk mengangkut oksigen ke otot yang bekerja dan mengukur penggunaan oksigen oleh otot selama latihan. Seseorang yang memiliki nilai VO2max lebih tinggi mampu berlatih lebih intensif.Tujuan: Mengetahui perbedaan nilai VO2max antara atlet cabang olahraga permainan dan bela diri.Metode: Penelitian menggunakan desain belah lintang. Subjek penelitian adalah 60 atlet laki-laki usia 14-18 tahun dari cabang olahraga bola voli, bola basket, taekwondo, dan karate. Subjek penelitian terdiri atas empat kelompok dengan jumlah 15 orang pada masing-masing kelompok. Data karakteristik yang diambil yaitu usia dan lama latihan. Pengukuran nilai VO2max menggunakan metode multistage fitness test. Data kemudian diolah menggunakan uji Saphiro-Wilk dan uji t tidak berpasangan.Hasil: Rerata nilai VO2max pada atlet cabang olahraga bola voli adalah 40,84 ml/kg/mnt, bola basket 42,15 ml/kg/mnt, taekwondo 35,39 ml/kg/mnt, dan karate 34,25 ml/kg/mnt. Rerata nilai VO2max pada cabang olahraga permainan adalah 41,49 ml/kg/mnt dan bela diri 34,82 ml/kg/mnt. Terdapat perbedaan yang bermakna nilai VO2max antara atlet cabang olahraga permainan dan bela diri dengan p<0,01.Kesimpulan: Nilai VO2max atlet olahraga permainan lebih tinggi daripada bela diri. 
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINUMAN ISOTONIK DAN JUS PISANG TERHADAP DAYA TAHAN OTOT SELAMA AKTIVITAS LARI 30 MENIT Fadli Mardian; Marijo Marijo; Darmawati Ayu Indraswari
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.877 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14424

Abstract

Latar belakang : Pemberian cairan sangat penting untuk mengalirkan zat gizi dan oksigen menuju otot skelet untuk menghasilkan energi saat berolahraga. Minuman isotonik merupakan salah satu cara untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang sehingga tubuh terhindar dari dehidrasi dan memperpanjang daya tahan otot. Selain itu, pisang merupakan sumber karbohidrat dan elektrolit yang efektif digunakan untuk mempertahankan daya tahan otot. Namun, belum ada penelitian yang membandingkan efektivitas antara pemberian minuman isotonik dan jus pisang terhadap daya tahan otot selama aktivitas lari 30 menit.Tujuan : Membandingkan efektivitas antara pemberian minuman isotonik dan jus pisang terhadap daya tahan otot selama aktivitas lari 30 menit.Metode : Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental quasi bersifat komparatif dengan rancangan pre-test dan post-test. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dengan rentang usia 18-24 tahun (n=16). Subjek penelitian menjalani tiga perlakuan, yaitu tanpa minuman, minuman isotonik, dan jus pisang. Daya tahan otot ditentukan dengan mengukur jarak tempuh lari selama 30 menit. Pemberian minuman isotonik dan jus pisang dilakukan pada menit 0, 10, dan 20 dengan masing-masing sebanyak 150 ml.Hasil : Rerata total pada kelompok sebelum diberi perlakuan adalah 4194,63 ± 401,592 m, sedangkan rerata total setelah diberi minuman isotonik dan jus pisang lebih tinggi dibanding sebelum diberi perlakuan yaitu secara berurutan sebesar 4590,56 ± 459,499 m dan 4546,421±689,742 m. Uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna pada kelompok dengan perlakuan minuman isotonik dan jus pisang dengan p= 0,048.Kesimpulan : Didapatkan hasil yang bermakna bahwa efektivitas jus pisang lebih baik dibandingkan minuman isotonik terhadap daya tahan otot selama aktivitas lari 30 menit.