Edwin Basyar
Department Of Physiology, Faculty Of Medicine Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Pemberian Kombinasi 5FU-Leucovorin dengan Phaleria macrocarpa terhadap Proliferasi Sel dan Diameter Adenokarsinoma Kolon Tikus Sprague dawley Alwi, Luqman; Budijitno, Selamat; Basyar, Edwin
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 29, No. 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2017.029.03.7

Abstract

Insidensi kanker kolon di seluruh dunia masih tinggi dan menjadi penyebab kematian terbanyak kategori penyakit tidak menular. Pembedahan tetap merupakan pilihan utama dengan modalitas lainnya berupa kemoterapi, radiasi dan imunoterapi seperti P. macrocarpa (Mahkota Dewa). Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental laboratorik dengan desain post test only menggunakan tikus putih betina strain Sprague dawley dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok K (kontrol), P1 (kelompok kemoterapi), P2 (kelompok P. macrocarpa), dan P3 (Kelompok kombinasi). Tumor kolon diperoleh dengan induksi 1,2-DMH subkutan. Kemoterapi yang diberikan 5FU-Leucovorin sebanyak 6 siklus sesuai Rosswell Park Regiment. P. macrocarpa diberikan dengan dosis 0,495mg/hari (0,99mL/hari) per oral. Proliferasi sel dinilai dengan pengecatan IHC Ki-67 sedangkan diameter massa tumor diukur menggunakan caliper tumor. Proliferasi sel dan diameter massa tumor didapatkan rerata kelompok K, P1, P2, P3 berturut-turut 37,150±8,878, 28,567±12,531, 35,533±8,982, 22,567±3,445 dan 1,403±0,265, 1,135±0,154, 1,339±0,111, 1,074±0,164. Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada proliferasi sel antara kelompok K vs P3 (p=0,011), P2 vs P3 (p=0,022) dan pada diameter massa tumor antara kelompok K vs P1 (p=0,020), K vs P3 (p=0,005), P2 vs P3 (0,021). Analisis korelasi proliferasi sel dengan diameter massa tumor didapatkan korelasi tidak bermakna (p=0,405). P. macrocarpa mempunyai potensi sebagai imunostimulator yang dapat meningkatkan efektivitas kemoterapi 5FU-Leucovorin dalam hal penurunan proliferasi sel dan penurunan diameter adenokarsinoma kolon tikus Sprague dawley.Kata Kunci: Adenokarsinoma kolon, P. macrocarpa, proliferasi sel 
KESESUAIAN TIPE TENSIMETER PEGAS DAN TENSIMETER DIGITAL TERHADAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA USIA DEWASA Yossi Eriska; Ari Adrianto; Edwin Basyar
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.851 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.16031

Abstract

Latar Belakang : Tekanan darah dan denyut nadi merupakan hal yang sangat penting dalam bidang kesehatan pada umumnya dan khususnya di bidang Kedokteran, karena tekanan darah maupun denyut nadi merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskular seseorang. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Untuk mengukur tekanan darah, dapat menggunakan tensimeter. Kesesuaian tensimeter dalam pengukuran tekanan darah sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengukuran tekanan darah.Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya kesesuaian tipe tensimeter digital dan tensimeter pegas terhadap pengukuran tekanan darahMetode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Sampel diambil secara simple random sampling dari Maret hingga April 2016. Pengambilan data didapat dari 50 subjek dengan melakukan 3 kali pengukuran setiap subjek. Kemudian data dianalisis menggunakan uji kesesuaian.Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan nilai kappa tekanan darah sistolik menggunakan tensimeter pegas dan tensimeter digital adalah κ=0.855 , menunjukkan adanya konsistensi kesesuian antara kedua alat istimewa atau cukup tinggi. Hasil nilai kappa tekanan darah diastolik menggunakan tensimeter pegas dan tensimeter digital adalah κ=0.737, menunjukkan adanya konsistensi kesesuaian antara kedua alat baik.Kesimpulan : Terdapat kesesuaian tipetensimeter digital dan tensimeter pegas dalam pengukuran tekanan darah.
KESESUAIAN TIPE TENSIMETER AIR RAKSA DAN TENSIMETER DIGITAL TERHADAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA USIA DEWASA Nina Huwaida Zunnur; A. Ari Adrianto; Edwin Basyar
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.409 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18604

Abstract

Latar Belakang: Tensimeter air raksa yang merupakan “gold standart” pada pengukuran tekanan darah sudah tidak dianjurkan karena dilihat dari sisi bahaya bahan yang digunakan yaitu merkuri. Tensimeter digital yang mempunyai nilai keakuratan hampir sama dengan tensimeter air raksa menjadikan tensimeter digital sebagai pilihan alternative yang digunakan untuk mengukur tekanan darah.Tujuan: Membuktikan adanya kesesuaian jenis tensimeter digital dan tensimeter air raksa dalam melakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada usia dewasa.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian sebanyak 50 mahasiswa berusia 20-22 tahun. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap jenis tensimeter, diambil nilai rata-rata hasil pengukuran kemudian diolah dengan menggunakan uji Kappa.Hasil:  Nilai rata-rata tekanan darah sistolik pada tensimeter air raksa 108,26 mmHg; 114,30 mmHg pada tensimeter digital dengan uji Kappa didapatkan nilai kesesuaian derajat baik yaitu k = 0,782 (0,61-0,80).Nilai rata-rata tekanan darah diastolik pada tensimeter air raksa 73,93 mmHg; 73,65 mmHg pada tensimeter digital dengan uji Kappa nilai didapatkan nilai kesesuaian derajat cukup k = 0,565 (0,41-0,60).Simpulan: Terdapat kesesuaian jenis tensimeter digital dan tensimeter air raksa dalam melakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada usia dewasa, sehingga kedua alat tersebut dipercaya untuk dapat saling menggantikan dalam melakukan pengukuran tekanan darah.
PENGARUH LETAK TENSIMETER TERHADAP HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH Yudha Adidarma Marhaendra; Edwin Basyar; Ari Adrianto
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.303 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.16032

Abstract

Latar Belakang : Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda-tanda vital yang digunakan seorang dokter sebagai landasan untuk mendiagnosa dan menerapi seorang pasien. Pengukuran darah yang akurat sangat dibutuhkan dalam mengevaluasi status hemodinamik pasien dan mendiagnosa penyakit. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic. Dewasa ini peneliti menemukan berbagai macam tensimeter, seperti tensimeter dinding dan tensimeter standing portable, yang mana kedua tensimeter tersebut letaknya tidak sejajar dengan jantung.Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh letak tensimeter terhadap tekanan sistolik dan tekanan diastolik darahMetode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian sebanyak 50 mahasiswa berusia 20-22tahun. Dilakukan pengukuran dengan letak tensimeter sejajar jantung dan diatas jantung masing-masing sebanyak 3 kali, diambil nilai rata-rata hasil pengukuran kemudian data diolah dengan menggunakan uji t berpasanganHasil Penelitian : Hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: Tekanan darah sistolik antara letak tensimeter sejajar jantung vs diatas jantung (111,88 ± 12,91 vs 111,68 ± 11,86 mmHg) dan : Tekanan darah distolik antara letak tensimeter sejajar jantung vs diatas jantung (65,38 ± 6,64 vs 65,06 ± 6,8 mmHg). Dari hasil uji t berpasangan didapatkan hasil 0,835 untuk tekanan sistolik, dan didapatkan hasil 0,649 untuk tekanan diastolik, dimana keduanya menunjukan hasil yang tidak bermakna (p>0,05)Kesimpulan : Tidak ada pengaruh letak tensimeter terhadap tekanan sistolik dan diastolik darah.
KESESUAIAN TERMOMETER INFRAMERAH DENGAN TERMOMETER DIGITAL TERHADAP PENGUKURAN SUHU AKSILA PADA USIA DEWASA MUDA Faiz Muhammad Al As'ady; Albertus Ari Adrianto; Edwin Basyar
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.205 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20851

Abstract

Latar  Belakang:  Termometer Digital yang sudah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasil pengukurannya. Sedangkan termometer inframerah dengan metode pengukuran yang baru dan waktu pengukuran yang cepat menjadikan termometer inframerah sebagai pilihan alternative yang digunakan untuk mengukur suhu aksila.Tujuan: Membuktikan adanya kesesuaian termometer inframerah dengan termometer digital dalam melakukan pengukuran suhu aksila pada usia dewasa muda.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian sebanyak 32 mahasiswa berusia 18-22 tahun. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap termometer, diambil nilai rata-rata hasil pengukuran kemudian diolah dengan menggunakan uji Interclass Correlation Coefficient (ICC) for Absolute Agreement.Hasil: Nilai rata-rata suhu aksila pada termometer inframerah 37,09 oC, sedangkan suhu rata-rata dengan termometer digital adalah 36,02 oC. Dengan uji ICC didapatkan nilai kesesuaian kurang dari sedang yaitu ICC = 0,296 (0,21-0,40).Kesimpulan: Termometer inframerah dengan termometer digital tidak memiliki kesesuaian dalam melakukan pengukuran suhu aksila pada usia dewasa muda, sehingga kedua alat tersebut tidak dapat saling menggantikan dalam melakukan pengukuran suhu aksila.
Body Mass Index and Waist Circumference are Associated with Visceral Fats Measured by Bioelectrical Impedance Analysis in Adolescents Darmawati Ayu Indraswari; Hafizhil Uzhma Al Ahmadi; Devi Wahyu Arum Sari; Timothy Jordan; Buwono Puruhito; Edwin Basyar; Saekhol Bakri; Muflihatul Muniroh
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v10i5.32040

Abstract

Background: Overweight and obesity are two health conditions that contribute to the impaired quality of life. Two parameters of obesity also indicating body composition, body mass index (BMI) and waist circumference (WC), have been used as simple tools to assess abdominal visceral fats. The correlation between both measurements and visceral fats remains unclear.Objective: The study aims at demonstrating that body mass index and waist circumference may reflect visceral fats using bioelectrical impedance analysis in adolescents.Methods: First-year students of the Faculty of Medicine Diponegoro University participated in the study. This cross-sectional study measured BMI, WC, mid-arm circumference (MAC), and visceral fat (VF) of 130 participants. BMI, WC, MAC, and VF were assessed using Omron digital scale, measuring tape, and body impedance analysis, respectively. Spearman test was used for the bivariate analysis while multiple regression was employed to perform multivariate analysis. Significant results were determined if p value <0.05 for the bivariates.Results: The correlation between body mass index and visceral fats showed a strong value with r: 0.794 and p-value=<0.001. The correlation between mid-arm circumference and visceral fats showed r= 0.713 and p value=<0.001. Meanwhile the correlation between waist circumference and visceral fats showed r= 0.655 and p value=<0.001. BMI and WC showed the greatest correlation to VF. The comparison between genders resulted in men having stronger relationships between BMI and VF, and WC and VF.Conclusion: BMI and waist circumference are strongly related to visceral fats based on BIA in medical students. 
PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU HARVARD TERHADAP NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA ATLET SEPAK BOLA Denisa Khoirunnisa; Edwin Basyar; Hardian Hardian
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.842 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23784

Abstract

Latar Belakang: Kapasitas vital paru merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan ketahanan seorang atlet sepak bola. Latihan yang dilakukan sebaiknya dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, frekuensi pernafasan dan kapasitas vital paru. Latihan naik turun bangku Harvard adalah latihan aerobik menggunakan bangku Harvard yang dapat meningkatkan ketahanan kardiovaskular sehingga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas vital paru (VC) pada atlet sepak bola. Tujuan: Membuktikan adanya pengaruh latihan naik turun bangku Harvard terhadap nilai kapasitas vital paru atlet sepak bola. Method: Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan rancangan comparison group pre test and post test design. Subjek penelitian berjumlah 26 orang yang dipilih secara purposive sampling. Kelompok perlakuan melakukan latihan sepak bola rutin dan ditambah naik turun bangku Harvard sebanyak 3 kali dalam seminggu selama delapan minggu, sementara kelompok kontrol melakukan latihan rutin sepak bola saja. Nilai VC diukur dengan spirometer. Analisis statistik menggunakan uji t berpasangan untuk menganalisis VC sebelum dan sesudah latihan naik turun bangku Harvard, kecuali pada VC pre test kelompok kontrol menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Terdapat peningkatan nilai VC yang signifikan (p<0,05) setelah melakukan naik turun bangku Harvard. Peningkatan nilai VC pada kelompok perlakuan lebih besar yakni, 11,69 ml/kg/min (12,84%) dibanding dengan kelompok kontrol yakni 3,59 ml/kg/min (4,09%). Kesimpulan: Latihan naik turun bangku Harvard selama 8 minggu meningkatkan nilai VC pada atlet sepak bola.Kata Kunci: Latihan Naik Turun Bangku Harvard, kapasitas vital paru.
PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU HARVARD TERHADAP NILAI VO2MAX PADA ATLET SEPAK BOLA Maria Carolina Septiany; Edwin Basyar; Hardian Hardian
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.744 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23336

Abstract

Latar Belakang: Seorang pemain sepak bola dengan nilai VO2Max yang tinggi dapat meningkatkan stamina atau ketahanan ketika bermain sepak bola. Catatan nilai VO2Max pada pria yang pernah dicatat mencapai 94 ml/kg/menit, pada pemain sepak bola memiliki nilai VO2Max antara 45-65 ml/kg/menit. Dengan diberikan latihan naik turun bangku Harvard yang rutin diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penggunaan oksigen pada atlet sepak bola, yang memberikan manfaat besar selama bermain. Tujuan: Membuktikan adanya pengaruh latihan naik turun bangku Harvard terhadap nilai VO2Max atlet sepak bola. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan rancangan comparison group pre test and post test design. Subjek penelitian berjumlah 26 orang yang dipilih secara purposive sampling. Kelompok perlakuan melakukan latihan sepak bola rutin dan ditambah naik turun bangku Harvard sebanyak 3 kali dalam seminggu selama delapan minggu, sementara kelompok kontrol melakukan latihan rutin sepak bola saja. Nilai VO2Max diukur dengan Multistage Fitness Test. Analisis statistik menggunakan uji t berpasangan untuk menganalisis VO2Max sebelum dan sesudah latihan naik turun bangku Harvard, kecuali pada VO2Max pre test kelompok kontrol menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Terdapat peningkatan nilai VO2Max yang signifikan (p=0,009) setelah melakukan latihan naik turun bangku Harvard. Peningkatan nilai VO2Max pada kelompok perlakuan lebih besar yakni 4,88 ml/kg/min (9,3%) dibanding dengan kelompok kontrol yakni 1,07 ml/kg/min (2,4%). Kesimpulan: Latihan naik turun bangku Harvard selama 8 minggu meningkatkan nilai VO2Max pada atlet sepak bola.Kata Kunci: VO2Max, latihan naik turun bangku Harvard.
KESESUAIAN TERMOMETER DIGITAL DENGAN TERMOMETER AIR RAKSA DALAM MENGUKUR SUHU AKSILA PADA DEWASA MUDA Indah Dayanti Darwis; Edwin Basyar; Ari Adrianto
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.735 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21493

Abstract

Latar Belakang : Evaluasi suhu tubuh merupakan salah satu metode diagnostik tertua yang dikenal dan masih merupakan tanda penting untuk mengetahui status kesehatan seseorang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang medis. Termometer air raksa yang merupakan gold standar dalam pengukuran suhu sudah banyak ditinggalkan karena bahaya merkuri yang merugikan bagi manusia dan digantikan dengan termometer digital yang lebih ramah lingkungan.Tujuan : Membuktikan adanya kesesuaian termometer digital dengan termometer air raksa dalam mengukur suhu aksila pada dewasa muda.Metode : Sebanyak 32 orang subyek penelitian dipilih secara simple random sampling dan dilakukan pengukuran suhu aksila secara bersamaan menggunakan termometer digital dan termometer air raksa sebanyak tiga kali pengukuran untuk setiap subyek. Data hasil pengukuran kemudian dianalisis statistik menggunakan uji Intraclass Correlation Coefficient (ICC) for Absolute Agreement.Hasil : Rerata suhu aksila menggunakan termometer digital yaitu 36,02  0,49 dan rerata suhu menggunakan termometer air raksa yaitu 36,34  0,41. Hasil uji kesesuaian menggunakan ICC didapatkan kesesuaian derajat sedang (ICC = 0,550).Kesimpulan : Terdapat kesesuaian derajat sedang antara termometer digital dan termometer air raksa dalam mengukur suhu aksila pada dewasa muda.
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BROKOLI (Brassica Oleracea L.Var Italica) TERHADAP HISTOPATOLOGI AORTA TIKUS WISTAR HIPERLIPIDEMIA Debby Vania; Edwin Basyar; Catharina Soeharti
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.596 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23305

Abstract

Latar Belakang: Aterosklerosis terjadi akibat adanya kondisi hiperlipidemia dan paparan radikal bebas. Brokoli merupakan bahan kaya antioksidan yang dapat berperan sebagai agen anti-aterosklerosis.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak brokoli (Brassica oleracea L.Var italica) terhadap histopatologi aorta tikus wistar hiperlipidemia. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan post test only controlled group design terhadap 30 tikus yang dipilih secara random dan dibagi kepada 5 kelompok. Kelompok K1 diberi pakan minum standar selama 17 hari. Kelompok K2 diberi diet tinggi lemak berupa minyak babi 2ml/ ekor/ hari selama 10 hari dilanjutkan pakan minum standar selama 7 hari. Kelompok P1 diberi diet tinggi lemak selama 10 hari kemudian dilanjutkan pemberian ekstrak brokoli 250mg/ kgBB/ hari selama 7 hari. Kelompok P2 diberi diet tinggi lemak selama 10 hari kemudian dilanjutkan pemberian ekstrak brokoli 750mg/ kgBB/ hari selama 7 hari. Setelah itu dilakukan pengamatan histopatologi aorta yang difokuskan pada derajat sel busa, peradangan dan perdarahan. Hasil: Ekstrak brokoli 250mg/kgBB dapat menurunkan derajat sel busa hingga derajat sedang, derajat peradangan hingga derajat ringan, dan derajat perdarahan hingga derajat sedang. Ekstrak brokoli 500mg/kgBB dan 750mg/kgBB dapat menurunkan derajat sel busa hingga derajat ringan, derajat peradangan hingga setara dengan kontrol normal K1, dan derajat perdarahan hingga setara dengan kontrol normal K1. Ekstrak brokoli dapat menurunkan derajat sel busa, peradangan, dan perdarahan secara bermakna (p<0,05) dibanding kelompok kontrol hiperlipidemia. Kesimpulan: Pemberian ekstrak brokoli dapat menurunkan derajat sel busa, peradangan, dan perdarahan pada pembuluh darah aorta tikus wistar yang diinduksi diet tinggi lemak.Kata Kunci: Aterosklerosis, hiperlipidemia, radikal bebas, ekstrak brokoli, histopatologi aorta