I Putu Surya Wirawan
Program Studi Teknik Pertanian Dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search
Journal : beta (Biosistem dan Teknik Pertanian)

Pengaruh Diameter Pipa Inlet pada Pompa Hidram (Hydraulic Ram) terhadap Kemampuan Menaikan Air I Wayan Eko Candra Deva; I Putu Surya Wirawan; I Gusti Ketut Arya Arthawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 1 (2023): April
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i01.p21

Abstract

Abstrak Indonesia memiliki beberapa sumber air yang berada di bawah pemukiman masyarakat, sehingga menyebabkan sulitnya pendistribusian air. Salah satu teknologi sederhana yang digunakan untuk menaikkan air dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi adalah pompa hidram. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh diameter pipa inlet terhadap ketinggian tempat dan waktu untuk menaikan air. Metode penelitian menggunakan rancangan fungsional dan uji kinerja alat dengan tiga buah pipa inlet berukuran 2,54 cm, 3,175 cm dan 3,81 cm. ketinggian inlet masing-masing 80 cm, 110 cm dan 140 cm. Hasil penelitian menunjukkan diameter pipa inlet berpengaruh terhadap ketinggian tempat dan waktu untuk menaikan air. Pipa inlet terbaik berukuran 2,54 cm dapat menghasilkan debit air dengan ketinggian inlet 80 cm, 110 cm, dan 140 cm. Rasio perbandingan debit masuk dan keluar sebesar 5:1, sedangkan Rasio ketinggian maksimal pemompaan sebesar 1:5. Debit air yang dihasilkan di Subak Bunut adalah 0,00831 liter/detik dengan jarak tempuh 20 meter dan ketinggian maksimal 470 cm. Abstract Indonesia has several water sources under community settlements, making difficult water distribution. The simple technology used to raise water from a lower place to a higher one is a hydraulic ram pump. This study aims to obtain the inlet diameter pipe concerning the height of the place and the time to raise the water. The research method uses a functional design and tool performance test with three inlet pipes measuring 2.54 cm, 3.175 cm, and 3.81 cm. the inlet heights are 80 cm, 110 cm, and 140 cm, respectively. The results showed that inlet diameter affected the height of the place and the time to raise the water. The best inlet pipe measuring 2.54 cm can produce water discharge with inlet heights of 80 cm, 110 cm, and 140 cm. The ratio of the inlet and outlet discharge ratio is 5:1, while the maximum pumping height ratio is 1:5. The water discharge produced in Subak Bunut is 0.00831 liter/second with a distance of 20 meters and a maximum height of 470 cm.
Pengaruh Jenis Adsorben dan Panjang Kolom terhadap Durasi Pemurnian Asap Cair Tempurung Kelapa Vebiulina Simanjuntak; I Putu Surya Wirawan; I Gusti Ketut Arya Arthawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i02.p01

Abstract

Abstrak Peningkatan mutu asap cair dilakukan dengan cara pemurnian (adsorpsi dan distilasi) menggunakan variasi panjang kolom dan jenis adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh jenis adsorben (arang aktif, silica gel, dan zeolit) dan panjang kolom (5 cm, kolom 10 cm dan kolom 15 cm) terhadap durasi yang dibutuhkan untuk memurnikan asap cair. Parameter yang dianalisis terdiri dari aroma, warna durasi pemurnian, dan kandungan senyawa. Uji kandungan senyawa asap cair dilakukan melaui uji GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan kolom dengan panjang 5 cm dan jenis adsorben silica gel adalah yang tercepat dengan waktu pemurnian 138 menit. Kolom dengan panjang 15 cm dan jenis adsorben arang aktif adalah yang terlama dengan waktu pemurnian 207 menit. Hasil uji GC-MS menunjukkan adsorben arang aktif merupakan asap cair terbaik dengan spesifikasi warna kuning keputihan dan jernih, aroma yang tidak kuat, dan kandungan senyawa fenol sebesar 12.88 % sesuai dengan standar mutu asap cair menurut FAO 2001 yang baik untuk dijadikan sebagai pengawet bahan pangan. Abstract Improving the quality of liquid smoke is carried out by purification (adsorption and distillation) using variations in column length and type of adsorbent. This study aims to determine the effect of the type of adsorbent (activated charcoal, silica gel, and zeolite) and the length of the column (5 cm, column 10 cm, and column 15 cm) on the duration required to purify liquid smoke. Parameters analyzed consisted of aroma, color, long purification time, and compound content. The liquid smoke compound content test by the GC-MS test. The results showed that the column with a length of 5 cm and the type of silica gel adsorbent was the fastest purification time at 138 minutes. The length column of 15 cm and the type of activated charcoal adsorbent were the longest purification time at 207 minutes. The results of the GC-MS test show that activated charcoal adsorbent is the best liquid smoke with specifications of a whitish yellow color and clear, not strong aroma, and a phenolic compound content of 12.88% in accordance with the quality standard of liquid smoke according to FAO 2001 which is allowed for use as a food preservative.
Pengaruh Mesh Adsorben Arang Aktif Bambu Betung pada Proses Pemurnian Asap Cair Tempurung Kelapa I Putu Ari Susila Aditya; I Putu Surya Wirawan; I Gusti Ketut Arya Arthawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i02.p08

Abstract

Abstrak Asap cair merupakan hasil kondensasi pembakaran bahan organik melalui proses pirolisis. Asap cair grade 1 yang biasa digunakan untuk pengawet bahan makanan diproses melalui tahapan pemurnian dengan distilasi bertingkat yang memerlukan waktu cukup lama. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kualitas asap cair tempurung kelapa grade 1 berdasarkan SNI 8985:2021. Proses pemurnian asap cair menggunakan metode dehidrasi dengan adsorben arang aktif bambu betung dengan variasi ukuran 40 mesh, 60 mesh, 80 mesh, dan 100 mesh. Parameter yang diamati yaitu kadar air, kadar abu, SEM (Scanning Electron Microscopy), keasaman (pH), dan GC-MS (Gas Chromotography-Mass Spectroscopy). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan 40 mesh menghasilkan kadar air 4,38%; kadar abu 2,70%; pH 3,3; dan waktu pemurnian 87 menit. Perlakuan 60 mesh menghasilkan kadar air 5,78%; kadar abu 3,39%; pH 3,2; dan waktu pemurnian 90 menit. Perlakuan 80 mesh menghasilkan kadar air 5,95%; kadar abu 4,14%; pH 3,1; dan waktu pemurnian 93 menit. Perlakuan 100 mesh menghasilkan kadar air 6,75%; kadar abu 7,50%; pH 3; dan waktu pemurnian 100 menit. Asap cair grade 1 yang dihasilkan memiliki kandungan senyawa fenol sebesar 1,94% - 5,14%, senyawa creosol sebesar 5,84% - 15,56% dan senyawa asam sebesar 0,11% - 3,47%. Adsorben yang menggunakan ukuran 100 mesh direkomendasikan sebagai bahan pengawet makanan dengan karakteristik warna jenih, tidak berbau, nilai pH 3,0, senyawa fenol 5,14%, senyawa asam 3,27% dan creosol 15,56%. Abstract Liquid smoke is the product of the condensation of burning organic matter by the pyrolysis process. Grade 1 liquid smoke for preservatives is processed through a purification stage with multilevel distillation which takes a long time. This study aims to obtain the quality of coconut shell liquid smoke grade 1 based on SNI 8985:2021. The liquid smoke purification process uses the dehydration method with bamboo betung activated charcoal as an adsorbent with variations in sizes of 40 mesh, 60 mesh, 80 mesh, and 100 mesh. The parameters observed were water content, ash content, SEM (Scanning Electron Microscopy), acidity (pH), and GC-MS (Gas Chromotography-Mass Spectroscopy). The results showed that the 40 mesh treatment resulted in a moisture content of 4.38%, 2.70% ash content, pH 3.3, and a purification time of 87 minutes. The 60 mesh treatment resulted in a moisture content of 5.78%, ash content of 3.39%, pH of 3.2, and a purification time of 90 minutes. Treatment of 80 mesh resulted in 5.95% moisture content, ash content of 4.14%, pH of 3.1, and a purification time of 93 minutes. The 100 mesh treatment resulted in a moisture content of 6.75%, ash content of 7.50%, pH 3, and a purification time of 100 minutes. The resulting grade 1 liquid smoke contains phenol compounds of 1.94% - 5.14%, creosol compounds of 5.84% - 15.56%, and acid compounds of 0.11% - 3.47%. The 100 mesh adsorbent is recommended as a food preservative with the characteristics of a clear color, odorless, pH value of 3.0, phenolic compounds of 5.14%, acidic compounds of 3.27%, and creosol 15.56%.
Analisis Kinerja Manjemen Rantai Pasok Agrowisata Stroberi di Wiwanda Agrow Angga Mahendra; I Gusti Ngurah Apridi Aviantara; I Putu Surya Wirawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 11 No 2 (2023): September
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2023.v11.i02.p21

Abstract

Abstrak Wiwanda Agrow merupakan salah satu agrowisata stroberi di Bali yang belum menggunakan teori penilaian manajemen rantai pasok dalam melakukan penilaian kinerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja rantai pasok Wiwanda Agrow dengan menggunakan teori SCOR dengan pendekatan AHP. SCOR merupakan satuan acuan dari rantai pasok yang mengintrgasikan tiga elemen dalam manajemen yaitu bussiness reengineering procces, benchmarking, dan measurement procces. Metode AHP merupakan proses pembobotan pada masing masing kriteria, atribut, dan sub kriteria. Hasil penyebaran kuesioner konstruk berbasis SCOR memperoleh 5 proses inti atau kriteria, 10 atribut, dan 22 key performance indicator untuk selanjutnya dianalisis mengggunakan metode AHP. Hasil pengolahan data menggunakan software expert choice. Nilai terendah pada proses return terdapat pada key indicator performance (RRE 1) tingkat penanganan keluhan konsumen dengan nilai 0,003 dan nilai kinerja tertinggi terdapat pada kriteria plan dengan key indicator performance (PRE 1) perencanaan bibit stroberi dengan nilai 0,252. Hasil penilaian keselurahan kinerja Wiwanda Agrow sebesar 89,3. Nilai tersebut dikategorikan kinerja “good” berdasarkan teori normalisasi. Abstract Wiwanda Agrow is one of the strawberry agritourism in Bali that has not used the assessment theory of supply chain management to assess its performance. This study aims to analyze the performance of Wiwanda Agrow's supply chain using the SCOR theory with the AHP approach. SCOR is a supply chain reference unit that integrates elements in management, namely business process reengineering, benchmarking, and measurement processes. The AHP method is a weighting process for each criterion, attribute, and sub-criteria. The results of distributing SCOR-based construct questionnaires obtained 5 core processes or criteria, 10 attributes, and 22 key performance indicators for further analysis using the AHP method. The results of data processing using expert choice software. The lowest value in the return process is found in the key indicator performance (RRE 1) level of consumer complaint handling with a value of 0.003 and the highest performance value is found in the plan criteria with key indicator performance (PRE 1) planning of strawberry seedlings with a value of 0.252. The overall performance assessment result of Wiwanda Agrow was 89.3. This value is categorized as "good" performance based on the normalization theory.
Pengaruh Emulsi Minyak Wijen dan Minyak Sereh sebagai Bahan Pelapis Jambu Biji Merah (Psidium Guajava L.) terhadap Mutu Selama Penyimpanan Muhamad Ragil Zafansyah; Pande Ketut Diah Kencana; I Putu Surya Wirawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 2 (2024): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jambu biji merah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah yang cukup dikenal. Jambu biji merah merupakan buah yang dagingnya lunak, mudah rusak serta cepat membusuk. Salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan dan juga memperpanjang masa simpan buah adalah menggunakan edible coating dengan bahan pelapis minyak wijen dan minyak sereh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh emulsi serta mencari konsentrasi terbaik pada bahan pelapis campuran minyak wijen dan minyak sereh. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktorial. Faktor pertama adalah minyak wijen dengan taraf (W) terdiri dari 3 level konsentrasi, yaitu : 0%, 0,5%, 1% serta faktor kedua adalah minyak sereh (S) yang terdiri dari 3 level konsentrasi, yaitu : 0%, 0,5%, 1% dengan 3 kali ulangan sehingga menghasilkan 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian emulsi minyak wijen dan sereh berpengaruh terhadap nilai susut bobot, total padatan terlarut, intensitas kerusakan, kekerasan buah, dan uji organoleptik selama penyimpanan. Perlakuan konsentrasi minyak wijen 0,5% dan minyak sereh 0,5% (W1S1) merupakan perlakuan yang menghasilkan nilai terbaik yaitu nilai susut bobot 19,15%, total padatan terlarut 6,63 ºBrix, intensitas kerusakan 41,66%, kekerasan buah 20,88%, dan perlakuan konsentrasi minyak wijen 1% dan minyak sereh 0% (W2S0) memiliki nilai organoleptik tertinggi terhadap warna kulit, rasa buah, aroma buah, dan tekstur buah.
Penentuan Nilai Optimum Konsentrasi KMnO4 Dan Minyak Jarak Pada Kemasan Aktif Bioplastik Ni Luh Yulianti; Ni Kadek Tia Putri Ana; I Putu Surya Wirawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 2 (2024): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemasan aktif merupakan konsep kemasan inovatif untuk menjaga mutu dan meningkatkan umur simpan produk di mana senyawa aktif yang ditambahkan dalam kemasan dapat berinteraksi dengan produk makanan dan lingkungannya, sehingga penelitian tentang kemasan aktif layak untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kombinasi konsentrasi KMnO4 dan konsentrasi minyak jarak yang paling optimum untuk menghasilkan karakteristik kemasan aktif bioplastik yang sesuai dengan Standar SNI dan Standar Internasional, serta mengetahui model matematika respon kuat tarik, perpanjangan, elastisitas, menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Data diolah menggunakan software Design Expert ® 12. Hasil pengujian dan analisis memperoleh model kuadratik pada respon yang diamati. Konsentrasi KMnO4 1,75 % dan konsentrasi minyak jarak 1 % adalah kombinasi optimum terpilih. Hasil uji verifikasi menunjukkan nilai aktual kuat tarik 18,56 MPa, perpanjangan 0,02 % elastisitas 659.15 MPa. Respon kombinasi konsentrasi KMnO4 dan konsentrasi minyak jarak optimum memiliki nilai desirability sebesar 0,751% menandakan sebesar 75,1% kriteria respon yang diharapkan dapat terpenuhi. Active packaging is an innovative packaging concept to maintain quality and increase product shelf life where active compounds added to the packaging can interact with food products and the environment, so research on active packaging is worth developing.This study aims to produce the most optimum combination of KMnO4 concentration and castor oil concentration to produce bioplastic active packaging characteristics that are in accordance with SNI Standards and International standards, and to determine the mathematical model of tensile strength response, elongation, elasticity, using Response Surface Methodology (RSM).Data was processed using Design Expert ® 12 software. The results of testing and analysis obtained a quadratic model on the observed responses. KMnO4 concentration of 1.75% and castor oil concentration of 1% was the optimum combination selected. The verification test results showed the actual value of tensile strength 18.56 MPa, elongation 0.02 % modulus young 659.15 MPa.The response of the combination of KMnO4 concentration and optimum castor oil concentration has a desirability value of 0.751% indicating that 75.1% of the expected response criteria can be met.
Modifikasi sistem Modifikasi Penampung Slurry pada Bioreaktor Portabel Penghasil Biogas I Putu Karisma Yogi; I Putu Surya Wirawan; I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 2 (2024): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penggunaan bahan terpal PVC menjadi penampung slurry pada bioreaktor portabel memiliki potensi kebocoran yang tinggi. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan tabung plastik High Density Polyethylene (HDPE) 200 liter menjadi penampung slurry pada bioreaktor portabel dengan proses fermentasi biogas secara kedap udara (anaerobik). Perancangan alat dilakukan secara struktural (meliputi perhitungan volume tabung reaktor, volume ruang gas, dan volume ruang slurry) dan fungsional (meliputi pembuatan saluran masuk, saluran keluar residu, dan saluran gas). Parameter yang diuji antara lain suhu, pH, dan tekanan biogas. Hasil penelitian menunjukkan fermentasi campuran slurry kotoran babi dan air selama 25 hari menghasilkan volume biogas sebesar 0,0487824 m3, suhu yang dihasilkan yaitu 20oC-29.9oC (mesofilik), dan nilai pH slurry selama proses fermentasi adalah 6,3. Tabung plastik HDPE dapat dimanfaatkan menjadi penampung slurry karena mampu melakukan proses fermentasi secara kedap udara (anaerobik). Abstract Using PVC tarpaulin as a slurry container in portable bioreactors has a high potential for leakage. This research aims to determine the ability of a 200-liter High-Density Polyethylene (HDPE) plastic tube to contain slurry in a portable bioreactor with an airtight (anaerobic) biogas fermentation process. The equipment design is carried out structurally (includes calculating the volume of the reactor tube, volume of the gas chamber, and volume of the slurry chamber) and functionally (includes making the inlet channel, residue outlet channel, and gas channel). The parameters tested include temperature, pH, and biogas pressure. The research results showed that fermentation of a mixture of pig manure slurry and water for 25 days produced a biogas volume of 0.0487824 m3, the resulting temperature was 20oC-29.9oC (mesophilic), and the pH value of the slurry during the fermentation process was 6.3. HDPE plastic tubes can be used as slurry containers because they can carry out the fermentation process in an airtight (anaerobic) manner.
Pemanfaatan Limbah Pelepah Siwalan (Borassus flabellifer) menjadi Briket Bahan Bakar Tungku I Wayan Roli Arta; I Putu Surya Wirawan; Ni Luh Yulianti
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 2 (2024): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pelepah siwalan adalah bahan berselulosa yang sesuai digunakan sebagai materi dasar untuk pembuatan briket. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan karakteristik briket dari arang pelepah siwalan dengan ukuran mesh dan persentase perekat yang berbeda serta memperoleh parameter perlakuan yang menghasilkan briket pelepah siwalan berkualitas paling baik. Dalam penelitian ini, digunakan desain eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah variasi ukuran mesh yang terdiri dari 3 variasi mesh (S1: 60 mesh, S2: 80 mesh) dan faktor kedua adalah persentase perekat yang terdiri dari 5 variasi (M1: 30%, M2:35%, M3: 40%, M4: 45%, M5: 50%). Dengan kombinasi rancangan eksperimen ini yang diulang dua kali, diperoleh sebanyak 20 sampel pengulangan. Parameter yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah jumlah kadar air, jumlah kadar abu, kuat tekan, kerapatan dan laju pembakaran. Hasil dari penelitian ini adalah ada interaksi yang signifikan antara ukuran partikel arang dan persentase perekat terhadap parameter-parameter seperti kadar air, kadar abu, kuat tekan, kerapatan, dan laju pembakaran. Perlakuan terbaik diperoleh pada penggunaan ukuran 80 mesh dan persentase perekat 50%, kadar air dengan nilai 6,66%, kadar abu dengan nilai 4,35%, kuat tekan sebesar 64,16 N, kerapatan massa dengan nilai 0,43 g/cm³ dan laju pembakaran dengan nilai 0,107gr/menit. Abstract Palm tree fronds are a cellulose material that is suitable for use as a basic material for making briquettes. The aim of this research is to obtain the characteristics of briquettes from siwalan frond charcoal with different mesh sizes and adhesive percentages and to obtain treatment parameters that produce the best quality siwalan frond briquettes. In this research, a Randomized Group Design (RAK) experimental design was used with two factors. The first factor is the variation in mesh size which consists of 3 mesh variations (S1: 60 mesh, S2: 80 mesh) and the second factor is the adhesive percentage which consists of 5 variations (M1: 30%, M2: 35%, M3: 40%, M4: 45%, M5: 50%. By combining this experimental design which was repeated twice, 20 repetition samples were obtained. The parameters that are focused on in this research are the amount of water content, the amount of ash content, compressive strength, density and combustion rate. The results of this research are that there is a significant interaction between charcoal particle size and adhesive percentage on parameters such as water content, ash content, compressive strength, density and burning rate. The best treatment was obtained using 80 mesh size and an adhesive percentage of 50%, water content with a value of 6.66%, ash content with a value of 4.35%, compressive strength of 64.16 N, mass density with a value of 0.43 g/cm³ and combustion rate with a value of 0.107gr/minute.
Analisis Prioritas Sarana Pacapanen Kopi Robusta (Coffea Canephora) untuk Menurunkan Susut Kuantitas dengan Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Ni Putu Dewi Pradnya Maharani; I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara; I Putu Surya Wirawan
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 1 (2024): April
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBETA.2024.v12.i01.p20

Abstract

Kopi merupakan hasil perkebunan yang menjadi andalan sebagai sumber devisa negara. Kopi robusta menjadi basis produksi di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya Bali. Di Bali yang menjadi produksi kopi robusta terbanyak berada di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Namun, dengan banyaknya jumlah produksi yang terbilang cukup tinggi kopi robusta di Kecamatan Pupuan masih banyak diolah menggunakan peralatan tradisional. Peralatan tradisioanal ini masih dipertahankan karena nilai investasi sarana pascapanen cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria dan subkriteria yang sesuai dalam menentukan prioritas sarana pascapanen kopi robusta, serta mengetahui prioritas sarana pascapanen kopi robusta yang dapat menekan susut kuantitas. Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk memberikan masukan kepada pemerintah dalam memberikan sarana pascapanen kopi robusta yang tepat kepada petani, sehingga dapat menurunkan susut kuatitas dan meningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebagai metode penentuan responden potensial yang kemudian dianalisa dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Dari hasil analisis ini didapatkan Huller sebagai sarana yang prioritas dalam penanganan pascapanen kopi robusta dan dapat menurunkan susut kuantitas. Abstract Coffee is a plantation product that is a mainstay as a source of foreign exchange for the country. Robusta coffee is a production base in several regions in Indonesia, one of which is located in Bali. In Bali, the largest Robusta coffee production is in Pupuan District, Tabanan Regency. However, with the large amount of production which is quite high, Robusta coffee in Pupuan District is still mostly processed using traditional equipment. This traditional equipment is still maintained because the investment value of post-harvest facilities is quite high. This study aims to determine the appropriate criteria and sub-criteria in determining the priority of robusta coffee postharvest facilities, and to determine the priority of robusta coffee postharvest facilities that can reduce quantity losses. It is hoped that this research will be useful to provide input to the government in providing appropriate post-harvest facilities for robusta coffee to farmers, so as to reduce the loss of quantity and increase farmers' income. This study uses purposive sampling method as a method of determining potential respondents which is then analyzed using the AHP (Analytical Hierarchy Process) method. From the results of this analysis, it was found that Huller was an priority tool in postharvest handling of robusta coffee and could reduce quantity loss.
Perbandingan Produksi Biogas Biodigester Batch dan Kontinu pada Instalasi Biogas Kotoran Ternak Rosurya Situmorang; I Putu Surya Wirawan; I Made Anom Sutrisna Wijaya
Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian) Vol 12 No 2 (2024): IN PRESS
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi biogas merupakan salah satu teknologi tepat guna mengolah limbah kotoran ternak secara anaerob dengan memanfaatkan bakteri methanogen untuk menghasilkan gas methana (CH4). Biogas menggunakan bahan baku kotoran ternak dapat diperbaharui (renewable fuel) dan mudah terbakar (flammable) dengan fermentasi anaerob memiliki kandungan gas methana (CH4) bersifat bersih, dan tidak berasap hitam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produksi biogas dengan lama waktu fermentasi yang sama dua biodigester upaya memperoleh perbandingan produksi biogas biodigester sistem batch dan kontinu pada instalasi biogas kotoran ternak. Penelitian dimulai dengan design biodigester menggunakan microsoft paint dan membuat alat biodigester. Biogas menggunakan perbandingan bahan baku kotoran babi dan air 1:1. Penelitian dilakukan dua kali uji coba yaitu : biodigester sistem batch sekali isi dan kontinu penambahan campuran bahan baku 18 kg sekali tiga hari. Kedua uji coba dilakukan pengamatan setiap hari menggunakan manometer U untuk menganalisis produksi biogas biodigester sistem batch dan kontinu. Berdasarkan analisis spesifikasi biodigester yang digunakan adalah kapasitas tabung reaktor 0,254 m3, kapasitas isi bahan baku 0,19 m3, volume ruang biogas 0,06 m3. Hasil uji coba dengan lama waktu fermentasi yang sama biodigester sistem batch mencapai tekanan maksimal hari ke-25 sebesar 104060,7 Pa dengan produksi biogas adalah 0,0616199 m3. Biodigester sistem kontinu mencapai tekanan maksimal hari ke-25 sebesar 105330,9 Pa dengan produksi biogas adalah 0,0623721 m3. Berdasarkan uji coba mendapat kesimpulan bahwa produksi biogas kontinu menghasilkan tekanan dan volume biogas lebih tinggi dari batch. Campuran bahan baku menghasilkan biogas lebih maksimal menggunakan biodigester batch dan untuk keberlanjutan produksi biogas setiap hari menggunakan biodigester kontinu. ABSTRACT Biogas technology is an appropriate technology for treating livestock manure anaerobically by utilizing methanogenic bacteria to produce methane gas (CH4). Biogas uses renewable and flammable livestock manure as raw material with anaerobic fermentation, contains methane (CH4) gas which is clean and does not have black smoke. This study aims to obtain biogas production with the same fermentation time for two biodigesters in an effort to obtain a comparison of batch and continuous biogas production in biogas installations of livestock manure. The research began with a biodigester design using Microsoft paint and making a biodigester tool. Biogas uses a raw material ratio of pig manure and water 1:1. The study was conducted in two trials, namely: a single-filled batch bio-digester system and continuous addition of 18 kg of raw material mixture once every three days. The two trials were observed every day using a U manometer to analyze the production of biogas from the batch and continuous biodigester systems. Based on the analysis of the specifications of the biodigester used, the capacity of the reactor tube is 0.254 m3, the raw material content capacity is 0.19 m3, the volume of the biogas chamber is 0.06 m3. The trial results with the same fermentation time of the batch system biodigester reached a maximum pressure of 25th day of 104060.7 Pa with biogas production of 0.0616199 m3. The continuous system biodigester achieves a maximum pressure on the 25th day of 105330.9 Pa with biogas production of 0.0623721 m3. Based on the trials, it was concluded that continuous biogas production produces higher pressure and volume of biogas than batches. The raw material mixture produces maximum biogas using a batch biodigester and for sustainable biogas production every day using a continuous biodigester.