Darmono SS
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ADDUCTOR POLLICIS MUSCLE THICKNESS SEBAGAI PREDIKTOR SKELETAL MUSCLE MASS PADA PASIEN HEMODIALISIS Ali Manfaluthi Ahmad; Hertanto Wahyu Subagio; Amalia Sukmadianti; Darmono SS; Etisa Adi Murbawani
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 8, No 2 (2020): JNH (JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.029 KB) | DOI: 10.14710/jnh.8.2.2020.57-65

Abstract

Latar belakang: Kondisi GGK & tindakan hemodialisis dapat menurunkan skeletal muscle mass (SMM) dan mempengaruhi survival pasien. SMM tidak diukur secara rutin karena keterbatasan alat pemeriksaan. Adductor Pollicis Muscle Thickness (APMT) adalah pemeriksaan antropometri yang relatif mudah, murah, tidak invasif serta berasosiasi positif dengan SMM. APMT diharapkan dapat menjadi alternatif pengukuran SMM.Tujuan : Menganalisis APMT sebagai prediktor SMM pada pasien hemodialisisMetode penelitian : Penelitian korelasional melibatkan pasien GGK yang menjalani hemodialisis sebanyak 50 subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Massa otot diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), APMT diukur menggunakan Kaliper Harpenden, dan performa fisik diukur berdasarkan international physical activity questionnaire (IPAQ). Uji hipotesis menggunakan korelasi  dan analisis regresi linier bivariat & multivariat untuk nilai prediksi.Hasil : Terdapat korelasi positif antara APMT dengan SMM pada kelompok subyek pria (r=0.793 p< 0.001) & wanita (r=0.848; p < 0.001). Usia tidak berkorelasi dengan SMM pada kelompok subyek pria (r = 0.34); p = 0.864) dan berkorelasi negatif pada wanita (r= -0.600, p< 0,05), sementara aktivitas fisik berkorelasi positif dengan SMM  pada kelompok subyek pria (r=0.655, p< 0.001) & wanita (r=0.470, p < 0.05). APMT dapat digunakan untuk memperkirakan nilai SMM pada kelompok subyek pria  (R2 = 0.546; p < 0.001) dan wanita (R2 = 0.719; p < 0.001).Simpulan: APMT dapat digunakan sebagai prediktor SMM pada pasien hemodialisis menggunakan formula prediksi SMM = -5.708 + 1.5 x DAPMT (pria) & SMM = -2.86 + 1.32 x DAPMT (wanita).Kata kunci : GGK, Hemodialisis, SMM, APMT
KESESUAIAN LINGKAR PERGELANGAN TANGAN TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH TOTAL DAN LEMAK VISERAL Fani Safitri; Siti Fatimah Muis; Amalia Sukmadianti; Darmono SS; Khairuddin Khairuddin
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 8, No 2 (2020): JNH (JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH)
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.542 KB) | DOI: 10.14710/jnh.8.2.2020.66-73

Abstract

Latar belakang: Kelebihan akumulasi lemak yang mengganggu kesehatan disebut obesitas. Akumulasi lemak tubuh dapat diukur menggunakan beberapa metode, seperti computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI), namun membutuhkan biaya mahal dan memiliki paparan radiasi. Metode lain yang digunakan adalah bioelectrical impedance analysis (BIA). Lingkar pergelangan tangan merupakan pengukuran antropometri yang baru diperkenalkan dan mudah dilakukan untuk menilai ukuran rangka tubuh. Ukuran rangka tubuh mempunyai hubungan dengan lemak, massa bukan lemak, tulang dengan berat badan pada semua umur.Tujuan : Menganalisis kesesuaian lingkar pergelangan tangan dengan presentase lemak tubuh total dan lemak viseralMetode penelitian : Penelitian kesesuaian ini melibatkan subyek mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro sebanyak 256 orang yang berusia 19-23 tahun. Instrumen penelitian BIA dan metline. Analisis menggunakan uji diagnostik untuk menjelaskan perhitungan sensitivitas, spesifitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif.Hasil : Hasil sensitivitas dan spesifitas lingkar pergelangan tangan terhadap persentase lemak tubuh total kuat pada wanita (Se: 82,22%, Sp:45,25%) namun lemah pada pria (Se:55,55%, Sp:54,54%). Hasil sensitivitas dan spesifitas lingkar pergelangan tangan terhadap lemak tubuh viseral didapatkan kuat pada pria (Se:81%, Sp:66,66%) maupun wanita (Se:100%, Sp:36,61%). Berdasarkan penentuan titik potong dengan metode ROC didapatkan nilai 13,5cm untuk wanita dan 15,8cm untuk pria yang memiliki kesesuaian dengan lemak viseral.Simpulan : Lingkar pergelangan tangan dapat menjadi alat skrining terhadap total body fat wanita namun tidak pada pria. Lingkar pergelangan tangan dapat menjadi alat skrining terhadap lemak viseral yang tinggi pada wanita dan pria namun tidak dapat menjadi alat diagnostik. Butuh penelitian lebih lanjut dimana populasi pria dan wanita proporsional sesuai demografi Kota Semarang. Kata kunci : Lingkar pergelangan tangan, Lemak total, Lemak viseral 
Hubungan Tingkat Konsumsi dan aktivitas fisik dengan IMT (Index Massa Tubuh) Herizko Silvano K; Darmono SS; Merry Tyas Anggraini
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 3 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.313 KB)

Abstract

Pendahuluan: Menurut WHO 2010 terjadi peningkatan obesitas dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Pada pengukuran berat badan dan tinggi badan pada SMA Loyola kelas XI dari 219 siswa terdapat 61 siswa (26,3%) memiliki kategori IMT obesitas (obesitas 1&2). Tujuan: Mengetahui hubungan asupan energi dan aktifitas fisik dengan IMT Metode: Penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Sampel yang dipakai sebanyak 79 siswa dari 219 siswa. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling Penelitian menggunakan analisis univariat deskriptif dan analisis bivariat korelasi pearson. Hasil: Jumlah siswa yang memiliki status IMT obesitas (obesitas1&2) berjumlah 28 siswa dari 79 siswa. Terdapat 61 siswa (77,2%) bestatus AKG baik. Terdapat 46 siswa (57%) yang memiliki kategori aktivitas sedang. Hasil korelasi pearson antara asupan energi dengan IMT memiliki nilai signifikan 0,000 dengan p value <0,05 maka memilki asumsi ada hubungan asupan energi dengan IMT. Hasil korelasi pearson aktivitas fisik dengan IMT memiliki p value 0,481 dengan p value >0,05 dengan asumsi tidak ada hubungan aktivitas fisik dengan IMT. Kesimpulan: Tidak ada hubungan asupan energi dan aktivitas fisik dengan IMT pada siswa SMA Kolese Loyola Semarang.
Hubungan Karakteristik, Tingkat Konsumsi Energi, Tingkat Konsumsi Protein, dan Frekuensi Periksa Kehamilan dengan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Trimester II (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanaran Semarang) Febrina Dwi Haryani; Darmono SS; Maya Dian Rakhmawatie
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol 1, No 3 (2012): JURNAL KEDOKTERAN
Publisher : Jurnal Kedokteran Muhammadiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.996 KB)

Abstract

Latar belakang : pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan  gizi yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan dalam keadaan biasa untuk menghindari defisiensi gizi yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang mengandung energi, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam porsi yang seimbang dan sesuai dengan tahapan kehamilan.. Tujuan : mengetahui hubungan karakteristik, tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, dan frekuensi periksa kehamilan dengan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II. Metode : penelitian dilakukan secara studi analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil trimester II yang melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Pandanaran Semarang dari bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. Sampel penelitian ini dipilih dengan teknik total sampling dengan menggunakan semua ibu hamil dengan usia kehamilan 13 – 27 minggu (trimester II) yang berjumlah 31 orang yang telah memenuhi kriteria. Tiap variabel dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov, kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi Spearman. Hasil : tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik ibu (umur ibu, jarak kehamilan/kelahiran, paritas, dan pendidikan) dengan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II (p>0,05). Dimana umur ibu memiliki p-value 0,862, jarak kehamilan/kelahiran p-value 0,306, paritas p-value 0,696, dan pendidikan p-value 0,649. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, dan frekuensi periksa kehamilan dengan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II (p<0,05). Dimana tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein memiliki p-value 0,000, serta frekuensi periksa kehamilan memiliki p-value 0,002. Kesimpulan : tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik dengan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II, tetapi ada hubungan yang signifakan antara tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, dan frekuensi periksa kehamilan dengan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II.