Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Protein Fortification in Melarat Crackers with Protein Hidrolyzate Flour of Tilapia (Oreochromis niloticus) Meat Junianto Junianto; Alexander M.A. Khan; Iis Rostini
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 22 No 1 (2019): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Publisher : Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.99 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v22i1.25884

Abstract

Melarat crackers is typical crackers in the Priangan area, West Java that rich in carbohydrate but poor in protein. The purpose of this study was to determine the level of addition of tilapia meat protein hydrolyzateflour which is appropriate in the manufacture of melarat crackers to produce the most preferred product, to determine the chemical composition and the level of cracking of the preferred product. The method used was an experimental study using a completely randomized design of four treatments and repeated 4 times. The four treatments were 0%, 5%, 10% and 15% levels of addition of flour protein tilapia hydrolyzate from tapioca flour used. The parameters observed included the chemical composition, the level of organoleptic preferences and the cracking level of melarat crackers resulting from the various treatments. The results showed that melarat cracker with the addition of 10% tilapia protein hydrolyzate flour was the most preferred by panelists. The content of water, protein, fat, ash and carbohydrates of these melarat crackers was 5.99%; 5.50%; 0.12%; 5.63%; and 82.79%. The level of cracking was 55.3%.
Wisata Kelautan Berkelanjutan di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara: Sebuah Studi Tentang Persepsi Masyarakat Kawasan Pesisir Alexander M. A. Khan; Imam Musthofa; Indarwati Aminuddin; Fitri Handayani; Ratna Ningsih Kuswara; Ajeng Wulandari; Ute Lies Siti Khadijah; Evi Novianti
Khasanah Ilmu - Jurnal Pariwisata Dan Budaya Vol 11, No 2 (2020): Jurnal Khasanah Ilmu - September 2020
Publisher : Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.256 KB) | DOI: 10.31294/khi.v11i2.8062

Abstract

Abstrak Keterlibatan masyarakat merupakan elemen penting untuk mencapai pembangunan pariwisata berkelanjutan. Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di Wakatobi menjadi salah satu faktor yang menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi dan  menentukan strategi pengelolaan pariwisata berdasarkan persepsi masyarakat. Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya pengumpulan data, analisis faktor internal-eksternal, analisis data dan analisis strategi pengembangan dengan menggunakan matriks SWOT dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sumber daya alam di Wakatobi yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata namun belum dikelola dan dikembangkan dengan baik. Diantaranya adalah Pantai Yoro, Pantai Buku, Gua Lasikori, Bukit Koncu, dan Situs Kerajaan Pertama. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan nilai positif pada faktor internal dan faktor eksternal yaitu 7.195 dan 5.428. Hal tersebut menunjukkan bahwa strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan paling optimal di Wakatobi adalah dengan memaksimalkan kekuatan untuk mencapai peluang, seperti (1) Membuat kegiatan yang menarik dan berbasis konservasi untuk wisatawan yang dikelola oleh masyarakat, (2) Mempromosikan pariwisata dengan menyampaikan keunggulan daya tarik wisata, (3) Menjadikan lokasi pariwisata sebagai tempat penelitian bagi siswa untuk memeriksa flora dan fauna, kemudian menggunakan hasil penelitian sebagai referensi untuk menggambarkan kondisi lingkungan, dan (4) Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menyediakan layanan pariwisata, untuk meningkatkan peluang kerja bagi masyarakat lokal dan meningkatkan kondisi ekonomi.Kata Kunci :  Analisis SWOT, Potensi sumber daya alam, Strategi Pengembangan, Wakatobi, Wisata berkelanjutan Sustainable Marine Tourism in Wakatobi, Southseast Sulawesi: A Study if Coastal Community Perceptions  Abstract Community involvement is an important element to succeed the sustainable tourism development. Potential of natural and human resources in Wakatobi is one of the factors that support the sustainable tourism development. The purpose of this study is to determine the tourism potential and tourism management strategies based on community perceptions. This research is divided into several stages including data collection, internal-external factor analysis, data analysis and analysis of development strategies using the SWOT matrix with quantitative and qualitative approaches. The results showed that there are several natural resources in Wakatobi that can be used as a tourist attraction but have not been managed and developed properly. There are Yoro Beach, Buku Beach, Lasikori Cave, Koncu Hill, and the First Kingdom Site. The result of the quantitative analysis shows a positive value on internal and external factors, there are 7.195 and 5.428. It shows the most optimal sustainable tourism development strategy in Wakatobi is to maximize the strength to achieve all the opportunities, such as (1) Create an attractive and conservation-based activities for tourists that managed by the community, (2) Promote tourism by conveying the advantages of tourist attractions, attractions, (3) Make a tourism location as a research sites for students to examine the flora and fauna, and use the research results as a reference to describe an environmental condition, and (4) Develop the community abilities in providing tourism service to increase the employment opportunities and improve economic conditions Keyword:  Development strategy, Natural resources, Sustainable Tourism, SWOT Analysis, Wakatobi
Analisis Keterkaitan Parameter Oseanografi Terhadap Upaya Penangkapan Ikan Tenggiri (Scomberomorus comerson) yang Didaratkan Di PPN Kejawanan Cirebon Teguh Satrio Nugraha; Alexander M. A. Khan; Rusky Intan Pratama; Izza Mahdiana Apriliani
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 10, No 2 (2019): Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. X No. 2/Desember 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.937 KB)

Abstract

Kegiatan perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Salah satu daerah sentra perikanan tangkap adalah Cirebon. Produksi perikanan yang cukup tinggi di dominasi oleh perikanan tangkap di laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan parameter oseanografi terhadap upaya penangkapan ikan. Penelitian ini dilakukan di perairan Cirebon dan Pelabuhan Perikanan Kejawanan dengan melihat hubungan suhu permukaan laut, klorofil-a dan Catch Per Unit Effort (CPUE). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perairan Laut Jawa memiliki variabilitas. Nilai faktor oseanografi yaitu Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a. Rata-rata nilai SPL pada bulan Agustus hingga Desember terus mengalami peningkatan. Nilai rata-rata konsentrasi klorofil-a tinggi pada bulan Agustus hingga Desember. Dengan demikian Ikan Tenggiri yang didaratkan di PPN Kejawana Cirebon mempunyai keunikan yaitu musim tangkapan yang dilakukan dalam 1 tahun yaitu 5 bulan, Agustus hingga Desember. Nilai hasil tangkapan ikan tenggiri tertinggi berada pada bulan Oktober yaitu sebesar 650 kg dan terendah terjadi pada bulan September yaitu 146 kg. nilai R square sebesar 0,926 yang menunjukan bahwa keeratan hubungan linear antara variabel (X) dan variabel (Y) yaitu sebesar 92,6%, sedangkan sisanya yaitu 7,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel perhitungan.
STRUKTUR KOMUNITAS VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DI MUARA HARMIN DESA CANGKRING KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU Darmadi -; M. Wahyudin Lewaru; Alexander M.A. Khan
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 3, No 3 (2012): Jurnal Perikanan dan Kelautan
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode survei dimana struktur dan komunitas vegetasi mangrove akan diukur sesuai dengan zonasi, setelah itu dilakukan sampling kualitas perairan dan substrat. Dalam penentuan stasiun penelitian akan diambil sebanyak lima stasiun berdasarkan zonasi ekosistem mangrove dari muara yang berhadapan langsung dengan laut sampai zona terluar mangrove. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 11 spesies mangrove pada 5 stasiun penelitian yang meliputi tingkatan pohon, pancang dan semai. Kerapatan tingkat pohon keseluruhan adalah 6.300 pohon/ha, tingkat pancang sebesar 9.300 pohon/ha, dan untuk tingkat semai sebesar 2.000 pohon/ha.  Kisaran Indeks Nilai Penting tingkat pohon pada lokasi penelitian adalah 33,45 % – 300 %. Indeks Nilai Penting tingkat pancang di lokasi penelitian berkisar antara 22,32 % - 200 %, sedangkan Indeks Nilai Penting untuk tingkat semai berkisar antara 28,57 % - 200 %. Keanekaragaman jenis di seluruh lokasi penelitian berkisar antara 0 – 2,351375. Jenis substrat sedimen mangrove pada lokasi penelitian ini yaitu kelas pasir berlempung, liat, dan kelas lempung liat berdebu. Kandungan bahan organik C, N, C/N dan P diketahui pada setiap stasiun yaitu tergolong pada tingkatan sangat rendah hingga sedang.   Kata kunci : Struktur komunitas, Mangrove, Substrat, Bahan organic
Analisis Sebaran Suhu Permukaan Laut pada Musim Barat dan Musim Timur Terhadap Produksi Hasil Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Di Perairan Selat Bali Ludfi Dwi Rahadian; Alexander M.A. Khan; Lantun Paradhita Dewanti; Izza Mahdiana Apriliani
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 10, No 2 (2019): Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. X No. 2/Desember 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1149.881 KB)

Abstract

Penelitian mengenai analisis sebaran suhu permukaan laut pada musim barat dan musim timur terhadap produksi hasil tangkapan ikan lemuru (sardinella lemuru) di perairan Selat Bali ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh suhu permukaan laut terhadap hasil tangkapan (produksi) ikan lemuru hasil tangkapan di perairan Selat Bali.  Perairan Selat Bali terletak pada rentang 8.10oLS - 8.90oLS dan 114.25oBT – 115.25oBT. Ikan lemuru dapat ditemukan dan ditangkap pada suhu 26oC – 29oC, dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa trend hasill tangkapan ikan lemuru tertinggi terjadi pada bulan April yang memiliki rata –rata yaitu sebesar 1.885ton dan trend terendah terjadi pada bulan Juli yang memiliki rata – rata hasil tangkapan sebanyak 109 ton namun selama 5 tahun terdapat hasil tangkapan yang sangat melimpah yaitu terjadi pada bulan November 2014 dan pada Januari hingga Maret 2017 tidak ditemukannya ikan lemuru. Pada saat musim Barat suhu permukaan laut cenderung tinggi dibanding musim Timur hasil tangkapan ikan lemuru juga lebih tinggi di musim Barat dibanding musim Timur. Daerah tangkapan ikan lemuru berada pada sepanjang laut Selatan Belimbingsari sampai laut Selatan Pulukan (8.10oLS-8.50oLS dan 114.20oBT-115.10oBT) namun pada saat melimpah ikan lemuru dapat ditemui di laut sekitar Taman Nasional Alas Purwo . Koefesien R bernilai 0.565 atau 56,5% hubungan suhu permukaan laut cukup kuat dengan hasil tangkapan ikan lemuru, nilai determinasi pun bernilai 0,32 atau 32% hasil tangkapan ikan lemuru dipengaruhi oleh nilai suhu permukaan laut.
SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus LINNAEUS, 1758) DI PERAIRAN GEBANG MEKAR , CIREBON Nabilla Shabrina; Dedi Supriadi; Iwang Gumilar; Alexander M. A. Khan
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.1.2021.%p

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) merupakan komoditas perikanan memiliki nilai komersial tinggi.Berdasarkan Data Statistik Perikanan tahun 2017, bahwa Kabupaten Cirebon merupakan salah satu pusat produksi rajungan terbesar di Jawa Barat. Jaring kejer (gillnet) dan bubu lipat merupakan alat tangkap yang utama untuk menangkap rajungan. Penelitian di Tempat Pendaratan Ikan Gebang Mekar, Cirebon pada bulan September-Oktober 2019 bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi alat tangkap yang selektif dan efisien untuk menangkap rajungan. Data primer yang digunakan untuk analisis adalah ukuran lebar karapas dan bobot individu rajungan, dilengkapi dengan wawancara dengan nelayan dan informan kunci. Hasil penelitian menunjukkan jaring kejer dengan messize 3,5 inci memiliki selektivitas lebih tinggi dibandingkan bubu lipat. Rajungan hasil tangkapan jaring kejer rata-rata memiliki lebar karapas 14 cm dan bubu lipat pada lebar karapas 13 cm. Hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 56/PERMEN-KP/2016, yaitu rajungan yang diperbolehkan ditangkap memiliki lebar karapas lebih dari 10 cm. Pengelolaan perikanan rajungan yang rasional melalui penentuan selektivitas alat tangkap diperlukan untuk menciptakan kondisi perikanan berkelanjutan.Blue swimming crab (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758)/BSC is a critical economically valuable fishery commodity and high commercial value. Based on the Fishery Statistics Data in 2017, Cirebon Regency is one of the largest BSC fishing centers in West Java. Gillnet (locally: jaring kejer) and collapsible crab net are commonly used by fishermen to catch crabs. The research was conducted on September-October 2019 at Fish Landing Place Gebang Mekar Cirebon, aimed to get data and information on fishing gears that are more selective and efficient for catching BSC. Data primarily used in this research were carapace width and individual weight of BSC, and interviews of some fishermen and key informants to complete data and information needed. The result showed that gillnets with a mesh size of 3.5 inches were more selective than collapsible crab traps. A carapace width of 14 cm dominated the mean of BSC caught by gillnet, and a collapsible crab net of 13 cm. This was in accordance with Indonesian Minister of Maritime Affairs and Fisheries Regulation number 56/PERMEN-KP/2016 where catching BSC was allowed with carapace width more than 10 cm. The rational management for BSC through selectivity fishing gear used needed to create better conditions for sustainable fisheries.
Potensi Kertas Daulang Sebagai Cendera Mata Khas Indonesia: Perbandingan dengan Papyrus Hartifiany Praisra; Cipta Endyana; Alexander M. A. Khan
Brikolase : Jurnal Kajian Teori, Praktik dan Wacana Seni Budaya Rupa Vol 13, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indoensia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/brikolase.v13i1.3427

Abstract

Jurnal ini memaparkan bagaimana potensi kertas daulang sebagai cendera mata khas Indonesia. Sebagai warisan budaya tak benda yang ditetapkan oleh UNESCO, kertas daluang tentu bisa memaksimalkan potensinya. Sayangnya hal itu tidak bisa dilakukan karena tantangan yang menghadapinya. Dari segi pembuatan misalnya, kertas daulang harus melewati proses yang rumit dan memakan waktu lama. Hal ini membuat kertas daulang sulit bersaing dengan kertas jenis lainnya. Kegunaannya yang terbatas pun membuat kertas daulang tidak banyak diturunkan menjadi barang atau seni kriya lainnya. Sebagai cara untuk tetap bertahan, produksi daluang tetap dipertahankan secara tradisional melalui industri rumahan, termasuk dengan pembibitan pohon saeh sebagai bahan utama dan satu-satunya kertas daluang. Tentu hal ini berbeda dengan kertas papyrus dari Mesir yang sudah terlebih dahulu memaksimalkan potensinya. Kertas papyrus sendiri dikenal sebagai kertas asli Mesir dan seringkali menjadi cendera mata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Mesir. Dalam jurnal ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan dukungan dari kajian literatur dan wawancara pengrajin kertas daluang. Hasil penelitian ini adalah potensi kertas daluang yang kurang dimaksimalkan sehingga tidak bisa menyamai kertas papyrus. Selain ancaman yang ada, potensi kertas daluang tidak bisa dimaksimalkan seperti apa yang dilakukan mesir pada kertas papyrus.
KENDALA PENGEMBANGAN GEOSITE TEBAT RASAU SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA BERKELANJUTAN DI GEOPARK BELITONG Aliyatun Nurul Hasanah; Mohamad Sapari Dwi Hadian; Alexander M.A Khan
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 7 No. 2 (2022): Desember
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35127/kbl.v7i2.6273

Abstract

Abstrak: Tebat Rasau adalah salah satu situs geowisata yang terbentuk dari aliran sungai purba yang masih alami. Geosite Tebat Rasau juga memiliki potensi untuk dikembangkan, situs ini berada di Kawasan Geopark Belitong. Geosite Tebat Rasau memiliki 2 unsur yang menjadi daya tarik pengembangan yaitu potensi keanekaragaam hayati dan keragaman budaya. Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung Timur turut andil dalam pengembangan objek wisata ini dengan menetapkannya sebagai destinasi prioritas, namun karena minimnya SDM, pengembangan daya tarik wisata ini kurang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana interaksi dan peran dari semua unsur stakeholder dalam pengembangan Geosite Tebat Rasau di Geopark Belitong sebagai daya tarik geowisata serta apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan geowisata di lokasi Geosite Tebat Rasau. Dan secara berkelanjutan masyarakat. Penelitian dilakukan secara mixmetode. Kerangka kerja geowisata berkelanjutan mengacu kepada penggunaan metode survei melalui pengumpulan data geologi dan data interaktif wawancara kepada responden Kata Kunci: Berkelanjutan; Belitung Timur; Geowisata; Tebat Rasau Abstract: The Tebat Rasau is one of the geotourism sites formed from an unspoiled ancient river flow. The Tebat Rasau Geosite also has the potential to be developed, this site is located in the Belitong Geopark Area. The Tebat Rasau Geosite has 2 elements that are attractive for development, namely the potential for biodiversity and cultural diversity. The Regional Government of East Belitung Regency took part in the development of this tourist attraction by setting it as a priority destination, but due to the lack of human resources, the development of this tourist attraction is less than optimal. The purpose of this study is to describe how the interactions and roles of all stakeholders in the development of the Tebat Rasau Geosite in the Belitong Geopark as a geotourism attraction and what factors influence the development of geotourism at the Tebat Rasau Geosite location. And in a sustainable community. The research was conducted using a mix method. The sustainable geotourism framework refers to the use of survey methods through the collection of geological data and interactive data interviews with respondents Keywords: Sustainable; Belitung Timur; Tourism; Tebat Rasau
STRATEGI PENGEMBANGAN ISTANA MAIMOON, KOTA MEDAN, SUMATERA UTARA Ulfah Azzahra Harahap; Cipta Endyana; Alexander M.A Khan
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 7 No. 2 (2022): Desember
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35127/kbl.v7i2.6289

Abstract

Abstrak: Istana Maimoon kini menjadi salah satu Daya Tarik Wisata (DTW) bersejarah di Kota Medan, di dalam terdapat arsitektur unik khas Melayu, barang peninggalan sejarah kerajaan, foto-foto dari Sultan Kerajaan Deli, atraksi sewa baju Adat Melayu, penampilan live music melayu, serta penjualan souvenir. Istana Maimoon pada realita masih belum memenuhi standar dari aspek atraksi secara keseluruhan, hanya ada beberapa atraksi yang dapat di nikmati Istana Maimoon sebagai salah satu Cagar Budaya di Kota Medan harus di lestarikan, dirawat, dan dijaga, oleh sebab itu penulis melihat adanya permasalahan pada kurangnya pengembangan pada Istana Maimoon guna menarik wisatawan berkunjung dan memberikan manfaat kepada penghidupan masyarakat sekitar, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Strategi Pengembangan Istana Maimoon Kota Medan Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan metode pendekatan survey. Strategi pengembangan dilakukan dengan melibatkan Pemerintah, Pengelola, serta Masyarakat. Diduga dengan strategi pengembangan yang dilaksanakan disana maka timbul peluang bagi mereka untuk memaksimalkan diri dan potensi mereka. Sehingga, menjadi satu pembelajaran bagi masyarakat untuk menerima dan turut serta mendukung perkembangan Istana Maimoon. Kata Kunci: Pengembangan; Istana Maimoon; SWOT Abstract: Maimoon Palace is one of the historic Tourist Attractions in Medan City, inside there is unique Malay architecture, royal historical relics, photos of the Sultan of the Deli Kingdom, attractions for renting Malay Traditional clothes, live Malay music performances, and souvenirs. Maimoon Palace in reality still does not reach the standards of the overall attraction aspect, there are only a few attractions that can be enjoyed Maimoon Palace as one of the Cultural Heritage in Medan City must be preserved, cared for, and maintained, therefore the author sees a problem in the lack of the development of the Maimoon Palace in order to attract tourists to visit and provide benefits to the livelihoods of the surrounding community, the authors are interested in conducting research with the title Maimoon Palace Development Strategy, Medan City, North Sumatra. This study uses a descriptive qualitative method with a survey approach method. The development strategy is carried out by involving the Government, Management, and the Community. Allegedly with the development strategy implemented there, there will be opportunities for them to maximize themselves and their potential. Thus, it becomes a lesson for the community to accept and participate in supporting the development of Maimoon Palace. Keywords: Development; Istana Maimoon; SWOT
Efektivitas alat tangkap ikan lemuru di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan Dulmi’ad Iriana; Alexander M. A. Khan; Rita Rostika; Sriati Simpati; Sunarto S
Depik Vol 1, No 3 (2012): December 2012
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.825 KB) | DOI: 10.13170/depik.1.3.282

Abstract

Abstract. This research was conducted on the east coast of Kotabaru District, South Kalimantan on October  to November 2011 using survey methods and literatures review. Primary data obtained by direct observation at research location and performing direct interview with various parties; like fishermen, ship owner, TPI officials and other stakeholders in Kotabaru. The result of direct interview obtained that fishing gear to Tembang Fish (including Lemuru) are lift net and mini purse seine. Based on Standardization Efforts formula the most effective fishing gear for catching Lemuru in Kotabaru District is Purse Seine. Socialization needed to fishers that the recommended tool for catching lemuru in Kotabaru District is the purse seine with fishing fleet size 3 GT – 10 GT.Keywords: fishing gear, lemuru fish, Kotabaru, purse seine