Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pemanfaatan Tumbuhan Bawah pada Tegakan Kelapa Sawit Oleh Masyarakat Lokal (Kasus di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma – Bengkulu) Jhon Firison; Andi Ishak; Taufik Hidayat
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 5 No 2 (2018)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.584 KB) | DOI: 10.37676/agritepa.v5i2.776

Abstract

Tumbuhan bawah pada tegakan kelapa sawit seringkali dianggap sebagai gulma yang merugikan petani, padahal tumbuhan bawah memiliki banyak manfaat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi manfaat tumbuhan bawah pada tegakan kelapa sawit oleh masyarakat lokal di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2018. Identifikasi tumbuhan bawah yang telah dimanfaatkan masyarakat lokal dilakukan melalui pengamatan lapangan dan wawancara dengan empat orang petani sebagai informan kunci untuk menggali informasi tentang manfaat tumbuhan bawah. Jenis-jenis tumbuhan bawah diidentifikasi dengan menggunakan buku panduan identifikasi dan situs internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 27 spesies tumbuhan bawah dari 25 genus dan 15 famili yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebanyak 19 spesies tumbuhan bawah (70,37%) dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi potong, 11 spesies (40,74%) untuk obat herbal, dan 3 spesies (11,11%) untuk bahan kuliner. Kata Kunci : tumbuhan bawah, kelapa sawit, pemanfaatan, masyarakat lokal.
KONTRIBUSI PENERIMAAN USAHATANI KACANG PANJANG DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN PADA BERBAGAI POLA TANAM (Kasus di Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah) Wawan Eka Putra; Sudarmansyah Sudarmansyah; Andi Ishak
AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 7 No 1 (2020)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37676/agritepa.v7i1.996

Abstract

Long bean is an important crop for vegetable farmers on rainfed ricefield in Pondok Kelapa District, Bengkulu Tengah Regency because its cultivated in various cropping patterns. This study aims to analyze the contribution of long bean farming revenue in various vegetable cropping patterns. The study was conducted from May to August 2019 through a census of 50 vegetable farmers in the villages of Srikuncoro and Pekik Nyaring, Pondok Kelapa District. Data collected in the form of production costs and sale of the yields. The contribution of long bean farming is analyzed descriptively by calculating the revenue percentage in each cropping pattern. The results showed that there were six vegetable planting patterns practiced by farmers in Pondok Kelapa District, namely: (1) cucumber - pariah - long bean, (2) cucumber - gambas - long bean, (3) cucumber - long bean - long bean, (4) long bean - pariah - long bean, (5) long bean - gambas - long bean, and (6) long bean - long bean – pulled kale – pulled kale. Farmers always plant long bean in all of the cropping patterns. The biggest farming benefit is obtained from cropping pattern 1 which is Rp. 120,244,000/hectare with an R/C ratio of 1.95, while the smallest profit on a cropping pattern of 6 with an R/C ratio of 1.55. The planting pattern of cucumbers - long beans - long beans nominally gives the largest farm receipts from all cropping patterns namely Rp. 120,000,000/hectare, meanwhile, the long-bean-long-bean-spinach-pull-out cropping pattern is a cropping pattern which contributes the largest revenue from long-bean farming to 64.00%. Keywords : long bean, planting pattern, contribution, revenue.
EKSPANSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN PERLUNYA PERBAIKAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG/ Palm Oil Expansion and Requirement Spatial Planning Policy Improvement Andi Ishak; Rilus A. Kinseng; Satyawan Sunito; Didin S Damanhuri
Perspektif Vol 16, No 1 (2017): Juni, 2017
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v16n1.2017.%p

Abstract

ABSTRAK Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditas penting bagi perekonomian Indonesia karena menjadi sumber pendapatan negara dan penyedia lapangan kerja yang cukup signifikan. Indonesia menjadi pengekspor minyak sawit terbesar dunia saat ini dengan luas perkebunan lebih dari 10 juta hektar dan melibatkan sekitar 16 juta tenaga kerja. Ekspansi perkebunan kelapa sawit disebabkan oleh kesesuaian agroklimat, permintaan global, dan dukungan kebijakan pemerintah. Kelapa sawit berpotensi dikembangkan pada lahan seluas 51,4 juta hektar dan telah dibudidayakan pada 22 provinsi di Indonesia, terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kelapa sawit mampu menghasilkan minyak nabati 4-23 kali lebih banyak dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya serta dimanfaatkan secara luas untuk bahan baku industri pangan dan non pangan di seluruh dunia. Dukungan kebijakan pemerintah telah mendorong investasi swasta masuk dalam industri kelapa sawit dan melakukan ekspansi perkebunan secara besar-besaran dalam tiga dekade terakhir. Ekspansi perkebunan kelapa sawit berdampak positif pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat pedesaan. Pembangunan perkebunan swasta mendorong konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat, perubahan pola nafkah petani, dan migrasi tenaga kerja ke daerah-daerah perkebunan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan mempercepat pembangunan wilayah. Namun ekspansi perkebunan kelapa sawit yang tidak terkendali telah berdampak negatif karena menyebabkan konflik agraria, deforestasi, dan kebakaran hutan yang memicu kabut asap. Kebijakan pemerintah terkait moratorium sawit yang dilakukan secara simultan dengan penataan ruang menjadi relevan untuk mencegah semakin luasnya dampak negatif akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit.Kata kunci: Kelapa sawit, dampak, moratorium, kebijakan spasial. ABSTRACTPalm oil (Elaeis guineensis Jacq) is an important commodity for the Indonesian economy as it becomes a significant source of state income and employment providers. Indonesia is the world's largest palm oil exporter today with a plantation area of more than 10 million hectares and involves about 16 million workers. The expansion of oil palm plantations is due to the suitability of agro-climate, global demand, and government policy support. Oil palm has the potential to be developed on an area of 51.4 million hectares and has been cultivated in 22 provinces in Indonesia, mainly on the islands of Sumatra and Kalimantan. Palm oil is able to produce vegetable oil 4-23 times more than other vegetable-producing crops and widely used for food and non-food industry raw materials worldwide. Government policy support has encouraged private investment into the palm oil industry and expanded large-scale plantations in the past three decades. The expansion of oil palm plantations has a positive impact on the socio-economic conditions of rural communities. The development of private plantations encourages land conversion to smallholder oil palm plantations, changes in farmers' livelihood patterns, and labor migration to plantation areas that increase community incomes and accelerate regional development. But the uncontrolled expansion of oil palm plantations has had a negative impact as it causes agrarian conflicts, deforestation, and forest fires that trigger haze. Government policies related to the palm oil moratorium simultaneously conducted with spatial arrangement become relevant to prevent the increasing extent of the negative impact due to the expansion of oil palm plantations.Keywords: Palm oil, impact, moratorium, spatial policy.
Analisis Usahatani Pola Tanam Sayuran pada Lahan Gambut Wawan Eka Putra; Andi Ishak; Rokhani Rokhani
UNEJ e-Proceeding 2018: Pembangunan Pertanian dan Peran Pendidikan Tinggi Agribisnis: Peluang & Tantangan di Era Indus
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cropping pattern is the activity of planting one or several types of plants on the same land in a certain period. The selection of certain cropping patterns is determined by various factors, one of which is the value of farming profits. This study aims to analyze the advantages of vegetable cropping patterns on peat land in the Mutiara Farmer Group, Panca Mukti Village, Pondok Kelapa District, Bengkulu Tengah Regency. There are two cropping patterns of vegetable crops in a year applied by farmers in Mutiara Farmer Group namely cucumber – bitter melon - long beans and cucumber – squash – long beans. Data was collected from August to September 2018 through FGD and field observations. The FGD involved 7 vegetable farmers. Data were analyzed comparatively using the R-C ratio. The results showed that the cucumber – bitter melon – long beans cropping pattern was more profitable with a receipt value of Rp. 54,135,500/hectare/year compared to the cucumber – squash – long beans planting pattern of Rp. 51,830,500/hectare/year. The R/C in the two cropping patterns was 1.28 and 1.27 respectively.
RESPONS PETANI TERHADAP TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH ahmad damiri; Andi Ishak; Linda Harta; Shannora Yuliasari; Herlena Bidi Astuti; Emlan Fauzi
Jurnal AGRIBIS Vol. 13 No. 2 (2020): Jurnal Agribis
Publisher : Program Studi Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.016 KB) | DOI: 10.36085/agribis.v13i2, Juli.870

Abstract

Teknologi larikan gogo (LARGO) adalah salah satu teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian untuk intensifikasi padi di lahan kering. Teknologi tersebut perlu didiseminasikan kepada petani pada daerah sentra produksi padi gogo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons petani terhadap komponen teknologi LARGO. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2019 melalui survei terhadap 10 orang petani pada saat sosialisasi teknologi LARGO kepada petani dan penyuluh di Kabupaten Bengkulu Tengah. Data dikumpulkan dengan metode before-after untuk menilai respons terhadap 14 komponen teknologi LARGO sejak dari pengolahan tanah, penggunaan benih, pemupukan, pengendalian OPT, penggunaan ZPT, dan umur panen. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan kelas interval dan statistik dengan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode sosialisasi efektif meningkatkan respons petani terhadap seluruh komponen teknologi LARGO menjadi baik. Terdapat tujuh komponen teknologi LARGO yang meningkat secara signifikan yaitu: (1) perlakuan benih, (2) pemupukan II, (3) pemupukan III, (4) aplikasi fungisida pada 80 hst, (5) penggunaan ZPT pada 83 hst, (6) aplikasi insektisida pada 86 hst, dan (7) umur panen 119 hst Kata kunci: LARGO, komponen teknologi, respons, petani.
ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA TANPA OLAH TANAH DAN DENGAN OLAH TANAH (Kasus di KWT Serumpun Indah, Desa Padang Lebar, Kecamatan Pino, Bengkulu Selatan) Fauzi emlan; Abasudi; Robiyanto; Jhon Firison; Harwi Kusnadi; Andi Ishak
JURNAL AGRIBISNIS Vol. 11 No. 1 (2022): Jurnal Agribisnis
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/agribisnis.v11i1.1933

Abstract

Petani jagung di Desa Padang Lebar masih membudidayakan jagung tanpa olah tanah walau telah direkomendasikan PPL untuk membudidayakan jagung dengan sistem olah tanah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan analisis usahatani jagung tanpa olah tanah dan dengan olah tanah. Penelitian dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Serumpun Indah Desa Padang Lebar Kecamatan Pino Kabuaten Bengkulu Selatan pada bulan Agustus sampai November 2021 pada lahan seluas 0,5 hektar. Data yang dikumpulkan meliputi biaya input masing-masing sistem olah tanah, hasil panen, dan hasil penjualan. Data dianalisis dengan R/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya jagung dengan olah tanah meningkatkan produktivitas tanaman jagung dan keuntungan usahatani dibandingkan dengan tanpa olah tanah. Sosialisasi hasil perlu dilakukan PPL untuk mendorong budidaya jagung dengan olah tanah kepada petani. Corn farmers in Padang Lebar Village still cultivate corn without tillage, even though it has been recommended by PPL to cultivate corn with tillage system. This study aims to compare the analysis of hybrid corn farming without tillage and with tillage. The research was carried out at KWT Serumpun Indah, Padang Lebar Village, Pino District, South Bengkulu Regency from August to November 2021 on an area of 0.5 hectares. The data collected includes the input costs of each tillage system, crop yields, and sales results. Data were analyzed by R/C ratio. The results showed that maize cultivation with tillage increased maize productivity and farm profits compared to no tillage. PPL needs to socialize the results to encourage corn cultivation by tillage to farmers. Keywords : Corn, Cost, Income, Revenue
Efektivitas Sosialisasi terhadap Peningkatan Pengetahuan Penyuluh Pertanian tentang PermenpanRB 35/2020 di Kabupaten Bengkulu Selatan Andi Ishak; Sidiq Budiyono; Sudamansyah; Fauzi Emlan; Firison Jhon; Kusnadi Harwi
AgriHumanis: Journal of Agriculture and Human Resource Development Studies Vol. 3 No. 1 (2022): April 2022 (AgriHumanis: Journal of Agriculture and Human Resource Development
Publisher : Balai Pelatihan Pertanian Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46575/agrihumanis.v3i1.127

Abstract

Understanding of functional position regulations by agricultural extension agents is very important in carrying out duties and career advancement. The Regulation of the Minister for Empowerment of State Apparatus and Bureaucratic Reform of the Republic of Indonesia Number 35 of 2020 (PermenpanRB 35/2020) concerning Functional Positions of Agricultural Extension Agents is the newest regulation that has not been widely. This study aims to determine the effectiveness of socialization on the level of knowledge of agricultural extension agents in South Bengkulu Regency about the regulation. Data collection was carried out through a survey involving 15 agricultural extension agents in South Bengkulu Regency as respondents in December 2021. Data analysis used paired t-test. The results showed that the average level of knowledge of extension agents increased from 74.44 to 88.00 from a scale of 0-100 or an average increase of 13.56% due to socialization. This increase in knowledge is significant at the level of α=0.05, indicates that the socialization of PermenpanRB 35/2020 is effective in increasing the knowledge of extension agents in South Bengkulu Regency. Therefore, it is necessarry further socialization of PermenpanRB 35/2020 in the subdistrict level in order to increase the knowledge of agricultural extension agents about this rule.
PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN RAWA DENGAN KAPUR DOLOMIT Harwi Kusnadi; Desayati; Emlan Fauzi; Andi Ishak; Jhon Firizon; Wawan Eka Putra
Jurnal Pertanian Vol. 13 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Universitas Djuanda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jp.v13i2.5548

Abstract

Produktivitas tanaman padi di lahan rawa dapat ditingkatkan dengan penambahan kapur dolomit. Penambahan kapur dolomit dapat menurunkan kemasaman tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktivitas tanaman padi di lahan rawa dengan penambahan kapur dolomit. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2021 di Kelompok Tani Sekap Bumi, Desa Padang Tambak, Kecamatan Pino – Bengkulu Selatan. Penelitian ini menggunakan paket budidaya padi di lahan rawa dengan perlakuan penggunaan kapur dolomit. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Data yang dikumpulkan yaitu produktivitas hasil panen padi pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur dolomit dapat meningkatkan produktivitas padi di lahan rawa sekitar 10%. Oleh karena itu, petani disarankan memberikan kapur dolomit pada saat membudidayakan padi di lahan rawa.
PERANAN WANITA TANI DALAM USAHA TERNAK SAPI POTONG (Kasus Kelompok Tani Sri Rejeki, Desa Jayakarta, Kec. Talang Empat, Kab. Bengkulu Tengah) Erpan Ramon; Zul Efendi; Emlan Fauzi; Neli Definiati; Andi Ishak; Wahyuni Amelia Wulandari
Jurnal Inspirasi Peternakan Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Inspirasi Peternakan
Publisher : Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jinak.v1i2.1819

Abstract

ABSTRAKWanita tani memiliki peran ekonomi selain peran domestik dalam rumah tangga petani. Peran ekonomi umumnya untuk menghasilkan penghasilan tambahan bagi keluarga, seperti dalam usaha ternak sapi potong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan wanita tani dalam kegiatan budidaya dan pemasaran ternak sapi potong di desa Jayakarta kecamatan Talang Empat kabupaten Bengkulu Tengah. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2020 dengan metode survei melibatkan 13 orang wanita tani di kelompok tani Sri Rejeki desa Jayakarta. Data yang dikumpulkan adalah kegiatan wanita tani dalam mendukung budidaya sapi potong dan hubungannya dalam pengambilan keputusan penjualan ternak, yang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa wanita tani memiliki peranan penting di dalam budidaya ternak terutama dalam penyediaan pakan hijauan yaitu sebesar 63,28%. Curahan waktu tenaga kerja wanita tani dalam budidaya ternak sapi potong sebesar 177 jam per bulan atau setara dengan 22 HOK per bulan. Pengambilan keputusan dalam penjualan ternak lebih didominasi oleh wanita tani pada sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif dengan jumlah ternak kurang dari 5 ekor. Peran wanita tani dalam budidaya ternak dengan sistem intensif berhubungan positif dengan pengambilan keputusan dalam penjualan ternak. Kata kunci : Peranan wanita tani, budidaya ternak, penjualan ternak, sapi potong