Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Peningkatan Nilai Kalor Pellet Biomassa Cocopeat sebagai Bahan Bakar Terbarukan dengan Aplikasi Torefaksi Rizal Alamsyah; Nobel Christian Siregar; Fitri Hasanah
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 33, No 01 (2016)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.577 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v33i01.3813

Abstract

Torefaksi adalah suatu proses termokimia yang dilakukan pada temperatur 200-300°C dengan kondisi tanpa udara. Proses ini berfungsi untuk mengubah biomassa menjadi bahan bakar padat yang relatif mempunyai kandungan energi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Torefaksi dapat meningkatkan kerapatan energi, tahan air, memudahkan penggilingan,  membuatnya  aman dari degradasi biologis, memudahkan transportasi dan penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan karakteristik pellet biomassa cocopeat (yang merupakan hasil samping pengolahan sabut kelapa) menjadi bahan bakar padat dengan penerapan proses torefaksi Biomassa cocopeat dibuat menjadi bentuk pellet dengan proses pengeringan, pengayakan, pengadukan, dan pemelletan.  Pellet yang dihasilkan selanjutnya ditorefaksi pada suhu 300oC selama 1,5 jam  dan hasilnya dibandingkan cocopeat dengan tanpa perlakuan torefaksi  untuk melihat kandungan energinya pellet.  Hasil kedua perlakuan pellet cocopeat tersebut selanjutnya juga dibandingkan untuk melihat kandungan kualitas emisi udara yang dihasilkan saat pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan energi dari pellet cocopeat dengan perlakuan torefikasi menunjukkan peningkatkan energi sebesar 36%. Sementara emisi udara yang dihasilkan dari pembakaran memenuhi persyaratan  standard emisi udara sesuai  peraturan yang berlaku.
Kinerja Dietanolamida dengan Scale-up Reaktor Amidasi dan Perbaikan Kondisi Operasi Nobel Christian Siregar; Enny Hawani Loebis; Santi Ariningsih
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 34, No 2 (2017)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.922 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v34i2.3550

Abstract

Minyak inti sawit, asam lemak sawit destilat, dan minyak kelapa merupakan bahan nabati yang sangat berpotensi dalam pembuatan surfaktan Dietanolamida. Penelitian ini mengembangkan lebih lanjut proses pembuatan dietanolamida skala lab yang pernah dilakukan menjadi skala pilot dengan kapasitas 25 Liter. Optimasi yang dilakukan adalah perancangan dan pembuatan reaktor amidasi sehingga kondisi operasi dalam proses amidasi tercapai. Hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan efektivitas kemampuan menurunkan tegangan permukaan sebesar 4,93 % dibanding skala lab dengan tegangan permukaan terbaik adalah 37,77 dyne/cm untuk dietanolamida yang berasal dari campuran metil ester ALSD dan  metil ester Minyak Kelapa dengan perbandingan  1:3 (mol/mol). Tegangan antarmuka pada skala pilot juga mengalami peningkatan efektivitas sebesar 69,26 % dengan tegangan antar muka terbaik sebesar 1,91 dyne/cm untuk surfaktan yang berasal dari metil ester minyak kelapa. Kondisi operasi terbaik yang dilakukan adalah pada suhu 1600C dengan kecepatan putaran 200 rpm selama 4 jam.
Pengaruh Perbandingan Asam Format Dan Hidrogen Peroksida Dalam pembuatan Senyawa Epoksi Dari Minyak Kelapa Sawit Rizal Alamsyah; Irma Susanti; Nobel Christian Siregar; Susi Heryani
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 30, No 02 (2013)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8148.371 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v30i02.2466

Abstract

Senyawa epoksi merupakan produk komersial yang dapat diterapkan untuk beberapa tujuan seperti plasticizer, stabilizer, dan coating resin polimer, serta antioksidan dalam pengolahan karet alam. Penelitian ini bertujuan untuk membuat senyawa epoksi berbasis minyak sawit kasar dengan melakukan optimasi proses dengan variabel pelarut, suhu, dan katalis. Penelitian ini menggunakan bahan aku minyak kelapa sawit (CPO), katalis amberlite, H2SO4, H2O2, benzena, heksana, dan asam format. Parameter yang diamati meliputi bilangan oksigen oksiran, bilangan iod, bilangan asam, bilangan penyabunan, dan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi perbandingan H2O2 dan asam formiat menyebabkan pembentukan senyawa epoksi yang semakin baik ditunjukan dengan bilangan oksiran yang semakin tinggi.Perbandingan yang optimum antara H2O2, dan asam formiat adalah 2:1 Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi yang optimal pembuatan epoxy diperoleh dengan menggunakan pelarut benzene sebanyak 25% dari CPO, katalis amberlite, pada suhu 70C selama 6jam. Hasil analisis menunjukan bilangan oksigen oksiran 6, 20% bilangan iodium 12,6 (g iod/100g), bilangan asam 8,96 (mg KOH/g), bilangan penyabunan 202 (mg. KOH/g).
Karakterisasi dan Pendugaan Daya Tahan Simpan Bio Oil (Minyak Alpukat dan Minyak Buah Merah) Irma Susanti; Nobel Christian Siregar
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 33, No 02 (2016)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1117.184 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v33i02.3818

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menduga masa simpan bio oil (minyak alpukat dan minyak buah merah) dalam kemasan botol kaca gelap dengan volume 50 mL. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode akselerasi model Arrhenius dengan menyimpan produk minyak pada berbagai suhu yang ditentukan yang dianggap sebagai kondisi ekstrim. Suhu penyimpanan untuk minyak alpukat dan minyak buah merah adalah 350C, 400C dan 450C dan suhu ruang sebagai kontrol. Penyimpanan dilakukan selama 98 hari dengan selang waktu pengamatan 2 minggu sekali. Pendugaan umur simpan minyak alpukat apabila disimpan dalam suhu ruang adalah 2 tahun 2 bulan, sedangkan untuk minyak buah merah  yaitu 8 bulan.
Pendugaan Masa Simpan Bumbu Rawon dengan Metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT) Tita Aviana; Nobel Christian Siregar; Ning Ima Arie Wardayanie
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 38, No 2 (2021)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v38i2.7523

Abstract

Rawon adalah makanan tradisional Indonesia yang diketahui berasal dari Jawa Timur dan telah dikenal sejak awal abad 18 hingga saat ini. Rawon menggunakan keluak sebagai bumbu penting yang memberikan warna hitam serta rasa dan aroma yang khas. Adanya kandungan sianida pada keluak mentah menyebabkan perlunya penanganan tertentu sebelum dapat dikonsumsi dengan aman. Saat ini, kerumitan persiapan bumbu masakan rawon dapat diatasi dengan adanya bumbu rawon siap masak. Pengembangan bumbu siap masak pun kini mulai dilakukan oleh Industri Kecil Menengah (IKM) sehingga diperlukan studi pendugaan masa simpan pada bumbu siap masak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendugaan masa simpan bumbu rawon siap masak yang diproduksi oleh salah satu IKM di Bogor. Pendugaan masa simpan dilakukan menggunakan metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT). Sampel uji disimpan pada 3 suhu yang berbeda kemudian diuji parameter kritisnya pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Hasil uji kemudian diolah sehingga didapatkan masa simpan selama 241 hari berdasarkan parameter kritis asam lemak bebas.
Pendugaan Umur Simpan Kerupuk Tulang Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) dengan Proses Penirisan dan Tanpa Penirisan dengan Metode Akselerasi Kadar Air Kritis Fitri Hasanah; Nobel Christian Siregar; Yuliasri Ramadhani Meutia; Souvia Rahimah; Georgina Jeanette
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 38, No 2 (2021)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v38i2.7412

Abstract

Kerupuk rentan mengalami kerusakan, salah satunya dari parameter kerenyahan. Perbedaan proses produksi dapat memengaruhi umur simpan produk. Salah satu produk yang dapat memberikan perbedaan adalah proses penirisan minyak dengan alat spinner. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan umur simpan kerupuk tulang ikan tenggiri yang melalui proses penirisan minyak dan tidak. Penelitian dilakukan dengan metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT) kadar air kritis dan penentuan kadar air dilakukan dengan metode oven (gravimetri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penirisan minyak memengaruhi umur simpan produk, yaitu 5 bulan untuk produk yang melalui proses penirisan dengan kadar air kritis sebesar 0,0840 g H2O/g padatan kering, dan 4,1 bulan untuk produk tanpa melalui proses penirisan dengan kadar air kritis sebesar 0,0769 g H2O/g padatan kering.
Uji Stabilitas Warna Hasil Kopigmentasi Asam Tanat dan Asam Sinapat pada Pigmen Brazilin Asal Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Yuliasri Ramadhani Meutia; Irma Susanti; Nobel Christian Siregar
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 36, No 1 (2019)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.776 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v36i1.4504

Abstract

Secang merupakan jenis tanaman kayu yang berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Salah satu komponen warna dalam secang adalah pigmen brazilin. Suhu pemanasan, cahaya ultraviolet, dan adanya metal dapat mempengaruhi stabilitas dan laju degradasi pigmen brazilin. Salah satu cara untuk menurunkan laju degradasi pigmen brazilin adalah melalui proses kopigmentasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kopigmentasi dengan asam tanat dan asam sinapat terhadap stabilitas warna pigmen brazilin. Pada penelitian ini dilakukan kopigmentasi dengan senyawa kopigmen yaitu asam tanat dan asam sinapat dengan perbandingan 1:0; 1:1; 2:1; dan 5:1. Uji stabilitas dilakukan dengan menguji hasil kopigmentasi mana yang mengasilkan efek bathokromik dan hiperkromik terbaik saat dipanaskan pada suhu 40 °C, 50 °C, 60 °C, 70 °C, dan 80 °C. Pengukuran stabilitas warna diuji dengan laju retensi warna, konstanta laju degradasi (nilai k) dan pengukuran kualitas warna dilakukan menggunakan Chromameter dengan cara menguji nilai derajat merah dan biru (a value) dan °hue. Hasil menunjukkan bahwa kopigmentasi menggunakan asam tanat lebih efektif dalam menstabilkan pigmen brazilin dibandingkan dengan kopigmentasi dengan asam sinapat melalui hasil uji bathokromik, hiperkromik, retensi warna, konstanta laju degradasi, nilai a, dan nilai °hue.
Pengaruh Jenis Pelarut terhadap Hasil Ekstraksi Senyawa Skopoletin Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Fitri Hasanah; Nobel Christian Siregar; Angelina Gunawan; Sujono Sujono; Tita Aviana
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 37, No 1 (2020)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32765/wartaihp.v37i1.5791

Abstract

Skopoletin merupakan golongan kumarin yang memiliki efek fisiologi dan farmakologis pada manusia. Skopoletin memiliki aktivitas sebagai antijamur, antibakteri, antiperadangan, melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. Skopoletin pada jenis umbi-umbian telah diteliti, namun pada ubi jalar ungu masih terbatas pada identifikasi dan belum ada penelitian yang membandingkan jenis-jenis pelarut terhadap ekstraksi skopoletin dengan metode maserasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan jenis pelarut yang menghasilkan rendemen ekstrak kental dan kandungan skopoletin tertinggi pada ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Ekstraksi senyawa skopoletin dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, etanol dan etil asetat.  Metode analisis skopoletin yang digunakan adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi-fluoresensi (KCKT-FL) dan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak skopoletin tertinggi diperoleh dari ekstrak dengan pelarut etanol yaitu sebesar 4,49±0,11 %, kemudian etil asetat sebesar 4,43±0,03 % dan terendah metanol sebesar 4,36±0,04 %. Nilai kandungan skopoletin tertinggi diperoleh dari pelarut etanol sebesar 118,092±1,57 ppm, lalu metanol sebesar 111,86±1,58 ppm dan terendah etil asetat sebesar 18,760±2,74 ppm.
Peningkatan Proses Ekstraksi Minyak Biji Mimba (Neem Seed Oil) dan Purifikasinya Tiurlan Farida Hutajulu; Nobel Christian Siregar
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 32, No 02 (2015)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.919 KB) | DOI: 10.32765/warta ihp.v32i02.2638

Abstract

Minyak mimba (neem seed oil) dapat dimanfaatkan dalam bidang kosmetika antara lain: sabun  antiseptik, shampoo, krim lulur, dan lotion anti-serangga. Minyak mimba dapat diperoleh dengandi press ataupun diekstrak menghunakan heksan. Rendemen minyak  mimba dengan cara pengepresan relatif lebih sedikit Sehingga dilakukan pengembangan ekstraksi minyak mimba dengan pengukusan biji mimba selama 30 menit untuk membuka sel-sel dari jaringan minyak sebelum dilakukan hydroulic press dan screw press. Kemudian dilakukan penjernihan minyak dengan bleaching earth dan arang aktifsehingga diperoleh minyak yang lebih jernih. Pada penelitian ini dilakukan 2 (dua) tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan dibagi 2 (dua) tahap yaitu tahap ke-1, persiapan bahan baku dengan cara pemisahan kulit biji mimba dan penggilingan sehingga bubuk. Tahap ke-2, proses pengukusan bubuk biji mimba selama 30 menit dan dikeringkan dioven 50oC selama 30 menit kemudian di ekstrak dengan cara hydroulic press dan screw press. Pada penelitian lanjutan, purifikasi minyak dengan arang aktif dan silikat (bleaching earth) untuk memperoleh minyak mimba yang lebih jernih. Hasil penelitian diperoleh rendemen minyak tertinggi dengan cara kukus sekitar 22 % serta hasil purifikasi/penjernihan minyak diperoleh warna minyak lebih jernih. Minyak mimba diesterifikasi dan dianalisis menggunakan Gas chromatography (GC) Hasil analisis minyak dengan gas kromatografi diperoleh dua komponen tertinggi yaitu senyawa eugenol dan asam palmitat