p-Index From 2019 - 2024
2.217
P-Index
This Author published in this journals
All Journal REKA RACANA
Erma Desmaliana
Unknown Affiliation

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Kajian Analisis Perbandingan Rangka Atap Kuda-Kuda Menggunakan Kayu LVL dan Baja Ringan Nessa Valiantine Diredja; Badriana Nuranita; Erma Desmaliana; Anissa Cahyani Pertiwi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 7, No 3: November 2021
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v7i3.148

Abstract

ABSTRAKPenggunaan baja ringan sebagai material rangka atap sudah sangat umum ditemui. Selain baja ringan, terdapat alternatif material lain yaitu kayu LVL atau Laminated Veneer Lumber. Pada penelitian ini dibahas mengenai penggunaan material baja ringan dan LVL sebagai rangka atap kuda-kuda pada hunian. Berdasarkan perhitungan, luas penampang  antara kayu LVL terhadap baja ringan pada batang bawah memiliki perbandingan 7,31 dan 55,64, batang vertikal 6,10 dan 124,30, batang diagonal atas 33,67 dan untuk batang diagonal bawah 90,46 dan 5,33. Perbandingan tersebut menghasilkan  yang lebih besar untuk kayu LVL. Meskipun didapatkan  yang lebih kecil pada material baja ringan, namun terdapat persyaratan kelangsingan yang menyebabkan baja ringan memerlukan profil yang lebih besar. Sedangkan untuk lendutan didapatkan lendutan sebesar 0,88 mm rangka baja ringan dan 2,69 mm untuk kayu LVL, keduanya memenuhi persyaratan terhadap lendutan ijinnya. Untuk perbandingan berat, rangka baja ringan memiliki berat 24,99 kg dan kayu LVL sebesar 7,71 kg.Kata kunci: rangka atap kuda-kuda, baja ringan, kayu Laminated Veneer Lumber ABSTRACTThe use of cold-formed steel as a roof truss material is very common. In addition to cold-formed steel, there is other material alternatives that has a fairly light weight namely LVL or Laminated Veener Lumber. This study disscussed the used of cold-formed steel and LVL as a roof truss. The analysis result indicated that the section area  between LVL to cold-form steel for bottom chord in the range of 7,31-55,64, and 6,10-124,30 for vertical beam, 33,67 for diagonal bottom chord, and 90,46-5,33 for diagonal top chord. As a result,  of LVL was larger than cold-form steel. However, there are slendersness requirements that the cold-form steel was needed the larger profil than LVL. In terms of structure stiffness, the cold-form steel roof truss have 0,88 mm deflection and 2,69 mm for LVL, however they were able to accomodate the deflection requirements. The total weight of cold-formed steel is 24,99 kg and 7,71 kg for LVL.Keywords: roof truss, cold-formed steel, Laminated Veneer Lumber
Studi Perbandingan Analisis Struktur Rumah 2 Lantai Menggunakan Kayu Glulam dan Kayu Solid Terhadap Beban Gempa Ramdhan Taufik; Erma Desmaliana; Amatulhay Pribadi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 1: Maret 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i1.85

Abstract

ABSTRAKKondisi geografis Indonesia memiliki struktur tektonik kompleks. Kondisi ini membuat perencanaan rumah tinggal 2 (dua) lantai membutuhkan pertimbangan khusus dari segi kekuatan dan kekakuan. Penggunaan material kayu sebagai bahan konstruksi di Indonesia masih jarang digunakan. Kayu glulam adalah suatu produk kayu rekayasa yang dibuat dari beberapa bilah kayu yang direkatkan dengan arah sejajar serat menggunakan perekat berupa lem. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon struktur pada rumah tinggal menggunakan material kayu glulam dan solid dengan bantuan program ETABS 2016. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh nilai periode struktur, gaya geser dasar, dan simpangan antar lantai antara seluruh model menunjukan hasil yang berbeda, perbedaan diakibatkan dari hasil konversi berat jenis dan modulus of elastisity berdasarkan BS EN 1194:1999. Berdasarkan analisis non-linier pushover didapatkan bahwa kayu glulam Nyatoh (kayu kelas III) berada pada level pada kinerja B to IO (Immediate Occupancy), dimana hasil tersebut tidak berbeda jauh dengan kayu solid Bangkirai (kayu kelas I).Kata Kunci: rumah tinggal, kayu glulam, non-linier pushover ABSTRACTGeographical condition of Indonesia has a complex tectonic structure. These conditions create  2-storyhome-planning that require special consideration in terms of strength and rigidity. The use of wood as a construction material in Indonesia is still rarely used. Glulam wood is a wood products engineering made from wooden slats several glued with the direction of the parallel fibers using adhesives. This research aims to identify the structure of the response at home using basic material glulam and solid wood with the help of ETABS 2016 programs. Based on the analysis that has been done, obtained the value of the structure periode, base shear force, and interstory drift between all models show different results, the difference is due to the results of specific gravity conversion and modulus of elasticity base on BS EN 1194:1999. Based on non-linear pushover analysis, it shows that Nyatoh glulam wood (class III wood) was at the level of the B to IO (Immediate Occupancy) performance, where the results were not much different from Bangkirai solid wood (class I wood).Keywords: home livingstructure, glulam wood, non-linear pushover
Kajian Eksperimental Sifat Mekanik Panel Cross Laminated Timber Kayu Sengon dan Kayu Jabon Irfan Naufal Abdurrahman; Heru Juhdi Gultom; Erma Desmaliana
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 4, No 4: Desember 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v4i4.78

Abstract

ABSTRAKPanel Cross Laminated Timber (CLT) merupakan rekayasa kayu dengan penyusunan kayu dengan arah bersilangan 90  Material kayu yang digunakan yaitu kayu Sengon dan kayu Jabon. Pembuatan panel CLT menggunakan perekat Polyvinyl Acetate, Cross-linker, dan Lateks Karet Alam dengan perbandingan 1:1 untuk base dan 15% untuk katalisator. Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui kinerja panel CLT kayu Sengon dan kayu Jabon terhadap beban tekan dan geser. Pembuatan panel CLT dilakukan dengan menggunakan kempa dingin dan dimensi panel CLT yang digunakan yaitu 950mm 950mm 120mm. Hasil pengujian eksperimental pada benda uji small clear, didapatkan bahwa kayu jabon dan kayu sengon masuk kedalam kelas kuat V. Kapasitas tekan panel CLT kayu Sengon lebih kuat dibandingkan CLT Jabon yaitu 12,196 MPa dengan defleksi 10,51 mm dan kapasitas tekan panel CLT Kayu Jabon 9,572 MPa dengan defleksi 2,67. Pada pengujian kuat geser Panel CLT kayu Sengon menghasilkan nilai kuat geser lebih baik dari pada CLT kayu Jabon sebesar 0,09 MPa, dan kuat geser CLT kayu Jabon 0,089 MPa.Kata kunci: cross laminated timber, perekat, kuat tekan, kuat geser, defleksi. ABSTRACTCross Laminated Timber (CLT) Panel Is wood engineering with wood’s arrangement cross direction 90°. Wood materials used Sengon and Jabon. Making CLT panels using Polyvinyl Acetate, Cross-linker, and Natural Rubber Latex adhesives with a ratio of 1:1 for base and 15% for catalyst. The purpose of this research is to know the performance of Sengon and Jabon wood CLT panels against press and shear load. CLT panel is made by used cold press processed and the CLT panel dimensions used is 950mm 950mm 120mm. The results of small clear test object, found that Jabon wood and sengon wood were included in the strong V class.The compressive capacity of Sengon wood CLT panel is stronger than Jabon CLT which is 12.196 MPa with 10.51 mm deflection and the compressive capacity of Jabon CLT panel is 9.572 MPa with a deflection of 2.67. The shear strength testing of Sengon wood CLT Panel produces better shear strength than Jabon wood. Shear strength Sengon’s CLT is 0.089 MPa and Jabon’s CLT is 0.128 MPa.Keywords: cross laminated timber, glue, compression strength, shear strength, deflection.
Kajian Perbandingan Kinerja Struktur Dinding Geser Komposit Berdasarkan Tingkatan Gedung Dimas EL Islamy; Erma Desmaliana; Nessa Valiantine Diredja
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 3: September 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i3.20

Abstract

ABSTRAKSalah satu metode untuk meminimalisir simpangan horizontal yang terjadi akibat gaya gempa pada struktur adalah dengan pemasangan dinding geser. Dinding geser mampu memberikan kekuatan dan kekakuan pada struktur gedung. Pada teknologi terkini, dinding geser komposit pelat baja mampu menggabungkan kelebihan dan mengkompensasi kekurangan dinding geser beton dan pelat baja.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan dinding geser komposit terhadap tingkatan struktur gedung. Penelitian ini dilakukan pada tiga pemodelan struktur gedung dengan jumlah lantai yaitu 10 lantai, 20 lantai, dan 30 lantai dengan menggunakan metode respon spektrum dan analisis beban dorong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpangan atap yang terjadi pada struktur dengan dinding geser lebih kecil dibandingkan struktur tanpa dinding geser. Berdasarkan analisis beban dorong, penggunaan dinding geser komposit pelat baja dengan tebal 110 mm untuk tiga pemodelan berada pada tingkatan yang sama yaitu IO (immediate Occupancy) yangmana kekuatan dan kekakuan pada gedung hampir sama dengan kondisi sebelum terjadi gempa.Kata kunci: dinding geser komposit pelat baja, respon spektrum, analisis beban dorong, simpangan horizontal ABSTRACTOne of the method to minimize the displacement of structure affected by earthquake is by using shear wall. Shear wall can influence the ductility and stiffness to the structure. On the most recent technology, composite steel plate shear wall can combining the advantages and compensate the disadvantages  of concrete and steel shear wall. This study was conducted by using three models buildings with 10 story, 20 story, and 30 story with spectrum response methods and pushover analysis. The result of this study shows that  drift’s roof on structure using shear wall is smaller than the structure without one. Based on pushover analysis, when structure using shear wall with thickness 110 mm for three models are the same level in immediate occupancy which strength and stiffness in buildings is almost the same as the condition before earthquake.Keywords: composite steel plate shear wall, respons spectrum, pushover analysis, displacement
Analisis Perancangan Jembatan Rangka Batang Canai Dingin Pejalan Kaki Tipe Lower Deck berdasarkan Eurocode 3 dan SNI 7971:2013 Erma Desmaliana; Amatulhay Pribadi; Yopi Faisal Nurrachmam
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 6, No 1: Maret 2020
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v6i1.12

Abstract

ABSTRAKJembatan rangka batang canai dingin pejalan kaki merupakan jembatan yang terdiri dari batang-batang profil yang terhubung berbentuk segitiga dan dominan menerima gaya tarik atau tekan, serta ditujukan khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang perancangan jembatan pejalan kaki tipe dek bawah menggunakan material canai dingin berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7971:2013 dan Eurocode 3 dengan menggunakan program SAP2000. Hasil perancangan awal didapatkan profil 2C95x64x2 untuk gelagar memanjang dan melintang, batang vertikal dan horisontal, serta profil 2C95x70x2 untuk batang diagonal. Hasil analisis program SAP2000 menunjukkan bahwa jembatan rangka batang tipe dek bawah memiliki nilai lendutan sebesar 1,1 mm. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rasio beban terhadap kapasitas penampang batang tarik dan batang tekan jembatan rangka batang tipe dek bawah bernilai 0,426 dan 0,445 untuk Eurocode 3, sedangkan untuk SNI 7971:2013 bernilai 0,602 dan 0,545Kata Kunci: jembatan rangka batang, canai dingin, pejalan kaki, dek bawah, SNI 7971:2013, Eurocode 3 ABSTRACKPedestrian cold formed truss bridge consists of connected profile members in a triangular shape and predominantly transfer tensile or compressive forces, and specifically intended for pedestrians and light vehicles. This research intends to examine the design of lower deck pedestrian cold formed bridge based on the Indonesian National Standard (SNI) 7971: 2013 and Eurocode 3 using the SAP2000 program. Preliminary design results obtained 2C95x64x2 profiles for longitudinal and transversal girders, vertical and horizontal members, and 2C95x70x2 profiles for diagonal members. The result of SAP2000 program analysis shows that the deflection of lower deck truss bridge is 1.1 mm. Based on the results of the analysis, it obtained that the ratio of the load to the tension and compression cross-sectional capacity of the lower deck truss bridge is 0.426 and 0.445 for Eurocode 3, while for SNI 7971:2013 is 0.602 and 0.545.Keyword: truss bridge, cold formed, pedestrian, lower deck, SNI 7971:2013, Eurocode 3
Kajian Eksperimental Perilaku Lentur Balok Laminasi Lengkung dari Kayu Jabon Erma Desmaliana
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 3, No 3: September 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v3i3.12

Abstract

ABSTRAKKayu laminasi merupakan salah satu produk kayu rekayasa berupa kayu komposit sebagai representasi yang baik dalam efisiensi penggunaan sumber daya alam yang tersedia dari HTI dan HTR. Penggunaan kayu laminasi bertujuan untuk mengatasi keterbatasan dimensi kayu untuk aplikasi komponen struktural. Pada penelitian ini dibuat balok kayu laminasi menggunakan kayu Jabon (kayu cepat tumbuh) dengan dimensi 50 mm * 50 mm * 760 mm (dengan tebal tiap lamina 5 mm) dan tinggi pelengkung 5 cm, serta variasi bentuk yaitu horizontal dan lengkung. Perekat yang digunakan yaitu perekat sintesis tipe Poly Urethane merek Excel One. Pembebanan pada balok dilakukan di atas tumpuan sederhana dengan metode one point loading. Hasil pengujian memperlihatkan kapasitas lentur balok kayu glulam lengkung dalam memikul beban maksimum meningkat sebesar 18,67% dibandingkan dengan balok kayu glulam horizontal.Kata kunci: kayu cepat tumbuh, kayu laminasi, lengkung, Jabon, HTI, HTR ABSTRACTLaminate wood is one of wood engineering products in the form of composite wood as a good representation in the efficient use of natural resources available from HTI and HTR. The use of laminated wood aims to overcome the limitations of wood dimensions for the application of structural components. In this study, laminated wooden beams using Jabon wood (fast growing tree) with dimensions of 50 mm * 50 mm * 760 mm (with a thickness of 5 mm each lamina) and 5 cm high arch and horizontal and curved shape variations. The adhesive used is Poly Urethane type synthesized adhesive of Excel One. The loading on the beam is done on a simple pedestal with one point loading method. The test results show that the flexural capacity of the arched laminated beam in carrying peak load is increased by 18.67% compared to the horisontal laminated wooden beam.Keywords: fast growing tree, laminated wood, arch, Jabon, HTI, HTR
Evaluasi Konfigurasi Sambungan Baut Jembatan Rangka Baja dengan Pola Staggered Fastener (Studi Kasus: Jembatan Way Bobot, Pulau Seram) Euneke Widyaningsih; Erma Desmaliana; Muhammad Ihsan
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 7, No 2: Juli 2021
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v7i2.119

Abstract

ABSTRAKJembatan rangka baja merupakan tipe jembatan yang materialnya menggunakan rangka-rangka baja disambungkan oleh pelat buhul dan diikat oleh las, baut, atau gabungan dari keduanya. Jembatan rangka baja yang dianalisis merupakan Jembatan Way Bobot tipe transfield yang berada di Pulau Seram, Maluku dengan panjang bentang 60 meter. Jembatan ini dianalisis dengan menggunakan software SAP2000. Pembebanan dan perancangan jembatan mengacu pada SNI 1725:2016 dan SNI 1729:2015. Dari hasil pemodelan dan analisis pada SAP2000, dilanjutkan analisis variasi konfigurasi sambungan baut menggunakan perhitungan manual dengan metode staggered fastener. Dari hasil analisis variasi konfigurasi baut, luas penampang netto diperoleh tidak berbeda jauh sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi konfigurasi sambungan baut sedikit berpengaruh terhadap kegagalan akibat fraktur penampang efektif netto.Kata kunci: jembatan rangka baja, konfigurasi sambungan baut, staggered fastener ABSTRACTSteel truss bridge is a type of bridge whose material uses steel frames connected by gusset plates and fastened by welding, bolts, or a combination of both. The steel truss bridge analyzed is the Transfield Way Weight Bridge located on Seram Island, Maluku with a span of 60 meters. This bridge was analyzed using SAP2000 software. The loading and design of the bridge refers to SNI 1725:2016 and SNI 1729:2015. From the results of modeling and analysis on SAP2000, continued analysis of variations in the configuration of bolted connections using manual calculations with the staggered fastener method. From the results of the analysis of variations in bolt configurations, the net cross-sectional area obtained is not much different so it can be concluded that variations in the configuration of bolted connections have little effect on failure due to fracture of the net effective cross-section.Keywords: steel truss bridge, configuration of the bolt connection, staggered fastener
Kajian Respon Bangunan Menggunakan Base Isolator pada Gedung Bertingkat Sistem Pracetak dan Sistem Cast in Situ Ardiansyah Ibrahim; Erma Desmaliana; Amatulhay Pribadi
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 5, No 1: Maret 2019
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v5i1.50

Abstract

ABSTRAKIndonesia merupakan wilayah yang memiliki resiko gempa yang cukup tinggi karena terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik,oleh karena itu telah dikembangkan metode desain alternatif dengan tujuan untuk mengurangi resiko kerusakan bangunan akibat beban gempa yang dikenal dengan nama sistem isolasi gempa (seismic isolation).Pada bangunan ini dipasang base isolator jenis High Damping Rubber Bearing (HDRB) dengan diameter 600 mm dan tinggi 407,9 mm.Berdasarkan hasil, diperoleh bahwa penggunaan base isolator dapat memperpanjang periode struktur bangunan dua kali untuk kedua sistem, kemudian dapat mereduksi gaya geser arah X mencapai 40% dan arah Y mencapai 50% untuk kedua sistem, lalu memperkecil simpangan antar lantai dan juga membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai faktor partisipasi modal yang diinginkan sesuai peraturan yaitu minimal 90%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah struktur bangunan beton pracetak lebih efektif dibandingkan dengan beton cast in situ dari aspek respon struktur.Kata kunci: pracetak, cast in situ, high damping rubber bearing ABSTRACTIndonesia is prone to seismic hazard load due to its location situated on a meeting point of three tectonic plates, therefore the alternative design methods have been developed with the aim to reduce the risk of damage to buildings due to the load known as the earthquake isolation system. At one of the building analyzed in this research was provided with High Damping Rubber Bearing (HDRB) with a diameter of 600 mm and a height of 407,9 mm. Based on the results obtained, the use of base isolator can extend the period of the structure of the building twice forboth systems, reduce the shear force reached 40% in the X direction and 50% in the Y direction for both systems, and then minimize the deviation between floors of a building and also requires less time to achieve the desired modal participation factors according the regulations that is at least 90%. The conclusion of this research is that the structure of precast concrete is more effective than cast in situ concrete from the aspect of structure response.Keywords: precast, cast in situ, high damping rubber bearing
Evaluasi Perencanaan Jembatan Kereta Api Rangka Baja Double Track Tipe Welded Through Truss Bentang 50 meter Badriana Nuranita; Erma Desmaliana; Kenny Gesa
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 6, No 3: November 2020
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v6i3.132

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini menganalisis perencanaan struktur atas jembatan kereta api rangka baja double track tipe Welded Through Truss (WTT) dengan bentang jembatan 50 m melalui Gambar Standar Tipikal Jembatan yang ada di lapangan. Analisis dan pembebanan jembatan sesuai kriteria teknis yang mengacu pada Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api. Hasilnya dievaluasi dalam nilai tegangan dan defleksi. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat beberapa batang diagonal yang menghasilkan angka rasio tegangan > 1, sehingga perlu dilakukan penambahan tebal profil penampang atau juga menambahkan stiffener pada elemen-elemen jembatan yang kritis. Namun demikian nilai lendutan aktual di tengah bentang sebesar 46,651 mm masih memenuhi syarat karena kurang dari lendutan ijin 50 mm.Kata kunci: jembatan kereta api, welded through truss, PM 60 Tahun 2012, rasio tegangan dan defleksi ABSTRACTThis study analyzed the performance design about the uper structure of typical railway bridge for the 50 m WTT (Welded Through Truss) steel frame railway bridge with double track. Planning criteria refer to Attachment to the Minister of Transportation Regulation No. 60 of 2012 for Technical Requirements for Railroad. The results are evaluated in terms of stress ratio and deflection. The analysis result show that the 50 m WTT (Welded Through Truss) steel frame railway bridge has several diagonal bars that produce a stress ratio > 1, so it is necessary to add the thickness of the cross sectional profile or also to add a stiffener to the bridge structure. However the actual deflection value in the middle of the span of 46.651 mm still meets the requirements because it is less than the allowable deflection of 50 mm.Keywords: railway bridge, welded through truss, PM 60 of 2012, stress ratio and deflection
Studi Perbandingan Respon Struktur Gedung Menggunakan Fluid Viscous Damper dengan Variasi Jumlah Lantai Amatulhay Pribadi; Erma Desmaliana; Diandra Tira Fadlisha
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 6, No 1: Maret 2020
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v6i1.22

Abstract

ABSTRAKPendekatan teknologi dapat dilakukan dalam perencanaan struktur tahan gempa salah satunya yaitu dengan menggunakan Fluid Viscous Damper (FVD). Alat peredam FVD memiliki fungsi untuk menyerap energi gempa dan mengurangi gaya gempa rencana yang dipikul elemen-elemen struktur sehingga memungkinkan struktur bangunan menjadi lebih elastis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah lantai yang paling efektif terhadap kinerja struktur portal beton dengan pola penempatan FVD yang paling baik untuk variasi jumlah lantai gedung yaitu 12, 16, dan 20 lantai. Metode yang digunakan yaitu analisis dinamis riwayat waktu dengan menggunakan software ETABS v.15.2.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur gedung 12 lantai memberikan peningkatan respon struktur yang paling baik. Penggunaan FVD pada struktur 12 lantai mereduksi waktu getar alami struktur sebesar 49,75%, meningkatkan gaya geser dasar hingga 28,87%, dan mereduksi simpangan struktur baik akibat beban gempa respons spektra maupun beban time history.Kata Kunci: fluid viscous damper, metode riwayat waktu, waktu getar, gaya geser dasar, dan simpangan struktur ABSTRACTTechnological approach can be performed on earthquake-resistant structural design method, one of which is by using the Fluid Viscous Damper (FVD). The main function of FVD as a damper is to absorb seismic energy and reduce the seismic force which is carried by structural elements and thus the building structures become more elastic. This study aims to determine the most effective number of floors for the performance of reinforced concrete frames structure using best position of FVD with three floors variations, which are 12, 16, and 20 floors. The dynamic time history analysis method is tested using ETABS v.15.2.2 software. The results showed that the 12-story structure generates the best structural response. The installation of FVD on a 12-story structure reduces the natural period of structure by 49,75%, increases the base shear force by 28,87%, and reduces the drift of structure due to response spectrum load as well as time history loads.Keyword: fluid viscous damper, time history methods, structural period, base shear, and drift