Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGETAHUAN IBU DAN CARA PENANGANAN DEMAM PADA ANAK Dyoko Gumilang Sudibyo; Rila Putri Anindra; Yerlita El Gihart; Risma Alvin Ni’azzah; Nur Kharisma; Sukma Cindra Pratiwi; Safira Dewanti Chelsea; Risca Fernanda Sari; Ima Arista; Va Melisa Damayanti; Ella Wardah Azizah; Ebora Poerwantoro; Hita Fatmaningrum; Andi Hermansyah
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 7 No. 2 (2020): Jurnal Farmasi Komunitas
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.345 KB) | DOI: 10.20473/jfk.v7i2.21808

Abstract

Penanganan demam pada anak tergantung pada peran orangtua, terutama ibu, sehingga diperlukan pengetahuannya dalam menangani demam. Namun, tingkat pengetahuan ibu sangat bervariasi yang mengakibatkan perbedaan pengelolaan demam pada anak. Pengetahuan yang kurang mengakibatkan penanganan yang tidak tepat, sehingga penyembuhan menjadi kurang optimal. urvei ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu mengenai demam pada anak serta cara penanganannya. Penelitian ini merupakan survei cross sectional dengan menggunakan instrumen kuesioner elektronik. Responden adalah 130 ibu yang memiliki anak usia 0-12 tahun di Kelurahan Wonokusumo, Surabaya dengan teknik accidental sampling. Data diolah secara deskriptif. Banyak ditemukan penggunaan antipiretik yang cenderung berlebihan bahkan diberikan walau suhu tubuh belum tergolong demam. Kemudian, lebih dari 50% responden mengukur demam dengan meraba bagian tubuh dan tidak menggunakan termometer. Hampir 50% responden langsung memberikan obat antipiretik pada anaknya tanpa pemberian pertolongan nonfarmakologi terlebih dahulu, walaupun sebagian dari responden tidak mengetahui efek samping dari obat antipiretik. Antipiretik yang paling sering digunakan adalah parasetamol. Sumber informasi penggunaan antipiretik terbanyak dari resep sebelumnya. Sebagian responden belum mengetahui cara mengenali demam dan penanganan demam secara farmakologi dan nonfarmakologi. Responden sering melakukan swamedikasi dengan penggunaan parasetamol karena mudah didapatkan dan harganya pun terjangkau, meskipun mereka belum mengetahui efek sampingnya.
Perilaku Pengguna Hijab dalam Mengatasi Masalah Rambut Dwi Lukita Sari; Yenni Desilia Indahsari; Lukluk Afifatul Umroh; Hadi Nur Romadlon; Lisa Tri Agustin; Dias Putri Wardanasari; Septiani Septiani; Rama Syailendra Hadi; Ni Made Krisantina Shandra; Vindia Khendy Aksandra; Andi Hermansyah
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 5 No. 2 (2018): JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.062 KB) | DOI: 10.20473/jfiki.v5i22018.93-98

Abstract

Pendahuluan: Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan rambut adalah penggunaan jilbab. Penggunaan jilbab berpotensi memicu terjadinya masalah rambut jika rambut tidak dirawat dengan benar. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pengguna jilbab dalam mengatasi permasalahan rambut. Metode: Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel accidental dan target sampel mahasiswi berjilbab di kampus B Universitas Airlangga Surabaya. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product for Social Sciences). Seratus orang responden berpartisipasi pada penelitian ini. Hasil: Responden dengan usia 18 tahun merupakan responden dengan jumlah terbesar yaitu sebanyak 31% dan mengalami permasalahan rambut paling banyak yaitu rambut rontok. Menariknya sebanyak 55% responden masih jarang untuk menggunakan produk perawatan rambut secara teratur termasuk vitamin dan conditioner. Mayoritas responden tidak mengetahui kandungan produk rambut dan/atau produk antiketombe yang mereka gunakan. Bahkan secara umum, responden tidak mengetahui produk yang benar untuk mengatasi permasalahan rambut. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa responden telah mengetahui cara mengatasi permasalahan rambut namun belum diterapkan dalam tindakan yang rutin dan benar.
Identifikasi Pengetahuan, Sikap, Tindakan Masyarakat dalam Memusnahkan Obat Kedaluwarsa dan Tidak Terpakai Di Rumah Tangga Santi Prasmawari; Andi Hermansyah; Abdul Rahem
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 7 No. 1SI (2020): Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi pada Pelayanan Kefa
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v7i1SI2020.31-38

Abstract

Pendahuluan: Pada umumnya rumah tangga menyimpan obat-obatan di rumah. Namun, sejumlah besar obat-obatan tersebut akhirnya menjadi tidak terpakai dan kedaluwarsa. Oleh karena itu, pembuangan obat-obatan yang sudah kedaluwarsa, tidak diinginkan atau tidak terpakai di keluarga menjadi permasalahan besar. Tujuan: Untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terhadap pembuangan obat kedaluwarsa dan tidak terpakai di rumah tangga. Metode: Penelitian deskriptif cross-sectional dilakukan dengan melibatkan 45 rumah tangga di Suko Sidoarjo dari bulan Juli sampai Agustus 2020. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling, untuk merekrut partisipan bekerjasama dengan tiga apotek setempat di wilayah penelitian. Kuesioner yang terdiri dari 30 item pertanyaan digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Data dianalisis dan disajikan secara deskriptif. Hasil: Mayoritas (91%) responden berpendapat bahwa membuang obat secara sembarangan tidak tepat dan berbahaya bagi lingkungan. Sebagian dari mereka membenarkan bahwa beberapa obat dapat langsung dibuang ke toilet (28,9%), tempat sampah (33,3%), dan saluran pembuangan air (71%). Responden membuang obat pada saat kedaluwarsa (68,9%), ketika tampilan obat berubah sehingga menimbulkan rasa atau bau tidak enak (48,9%), dan saat penyimpanan obat mengalami kerusakan (73,3%). Mayoritas responden (71,1%) menyatakan bahwa membuang obat yang tidak terpakai dalam kondisi baik adalah pemborosan. Kesimpulan: Responden memiliki pengetahuan yang rendah terhadap pembuangan obat yang aman meskipun mereka menganggap bahwa pembuangan obat-obatan yang aman sangat diperlukan. Hal ini memberi peluang bagi apoteker di sekitar untuk berinisiatif memberikan edukasi dan mengumpulkan obat-obatan yang tidak digunakan, kedaluwarsa atau tidak diinginkan dari masyarakat.
Arti Penting Kepuasan Kerja Bagi Apoteker: Antara Bertahan Atau Keluar Dari Pekerjaan Muhammad Khalid Rijaluddin; Wahyu Utami; Zulhabri Othman; Eddy Yusuf; Hanni Prihhastuti Puspitasari; Andi Hermansyah
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 7 No. 1SI (2020): Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi pada Pelayanan Kefa
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v7i1SI2020.39-47

Abstract

Pendahuluan: Apoteker di komunitas merupakan elemen penting dalam kesehatan masyarakat. Semakin meningkatnya jumlah apotek ditambah dengan tingginya permintaan masyarakat terhadap layanan kefarmasian yang berkualitas menyebabkan tekanan yang besar kepada praktek apoteker. Alhasil, kepuasan apoteker menjadi titik kritis untuk mengevaluasi kualitas pelayanan farmasi dan imbasnya terhadap keinginan untuk keluar atau bertahan dari pekerjaan saat ini. Tujuan: Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dan karir apoteker serta niat mereka untuk meninggalkan pekerjaan saat ini. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian lintang potong dengan menggunakan kuesioner online dan melibatkan apoteker di komunitas sebagai responden. Data kemudian dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling Partial Least Squares (SEM-PLS) Hasil: Terdapat 292 apoteker berpartisipasi dalam penelitian ini. Sebagian besar adalah perempuan (77,39%) dengan pengalaman kerja kurang dari 5 tahun (51,03%). Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa faktor ekstrinsik dan instrinsik mempengaruhi kepuasan kerja apoteker (3,120 dan 4,981), sedangkan pada aspek niat meninggalkan pekerjaan (intention to leave) hanya dipengaruhi secara signifikan oleh faktor ekstrinsik (1,974). Karakteristik responden hanya berpengaruh signifikan terhadap niat untuk meninggalkan pekerjaan (3,929). Sementara itu, kepuasan kerja berpengaruh pada niat meninggalkan pekerjaan (4,083). Kesimpulan: Faktor ekstrinsik dan intrinsik mempengaruhi kepuasan apoteker, tetapi hanya faktor ekstrinsik yang mempengaruhi niat untuk pergi.
Respons Masyarakat Kota Surabaya ketika Mengakses Informasi tentang Obat dan Pengobatan dari Media Sosial Fatihatul Alifiyah; Anila Impian Sukorini; Andi Hermansyah
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 7 No. 1SI (2020): Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi pada Pelayanan Kefa
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v7i1SI2020.48-54

Abstract

Pendahuluan: Media sosial berpotensi sebagai ruang baru untuk penyebaran informasi kesehatan, seperti informasi mengenai obat dan pengobatan. Namun, media sosial kerap kali menampilkan menyajikan informasi dengan kualitas yang buruk. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui respons masyarakat saat mengakses informasi tentang obat dan pengobatan dari media sosial. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada April-Mei 2020 dengan responden masyarakat Kota Surabaya yang berusia >17 tahun dan memiliki media sosial. Hasil: Mayoritas responden menyatakan “sering” mendapatkan informasi obat dan pengobatan dari media sosial (43,5%), Namun, sebagian besar responden belum  mengklarifikasikan informasi obat dan pengobatan yang diperoleh ke tenaga kesehatan (88,6%) ataupun melakukan penelusuran lebih dalam secara mandiri mengenai kebenarannya (84,4%). Responden menyatakan akan percaya dan menerapkan informasi yang mereka dapatkan dari media sosial, bila informasi tersebut berasal dari sumber yang kredibel dan reliabel (48,1%). Kesimpulan: Melimpahnya informasi tentang obat dan pengobatan yang beredar di media sosial membuat masyarakat kebingungan dalam memilah informasi obat dan pengobatan yang benar. Apoteker, sebagai ahli di bidang obat, memiliki peluang besar untuk menjadi sumber dan rujukan klarifikasi informasi obat dan pengobatan di media sosial.
Identifikasi Faktor Pendukung dan Penghambat Aktivitas Apoteker di Media Sosial dalam Menunjang Praktik Kefarmasian Fathnin Ulya Naima; Anila Impian Sukorini; Andi Hermansyah
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 7 No. 1SI (2020): Special Issue: Seminar Inovasi Teknologi dan Digitalisasi pada Pelayanan Kefa
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v7i1SI2020.55-62

Abstract

Pendahuluan: Jumlah pengguna media sosial yang besar di Indonesia memberi peluang bagi apoteker untuk memanfaatkan media sosial dalam menunjang praktik kefarmasian. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pemanfaatan media sosial oleh apoteker dalam menunjang praktik kefarmasian. Metode: Penelitian ini melibatkan survei secara online kepada apoteker dari berbagai bidang praktik di Jawa Timur. Responden dipilih menggunakan teknik accidental sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan April - Mei 2020. Data kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil: Sejumlah 200 orang apoteker berpartisipasi dalam penelitian ini. Hampir seluruh responden memanfaatkan media sosial untuk memperoleh informasi kefarmasian terkini (99,5%), melakukan komunikasi profesional (98%), dan melakukan promosi kesehatan (91%). Faktor pendukung utama untuk aktif di media sosial adalah  kemampuan dalam manajemen waktu (99,5%) dan telah terbiasa untuk menggunakan media sosial (98,5%) sedangkan faktor penghambat terbesar adalah tidak adanya penghargaan termasuk insentif finansial sebagai kompensasi atas aktivitas di media sosial (66,3%). Kesimpulan: Responden dalam penelitian ini telah memanfaatkan media sosial untuk kepentingan praktik profesi. Terdapat faktor pendukung  dan penghambat bagi apoteker dalam menggunakan media sosial untuk menunjang praktek. Penghambat utama upaya pemanfaatan media sosial adalah tidak tersedianya insentif finansial.
Pendekatan Health Belief Model (HBM) untuk Menganalisis Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menggunakan Insulin Yunti Fitriani; Liza Pristianty; Andi Hermansyah
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 16 No. 02 Desember 2019
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pharmacy.v16i2.5427

Abstract

Ketidakpatuhan penggunaan insulin pada pasien Diabetes Melitus (DM) dapat mengakibatkan kegagalan terapi. Pada pasien DM tipe 2, tingkat kegagalan berpotensi meningkat karena dipengaruhi oleh perilaku pasien yang awam dalam menggunakan insulin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepatuhan pasien DM tipe 2 dalam menggunakan insulin yang benar dengan pendekatan teori Health Belief Model (HBM). Metode yang digunakan adalah survei kepada pasien DM Rawat Jalan di suatu Rumah Sakit (RS) di Surabaya dengan responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan uji regresi linier berganda untuk mengukur pengaruh lima komponen HBM yaitu (1) perceived susceptibility, (2) perceived severity, (3) perceived benefit, (4) perceived self-efficacy, dan (5) perceived barrier terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan insulin yang benar. Hasil penelitian menunjukkan lima komponen memiliki pengaruh yang simultan terhadap kepatuhan penggunaan insulin. Empat komponen awal (1-4) memiliki pengaruh positif (semakin tinggi semakin patuh) sedangkan komponen 5 memiliki pengaruh negatif (semakin rendah semakin patuh). Perlu adanya upaya terstruktur dan berkelanjutan dari pihak RS untuk meningkatkan komponen 1-4 dan menurunkan komponen 5.
Pemberdayaan Apoteker Menghadapi Peluang dan Tantangan Pandemi Covid-19 dalam Pengembangan Produk Herbal Imunomodulator Idha Kusumawati; Ana Yuda; Andi Hermansyah; Subhan Rullyansyah
Humanism : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3, No 2 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/hm.v3i2.12902

Abstract

Pada Maret tahun 2020, WHO telah menyatakan covid-19 merupakan pandemi global. Hal ini berdampak kita harus berdamai dan menerima kondisi hidup bersama covid-19. Untuk dapat tetap bertahan dalam kondisi ini maka diperlukan berbagai penyesuaian yang salah satunya adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan imunitas tubuh, salah satu yang juga meningkat adalah kebutuhan akan jamu atau produk herbal. Peningkatan ini menjadi peluang untuk pengembangan produk herbal/jamu Indonesia untuk imunomodulator yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu. Untuk itu dilaksanakan kegiatan Webinar Nasional ini sebagai kegiatan pengabdian masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui dan mengukur tingkat pengetahuan para peserta mengenai tantangan dan peluang apoteker dalam menjalankan peranan prosfesinya di era pandemik COVID-19. Dari hasil kuesionair dapat diketahui bahwa peserta yang merupakan sejawat apoteker mampu melihat peluang untuk ikut berperan dalam menghadapi pandemi covid-19 dalam upaya pengembangan obat herbal untuk imunomodulator. Hal ini juga menunjukkan bahwa tujuan diselenggarakan webinar ini untuk pemberdayaan apoteker telah tercapai.
Gambaran Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Tambah Darah di Era Pandemi Covid-19 Windri Ayu Atika Suri; Dwi Retno Puspitasari; Nadya Ratri Pradipta; Ismawati Ismawati; Lisa Ariyanti Zainu; Ni Made Eravikania Putri Darmawan; Desya Shafa Namira; Fash Fachish Shofchal Jamil; Sahrati Yudiaprijah; Elsa Rahayu; Andi Hermansyah
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 9 No. 2 (2022): JURNAL FARMASI KOMUNITAS
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfk.v9i2.24149

Abstract

Ibu hamil rentan mengalami anemia sehingga membawa dampak pada janin yaitu berat bayi lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, kecacatan, bahkan kematian bayi. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan 48,9% ibu hamil mengalami anemia. Lebih dari 50% kasus anemia yang terbanyak di seluruh dunia disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi besi. Hal tersebut berkaitan dengan ketidakpatuhan ibu hamil dalam konsumsi tablet tambah darah. Kondisi ini diperparah dengan pandemi COVID-19 yang membatasi akses pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet tambah darah di era pandemi COVID-19. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan instrumen berupa kuesioner. Responden penelitian ini adalah 104 orang ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 104 responden terdapat 18 orang (17%) yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah darah. Menariknya, mayoritas responden yang tidak patuh memiliki karakteristik pendidikan sarjana, pekerjaan ibu rumah tangga, daerah tempat tinggal Pulau Jawa, dan menerima tablet tambah darah. Meskipun demikian, responden yang tidak patuh memiliki pengetahuan sedang, dukungan sekitar yang rendah, serta kondisi kehamilan yang tidak terdampak oleh pandemi.Kata Kunci: Anemia, ketidakpatuhan, tablet tambah darah, pandemi COVID-19
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat terhadap Infodemik Penggunaan Azithromycin dan Ivermectin selama Masa Pandemi COVID-19 Mikhael Ardi Kristiawan; Sri Agustin Rahayuningsih; Divania Ardyanti Endipermatasari Ismaningtyas; Revina Utami Fatin Putri; Tika Yuranti; Himmatul ‘Ulya; Syarifah Haniyah; M. Alifka Rizki; Agda Rismafuri Mukti Kirana; I Gusti Ngurah Putu Rama Satria Wibawa; Basith Albaroni; Ghaliya Afra Yasmine; Gwyneth Norton Sudjaya; Aisyah Hasna Kirana; Nurul Shaffiqa; Andi Hermansyah
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 9 No. 2 (2022): JURNAL FARMASI KOMUNITAS
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfk.v9i2.32929

Abstract

Keberadaan infodemik yang menyebar melalui media sosial mengakibatkan adanya mispersepsi masyarakat terhadap informasi yang beredar. Infodemik penggunaan obat untuk COVID-19, salah satunya adalah azithromycin dan ivermectin penting untuk diteliti dikarenakan dampaknya yang serius kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang infodemik penggunaan obat azithromycin dan ivermectin yang menyebar melalui media sosial. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan analisis data deskriptif. Responden dipilih secara convenience. Hasil survei menunjukkan sekitar 70% responden tidak memiliki pengetahuan mengenai penggunaan azithromycin dan ivermectin sebagai terapi COVID-19. Hasil survei pengetahuan, sikap,, dan perilaku menunjukkan sekitar 96 % responden mengetahui upaya mencegah penyebaran hoaks tetapi dalam penerapannya sebanyak 64% responden memilih untuk abai dan atau tidak melakukan apapun dalam pencegahan penyebarannya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat tidak mengetahui kebenaran terkait berita infodemik penggunaan azithromycin dan ivermectin sehingga masyarakat cenderung untuk menerima keberadaan infodemik tersebut.