Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

PENGUATAN KARAKTER GENERASI DIGITAL NATIVE DITENGAH ARUS GLOBALISASI I Putu Windu Mertha Sujana; I Wayan Titra Gunawijaya
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 1 (2022): Februari, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpku.v10i1.44949

Abstract

Generasi digital native diharapkan memiliki karakter yang mulia, namun kenyataan yang terjadi adalah generasi digital native terjerumus ke dalam perilaku yang salah. Jika perilaku menyimpang atau tidak mencerminkan karakter mulia ini selalu terjadi, maka negara akan menjadi ceos setiap harinya. Oleh karena itulah diperlukan solusi dalam memperkuat karakter generasi digital native ditengah arus globalisasi dewasa ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara dan observasi. Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis data model interaktif. Solusinya adalah dengan menginternalisasikan nilai spiritual Hindu ke dalam jenjang pendidikan. Pengintegrasian nilai spiritual Hindu ke dalam jenjang pendidikan diyakini sebagai solusi yang tepat untuk memperkuat karakter generasi digital native karena nilai spiritual itu memiliki makna sebagai roh, jiwa, semangat, dan sukma atau juga dikatakan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan kejiwaan. Nilai spiritual ini juga menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya moral, rasa memiliki satu dengan lainnya, dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Nilai spiritual yang bisa diintegrasikan seperti tri hita karana, tri kaya parisudha, Karma phala, samsara/punarbawa, konsep menyama braya, mulat sarira, puputan, paras paros sarpanaya, nyalanang jengah, segilik seguluk sebayantaka, saling asah, saling asih, lan saling asuh, dan metaksu.
HAK WARIS LAKI-LAKI SETELAH PERCERAIAN DALAM PERKAWINAN NYENTANA DITINJAU DARI AWIG-AWIG DESA KUKUH, MARGA, TABANAN I Putu Windu Mertha Sujana
Jurnal IKA Vol. 11 No. 1 (2013)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ika.v11i1.1148

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan dan perceraian dalam perkawinan nyentana di Desa Kukuh; (2) latar belakang terbentuknya awig awig desa adat kukuh yang mengatur tentang hak mewaris kembali di keluarga asal dari pihak laki-laki yang telah cerai dalam perkawinan nyentana; (3) hak waris laki-laki yang cerai dalam perkawinan nyentana ditinjau dari awig-awig desa adat Kukuh. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ditentukan secara Purposive, yang meliputi: (1) pasangan yang melakukan perkawinan nyentana; (2) laki-laki dan perempuan yang telah bercerai dalam perkawinan nyentana; (3) orang tua dari si laki-laki yang telah bercerai dalam perkawinan nyentana; (4) kelian banjar; (5) bendesa adat; (6) masyarakat etnis Hindu di desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Data dikumpulkan dengan menggunakan: (1) metode wawancara; (2) metode observasi; (3) metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kulitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) pada dasarnya perkawinan nyentana disebabkan oleh faktor eksternal dan internal baik yang datang dari wanita maupun laki-laki, sedangkan perceraian dalam perkawinan nyentana disebabkan oleh tidak punya anak, suami tidak memberi nafkah, suami senang berjudi dan mabuk-mabukan, dan timbulnya kecurigaan; (2) terdapat tiga hal yang mendorong untuk dirumuskannya ketentuan tentang hak mewaris kembali dikeluarga asal yang dialami oleh pihak laki-laki yang telah bercerai dalam perkawinan nyentana sesuai dengan pawos 68 ayat 6 yaitu: (a) faktor kemanusiaan; (b) hak asasi manusia; (c) untuk memberikan motivasi kepada laki-laki agar tidak takut untuk melakukan perkawinan nyentana; (3) pawos 68 (6) awig-awig Desa Kukuh yang mengatur tentang laki-laki dan perempuan yang telah bercerai dalam perkawinan mempunyai hak mewaris kembali dikeluarga asalnya, hal tersebut telah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kukuh termasuk di dalamnya dilaksanakan oleh laki-laki yang telah bercerai dalam perkawinan nyentana yaitu mereka mendapatkan minimal tempat tinggal dan selebihnya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing keluarga.Kata-kata kunci: hak waris, cerai, Nyentana, Awig-awig
Konsekuensi Yuridis Berlakunya Perjanjian Perkawinan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015 Si Ngurah Ardhya; I Putu Windu Mertha Sujana
Jurnal Komunikasi Hukum Vol 7 No 1 (2021): Februari, Jurnal Komunikasi Hukum
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jkh.v7i1.31493

Abstract

Philosophically PMK (Constitutional Court Decision) Nr. 69/PUU-XIII/2015 based on way of life, awareness, and legal ideals such as the mystical atmosphere and Indonesian Nation according Pancasila and The Constitutional of The Republic of Indonesia Article 28E Paragraph (2). Sociologically, based on legal needs society regarding the leniency when the marriage agreement was made that is the phenomenon of a husband and wife for some reason feels they needed to make a marriage agreement after the wedding day was held. Juridically, the issuance of PMK Nr. 69/PUU-XIII/2015 is not solely on the basis of unconstitutionality, but also on a conflict of norms between Article 29 Paragraph (1) of Act Nr.  Year 1974 with general provisions of the ageement in Book III Code of Civil Law. Referring to PMK No.69/PUU-XIII/2015 which was strengthened by Act Nr. 2 Year 2014, Notary has the right to ratified the marriage agreement into an authentic deed so that there is no justifiable reason for the Department of Population and Civil Registration and Office of Religious Affairs rejects the authentic nature of the deed which is validated bay notary. 
CIVIC VIRTUE DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PEMILU HARMONI DAN BERKEADILAN I Putu Windu Mertha Sujana
Jurnal Media Komunikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 1 No 2 (2019): Oktober
Publisher : Program Studi PPKn Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Undiksha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jmpppkn.v1i2.47

Abstract

Secara naluriah manusia mendambakan Pemilu yang harmoni dan adil dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak ada harmoni tanpa keadilan. Keadilan melahirkan harmoni, dan sebaliknya, harmoni mensyaratkan sekaligus memperkuat tumbuh suburnya keadilan. Namun, fenomena disharmoni dan ketidakadilan dalam Pemilu begitu sulit dihilangkan. Dominasi hawa nafsu terhadap akal, benturan kepentingan individu dan kelompok, kesenjangan sosial ekonomi, kepentingan politik, penegakan hukum diskriminatif, dan kepentingan nasional subyektif menjadi faktor penyebabnya. Civic virtue dapat menciptakan Pemilu yang harmoni dan berkeadilan. Sebagai ekspresi psikososial-kultural warga negara, civic virtue mengandung karakter: berkeadaban, bertanggung jawab, integritas, disiplin, peka, terbuka, kompromi, toleran, sabar dan taat, murah hati dan empati, setia pada bangsa dan negara serta komitmen terhadap penegakan hukum dan hak asasi manusia.
NGUSABA LAMPUAN TRADISI MASYARAKAT DESA BAYUNG GEDE (KAJIAN TEOLOGI SOSIAL) I Putu Windu Mertha Sujana; I Wayan Titra Gunawijaya
Jnanasidanta Vol 3, No 1 (2021): TEOLOGI HINDU
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55115/jnana.v3i1.1913

Abstract

Worshiping God can be carried out in various aspects through His manifestations, this form explains that God's position must not only be worshiped but there should be a reunification between human beings when implementing a Ngusaba Lampuan tradition. A qualitative approach is used in an effort to find information and a research approach as a scientific method which is then presented in the form of a qualitative description. The results of the study include the implementation of the Ngusaba Lampuan tradition which is more directed to the inner feelings of the community that have been satisfied, inner satisfaction or the level of one's religiosity is certainly different from the others. The inner satisfaction of the community also depends on the situation and conditions around it or it could be that the vibrations that arise from the rituals, prayers and sincerity offered are the best according to the devotee, so that in the implementation of the ngusaba Lampuan tradition, more emphasis is placed on how to interpret symbols such as the value of religious communication seen from the sincere white chicken. as a symbolic substitute for the ceremonial fertilizer, prayers that do not use flowers and are reflected in all ceremonial ritual activities do not use puja/mantra but how the person interprets and does it with a sincere sense of sincerity. Keyword: Ngusaba Lampuan, Teologi Sosial
EKSISTENSI AWIG-AWIG DESA PAKRAMAN DALAM MENGATUR PELAKSANAAN YADNYA DI MASA PANDEMI COVID-19 Putu Windu Mertha Sujana; Wayan Landrawan; Made Riyan Cahyadi
Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan PKn Vol 9, No 1 (2022): Bhinneka Tunggal Ika: Kajian Teori & Praktik Pendidikan PKn
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jbti.v9i1.17678

Abstract

Abstracting the implementation of yadnya during the COVID19 pandemic (3) To knowing the community's acceptance of awig-awig applied in regulating the implementation of yadnya during the COVID-19 pandemic. This study uses a qualitative descriptive method using interview techniques as a tool to collect data. The location of this research is in Pakraman Kebonjero Village, Pupuan District, Tabanan Regency with the entire population of Kebonjero Pakraman Village community. While the samples used were traditional prajuru and 5 people from the Kebonjero community. The results of this study found that with the presence of awig-awig which regulates the implementation of yadnya during the COVID-19 pandemic, the community of Pakraman Kebonjero Village can accept and run it well. Keywords: Awig-awig, COVID-19 Pandemic, Implementation of yadnyaAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui secara mendalam pengertian dari awig-awig dalam sebuah desa pakraman di Bali (2) Untuk mengetahui urgensi penerapan awig-awig desa pakraman dalam mengatur pelaksanaan yadnya di masa pandemi COVID-19 (3) Untuk mengetahui keberterimaan masyarakat terhadap awig-awig yang diterapkan dalam mengatur pelaksanaan yadnya di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara sebagai alat untuk mengumpulkan data. Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Pakraman Kebonjero, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan dengan populasi seluruh masyarakat Desa Pakraman Kebonjero. Sedangkan sampel yang dipergunakan yakni prajuru adat serta 5 orang masyarakat Kebonjero. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa dengan hadirnya awig-awig yang mengatur tentang pelaksanaan yadnya di masa pandemi COVID-19 mampu diterima dan dijalankan dengan baik oleh masyarakat Desa Pakraman Kebonjero.Kata Kunci: Awig-awig, Pandemi COVID-19, Pelaksanaan yadnya
The Position Of Women Sentana Peperasan (Appropriate Children) View From The Perspective Of Bali Traditional Health Law I Putu Windu Mertha Sujana; I Wayan Landrawan; Ni Made Widya Sari
Journal of Sustainable Development Science Vol 4 No 1 (2022)
Publisher : Dwijendra University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.734 KB) | DOI: 10.46650/jsds.4.1.1262.24-28

Abstract

The presence of children in a family is the most coveted thing by every married couple. Various efforts can be made by humans to obtain children, one of which is by adopting children. One of the goals of adopting a child is none other than as a successor to the offspring and heirs of his adoptive parents. In Bali, the adoption of a child has a separate legal relationship between the child and his adoptive parents. Through the Dewa Saksi ceremony, religiously the child will become the biological child of his adoptive parents. In addition, even though Bali adheres to a patrilineal system, adopted daughters have the opportunity to being the main heirs in their adoptive families, namely by being made sentana rajeg. Sentana rajeg is a condition in which the daughters are given the status of sons (purusa) in Nyeburin marriages in Bali. Thus, the adopted daughter can be domiciled as the main heir in the adoptive family. To find a solution to these problems, therefore an analysis is needed regarding the position of adopted daughters in Balinese customary inheritance law. The method used to compile this article is literature study or literature study. The result of this research was through the decision of Pasamuhan Agung III/2010, the position of the woman can be one of the heirs and get a certain portion of the inheritance without having to be made a sentana rajeg first.
FENOMENA PANTANGAN PERKAWINAN NGALOR NGULON BAGI MASYARAKAT DESA TAMBAKREJO DALAM PERSPEKTIF TOKOH ADAT DAN MASYARAKAT Enik puji lestari; I Wayan Landrawan; I Putu Windu Mertha
Jurnal Budaya Nusantara Vol 5 No 2 (2022): NUSANTARA DAN RITUS
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol5.no2.a4617

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji mitos larangan pernikahan ngalorngulon dari perpektif masyarakat suku Jawa di Desa Tambak Rejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah study kepustakaan dan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi . Study kepustakaan, yaitu menelaah sumber-sumber, baik itu buku, artikel, referensi-referensi yang berkaitan dengan perkawinan ngalor-ngulon, sedangkan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi adalah memperoleh sumber dari pandangan masyarakat Desa Tambak Rejo terhadap pernikahan ngalor-ngulon dan praktik pantangan pernikahan tersebut, baik yang bersumber wawancara ataupun dengan observasi. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian masyarakat didesa tambak rejo masih mempercayai larangan pernikahan teesebut, namun ada beberapa masyarakat yang kurang percaya pantangan tersebut dikarenakan tidak ada dalam ajaran agama. Mas, sedangkan dampak dari pantangan pernikahan ngalor-ngulon bagi yang percaya dan mematuhi maka kehidupannya merasa tenang karena tidak melanggar hukum adat, sedangkan bagi masyarakat yang tidak mempercayai pantangan tersebut maka akan berserah kepada tuhan YME karena rejeki dan maut ada ditangan tuhan
MENANAMKAN POLA HIDUP SEHAT PADA MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCEGAH PENYEBARAN COVID-19 I Putu Windu Mertha Sujana; Yeni Yeni; Muhamad Jodi Setianto; Si Ngurah Ardhya
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Media Ganesha Vol 1 No 1 (2020): Maret, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Media Ganesha FHIS
Publisher : Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1222.758 KB)

Abstract

Program Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini bertujuan untuk untuk menanamkan perilaku hidup sehat pada masyarakat desa Kukuh dalam rangka mencegah penyebaran COVID-19. Hal ini dilakukan berdasarkan atas hasil dari observasi awal dan fokus group discussion terkait ancaman COVID-19 terhadap masyarakat Desa Kukuh. Pengabdian ini merupakan perwujudan dukungan terhadap Keppres 11 tahun 2020 dan instruksi Gubernur Bali nomor 8551 Tahun 2020. Metode yang digunakan, yaitu metode diklat dan pendampingan unjuk kerja (showcase). Penggunaan metode diklat untuk penguatan konsep tentang petunjuk cuci tangan yang benar, cara menjaga kebersihan lingkungan, dan sikap waspada COVID-19, sedangkan metode pendampingan dan unjuk kerja (showcase) digunakan untuk pengaplikasian konsep ke dalam unjuk kerja yang berupa peragaan dan penerapannya. Berdasarkan survei yang dilakukan diketahui bahwa seluruh responden mengetahui terkait informasi adanya COVID-19. Informasi itu didapatkan paling banyak melalui Televisi dan komunikasi masyarakat secara langsung (71,9%). Sebagian besar responden (93,8%) sudah mengetahui cara mencegah penyebaran COVID-19 dengan cara menggunakan masker dan mencuci tangan. Akan tetapi mereka belum mengetahui cara mencuci tangan dengan baik, oleh sebab itulah masyarakat diberikan sosialisasi cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan maksud mendukung program pemerintah mencegah penyebaran COVID-19.
PEMBERDAYAAN SISWA SEBAGAI KADER PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MEDIA SATUA AUDIOVISUAL Sukadi Sukadi; Putu Windu Mertha Sujana
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Media Ganesha Vol 1 No 1 (2020): Maret, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Media Ganesha FHIS
Publisher : Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1065.985 KB)

Abstract

Kegiatan PkM ini dilatarbelakangi oleh masalah banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa SMP TP 45 Sukasada di Desa Wanagiri yang jauh dari nilai- nilai karakter bangsa Indonesia berdasar Pancasila. Berdasarkan permintaan kepala sekolah untuk tim melaksanakan kegiatan PkM, maka disepakati bahwa kegiatan PkM ini adalah kegiatan pemberdayaan siswa kelas IX SMP TP45 Sukasada sebagai kader Pendidikan Karakter melalui media satua audio-visual. Tujuan kegiatan PkM ini adalah menjadikan beberapa orang siswa model sebagai kader pendidikan karakter melalui mesatua dan melakukan pembelajaran nilai- nilai karakter yang diaudio-visualkan (divideokan) serta meningkatkan kemampuan penalaran nilai dan orientasi nilai para siswa berbasis nilai-nilai Tri Hita Karana atau Pancasila. Untuk mencapai tujuan ini kegiatan PkM ini dilakukan dengan tiga metode, yaitu: pemberian diklat dengan strategi modeling, tanya jawab dan diskusi, dan pelatihan pembuatan video mesatua; pemberian pendampingan dan fasilitasi unjuk kerja (showcase); serta kegiatan evaluasi dan refleksi pengalaman belajar. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pengabdian masyarakat di SMP TP 45 Sukasada, diketahui bahwa 81 % menyatakan bahwa media satua bali berbasis digital sangat cocok untuk digunakan dalam menanamkan pendidikan karakter kepada siswa. Terkait keberlanjutan program pengabdian masyarakat pendidikan karakter ini, para guru dan siswa menyatakan sangat setuju untuk dilaksanakan kembali (85,7%).