Eko Sulistijono
Department Of Pediactrics, Division Of Neonatology, Saiful Anwar General Hospital, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Majalah Kesehatan FKUB

KADAR INTERLEUKIN-4 DAN INTERLEUKIN-8 FESES NEONATUS PREMATUR YANG MENDAPAT ASI, PREDOMINAN ASI, PREDOMINAN SUSU FORMULA, DAN SUSU FORMULA Anam, Choirul; Sulistijono, Eko; Kusuma, HMS Chandra
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 1 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.546 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.01.1

Abstract

 Bayi prematur apabila usia gestasi kurang dari 37 minggu saat lahir. Strategi yang telah terbukti untuk mengurangi kejadian risiko infeksi,dan gangguan saluran pencernaan pada bayi prematur adalah konsumsi air susu ibu (ASI). Saluran cerna dipengaruhi proses regulasi sitokin proinflamasi dan antiflamasi. Hasil penelitian menunjukkan interleukin-4 dan interleukin-8 berperan pada kondisi inflamasi saluran cerna. Penelitian ini untuk membuktikan adanya perbedaan kadar interleukin 4 (IL-4) dan interleukin 8 (IL-8) pada feses neonatus prematur yang mendapatkan ASI, predominan ASI, predominan susu formula, dan susu formula (SF), serta membandingkan kadar IL-4 dan IL-8 feses yang menggunakan ASI dibandingkan predominan ASI, predominan SF, dan SF. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah bayi prematur yang dirawat di ruang Neonatologi RS. Dr. Saiful Anwar Malang selama periode Maret–April 2018,  dengan jumlah sampel 24 pasien. Hasil analisis statistik mendapatkan perbedaan yang signifikan kadar IL-4 feses (p = 0,007) dan IL-8 feses (p = 0,014) pada keempat kelompok nutrisi dengan nilai p < 0,05. Kadar IL-4 dan IL-8 feses kelompok ASI dibandingkan predominan SF dan SF didapatkan nilai p < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar IL-4 dan kadar IL-8 feses antara kelompok bayi prematur yang mendapatkan ASI, predominan ASI, predominan SF, dan SF. Kadar IL-4 feses kelompok ASI lebih tinggi dibandingkan kelompok predominan SF dan kelompok SF, dan kadar interleukin-8 feses kelompok ASI lebih rendah dibandingkan kelompok predominan SF dan SF. 
KADAR SECRETORY IMMUNOGLOBULIN A DAN HUMAN ß DEFENSIN-2 TINJA PADA NEONATUS PREMATUR YANG MENDAPAT AIR SUSU IBU SAJA, SUSU FORMULA SAJA, DAN KOMBINASINYA Primawardani, Putri; Sulistijono, Eko; Sujuti, Hidayat
Majalah Kesehatan FKUB Vol 7, No 1 (2020): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.408 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.007.01.3

Abstract

Sekretori IgA dan human ß-defensin-2 berperan penting dalam pertahanan saluran cerna. Penelitian ini bertujuan menilai SIgA dan hBD-2 tinja neonatus prematur (sebagai penanda inflamasi) terkait pemberian nutrisi. Penelitian dirancang secara cross sectional dengan 39 neonatus prematur yang dibedakan menjadi kelompok ASI saja, susu formula saja, serta kombinasinya. Kadar SIgA dan hBD-2 tinja diukur dengan   ELISA, dan dianalisis secara statistik. Kadar SIgA tinja neonatus prematur yang mengonsumsi ASI saja lebih tinggi bermakna (p < 0,005). Kadar hBD-2 pada kelompok yang mengonsumsi susu formula saja lebih tinggi namun tidak berbeda bermakna (p = 0,463) dengan kelompok kombinasi. Kesimpulan penelitian ini, kadar sIgA tinja neonatus yang mengonsumsi ASI saja lebih tinggi bermakna. Kadar human ß-defensin-2 tinja neonatus prematur yang mengonsumsi susu formula saja lebih tinggi, namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok kombinasi.
PENGARUH FAKTOR RISIKO GANGGUAN GINJAL AKUT (GnGA) NEONATAL TERHADAP STADIUM PENYAKIT DAN MORTALITAS Masroer, Muchamad; Sulistijono, Eko
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 2 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.647 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.006.02.6

Abstract

Gangguan ginjal akut (GnGA)/acute kidney injury (AKI) merupakan patologi kompleks yang ditandai oleh berbagai kondisi abnormal yang melibatkan ginjal baik primer atau sekunder. Insiden GnGA pada neonatus berkisar 2,6% sampai 25% dengan angka mortalitas 14% sampai 73%. Penelitian ini berjenis analitik observasional retrospektif dengan desain cross sectional, menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien GnGA neonatal yang dirawat di ruang perinatologi RSUD. Dr. saiful Anwar Malang periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2016. Pada 25 pasien yang terdiagnosis GnGA neonatal dilakukan penelusuran data berbagai karakteristik, faktor risiko GnGA, stadium GnGA, dan hasil akhir perawatan. Hubungan antara berbagai karakteristik maupun faktor risiko GnGA terhadap stadium GnGA sesuai kriteria nRIFLE dan mortalitas dianalisis secara statistik dengan uji korelasi dilanjutkan dengan uji regresi logistik berganda. Uji korelasi menunjukkan beberapa karakteristik dan faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan stadium GnGA sesuai nRIFLE yaitu: 1). Tempat kelahiran, 2). Syok septik, 3). Lama perawatan,  4). Kadar kreatinin serum, 5). Kadar ureum serum, 6). Laju filtrasi glomerulus (LFG), dan 7). Produksi urin terendah. Sementara  karakteristik dan faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan mortalitas yaitu: 1). Stadium GnGA nRIFLE, 2). Syok septik, 3). Gagal nafas, 4). Kadar kreatinin serum, 5). Kadar ureum serum, dan 6). LFG. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa syok septik berpengaruh terhadap stadium GnGA sesuai kriteria nRIFLE (estimate = 2,364; Wald = 5,854; p = 0,016) dan LFG berpengaruh terhadap mortalitas (koefisien B = -0,473; p = 0,04; OR 0,623 (IK95% 0,397–0,978)).  Disimpulkan bahwa faktor risiko GnGA neonatal yang berpengaruh terhadap stadium GnGA sesuai dengan kriteria nRIFLE adalah syok septik dan faktor yang berpengaruh terhadap mortalitas pasien GnGA neonatal adalah laju filtrasi glomerulus.  
PERBEDAAN KADAR CALPROTECTIN DAN HUMAN BETA DEFENSIN 2 TINJA PADA NEONATUS PREMATUR YANG MENDAPAT ASI, SUSU FORMULA, DAN KOMBINASINYA Ningsih, Rusdian Niati; Primawardani, Putri; Sulistijono, Eko; Tjahjono, Harjoedi Adji
Majalah Kesehatan FKUB Vol 7, No 2 (2020): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.463 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.07.02.4

Abstract

Insiden enterokolitis nekrotikan (EKN) berkisar 1-5% dari setiap 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian mencapai 20-30%. Pemberian nutrisi yang optimal dapat mengurangi masalah saluran cerna. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar calprotectin sebagai protein inflamasi dan human ß-defensin 2 (hBD-2) tinja sebgai peptida antimikroba pada neonatus prematur yang mengonsumsi ASI, susu formula, maupun ASI dan susu formula. Penelitian ini terdiri dari 39 sampel yang memenuhi kriteria inklusi terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu neonatus prematur yang mengonsumsi ASI saja, susu formula saja, serta kombinasi ASI dan susu formula. Kadar calprotectin dan hBD-2 tinja diukur menggunakan metode ELISA. Hasil menunjukkan rerata kadar calprotectin tinja secara signifikan lebih rendah pada kelompok neonatus prematur yang mendapat ASI saja dibandingkan kelompok susu formula saja maupun kombinasi ASI dan susu formula (p=0,00). Rerata kadar hBD-2 tinja secara signifikan lebih rendah pada kelompok neonatus prematur yang mendapat ASI saja dibandingkan kelompok susu formula saja maupun kombinasi ASI dan susu formula (p = 0,00). Kesimpulannya, kadar calprotectin dan hBD-2 tinja neonatus prematur yang mengonsumsi ASI lebih rendah dibandingkan kelompok susu formula maupun kombinasi ASI dan susu formula.Â