Johanes Cornelius Mose
Dep./KSM Obgin FK Unpad/RS Hasan Sadikin, Bandung

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Difference Duration of Labor at BC-MK15 Birth Chair with Conventional Bed in Multiparous Fitriani Fitriani; Johanes Cornelius Mose; Herry Herman
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.492 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v6i2.2847

Abstract

Prolonged labor increases the mortality and morbidity of mother and baby. The philosophy of childbirth is a natural process by taking the upright positions. The BC-MK15 birth chairs can facilitate the vertical position of the delivery mother. This study aims to analyze the difference of childbirth duration in the BC-MK15 birth chair with the conventional bed in multiparous. This research was an experimental study of posttest-only control group design. Experimented at Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar/PONED (Basic Emergency Obstetric and Neonatal Care/BEONC) Puskesmas (Public Health Center) Garuda, Puter, and Ibrahim Aji Bandung from 17 April–26 May 2017. The research samples were 30 multiparous on their first stage active phase of treatment and control group. Sampling method using a random permuted block. Birth measurements using the digital Q & Q stopwatch. The results of the duration during the active phase of first stage BC-MK15 was shorter 250.44 minutes than conventional bed 271.61 minutes (p=0.038). The second stage of the BC-MK15 birth chair was shorter 20.67±2(1.02) minutes than the conventional beds of 26.06±2(1.08) minute (p=0.001). The total duration of the labor of BC-MK15 was 269.42 minutes shorter than conventional bed 299.09 minutes (p=0.011). In conclusion, the duration of childbirth is shorter in the BC-MK15 birth chair than the conventional bed in multiparous. PERBEDAAN LAMA PERSALINAN DI KURSI PERSALINAN BC-MK15 DENGAN TEMPAT TIDUR KONVENSIONAL PADA MULTIPARAPersalinan lama meningkatkan mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi. Upaya yang dapat dilakukan sesuai filosofi persalinan adalah proses alamiah dengan memanfatkan posisi tegak. Kursi persalinan BC-MK15 dapat memfasilitasi posisi tegak pada ibu bersalin. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan lama persalinan di kursi persalinan BC-MK15 dengan tempat tidur konvensional pada multipara. Penelitian ini merupakan studi eksperimental posttest-only control group design. Sampel penelitian multipara kala I fase aktif di Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Garuda, Puter, dan Ibrahim Aji Kota Bandung. Penelitian dilakukan pada 17 April−26 Mei 2017 yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 30 sampel tiap-tiap kelompok perlakuan dan kontrol. Pengambilan sampel menggunakan random permuted block. Pengukuran lama persalinan menggunakan stopwatch digital merek Q&Q. Hasil penelitian lama persalinan kala I fase aktif kursi persalinan BC-MK15 lebih singkat 250,44 menit daripada tempat tidur konvensional 271,61 menit (p=0,038). Kala II kursi persalinan BC-MK15 lebih singkat 20,67±2(1,02) menit daripada tempat tidur konvensional 26,06±2(1,08) menit (p=0,001). Total lama persalinan kursi persalinan BC-MK15 lebih singkat 269,42 menit daripada tempat tidur konvensional 299,09 menit (p=0,011). Simpulan, lama persalinan lebih singkat pada kursi persalinan BC-MK15 daripada tempat tidur konvensional pada multipara.
Clinical Outcome of Cytomegalovirus Infection on Low Birth Weight Infants Ali Usman; Abdurachman Sukadi; Johanes Cornelius Mose
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2459.088 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v2i2.1536

Abstract

Cytomegalovirus (CMV) is a DNA virus and a marker of the herpes virus groups. This virus was found only in human and the infection occurs for a long time. The transmission of CMV infection to fetus/neonates is via congenital infections or perinatal infections. Clinical manifestation of symptomatic CMV infection of the fetus has two presentations, early and second early manifestations. Diagnosis of neonatal CMV infection may be done by serologic test based on detection of IgM of CMV infection. The objective of this study is to asses clinical outcome of CMV infection of low birth weight infants delivery with long term sequelae. An observational study was conducted since March 2010 until December 2011 in Advent and Hermina Pasteur Hospital, all subjects were low birth weight infants (LBWI). The inclusion criterias are all LBWI who were delivered in those hospital or were a referred neonates. The exclusion criterias are major congenital defect, which is not related to congenital CMV infection and neonates’ death before one week of life. Every neonate was examine both their physical and peripher blood count, glucose, Ca. Liver function test done for neonates with acute hepatitis and titre IgG and IgM CMV serial, head ultrasound serial and head CT scan/MRI used for babies with intracranial bleeding and hydrocephaly.  During the period of this study there were 50 cases of LBWI, consisted of 41 preterm babies, and 30 small for gestational age babies. Clinical manifestation of acute hepatitis were found in 20% subjects, all of them with the  elevation of liver function test. Microcephaly which occured in the first untill three weeks of life were 8%. Ventricular dilatation were 10% in the first week of life and increased up to 48% after three weeks. Cases with intracranial haemorrhage were found in 6% and 10% with cerebral calcification on head while sensorineural hearing loss were 8%. All of LBWI have 100% serorespon immune IgG. IgM CMV reactive only in 12% cases but after 3 weeks increased up to 32%. During neonatal up to infancy period, the prevalence of CMV infection in Bandung is high (12+32%:44%) with long term sequelae which are serious and can be fatal. It is urgent and important to give information about this disease to new couples, every mother and healthcare providers in fetomaternal fields to prevent  CMV infection. KELUARAN KLINIS INFEKSI CYTOMEGALOVIRUS PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH Cytomegalovirus (CMV) adalah virus DNA dan termasuk dalam kelompok virus herpes. Virus ini hanya menyerang manusia dan infeksinya berlangsung lama. Penularan CMV pada janin/neonatus dapat melalui infeksi kongenital atau infeksi perinatal. Manifestasi Infeksi CMV pada janin terdiri dari dua bentuk yaitu manifestasi awal dan lanjut. Diagnosis infeksi CMV neonatal ditegakkan dengan tes serologis berdasarkan deteksi IgM CMV. Tujuan penelitian ini adalah menilai keluaran klinis infeksi CMV pada bayi berat lahir rendah dengan gejala sisa. Penelitian observasional telah dilakukan sejak Maret 2010 sampai dengan Desember 2011 di RS Advent dan RS Hermina Pasteur pada semua bayi berat lahir rendah (BBLR). Kriteria inklusi adalah semua BBLR yang lahir di kedua RS maupun merupakan pasien rujukan. Kriteria eksklusi adalah adanya kelainan kongenital mayor yang tidak berhubungan dengan infeksi CMV kongenital dan bayi yang meninggal dalam minggu pertama. Setiap bayi dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium (hitung darah tepi, kadar glukosa dan kalsium), tes fungsi hati dilakukan pada bayi yang menderita hepatitis akut, pemeriksaan kadar IgG dan IgM CMV serial, USG kepala dan CT-scan/MRI kepala pada kasus hidrosefalus dan perdarahan intrakranial. Selama penelitian terdapat 50 kasus BBLR yang terdiri atas 41 bayi prematur, 30 bayi kecil masa kehamilan. Hepatitis akut ditemukan sebanyak 20% yang semuanya disertai peningkatan tes fungsi hati. Mikrosefali yang terjadi sampai usia 3 minggu sebanyak 8%. Dilatasi ventrikular lateralis sebesar 10% pada minggu pertama dan meningkat sebanyak 48% setelah 3 minggu. Perdarahan intrakranial sebanyak 6% dan kalsifikasi serebral 10%. Gangguan pendengaran sebanyak 8%. IgG (+) pada semua BBLR (100%). IgM CMV reaktif hanya 12% tetapi meningkat sebesar 32% setelah usia 3 minggu. Simpulan, prevalensi infeksi CMV di Bandung cukup tinggi dengan gejala sisa neurologis yang berat dan fatal selama 6 bulan postnatal, sehingga perlu diberikan informasi mengenai penyakit ini kepada pasangan baru, setiap ibu, dan petugas kesehatan di bidang fetomaternal untuk mencegah infeksi ini.
Perbedaan antara Jenis dan Derajat Kelainan Jantung serta Jenis Persalinan terhadap Outcome Ibu dan Bayi pada Kehamilan dengan Penyakit Jantung Cytta Nirmala; Johanes C Mose; Muhammad Alamsyah Aziz; Jusuf Sulaeman Effendi; Benny Hasan Purwara; Adhi Pribadi
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1719.843 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v2n1.87

Abstract

AbstrakTujuan: Penelitian ini dilakukan upaya untuk menilai karakteristik dan outcome kehamilan dengan kelainan jantung baik pada ibu dan bayi di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dari tahun 2015 sampai 2017.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik (cross-sectional). Subjek penelitian adalah semua ibu hamil dengan kelainan jantung yang menjalani persalinan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dari tahun 2015 − 2017 dengan menggunakan data sekunder. Hasil: Selama periode penelitian sebanyak 76 sampel penelitian yang diperoleh. Pada penelitian ini usia rata-rata ibu adalah 30 tahun, paling banyak pada paritas 1 dan 3 yaitu sebesar 31,6%. Usia kehamilan saat terjadi persalinan  > 37 minggu sebanyak 53,9%. Lama perawatan pasien rata-rata 7 sampai 8 hari dengan ruang rawat yang paling banyak adalah ICU sebanyak 32,9%, dan ruang rawat biasa sebesar 39.5%. Jenis kelainan jantung yang paling sering adalah kardiomiopati peripartum dan hipertensi, yaitu sebesar 42,1%. Jenis persalinan yang banyak dilakukan adalah seksio sesarea yaitu sebesar 64,5%. Penelitian ini memperoleh bahwa ibu dengan kelainan jantung yang hidup sebesar 88,2% dan meninggal sebesar 11,8% setelah menjalani persalinan.Kesimpulan: Ada perbedaan antara derajat kelainan jantung berdasarkan NYHA (New York Heart Association) dengan outcome ibu dan bayi pada kehamilan dengan kelainan jantung.Differences between Types and Degrees of Heart Disorders and Types of Labor in the Outcome of Mothers and Babies in Pregnancy with Heart DiseaseAbstractObjective: through this research conducted efforts to assess the characteristics and outcome of pregnancy with cardiac disease both in mother and infant in dr dr. Hasan Sadikin Bandung from year 2015 to 2017.Method: an observational analytic (cross-sectional) research with subjects were all pregnant women with cardiac abnormalities who underwent delivery at dr. Hasan Sadikin Bandung from 2015 to 2017 using secondary data.Results:During the research period as many as 76 samples obtained. In this study the average age of the mother is 30 years, most at parity 1 and 3 that is equal to 31.6%, age of pregnancy during labor> 37 weeks by 53.9%. The average length of patient care was 7 to 8 days with the most hospital room was ICU of 32.9% and the regular room was 39.5%. The most common types of heart disorders are peripartum cardiomyopathy and hypertensive heart disease, which is 42.1%. Type of delivery mostly by cesarean section that is equal to 64.5%. The study found that mothers with heart abnormalities were 88.2% alive and died of 11.8% after going through labor.Conclusion: There is a difference between the degree of cardiac abnormalities based on NYHA (New York Heart Association)  classification with maternal and infant outcomes in pregnancy with cardiac abnormalities.Key words: Type and Degree of Heart Abnormality, Type of Birth, Outcome of Mother and Infant
Perbedaan Kadar Vitamin D pada Wanita Usia Reproduksi Tidak Hamil dan Wanita Hamil Trimester Pertama M. Rizkar Arev Sukarsa; Radiastomo Samekta Budi; Benny Hasan Purwara; Hanom Husni Syam; Johanes Cornelius Mose; Yudi Mulyana Hidayat; R. M. Sonny Sasotya
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4684.04 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v2n1.83

Abstract

Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin D pada wanita usia reproduksi tidak hamil dan wanita hamil trimester pertama.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode rancangan Comparative Cross Sectional yaitu membandingkan kadar vitamin D pada dua kelompok yaitu wanita usia reproduksi tidak hamil dan wanita hamil trimester pertama. Subjek penelitian yaitu wanita usia reproduksi (18-35 tahun) tidak hamil dan bertempat tinggal di kota Bandung dengan wanita dengan usia kehamilan trimester pertama yang memenuhi kriteria inklusi penelitian (n=60). Pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D kemudian diperiksa dengan metode Electro-chemiluminescence immunoassay (ECLIA). Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari-April 2018.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar vitamin D rata-rata pada kelompok wanita usia reproduksi tidak hamil adalah 18,73 (6,93) ng/mL, sementara pada kelompok wanita hamil trimester pertama yaitu 13,87 (4,04) ng/mL. Perbedaan kadar rata-rata vitamin D pada kedua kelompok tersebut bermakna dengan nilai p<0,001Simpulan: Kadar vitamin D pada kelompok wanita hamil trimester pertama lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia reproduksi tidak hamilDifferences of vitamin D Level in Non-Pregnant Reproductive Age Women and First Trimester Pregnant WomenAbstractObjective: This research aims to compare differences in vitamin D levels in the group of non pregnant women of reproductive age and group of first trimester pregnant women.Method: This type of research is an observational analytic study with Comparative Cross Sectional design method that is comparing vitamin D levels in two groups: non pregnant women of reproductive age and first trimester pregnant women. Subjects of the study were women of reproductive age (18-35 years) who were not pregnant and lived in Bandung with women with first trimester gestational age who fulfilled the inclusion criteria (n=60). In both groups examined vitamin D levels and then examined by Electro-chemiluminescence immunoassay (ECLIA) method. This research was conducted at Hasan Sadikin Hospital Bandung in February-April 2018Result: The results showed that the average vitamin D level in the non pregnant women of reproductive age group was 18.73 (6.93) ng/mL, while in the first trimester pregnant women group was 13.87 (4.04) ng/mL. The difference in mean vitamin D levels in both groups was significant with p <0.001Conclusion: Levels of vitamin D in the group of first trimester pregnant women are lower than the group of non pregnant women of reproductive Key words: Vitamin D, women of reproductive age not pregnant, first trimester pregnant women
Strategi Menurunkan Kematian Ibu Karena Preeklamsi dan Eklamsi Johanes C. Mose
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 3 Nomor 1 Maret 2020
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.545 KB) | DOI: 10.24198/obgynia/v3n1.193

Abstract

Tujuan: Menyimpulkan beberapa hasil penelitian tentang preeklamsi dan upaya menurunkan kematian ibu di negara maju maupun berkembang termasuk di Indonesia dan RSHS Bandung untuk menyusun strategi menurunkan kematian ibu karena preeklamsi.Metode: Dilakukan penelitian potong silang dengan rancangan observasional analitik dengan membandingkan data ibu hamil dengan preeklamsi/eklamsi yang melahirkan di RS Hasan sadikin Bandung periode Maret sampai September 2012 (sebelum JKN) dan 1 Januari 2016 sampai 31 Desember 2017(saat JKN dilaksanakan). Data dianalisis menggunakan uji statistik chi kuadrat untuk membandingkan perbedaan dengan kemaknaan nilai p< 0,05. Hasil: Terjadi kenaikan prevalensi preeklamsi dari 15,53% sebelum JKN, menjadi 25,04% saat JKN dilaksanakan. Terjadi peningkatan prevalensi preeklmasi menurut usia ibu, usia kehamilan, paritas, tingkat pendidikan, jumlah ANC, dan penyakit penyerta hipertensi dan kelainan jantung sebelum dan saat JKN dilaksanakan.Diskusi:  Strategi menurunkan kematian ibu karena preeklamsi/eklamsi, adalah : mendukung program pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, pendidikan dan kesulitan transportasi; melaksanakan program sosialisasi kepada masyarakat tentang tanda dan gejala preeklamsi; deteksi dini kelompok risiko dan diagnosis PE dengan pengukuran tekanan darah dan proteinuria serta pemberian pencegahan dengan aspirin dosis rendah dan kalsium; pelatihan pemeriksaan Doppler arteri uterina untuk SpOG serta sosialisasi protokol pengelolaan PE, dan pelatihan ‘preeclampsia special team’ di RS rujukan.Strategies for Reducing Maternal Mortality Due to Preeclampsia and EclampsiaAbstractObjective: To compile the result of studies on preeclampsia-eclampsia and strategies to reduce its maternal mortalities conducted in western and developing countries including Indonesia and Bandung aiming at developing strategies for reducing maternal mortality due to preeclampsia and eclampsia.Method: This is a cross sectional analytic survey by taking the data from medical record to compare and analyze data of mothers with preeclampsia-eclampsia who delivered at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung from March to September 2012 (before the implementation of National Health Insurance Program-NHIP) and from January 2016 to December 2017(during the implementation of NHIP). Data was analyzed by mean of Chi-square test and significant difference criteria of p<0.05.  Result: There was a significant increase (p<0.05) in prevalence of preeclampsia before (15,53%) and during (25,04%) the implementation of NHIP. There was a significant increase (p<0.05) of incidence by maternal age, age of pregnancy, multiparity, low educational level, ANC of >4, and evidence of hypertension and cardiac complications before and during the implementation of NHIP. Discussion: The strategies for reducing maternal mortality due to preeclampsia are as follows : supporting the government programs to overcome poverty, education and transportation; socializing signs and symptoms of preeclampsia to the community; early detection of risk factors, blood pressure measurement and urine protein followed by administration of low dose aspirin and calcium tablets for prevention; training on Doppler examination of uterine arteries for OBGYN specialist and socializing standard guidelines and protocol for the management of preeclampsia; and training for a ‘preeclampsia special team’ in referral hospitals.Key words: Preeclampsia, maternal mortality, strategy for reducing maternal mortality.
Peran Sinbiotik pada Pencegahan Penyakit Alergi Johanes C. Mose
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Special Issue: Article Review
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n2s.327

Abstract

Penyakit alergi menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara maju karena angka kejadiannya semakin meningkat, saat ini tercatat sekitar 30% dari populasi. Penyakit alergi berhubungan dengan faktor genetik (keturunan) dan atau faktor lingkungan yang mengakibatkan ketidakseimbangan mikrobiota usus ( dysbiosis) dan perubahan sistem imun tubuh. Walaupun faktor genetik dapat mendasari perkembangan dari penyakit alergi, namun kecenderungan semakin meningkat kejadiannya pada 2 dekade terakhir. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya faktor lingkungan termasuk cara persalinan, penggunaan anti biotika, diet tinggi lemak dan rendah serat, rendahnya kadar asam lemak omega-3 dan defisiensi/ insufisiensi vitamin D. Pada keadaan normal, mikrobiota usus berada dalam keadaan eubiosis, berbeda dengan keadaan disbiosis akibat ketidak seimbangan komposisi dan atau fungsi mikrobiota usus, yang berhubungan dengan penyakit alergi seperti eksim, asma dan alergi makanan. Pada penyakit alergi terjadi pengurangan variasi mikrobiota termasuk laktobasilus dan bifidobakteri dalam usus bayi sebelum timbulnya gejala klinis penyakit atopia. Upaya untuk memperbaiki keseimbangan mikrobiota dengan pemberian prebiotik, probiotik atau sinbiotik merupakan strategi pencegahan penyakit alergi yang sudah banyak dilaporkan. Pelbagai penelitian intervensi sudah pernah dilakukan pada binatang maupun uji klinis pada manusia dengan menggunakan pelbagai macam prebiotik, probiotik maupun sinbiotik. Beberapa analisis sistematik sudah dilakukan dengan hasil yang kontroversial.(Synbiotics : A new Perspective to Overcome Hereditary Basis of Allergic Disease)AbstractAllergic diseases are becoming a world health problem, especially in developed countries because the incidence rate is increasing, currently recorded about 30% of the population. Allergic diseases are associated with genetic factors (heredity) and/or environmental factors that result in an imbalance of the gut microbiota (dysbiosis) and changes in the body's immune system. Although genetic factors can underlie the development of allergic diseases, the trend has increased in the last 2 decades. This can be due to the presence of environmental factors including the mode of delivery, the use of anti-biotics, a high-fat and low-fiber diet, low levels of omega-3 fatty acids and vitamin D deficiency/ insufficiency. Under normal circumstances, the gut microbiota is in a state of eubiosis, in contrast to the state of dysbiosis due to imbalance of the composition and or function of the gut microbiota, which is associated with allergic diseases such as eczema, Asthma and food allergies. In allergic diseases there is a reduction in variations of the microbiota including lactobasilus and bifidobakteri in the baby's intestines before the onset of clinical symptoms of aopia disease. Efforts to improve the balance of the microbiota with the administration of prebiotics, probiotics or synbiotics are a widely reported allergy disease prevention strategy. Various intervention studies have been conducted in animals and clinical trials in humans using a variety of prebiotics, probiotics and synbiotics. Some systematic analysis has already been done with controversial results.Key word: prebiotic, probiotic, synbiotic, allergic diseases
Perbandingan Faktor Determinan dan Luaran Preeklamsi Periode Sebelum dan Saat Program Jaminan Kesehatan Nasional Dilaksanakan Irene Leha; Johanes C Mose; Budi Handono; Anita Deborah Anwar; Zulvayanti Zulvayanti; Hanom Husni Syam
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.862 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n2.102

Abstract

AbstrakTujuan: Mencari perbedaan faktor determinan (karakteristik dan faktor risiko), morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dalam kasus preeklamsi pada periode sebelum dan saat program Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanakan.Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi cross-sectional terhadap data sekunder untuk menganalisis karakteristik faktor risiko, morbiditas dan mortalitas pada kejadian preeklamsi di RSUP Dr. Hasan Sadikin antara periode Maret−September 2012−1 Januari 2016−31 Desember 2017. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari−Mei 2018.Hasil: Didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada(usia, pasien, indikator, antenatal care, dan penyakit-penyakit)  subjek penelitian. Didapatkan peningkatan angka seksio sesarea pada kasus preeklamsi (p<0,001). Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada angka kematian ibu dengan kasus preeklamsi (p=0,366). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil luaran perinatal pada subjek penelitian dari segi skor APGAR, kejadian stillbirth dan kematian neonatal dini.Simpulan: Pada periode saat program JKN dilaksanakan terdapat perbedaan karakteristik dan faktor risiko ibu preeklamsi, serta terdapat peningkatan angka seksio sesarea. Tidak didapatkan perbedaan angka mortalitas ibu dan luaran (morbiditas dan mortalitas) bayi.Comparison of Determinant Factors and Outcome of Preeclampsia in Periods Before and When the National Health Insurance Program was ImplementedAbstractObjective: To distinguish determinant factors (characteristics and risk factors), maternal and neonatal morbidity and mortality in preeclampsia cases in periods before and when the National Health Insurance program was implemented. Method: The study design is cross sectional analyticstudy  by taking the data from medical record to analyze the determinant factor (characteristics and risk factors), morbidity and mortality of preeclampsia at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung on March−September 2012 and January 2016−December 2017. This study was conducted in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung during February-May 2018.Results: There is a significant difference (P<0.05) in characteristics and risk factor subject of research in terms of age, gestational age, parity, educational degree,  ANC, a history of hypertension and cardiovascular disorder. There is an incrising of cesarean section rate on preeclampsia cases (p<0.001).There is no  significant difference in maternal mortality and perinatal outcomes (APGAR score, stillbirth and early neonatal death). Conclusion: There are differences in determinant factor (characteristics and risk factors) preeclampsia when the National Health Insurance program was implemented. There was no difference in maternal mortality and perinatal outcomes.Key words: preeclampsia, National Health Insurance, maternal and perinatal outcome
Hubungan antara Kadar Hemoglobin dan Jumlah Leukosit dengan Kejadian Prematuritas di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Idham Rizali Saleh; Johanes C. Mose; Budi Handono
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 4 Nomor 2 September 2021
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n2.282

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui adanya hubungan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit maternal dengan kejadian prematuritas di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode: Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studi potong-lintang. Subjek penelitian adalah pasien dengan persalinan pada kehamilan usia 24–42 minggu di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2019 yang berjumlah 82 pasien. Dilakukan pengumpulan data dari rekam medis pasien berupa usia kehamilan, kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan faktor perancu berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Hubungan antara kadar hemoglobin dan jumlah leukosit dengan persalinan prematur dianalisis statistik dengan uji Chi-square. Variabel-variabel perancu akan dikendalikan melalui analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit dengan terjadinya persalinan prematur (p<0,05). Hasil analisis dengan uji regresi logstik menunjukkan bahwa tetap terdapat hubungan bermakna antara kadar hemoglobin (OR 0,27; p<0,05) dan kadar leukosit (OR 3,60; p<0,05) dengan persalinan prematur setelah dilakukan pengendalian faktor perancu. Kesimpulan: Kadar hemoglobin dan kadar leukosit memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian persalinan prematur tanpa dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Associated Between Hemoglobin and Leukocytes Levels with the Incidence of Prematurity in Dr. Hasan Sadikin General Hospital BandungAbstract Objective: To examine whether an association exists between maternal hemoglobin and leukocyte level and the risk of preterm delivery in Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung. Method: An analytical cross-sectional study involving 82 pregnant women who delivered at 24 – 42 weeks gestation at Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung in January – December 2019 was conducted. Gestational age, maternal hemoglobin level, maternal leukocyte level, and confounding factors including age, education level, and parity data were collected from patients’ medical records. The association between maternal hemoglobin and leukocyte level with the risk of preterm delivery was analyzed using Chi-Square test. Multiple logistic regression models were used to control for confounding variables. Result: Maternal hemoglobin and leukocyte level were significantly associated with the risk of preterm delivery (p<0.05). Multiple logistic regression models showed that the associations between maternal hemoglobin level (OR 0.27; p<0.05) and maternal leukocyte level (OR 3.60; p<0.05) with the risk of preterm delivery were still significant after adjusting for confounding variables. Conclusion: Maternal hemoglobin and leukocyte level were significantly associated with the risk of preterm delivery after adjusting for age, education level, and parity. Key word: Hemoglobin, Prematuritas, Leukocyte.
Fetal Programming pada Gangguan Mental Emosional: Tantangan Generasi Emas 2045 Johanes C. Mose
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 5 Nomor 1 Maret 2022
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v5n1.374

Abstract

Pada hari-hari terakhir ini media sosial kita dibanjiri oleh banyak berita tentang pelbagai tindakan kekerasan baik verbal maupun fisik yang membuat kegaduhan dan kecemasan, baik di ruang publik antar anggota masyarakat, diruang privat instansi swasta atau pemerintah, maupun antar elit masyarakat. Fenomena ini menjurus pada pembenaran hipotesis tentang ‘masyarakat kita sedang sakit’. Hal ini sejalan dengan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020 yang di sampaikan oleh Kementrian Kesehatan RI 2021, yaitu tentang ‘Gangguan Mental Emosional’. Kelainan ini adalah suatu kondisi yang mengindikasikan seseorang mengalami perubahan psikologis yang mungkin merupakan sebuah kondisi normal, tetapi dapat juga merupakan kondisi patologis.Berdasarkan laporan hasil Riskesdas 2018 diketahui prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia sebesar 9,8%. Hal tersebut menunjukkan masih tingginya masalah gangguan mental emosional di Indonesia.
Phaleria Macrocarpa’s Extract Inhibits Autophagy Probably Through TNF-α in HUVEC Cell Culture Leo Jumadi Simanjuntak; M. Fidel Ganis Siregar; Johanes C. Mose; Sarma N. Lumbanraja
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 2 September 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2084.573 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v2n2.130

Abstract

Objective: This study aimed to determine the effects of Phaleria macrocarpa’s extract on TNF-α and LC3-II level and their correlation in preeclampsia-induced HUVEC. Method: This study used HUVEC culture as an in vitro model and Phaleria macrocarpa’s extract, widely used as an anti-inflammation and antioxidant.Result: Phaleria macrocarpa’s extract reduce TNF-α level siginificantly at concentration of 7.813μg/mL and at 62.5μg/mL reduce TNF-α level to normal level. There was no significant decrease and  reduction to normal level in LC3-II. TNF-α has a strong positive correlation with LC3-II (r=0.958), that reduced TNF-α level will decrease LC3-II levels, where a decrease in TNF-α level of 1pg/mL will reduce LC3-II levels by 0.413pg/mL.Conclusion: Thus, Phaleria macrocarpa’s extract might be used to overcome endothelial dysfunction and autophagy in preeclampsia.Ekstrak Phaleria macrocarpa Menghambat Otofagi Melalui TNF-α Pada Kultur Sel HUVECAbstrakTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak Phaleria macrocarpa pada inflamasi dan otofagi pada sel endotel dengan mengukur kadar TNF-α dan LC3-II pada HUVEC yang diinduksi serum preeklampsia.Metode: Penelitian ini menggunakan kultur HUVEC sebagai model in-vitro yang banyak digunakan untuk memelajari patogenesis preeklampsia. Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl juga dikenal sebagai Mahkota Dewa secara luas digunakan sebagai anti-inflamasi dan antioksidan Hasil: Hasil menunjukkan ekstrak Phaleria macrocarpa menurunkan kadar TNF-α secara signifikan pada konsentrasi 7.813 μg/mL dan konsentrasi 62.5 μg/mL menurunkan kadar TNF-α ke kadar normal. Tidak terdapat penurunan signifikan rerata kadar LC3-II antara kontrol dan model PE dan dibutuhkan ekstrak Phaleria macrocarpa pada konsentrasi lebih dari 250 μg/mL untuk menurunkan kadar LC3-II pada model preeklamsia ke kadar hamil normal. Kadar TNF-α memiliki korelasi positif yang bermakna dengan LC3-II dengan tingkat korelasi sangat kuat (r = 0.847), dimana penurunan kadar TNF-α sebesar 1 pg/mL akan menurunkan kadar LC3-II sebesar 0.413 pg/mL.Kesimpulan: Dengan demikian, ekstrak Phaleria macrocarpa dapat digunakan untuk mengatasi disfungsi endotel dan otofagi pada preeklampsia.Kata kunci: Phaleria Macrocarpa, Preeklampsia, HUVEC, TNF-α, LC3-II