Tryando Bhatara
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Potensi Ekstrak Air Daun Sirsak sebagai Penurun Kolesterol dan Pengendali Bobot Badan Lelly Yuniarti; Miranti Kania Dewi; Uci Ary Lantika; Tryando Bhatara
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.893 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.82-87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak air daun sirsak terhadap bobot badan dan kadar kolesterol darah. Penelitian ini menggunakanrancangan acak lengkap dengan 5 kelompok perlakuan masing-masing sebanyak 3 ulangan. Hewan coba berupa tikus galur Wistar sebanyak 15 ekor dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberikan ekstrak air daun sirsak dengan dosis 200 mg/kgBB, 400mg/kgBB, kontrol positif, kontrol negatif, dan kontrol normal. Rerata bobot badan dan kadar kolesterol kemudian dianalisis menggunakan Sapphiro Wilk test, ANOVA dan Kruskall Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kelompok yang diberikan ekstrak daun sirsak memiliki efek menghambat peningkatan bobot badan jika dibandingkan dengan kontrol normal, sedangkan untuk kadar kolesterol darah didapatkan bahwa seluruh kelompok perlakuan menunjukkan kadar kolesterol darah yang sama dengan kelompok yang diberikan simvastatin. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ekstrak air daun sirsak memiliki efek mengendalikan bobot badan dan kolesterol darah. Efek terhadap kolesterol darah serupa dengan simvastatin, karena ekstrak air daun sirsak mengandung fl avonoid yang mempunyai efek menghambat enzim HMG CoA reduktase, serupa dengan mekanisme kerja simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol darah.
Primary Hippocampal Cell Culture and Its Application in Medical Researches Nur Atik; Alfya Nandika; Erda Avriyanti; Tryando Bhatara; Raden Angga Kartiwa
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.69 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i1.4245

Abstract

Studies in neuroscience can be performed in vitro and in vivo. In vivo studies will show significant results, but it is difficult to do and time-consuming. Primary hippocampal cell culture widely has used in neurobiological studies such as identifying the cellular mechanism of proteins, neuronal activity, and characteristics. The results of studies conducted on this cell culture will be very useful in discovering pathogenesis of a disease, the effect of a substance on the neuron, and neural basis of memory and learning. However, currently in Indonesia, primary hippocampal cell culture is still rare and difficult to do. The purpose of this study was to demonstrate that primary hippocampal cell culture can be done and developed in Indonesia and to review the application of it in medical researches. The study was an experimental study by obtaining neurons from animal’s hippocampus was conducted in 2015–2018 at Department of Cell Biology, Graduate School of Medicine Osaka University and Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran. The experimental animal was mice embryo gathered 17.5-days postcoitus. Enzymatic and mechanical methods collected primary hippocampal cells. The cells counted and cultured, which later were observed to see neuron differentiation. The average number of culture cells from 3 embryonic’s hippocampus were 2.39×106. Neuron differentiation observed on the first day and more visible and numerous on the third day after plating. In conclusion, primary hippocampal cell culture using hippocampus from one hemisphere of embryonic mice brain showed a sufficient number of cells to carry out research and showed neuron differentiation. KULTUR SEL PRIMER HIPOKAMPUS DAN PENGGUNAANNYA DALAM RISET KEDOKTERANPenelitian dalam neurobiologi dapat dilakukan secara in vitro dan in vivo. Penelitian secara in vivo sangat berdampak hasilnya, namun sulit dan memakan waktu yang lama. Kultur sel primer hipokampus banyak digunakan dalam penelitian neurobiologi seperti melihat mekanisme protein seluler, serta aktivitas dan karakteristik neuron. Hasil penelitian yang dilakukan pada kultur sel ini akan sangat bermanfaat dalam menemukan proses suatu penyakit, efek suatu zat terhadap sel saraf, dan kemampuan belajar serta memori. Akan tetapi, saat ini di Indonesia kultur sel primer hipokampus masih jarang dan sulit dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan bahwa kultur sel hipokampus primer dapat dilakukan dan dikembangkan di Indonesia, serta meninjau penerapannya dalam riset kedokteran. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan mengoleksi neuron dari hipokampus hewan coba yang dilakukan pada tahun 2015–2018 di Department of Cell Biology, Graduate School of Medicine Osaka University dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hewan coba berupa embrio mencit hari ke-17,5 pascakoitus. Sel primer hipokampus dikoleksi untuk dihitung dan dikultur menggunakan metode enzimatik dan mekanik. Observasi neuron pada kultur dilanjutkan dengan mengamati diferensiasi neuron. Rerata jumlah sel kultur dari 3 hipokampus adalah 2,39×106. Diferensiasi neuron sudah tampak pada hari pertama dan makin jelas serta tampak pada hari ketiga pascapenanaman. Simpulan, kultur sel primer hipokampus menggunakan hipokampus dari salah satu sisi hemisfer otak menunjukkan jumlah sel yang cukup untuk melakukan suatu penelitian dan menunjukkan diferensiasi dari neuron.
Perinatal Al-Quran Sound to Novel Object Recognition Memory and Hippocampal Cell Count Tryando Bhatara; Achadiyani Achadiyani; Uni Gamayani; Herry Herman
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 6, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.875 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v6i3.3748

Abstract

Al-Quran sound as auditory stimulation may influence the development of systems related to memory. This study aimed to investigate the effect of Al-Quran acoustic stimulation to novel object recognition (NOR) memory and amount of hippocampal formation cells at postnatal day (PND) 21 Wistar rats. This study was conducted in September 2016 to January 2017. Adult Wistar rats divided into intervention and control groups were bred at Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung. Rat pups in the intervention group were exposed to Quranic sound from postcoital day 0 to the PND 20. Rats of PND 20 was involved in the NOR test by documenting the value of the duration of exploration of the familiar and novel object. The rats’ brains were extracted and processed at Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran for cell counting of hippocampal formation stained with hematoxylin-eosin. The results displayed a higher value of D1 (exploration time difference) and a total number of hippocampal formation cells in the Al-Quran groups. These results can be related to the role of the Quranic voice in suggesting higher learning aspects, activating neurogenesis or cell survival transcription factors. However, there was no difference in discrimination index (DI) value between groups which could be indicating inadequate habituation period, interval, testing age, or stress factors. Numerous limitations from this field of research suggest that the biological role of sound stimulation is still in its early stages of development. In conclusion, exposure to perinatal Al-Quran sound may serve as stimulation which enhances learning, memory, neurogenesis or cell survival of hippocampal formation. SUARA AL-QURAN PERINATAL PADA MEMORI NOVEL OBJECT RECOGNITION DAN JUMLAH SEL HIPOKAMPUSSuara Al-Quran sebagai stimulasi pendengaran diperkirakan dapat memengaruhi perkembangan sistem tubuh terkait memori. Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh stimulasi suara Al-Quran terhadap memori novel object recognition (NOR) dan jumlah sel formasi hipokampus pada tikus Wistar 21 hari setelah lahir (postnatal day/PND). Penelitian ini dilaksanakan pada September 2016 sampai Januari 2017. Tikus Wistar dewasa yang dibagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol dibiakkan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Anak tikus Wistar dipaparkan dengan suara Al-Quran sejak hari postcoital 0 sampai anak tikus lahir dan berumur 20 hari setelah lahir (PND 20). Tikus PND 20 dilibatkan dalam tes NOR dengan dokumentasi nilai durasi eksplorasi objek lama dan baru. Otak tikus diproses di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk penghitungan jumlah sel formasi hipokampus dengan pewarnaan hematoxylin-eosin. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai D1 (perbedaan durasi eksplorasi objek lama–baru) dan jumlah sel formasi hipokampus lebih tinggi pada kelompok perlakuan dengan Al-Quran. Hasil tersebut dapat terkait dengan peran suara Al-Quran dalam aktivasi faktor pertumbuhan atau transkripsi. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna pada nilai indeks diskriminasi antarkelompok yang dapat terkait dengan faktor stres atau kurangnya periode habituasi atau periode uji. Berbagai keterbatasan penelitian ini serta riset di bidang stimulasi embriologi mengindikasikan bahwa peran biologis suara Al-Quran masih harus diteliti lebih lanjut. Simpulan, paparan suara Al-Quran perinatal dapat berlaku sebagai stimulasi yang meningkatkan pembelajaran, memori, neurogenesis atau ketahanan sel formasi hipokampus.
Karakteristik Tanda Kardinal Penyakit Skabies pada Santri di Pesantren Yara Yuani Putri; Ratna Dewi Indi Astuti; Tryando Bhatara
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.5716

Abstract

Skabies merupakan suatu penyakit infeksi kulit yang menular. Penyakit ini dapat ditegakkan dengan menemukan dua dari empat tanda kardinal, yaitu gatal pada tempat predileksi terutama di malam hari, mengenai sekelompok orang, terdapat lesi terowongan pada kulit dan ditemukan tungau pada kerokan kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik tanda kardinal penyakit skabies. Penelitian dilakukan di salah satu pesantren di Bandung dari bulan Maret sampai Oktober 2019. Subjek penelitian ini adalah penderita skabies sebanyak 43 orang. Penelitian ini bersifat deskriptif dan data dianalisis dengan analisis univariat. Pemeriksaan terowongan dilakukan dengan burrow ink test dan kerokan lesi dilakukan dengan teknik adhesive tape. Hasil penelitian menggambarkan bahwa papul merupakan morfologi lesi yang paling banyak ditemukan (86%), lokasi lesi terbanyak ditemukan di sela-sela jari (65%), hasil pemeriksaan positif pada burrow ink test sebanyak 14% dan keseluruhan adhesive tape test menunjukkan hasil negatif. Terowongan dan tungau sulit ditemukan pada penderita skabies disebabkan oleh kerusakan kulit karena garukan dan jumlah tungau yang sedikit.CHARACTERISTICS OF CARDINAL SIGNS OF SCABIES IN SANTRI AT ISLAMIC BOARDING SCHOOLSScabies is a contagious skin infection. This disease can be diagnosed by finding two of the four kardinal signs, namely itching at the site of predilection, especially at night, concerning a group of people, the presence of tunnel lesions in the skin and the discovery of mites in skin scrapings. This study aims to determine the characteristics of kardinal signs in scabies. The study was conducted at one pesantren in Bandung from March to October 2019. Subjects in this study were 43 person with scabies. Tunnel checks are performed with a burrow ink test and lesion scrapings are carried out using an adhesive tape technique. The data of this descriptive research are analyzed by univariate analysis. The results showed that papules were the most common lesion morphology (86%), most lesion locations were found between fingers (65.1%), positive examination results on the burrow ink test were 14% and all adhesive tape test showed results negative. Tunnels and mites are difficult to find in people with scabies due to skin damage due to scratching and a small amount of mites.
Pengaruh Jahe ( Zingiber Officinale ) terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Alfaritzi Rusli; Herri Sastramihardja; Tryando Bhatara
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 4, No 1 (2022): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v4i1.9467

Abstract

One of the most often grown and utilized medicinal plants is ginger (Zingiber officinale). The essential oils as well as starch in ginger comprise a bioactive compound called Gingerol, Shogaol, Paradol, Zingiberol, and Zingiberin, which has a wide range of effects. In order to find out how ginger (Zingiber Officinale) affects blood glucose level in individuals with type 2 diabetes mellitus, researchers conducted a scoping review. Scoping review was used in this study to gather data from a variety of sources. Glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus were analyzed using samples from international journals on the topic. There were 64,037 articles found in various databases, such as PubMed, ScienceDirect, Springer Link, and Proquest. Six articles were found to be suitable for screening and feasibility testing. As evaluated by blood samples, patients with type 2 diabetes mellitus who ingested ginger had lower levels of HbA1C and insulin sensitivity than those who didn't consume ginger, a scoping analysis of six papers found that ginger ( Zingiber Officinale ) affects to reduce blood glucose level in individuals with type 2 diabetes mellitus, according to the majority of research.
Scoping Review: Hubungan Kontrol Glikemik (HbA1C), Durasi Penyakit, dan Profil Lipid pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan Kejadian Neuropati Diabetik Salma Kautsar Rachman; Tryando Bhatara; Eka Hendryanny
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7340

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik kronik yang menjadi salah satu penyakit dengan prevalensi dan insidensi tinggi setiap tahun di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menjadi masalah yang lebih serius ketika terjadi komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati, salah satunya neuropati diabetik. Neuropati diabetik dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain kontrol glikemik yang buruk, durasi penyakit, dan kadar profil lipid yang abnormal. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan kontrol HbA1c, durasi menderita diabetes, dan profil lipid dengan kejadian neuropati diabetik. Pencarian sistematis scoping review menggunakan 12 artikel penelitian yang diperoleh dari beberapa database jurnal, yaitu PubMed dan Science Direct yang dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2020. Hasil yang didapatkan adalah dari enam artikel penelitian yang melaporkan hubungan antara HbA1c dan kejadian neuropati diabetik. Didapatkan lima artikel penelitian yang melaporkan hubungan antara durasi menderita diabetes dan kejadian neuropati diabetik. Didapatkan empat artikel penelitian yang melaporkan hubungan antara profil lipid dan kejadian neuropati diabetik. Simpulan dari 12 artikel penelitian tersebut adalah terdapat hubungan kontrol glikemik, durasi menderita diabetes, dan profil lipid dengan kejadian neuropati diabetik. SCOPING REVIEW: RELATIONSHIP OF GLYCEMIC CONTROL (HBA1C), DISEASE DURATION, AND LIPID PROFILE IN TYPE II DIABETES MELLITUS PATIENTS WITH DIABETIC NEUROPATHYDiabetes is a chronic metabolic disorder that is a disease with a high prevalence and incidence every year throughout the world, including in Indonesia. This disease becomes a more serious problem when there are complications, one of which is diabetic neuropathy. Diabetic neuropathy can occur due to various factors, including poor glycemic control, duration of diabetes, and abnormal levels of lipid profiles. This study aims to determine the relationship between HbA1c control, duration of diabetes, and lipid profile with the incidence of diabetic neuropathy. The scoping review systematic search used 12 research articles obtained from several journal databases, such as PubMed and Science Direct lasts from October–November 2020. The results of the articles are there were six articles that reported an association between glycemic control and the incidence of diabetic neuropathy. There were five articles that reported an association between the duration of suffering from diabetes and the incidence of diabetic neuropathy. There were four articles that reported an association between lipid profiles and the incidence of diabetic neuropathy. The conclusions of the 12 articles are there is an association of glycemic control, duration of diabetes, and lipid profile with the incidence of diabetic neuropathy.
Pengaruh Tingkat Stres terhadap Kebiasaan Meminum Alkohol pada Remaja dan Dewasa: Kajian Pustaka Shahnaz Salsabilla Putri; Nuzirwan Acang; Tryando Bhatara
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1181

Abstract

Abstract. Stress is the body's response to the demands of a non-specific one. In dealing with stress one can also use the way of coping stress that is divided into two, there is emotional stress coping for example individuals cope with emotions when stressed, and there are coping stress problems where individuals tend to want to find the cause of stress appears and then solves it. Aspects of coping strategies of Emotion – focused coping include acceptance, something full of stress is a situation that forces him to overcome the problem, which allows the individual to find a way to handle it. Where you can use alcoholic beverages. Stress can trigger teenagers or adults to consume alcoholic beverages because when stressed a person's body will release the hormone cortisol, when drinking alcohol then alcohol will be a depressant for the central nervous system, so that when drinking alcohol teenagers and adults can feel a momentary loss of stress. The writing of this article is a literature study that aims to provide information about the influence of a person's stress levels on his drinking habits. Abstrak. Stress merupakan respon dari tubuh terhadap tuntutan dari yang non spesifik. dalam menghadapi stres seseorang juga dapat menggunakan cara coping stress yang dibagi menjadi dua, ada coping stress emosi contohnya individu mengatasi emosinya ketika stres, dan ada coping stress problem dimana individu cenderung ingin mencari penyebab stresnya muncul lalu menyelesaikannya. Aspek aspek strategi coping dari Emotion – focused coping antara lain ada berupa Penerimaan, sesuatu yang penuh dengan stres merupakan suatu keadaan yang memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut, yang memungkinkan individu mencari cara untuk menanganinya. Dimana bisa menggunakan minuman beralkohol. Stres bisa memicu remaja ataupun orang dewasa mengonsumsi minuman alkohol karena saat stres tubuh seseorang akan melepaskan hormon kortisol, ketika meminum alkohol maka alkohol akan menjadi depresan untuk sistem saraf pusat, sehingga ketika meminum alkohol remaja dan dewasa dapat merasakan hilangnya stres secara sesaat. Penulisan artikel ini merupakan suatu kajian pustaka yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang pengaruh dari tingkat stres seseorang terhadap kebiasaan meminum alkoholnya.
Scoping Review: Pengaruh Jahe (Zingiber Officinale) terhadap Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 secara Umum Alfaritzi Rusli; Herri Sastramihardja; Tryando Bhatara
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1204

Abstract

Abstract. Type 2 diabetes mellitus is by definition defined as a disease characterized by high levels of glucose in the blood caused by cells becoming insensitive to insulin. There is a type of treatment for type 2 diabetes mellitus that uses traditional raw materials, namely ginger as a complementary therapy. Ginger has a very important role in type 2 diabetes mellitus because ginger contains volatile oil which contains about 0.5 to 5% and contains several substances such as zingiberin, shogaol, gingerol, d-camphen, methyl heptanon, zingiberol and in addition to Essential oils contain starch which contains gingerin, oleoresin, resin, and organic acids. This type of research was carried out using the scoping review method with the main aim of knowing the effect of ginger on type 2 diabetes mellitus. From the results obtained, it was found that consuming ginger about 3 grams / day for approximately 3 months can significantly reduce HbA1c and blood sugar and there is a decrease in fasting serum insulin in patients with type 2 diabetes mellitus. Based on the discussion in this study, the researchers concluded The results showed that there was an effect of ginger (Zingiber Officinale) on type 2 diabetes mellitus in general. Abstrak. Diabetes mellitus tipe 2 secara definisi diartikan menjadi penyakit yang ditunjukkan dengan keadaan tingginya kandungan glukosa di dalam darah yang disebabkan oleh sel yang menjadi tidak sensitf terhadap insulin. Terdapat jenis dari pengobatan diabetes mellitus tipe 2 yang menggunakan bahan baku tradisional, yaitu jahe sebagai terapi komplementer. Jahe memiliki kandungan yang sangat berperan terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 karena di dalam jahe terdapat kandungan minyak atsiri yang terkandung sekitar 0,5 sampai 5% dan berisi beberapa zat seperti zingiberin, shogaol, gingerol, d-camphen, methyl heptanon, zingiberol dan selain minyak atsiri terdapat kandungan pati yang di dalamnya terdapat gingerin, oleoresin, dammar, serta asam organik. Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode scoping review dengan tujuan utama nya untuk mengetahui pengaruh dari jahe terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2. Sampel penelitian ini berjumlah 5 jurnal yang telah dilakukan penyaringan data dan berasal dari 4 database yaitu PubMed, Science Direct, ProQuest, dan SpringerLink. Dari hasil penelitian yang didapat, ditemukan bahwa mengkonsumsi jahe sekitar 3 gram/hari selama kurang lebih 3 bulan dapat menurunkan HbA1c dan gula darah secara signifikan serta terdapat penurunan pada serum insulin puasa pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh dari jahe ( Zingiber Officinale ) terhadap penyakit diabetes mellitus tipe 2 secara umum.
Gambaran Kejadian Miopia di SMAN 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi Ghiffari Muhammad Suriadi; Dicky Santosa; Tryando Bhatara
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6129

Abstract

Abstract. Myopia is a refractive disorder due to axial elongation of the eyeball, occurs when the image of a distant object is focused in front of the retina. According to the American Academy of Ophthalmology 2021, myopia is marked by blurring of distant objects and clearly visible objects near, according to WHO, in 2019 the prevalence of myopia reached 53% in Asia-Pacific and increased in high school students around 84.89%. This study aims to determine the incidence of myopia in students of SMAN 1 Cibadak, Sukabumi Regency. The sample selection technique for this study used probability sampling, with 92 research subjects. This study used an observational method with a cross-sectional approach. Data collection was carried out using an eye examination by a refractionist using an autorefractometer and Snellen chart. The results of this study showed that 65 students (70.4%) had myopia and 27 students (29.3) did not have myopia. The relatively high percentage of myopia associated with students at SMAN 1 Cibadak, Sukabumi Regency, can cause muscle tension, as well as activities that force the eyes to work in a monotonous manner for a long time and at close range, resulting in the eyes continuously accommodating. Keywords: high school students, myopia, refractive error Abstrak. Miopia merupakan kelainan refraksi akibat pemanjangan aksial bola mata, terjadi ketika bayangan benda jauh terfokus di depan retina. Menurut American Academy of Ophthalmology 2021 miopia ditandai dengan kaburnya objek yang jauh dan objek dekat terlihat dengan jelas, menurut WHO pada tahun 2019 prevalensi miopia mencapai 53% di Asia–pasifik dan meningkat pada siswa SMAN sekitar 84,89%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian miopia pada siswa SMAN 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Teknik pemilihan sampel penelitian ini menggunakan probability sampling, dengan subjek penelitian sebanyak 92 orang. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan data dilakukan menggunakan pemeriksaan mata oleh refractionist menggunakan autorefractometer dan snellen chart. Hasil penelitian ini menunjukkan siswa yang mengalami miopia sebanyak 65 orang (70,4%) dan tidak miopia sebanyak 27 orang (29,3). Persentase terjadinya miopia berkaitan dengan siswa SMAN 1 Cibadak Kabupaten Sukabumi yang relatif tinggi dapat menyebabkan ketegangan otot, serta aktivitas memaksa mata untuk bekerja secara monoton dengan waktu yang lama dan jarak yang dekat sehingga berakibat pada mata yang terus menerus berakomodasi. Kata Kunci: kelainan refraksi, miopia, siswa SMA.
Perbandingan Gambaran Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Wistar (Rattus Novergicus) Menggunakan Bubuk Kopi dengan Bubuk Kafein Muhammad Rifky Dzikrillah; Hendro Sudjono Yuwono; Tryando Bhatara
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 3 No. 1 (2023): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v3i1.6462

Abstract

Abstract. Coffee is a mixture of several complex chemicals that play a role in several bioactivities in coffee. Coffee can be used as a topical wound dressing for acute and chronic wounds, the content of caffeine and chlorogenic acid in coffee have anti-inflammatory and antioxidant effects that can suppress reactive oxygen species which has the effect of accelerating wound healing in the inflammatory phase. The research was conducted in August. This research is an experimental type research conducted in the laboratory with an in vivo preclinical experimental design that compares the appearance of wound healing in Wistar rats (Rattus novergicus) using robusta coffee powder and caffeine powder. The rats used in this study were about 24 rats. In this study, rats were divided into two coffee and caffeine treatment groups and two positive and negative control groups. In one group consists of 6 rats. The study was conducted for 1 week by assessing the description of wound healing through indicators; 1) dryness of the wound, 2) assessment of the wound edges (hyperemic or not), and 3) wound size. Data were obtained by observing the progress of wound healing in rats. Based on the results of statistical tests using one way ANOVA and Kruskall Wallis, the results showed that there was no significant difference in wound healing in the coffee and caffeine groups. This result is likely due to the influence of several factors such as; bandage sticking, stress, temperature, doses exceeding the LD50, excessive vasodilation, and disease in rats during the study period Abstrak. Kopi merupakan campuran beberapa bahan kimia kompleks yang berperan dalam beberapa bioaktivitas dalam kopi. Kopi dapat menjadi topical wound dressing untuk luka akut maupun kronis. Kandungan kafein, dan asam klorogenat dalam kopi memiliki efek anti-inflamasi dan antioksidan yang dapat menekan dari reactive oxygen species yang efeknya mempercepat penyembuhan luka pada fase inflamasi. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus. Penelitan merupakan penelitian jenis eksperimental yang dilakukan di laboratorium dengan rancangan eksperimental preklinik in vivo yang membandingkan gambaran penyembuhan luka sayat pada subjek tikus wistar (Rattus novergicus) dengan menggunakan bubuk kopi robusta dan bubuk kafein. Tikus yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24 ekor tikus. Dalam penelitian tikus terbagi menjadi dua kelompok perlakuan kopi dan kafein serta dua kelompok kontrol positif dan negatif. Dalam satu kelompok terdiri dari 6 tikus. Penelitian dilakukan selama 1 minggu dengan menilai gambaran penyembuhan luka melalui indikator; 1) kekeringan luka, 2) penilaian tepi luka (hiperemis atau tidak), dan 3) ukuran luas luka. Data diperoleh dengan memantau proses penyembuhan luka pada tikus. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan one way anova dan kruskall wallis di dapatkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan pada penyembuhan luka pada kelompok kopi maupun kelompok kafein. Hasil ini kemungkinan dikarenakan pengaruh dari beberapa faktor seperti; perban menempel, stres, suhu, dosis yang melebihi LD50, vasodilatasi yang berlebih, dan penyakit yang menimpa tikus pada masa penelitian