Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENDAMPINGAN KELOMPOK TANI ”PASIR PUTIH” DALAM MEWUJUDKAN DESA EKAS BUANA SEBAGAI LUMBUNG BIBIT RUMPUT LAUT NUSA TENGGARA BARAT Mursal Ghazali; Rina Kurnianingsih; Nurhayati Nurhayati; Sunarpi Sunarpi
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 4, No 5 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.385 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v4i5.2950

Abstract

Abstrak: Rumput laut merupakan komoditi laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi, karena kandungan senyawa hidrokoloid seperti karagenan, agar dan alginat. Oleh sebab itu, pemerintah mengembangkan kawasan Minapolitan sebagai pusat budidaya rumput laut. Salah satu kawasan minapolitan tersebut adalah sentra budidaya rumput laut Teluk Ekas. Pengembangan budidaya rumput laut pada beberapa tahun terakhir memiliki banyak masalah, salah satunya adalah ketersediaan bibit. Oleh sebab itu,  perlu dilakukan transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui program IPTEK bagi masyarakat dengan memberikan pendampingan kepada kelompok tani Pasir Putih yang ada di Desa Ekas, Lombok Timur. Tujuan pelaksanaan pengabdian ini adalah untuk mewujudkan Desa Ekas Buana sebagai lumbung bibit rumput laut Nusa Tenggara Barat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilakukan berbagai pendekatan diantaranya (1) Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang teknologi budidaya yang akan diterapkan, (2) Membuat demplot percobaan, (3) Analisa hasil demplot dan (4) Pendampingan kelompok mitra. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan bahwa pendampingan yang dilakukan terhadap kelompok tani Pasir Putih mampu menginisiasi Desa Ekas Buana sebagai lumbung bibit rumput laut Nusa Tenggara Barat. Hal ini dibuktikan dengan pemenuhan permintaan bibit oleh petani lain di Teluk Ekas. Selain itu, hasil panen rumput laut dapat memenuhi permintaan sentra budidaya lain seperti Teluk Serewe, Gerupuk dan Pengantap. Abstract: Seaweed is a marine commodity that has high economic value, due to the content of hydrocolloid compounds such as carrageenan, agar, and alginate. Therefore, the government is developing a Minapolitan area as a center for seaweed cultivation. One of the Minapolitan areas is the Ekas Bay seaweed cultivation center. The development of seaweed cultivation in recent years has had many problems, one of which is the availability of seeds. Therefore, a knowledge and skill transfer was carried out through a science and technology program for the community by assisting the Pasir Putih farmer groups in Ekas Village, East Lombok. The purpose of this service is to realize Ekas Buana Village as a granary for seaweed seeds in West Nusa Tenggara. To achieve this goal, various approaches were carried out including (1) Providing socialization to the community about the cultivation technology to be applied, (2) Creating experimental demonstration plots, (3) Analyzing the results of the demonstration plot and (4) Assisting partner groups. The results of this community service show that the assistance provided to the Pasir Putih farmer group was able to initiate Ekas Buana Village as a granary for seaweed seedlings in West Nusa Tenggara. This is evidenced by the fulfillment of the demand for seeds by other farmers in Ekas Bay. Besides, the seaweed harvest can meet the demands of other cultivation centers such as Teluk Serewe, Gerupuk, and Pengantap.
PELATIHAN TEKNIK DASAR KULTUR JARINGAN TUMBUHAN Rina Kurnianingsih; Mursal Ghazali; Siti Rosidah; Aida Muspiah; Sri Puji Astuti; Aluh Nikmatullah
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 4, No 5 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.659 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v4i5.3049

Abstract

Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra pengabdian tentang teknik kultur jaringan tanaman. Kegiatan pelatihan dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama, penyampaian materi tentang konsep dasar kultur jaringan, kebutuhan peralatan dan bahan, media, zat pengatur tumbuh, kondisi lingkungan tumbuh, tahapan kultur jaringan dan macam-macam teknik kultur in vitro. Sesi kedua, praktek teknik kultur jaringan di laboratorium meliputi pengenalan laboratorium,alat dan bahan beserta fungsinya, multiplikasi (perbanyakan) tunas anggrek in vitro, kultur kalus, kultur embrio dan kultur mata tunas dengan sistem single node. Kegiatan pengabdian pelatihan teknik dasar kultur jaringan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta tentang kultur jaringan. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme peserta selama kegiatan dan meningkatnya persentase pemahaman peserta menjadi 54,5% (tingkat pengetahuan baik), 36,4% peserta dengan tingkat pengetahuan cukup, dan 9,1% peserta dengan tingkat pengetahuan kurang.Abstract: This activity aims to improve the knowledge and skills of partners about plant tissue culture techniques. The training activity is divided into 2 sessions, namely the first session, delivering material on the basic concepts of tissue culture, equipment and material requirements, media, growth regulators, growing environmental conditions, tissue culture stages, and various in vitro culture techniques. In the second session, the practice of tissue culture techniques in the laboratory included introducing the laboratory tools and materials and their functions, multiplication (propagation) of orchid shoots in vitro, callus culture, embryo culture, and organ culture using a single node system. Basic technique training of plant tissue culture can help increase participants' knowledge and skills about tissue culture. This can be seen from the participants' enthusiasm during the activity and the increase in the percentage of participants' knowledge to 54,5% (good level of knowledge), 36,4% of participants with a sufficient level of knowledge and 9,1% of participants with a low level of knowledge.
Identification of Morphological Characters and Time of Mitotic Musa Paradisiaca cv. Haji Rina Kurnianingsih; Siti Rosidah; Dinda Sekar Ayu; Eka S Prasedya; Sri Puji Astuti
Jurnal Biologi Tropis Vol. 21 No. 3 (2021): September - Desember
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v21i3.3141

Abstract

Musa paradisiaca cv Haji is a local banana of Lombok that has a longer shelf life. The determination of the haji banana genome still uses a scoring method based on morphological character. Clarification of ploidy levels and genome types can be done using chromosome analysis. The initial information needed to perform the karyotype analysis is identifying the cleavage time of M. paradisiaca cv Haji. Banana Haji on the island of Lombok has a different local name, so morphological identification of the haji banana accession is required. Morphological observations were conducted on three accessions of Haji bananas from different cultivation sites. Identification of the time of mitosis cleavage is made by the Squash method. The results showed a uniform synapomorphic character in the haji banana accession. The characters include the aspects of pseudostem (normal), shiny pseudostem, imbricate young bractea (young bractea slightly stacked), red inner bractea, straight ovary, and no pigmentation on the stylus. The autapomorphic character of Haji banana accession in this study included inside the pseudostem of the red-green, the position of horizontal fruit bunches, a fair amount of wax on the surface of the lower leaf, and the petiole of the lower leaf in pink. There are morphological character differences in Haji cultivar accession on pseudostem color and tepal color pigmentation. The time of mitosis division in Haji bananas, especially the prophase stage - metaphase from 06.38 - 07.38 Wita. The results obtained in this study can be used as a foundation to conduct karyotype analysis of Musa paradisisaca cv Haji. 
Diversifikasi Pengolahan Kacang Lokal Lombok Menjadi Pangan Fungsional Di Desa Ubung Lombok Tengah Rina Kurnianingsih; Kurniasih Sukenti; Sukiman; Nur Indah Julisaniah
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.55 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i4.1104

Abstract

hanya sebagai tanaman tumpangsari. Penanaman belum dilakukan dalam skala luas, namun untuk tumpangsari, produksi kacang komak bisa mencapai 1,5 ton per hektar. Keistimewaan dari kacang komak adalah mengandung antioksidan 10 kali lipat dari asam askorbat, bersifat hipo‐kolesterol dan hipoglikemik. Kacang komak mempunyai kadar protein cukup tinggi dan komposisi asam amino yang baik sehingga berpotensi untuk mengatasi kekurangan protein. Namun saat ini, pengolahan kacang-kacangan menjadi pangan fungsional sebagai sumber protein alternatif dan produk yang bernilai ekonomi tinggi masih sangat kurang. Permasalahan lainnya yang terjadi di masyarakat (mitra) adalah masih ditemukannya status stunting dan gizi buruk. Salah satu penyebab terjadinya stunting dan gizi buruk adalah kurangnya pengetahuan masyarakat dan sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, meningkatnya jumlah pengangguran pada kondisi pandemi saat ini juga menjadi masalah yang terjadi pada mitra. Solusi yang ditawarkan pada program pengabdian ini adalah penyuluhan tentang kandungan nilai gizi dari kacang-kacangan, pelatihan pengolahan kacang lokal Lombok menjadi pangan fungsional sebagai sumber protein alternatif dan dapat menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, serta penyuluhan tentang pengemasan produk pangan. Tahap pelaksaaan kegiatan pengabdian dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan dan praktek pembuatan produk pangan fungsional berbasis kacang lokal. Kegiatan dilakukan di aula Kantor Desa Ubung. Sesi penyuluhan atau penyampaian materi tentang jenis kacang lokal Lombok, kandungan nutrisi, pangan fungsiona, dan pengemasan produk dan sesi praktek membuat produk pangan fungsional yaitu tempe komak, nugget tempe komak dan sari kacang merah. Antusiasme peserta pada kegiatan praktek sangat tinggi, ini dilihat dari keaktifan peserta dan pertanyaan yang diajukan kepada tim pengabdian. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta diantaranya terkait dengan masa simpan tempe komak, kualitas tempe komak (aroma, rasa) dan peluang usaha untuk mengembangkan tempe komak. Berdasarkan hasil evaluasi, terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta tentang pengolahan kacang lokal menjadi pangan fungsional yang bernilai gizi tinggi. Kata Kunci: kacang lokal, pelatihan, pangan fungsional
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA MENJADI MOL KOMPOS DAN BARANG KERAJINAN TANGAN Sri Puji Astuti; Rina Kurnianingsih; Mursal Ghazali; Evy Aryanty; Tri Mulyaningsih
Jurnal Abdi Insani Vol 5 No 1 (2018): Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah dilakukan di Desa Marong Jamaq (Kecamatan Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat yang merupakan daerah pinggiran sungai Jangkoq. Kegiatan ini bertuiuan untuk menumbuhkan kemampuan dan meningkatkan keterampilan warga Desa Marong Jamaq dalam mengelola sampah rumah tangga untuk membuat starter MOL (Mikro Organisme Lokal) kompos melalui penerapan teknologi fermentasi dengan memanfaatkan bahan-bahan dapur sebagai stimulator alami, pembuatan tas kerajian tangan dari sampah plastik. Kegiatan diiaksanakan pada bulan Oktober 2017 di rumah salah satu warga desa dan diikuti oleh 32 orang peserta yang terdiri dari para ibu rumah tangga dan buruh wanita pengangkut pasir desa Marong Jamaq. Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan Forum Group Discussion. Materi yang disampaikan tentang pentingnya lingkungan berih, proses pembuatan MOL kompos dari sampah rumah tangga, kelebihan MOL buah, pemanfaatan bahan bahan dapur sebagai stimulator, proses pembuatan MOL dari sampah kuliah buah, proses pembuatan tas kerajinan tangan dari sampah piastik. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta mampu memahami proses pembuatan starter MOL kompos dari sampah kulit buah dan proses pembuatan tas keraiinantangan dari sampah plastik. Peserta memberikan respon yang positif terhadap kegiatan ini. Hai ini diketahui dari bnnyaknya pertanyaan yang muncul, antusiame peserta dalam menjawab setiap pertanyaan dari tim pengabdian, dan keinginan untuk segera menerapkan metode yang di sampaikan, permintaan untuk menindaklaniuti kegiatan ini melalui suatu kerjasama.
Exploration in utilization of Lablab purpureus (L.) Sweet in Central Lombok Regency as a support in food security based on local germplasm management and conservation Kurniasih Sukenti; Nur Indah Julisaniah; Sukiman Sukiman; Rina Kurnianingsih
Jurnal Biologi Tropis Vol. 22 No. 3 (2022): July - September
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v22i3.4145

Abstract

Komak (generally assumed and known as Lablab purpureus (L.) Sweet) is one of the important food commodities in Fabaceae family, especially for people on Lombok Island, West Nusa Tenggara. Komak bean is also one of the common plants which is widely grown on Lombok Island in general. The objects of this research are to explore the various uses on some morphological variants of komak plant in Central Lombok Regency as one of komak production area on Lombok Island, including its potency of development strategies. This descriptive exploratory research was conducted in Central Lombok Regency as one of the important areas for komak population, supported by interviews, participatory observation and documentation. Snowball sampling method was applied in informant selection. Data were analyzed based on the calculation of Reported Use (RU) and Index of Cultural Significance (ICS). As the results, there are about 10 (ten) utilizations of komak plant reported by the community: as food, yard plants, land boundaries, economic plants, natural fertilizers, ecological functions (soil cover/erosion prevention), animal feed, seasonal indicators, ritual, and socio-cultural functions. Dissemination of information about processing technology and utilization of komak plant are still needed in order to support the optimalization of the management and utilization of this commodity as one of potential legumes that has a strategic role in realizing national food security.
Study of Habitat Characteristic and Ethnobotanical Aspects of Komak Beans (Fabaceae) in North Lombok Regency Yayat Maulidan; Sukiman Sukiman; Kurniasih Sukenti; Nur Indah Julisaniah; Rina Kurnianingsih
Jurnal Biologi Tropis Vol. 22 No. 4 (2022): October - December
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v22i4.4377

Abstract

Komak bean is one type of local beans that are quite widely cultivated. Komak beans have various important ingredients so that it can become alternative food stuffs and produce a variety of food products. North Lombok Regency is one of the komak bean cultivation center in West Nusa Tenggara. Information regarding the use and condition of the komak bean’s habitat in North Lombok Regency is not much known. Based on this, research is needed to be done related to the use and characteristics of komak bean habitats. This study aims to determine the diversity of komak bean, variety of utilization, habitat characteristics, and local wisdom in komak bean conservation. The methods used are field observations, interviews and measurements of environmental factors. Respondents were selected by purposive sampling and snowball sampling with semi-structured interview. In this study, the types of komak beans was found consisted of Lablab purpureus ssp. purpureus, Lablab purpureus var. lignosus, Lablab purpureus var. typicus, and Phaseolus lunatus. The variety of uses of komak beans in North Lombok Regency are as food ingredients, animal feed, a component of gifts in traditions, land barriers, and shade. Cultural Significance Index (CSI) value show P. lunatus as the most important type with value of 32 or almost used in all varieties of utilization. Komak beans grow at soil temperature ranges from 26℃-33℃, soil moisture 20-80%, 25℃-36℃ air temperature, air moisture 34-92%, and soil pH is range 4-8. The dominant texture of the soil are sandy clay and silty clay. Various traditional ways that are applied by the public to preserve komak seeds, namely mixing with rough salt, betel chalk and coconut oil, turmeric powder, and crushed seeds of Schleichera oleosa.