Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Pengembangan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan perspektif kosmopolitanisme Halimah, Lili
Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.237 KB) | DOI: 10.12928/citizenship.v1i1.9749

Abstract

Tulisan ini mengajukan masalah utama seberapa besar dampak kosmopolitanisme dalam terhadap pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Riset ini menggunakan perspektif studi kosmopolitanisme yang didukung perspektif teori situasional dan teori relasional. Lokasi penelitian tersebar di Kota Cimahi Jawa Barat. Populasi penelitian berjumlah 20.702 orang dan sampel penelitian berjumlah 400 peserta didik.  Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey cross-sectional. Data diambil melalui kuesioner dan uji kompetensi, dianalisis dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kosmopolitanisme terhadap pendidikan kewarganegaraan memiliki angka yang cukup signifikan (dengan R2 = 0,6971 atau 69,71%). Karena itu, perlu adanya proses harmonisasi kosmopolitanisme bagi siswa-siswi sekolah menengah dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Kosmopolitanisme memiliki efek lebih tinggi terhadap pendidikan kewarganegaraan (31,44%). Kosmopolitanisme yang dipelajari dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki efek pada siswa-siswi sekolah menengah di Cimahi, sebesar 13,42%. Kosmopolitanisme menjadi faktor krusial dalam mengembangkan kualitas pembelajaran pendidikan kewarga-negaraan di tengah proses globalisasi. Hal ini memberikan implikasi bahwa pemerintah perlu meninjau kembali kurikulum pendidikan kewarganegaraan, agar siswa tidak terpengaruh budaya global yang negatif dan pola pikir yang dapat mencabut nilai-nilai keindonesiaan.
Representasi Civic Disposition melalui Pendekatan Moral pada Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Sukamiskin Provinsi Jawa Barat Lili - Halimah; Khoffifah Nurlela
JPK (Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan) Vol 5, No 1 (2020): Januari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.432 KB) | DOI: 10.24269/jpk.v5.n1.2020.pp34-43

Abstract

Di era yang sangat pesat akan perkembangan teknologi ini pasti berdampak pada penyimpangan prilaku anak-anak yang kian sulit diatasi. Apabila masalah ini terus menerus terjadi maka akan berdampak negatif bagi pengembangan karakter generasi muda, remaja, masyarakat dan orang tua. Tujuan penelitiaan adalah untuk mengetahui representasi civic disposition melalui pendekatan moral pada anak didik pemasyarakatan di lembaga pembinaan khusus anak Sukamiskin. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan subjek penelitian adalah anak-anak yang sedang bersangkutan dengan hukum atau ABH. Hasil penelitian menunjukan bahwa LPKA Sukamiskin merupaka lembaga yang efektif  bagi pembentukan karakter yang baik bagi anak didik pemasyarakatan. Pembinaan dan pendidikan yang ditanamkan berupa kesadaran agama, berbangsa dan bernegara, kemampuan intelektual dan kecerdasan, kesadaran hukum, dan integrasi diri dengan masyarakat. Hal tersebut nampak dari perubahan sikap anak didik selama proses pembinaan sampai masa tahanan selesai.Representation of Civic Disposition through the Moral Approach in Correctional Students in Sukamiskin Children's Special Development Institution (LPKA) West Java Province. In an era of rapid technological development, this will inevitably have an impact on the deviations of children's behavior that is difficult to overcome. If this problem continues it will have a negative impact on the development of the character of the younger generation, adolescents, society and parents. The purpose of this research is to find out the representation of civil disposition through moral contributions to correctional students in Sukamiskin children's development institutions. This study uses qualitative and research subjects are children who are approved by law or ABH. The results showed that LPKA Sukamiskin was an effective institution for good character for correctional students. The fostering that is applied is the fostering and education of religious awareness, fostering and education of national and state awareness, fostering and education of intelligence and intelligence skills, capability of fostering and educating legal awareness, fostering and education integrating oneself with the community. This can be seen from the change in attitudes of students during the coaching process until the detention period is complete.
Penguatan Nilai-Nilai Ketahanan Nasional Di Sekolah Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Di SMK Pusdikhubad Kota Cimahi, Jawa Barat) Lili Halimah; Anis Suryaningsih Suryaningsih; Yayuk Hidayah; Risti Aulia Ulfah
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 27, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.64022

Abstract

ABSTRACT             The idea of the strengthening of citizenship values came with implications on the perspective of realizing national resilience in the school. The purpose of this study was to analyzed the strengthening of citizenship values to realized national resilience in the School environment.                 This research used a qualitative approach with a case study design. Data collection used interview, observation and documentation techniques. Data analysis used interactive analysis consisting of data reduction, data presentation and data verification.                 The results showed that strengthening the values of citizenship to realized national resilience in the school environment was through three ways, namely: 1) learning innovative citizenship education, 2) internationalizing the values of national resilience in the school environment by habituation and 3) the existence of extracurricular activities which was a discussion forum for students to deepened the values of national resilience in the school environment. Citizenship values were important for students because they would form a person who had a national spirit, loves the motherland and had an identity as an Indonesian nation.         ABSTRAK Gagasan penguatan  nilai-nilai kewarganegaraan hadir dengan implikasi pada perspektif  mewujudkan ketahanan nasional pada lingkungan sekolah. Tujuan penelitian ini menganalisis penguatan nilai-nilai kewarganegaraan dalam mewujudkan ketahanan nasional pada lingkungan sekolah.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan disain studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analsisi data menggunakan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan nilai-nilai kewarganegaraan untuk   mewujudkan ketahanan nasional pada lingkungan sekolah dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1) pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang inovatif, 2) internasliasi nilai-nilai ketahanan nasional pada lingkungan sekolah dengan pembiasaan dan 3) adanya aktivitas ekstra kurikuler yang menjadi forum diskusi bagi siswa dalam memperdalam nilai-nilai ketahanan nasional pada lingkungan sekolah. Nilai-nilai kewarganegaraan penting bagi siswa karena akan membentuk pribadi yang memiliki jiwa nasioalisme, cinta tanah air dan memiliki identitas sebagai bangsa Indonesia.    
Teachers’ and Parents’ Effort in Character Building of Students with Austism in Public Special School A Cimahi Lili Halimah; Ernandia Pandikar; Nurul Azhari
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling Volume 7 Number 2 Desember 2021
Publisher : Program Studi bimbingan Konseling PPs UNM Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/jppk.v7i2.20516

Abstract

This study attempts to encourage character building of students with special needs, especially the character of independence. Being independent serves as one of primary education goals for children with autism to reduce dependence towards others and to raise sense of responsibility in their daily lives. Qualitative method is applied in this study in which the researcher investigates natural objects and plays a role as the key instrument. Data collection technique was done through triangulation, data analysis was performed inductively, and research findings highlighted more on the meaning instead of generalizatibility.  The data collection technique is tentative in nature. During the research process, research questions were solved through collecting and analyzing information gathered from related participants. The interview technique is generally distinguished into 2 namely 1) structured interview and 2) unstructured interview. The finding of this research reveals that the character of being independent in children with special needs can be promoted by habituation to involve children in daily activities as well as during online learning. 
Refleksi terhadap kewarganegaraan ekologis dan tanggung jawab warga negara melalui program ecovillage Lili Halimah; Siti Fauziah Nurul
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan Vol 17, No 2 (2020): Budaya, Kewarganegaraan, Politik, dan Pendidikan Kewarganegaraan
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jc.v17i2.28465

Abstract

Penelitian ini mengangkat permasalahan Sungai Citarum yang keadaannya sangat memprihatinkan walaupun pemerintah daerah telah berupaya menanganinya dengan berbagai program dan dengan biaya yang sangat besar.  Ecological citizenship merupakan gerakan sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat agar sadar lingkungan. Civic responsibility adalah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Tujuan penelitian adalah menganalisis program agar dapat mengubah mindset masyarakat mempunyai kesadaran untuk mencintai lingkungan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi, dan wawancara. Hasil penelitian masyarakat masih belum memiliki kesadaran untuk membantu program pemerintah daerah, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan, status sosial dan ekonomi. Cara yang tepat untuk mempromosikan ecological citizenship dan civic responsibility adalah edukasi tingkat sekolah menengah untuk menghindari krisis lingkungan, ekonomi, dan budaya di masa depan dengan menambahkan Kurikulum Kewarganegaraan. Komunikasi aktif dari pemerintah daerah kepada masyarakat terbangun kesadaran untuk ikut membangun lingkungan. ABSTRACTThis research about the Citarum River problem is in deplorable condition even though the local government has tried to solve it with various programs and at a very high cost. Ecological citizenship is a movement to change people's behavior so that they are environmentally aware. Civic responsibility is an awareness of the rights and obligations of the citizen. The research objective is to analyze the program to change the mindset of having the awareness to love the environment. The research method used a qualitative approach with observation and interviews. The results of the community research still do not have the awareness to help local government programs. It is due to factors of education, social, and economic status. An appropriate way to promote ecological citizenship and civic responsibility is secondary school level education to avoid future environmental, economic, and cultural crises by adding a citizenship curriculum in school. Citizen awareness can build from a good partnership between government and society
Internalisasi nilai pendidikan kewarganegaraan pada tradisi pesta laut blanakan dalam rangka pengembangan ideal democratic citizen Lili Halimah; Anisah Anisah
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan Vol 15, No 2 (2018): Pembelajaran, Hukum, dan Kewarganegaraan
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.494 KB) | DOI: 10.21831/jc.v15i2.21641

Abstract

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, dan diharapkan dapat menciptakan manusia yang berkualitas. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tiga kompetensi yang dapat  membentuk “the ideal democratic citizen” yakni kompetensi civic knowledge, civic skills, dan  civic disposition. Pembelajaran PPKn mengaitkan antara teori dengan praktek nyata di lapangan, dan berhubungan dengan nilai-nilai budaya yang beragam dan majemuk. Faktor yang mempengaruhi nilai budaya lokal dalam melestarikan kebudayaan melalui  upacara adat pesta laut Blanakan Kabupaten  Subang Jawa Barat yang dilakukan setahun sekali  guna  menghormati leluhurmya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian (a) Masyarakat nelayan memunculkan civic knowledge yang diarahkan oleh para tokoh, sehingga memiliki kesadaran untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan, yang mampu mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi alam daerah, (b) Nilai-nilai dalam pesta laut, selalu memerlukan civic skill yang cakap dalam mengorganisasikan kegiatan, semua ini diperlukan partipatory skill, dan (c) Membentuk karakter masyarakat nelayan pada pesta laut, dengan cara memberi tahu dan mengajarkan hal-hal yang baik oleh para tokoh budaya. Dengan demikian perlu ditanamkan the ideal democratic citizen untuk meningkatkan kecintaan pada  nilai budaya lokal, dan tidak terpengaruh oleh budaya asing.----------------------------------------------------------- Internalization the value of citizenship education in the traditional sea party tradition (Pesta Laut Blanakan)  in order to develop the ideal democratic citizenEducation has an important role in human life and is expected to create quality human beings. Citizenship Education has three competencies that can form the ideal democratic citizen, namely civic knowledge, civic skills, and civic disposition competencies. PPKn learning links theory with real practice in the field, and deals with diverse and pluralistic cultural values. Factors that influence the value of local culture in preserving culture through the Blanakan Subang regency West Java regency traditional ceremony which is conducted annually to honor its ancestors. This study uses a qualitative approach. Research results (a) The fishing community raises civic knowledge directed by leaders, so that they have an awareness to preserve cultural values, which are able to explore and utilize the natural potential of the region, (b) Values in sea party, it always requires civic skills that competent in organizing activities, all of this requires participatory skills, and (c) forming the character of fishing communities at sea party, by telling and teaching good things by cultural leaders. Thus it is necessary to instill the ideal democratic citizen to increase the love of local cultural values, and not be influenced by foreign cultures.
Pengembangan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan perspektif kosmopolitanisme Lili Halimah
Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.237 KB) | DOI: 10.12928/citizenship.v1i1.9749

Abstract

Tulisan ini mengajukan masalah utama seberapa besar dampak kosmopolitanisme dalam terhadap pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Riset ini menggunakan perspektif studi kosmopolitanisme yang didukung perspektif teori situasional dan teori relasional. Lokasi penelitian tersebar di Kota Cimahi Jawa Barat. Populasi penelitian berjumlah 20.702 orang dan sampel penelitian berjumlah 400 peserta didik.  Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey cross-sectional. Data diambil melalui kuesioner dan uji kompetensi, dianalisis dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kosmopolitanisme terhadap pendidikan kewarganegaraan memiliki angka yang cukup signifikan (dengan R2 = 0,6971 atau 69,71%). Karena itu, perlu adanya proses harmonisasi kosmopolitanisme bagi siswa-siswi sekolah menengah dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Kosmopolitanisme memiliki efek lebih tinggi terhadap pendidikan kewarganegaraan (31,44%). Kosmopolitanisme yang dipelajari dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki efek pada siswa-siswi sekolah menengah di Cimahi, sebesar 13,42%. Kosmopolitanisme menjadi faktor krusial dalam mengembangkan kualitas pembelajaran pendidikan kewarga-negaraan di tengah proses globalisasi. Hal ini memberikan implikasi bahwa pemerintah perlu meninjau kembali kurikulum pendidikan kewarganegaraan, agar siswa tidak terpengaruh budaya global yang negatif dan pola pikir yang dapat mencabut nilai-nilai keindonesiaan.
Eksistensi budaya erturtur atau tradisi santun bertegur sapa pada Komunitas Persadaan Batak Karo Kota cimahi Lili Halimah; Heni Heryani; Mada Kencana Barus
Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/citizenship.v4i2.21587

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis untuk menganalisis budaya ertutur atau suatu tradisi bertegur sapa adat Batak Karo yang semakin hari semakin mulai ditinggalkan para generasi mudanya. Mereka umumnya tidak mengenal kembali silsilah atau keturunan terdahulunya. Di Kota Cimahi sendiri sebagian besar di Komunitas Batak Karo sebagian besar tidak mengenal budaya erturtur. Metode penelitan yamh digunakan adalah kualitatif dengan teknik wawancara kepada anggota Komunitas Batak Karo. Hasil penelitian meunjukkan bahwa budaya erturtur sudah mulai dipahami oleh komunitas tersebut. Hal ini menjadi tugas para tokoh adat, para pemimpin keagaan untuk membumikan kembali budaya erturtur di kalangan generasi muda agar tidak hilang ditelan zaman.
Speech Disfluency Made by Male and Female Learners at Kampung Inggris Semarang Dhanan Abimanto; Yayuk Hidayah; Lili Halimah; Umar Al Faruq A Hasyim
Anglophile Journal Vol 1 No 2 (2021): Anglophile Journal
Publisher : CV. Creative Tugu Pena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (890.374 KB) | DOI: 10.51278/anglophile.v1i2.219

Abstract

In utterance, there must be some disfluency whether in normal people or in stutterer. Moreover, the disfluency would be different if it was categorized into two based on the gender. The researchers’ figures out the disfluency based on the gender, male and female. The article was to find out any types of disfluency that appear on the male and female speeches, to find the dominant type of disfluency occured in male and female speeches, the difference between male and female speeches, and the factors causing the disfluency made by male and female speeches. The sample was 24 English learners at Kampung Inggris Semarang, 12 males and 12 females. In collecting the data the researchers used observation and interview. In analysing the data, the researchers used the theory from Clark and Wasow supported by Johnson and Bortfeld et.al. The result showed that nine types of disfluency occur in learners’ speech, i.e filler, silent pause, revision, incomplete phrase, broken word, repetition, grammatical disfluency, prolongation, and false start. The dominant disfluency occured in male and female speeches was filler. In the dominant disfluency, males produced more filers than females, whereas silent pause was more produced in female speeches. Besides, there was some factors causing disfluency made by male and female learners of Kampung Inggris Semarang, which were related to psychological factors. It included cognitive factors and affective factors. In total, male produced more disfluency than female. Besides that male learner made more factors which could affect the disfluency in their speeches than female learners, male learners were more likely not in mastering grammar and vocabularies and getting prepared in materials. Keywords: Speech Disfulency, Factors Speech Disfluency, Disfluency
The Improvement of Civic Virtue through Civic Education in Higher Education in Forming Young Generation Communication Patterns Lili Halimah; Yayuk Hidayah; Nufikha Ulfah; Risti Aulia Ulfah
Edunesia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 2 No. 2 (2021)
Publisher : research, training and philanthropy institution Natural Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.33 KB) | DOI: 10.51276/edu.v2i2.155

Abstract

This study purposed to describe the communication pattern of students at the University of Ahmad Dahlan Yogyakarta and described Civic Virtue implementation through civic education in higher education in terms of forming young generation communication patterns. This study employed a qualitative descriptive method. The subject of the study was five lecturers of civic education. Data were collected through interviews, observation, documentation, and focus group discussion (FGD). The data were analyzed by using Miles and Huberman’s principles as data reduction, data display, and stating the conclusion. The result of the research showed that the students’ pattern of communication at higher education was influenced by some factors were environment and knowledge factor. The fostering of Civic Virtue through civic education in higher education in forming young generation communication pattern has existed in the process of Civic Virtue fostering that involves democratic values, self-control, and prioritizing plurality interest. The Civic Virtue in the category civic disposition involves responsibility, self-discipline, human rights respect, willingness to hear, negotiating, and compromising. Besides, the Civic Virtue in the category of civic commitment involves a commitment to the implementation of democratic citizenship rights, responsibility for democratic citizenship, constitutionalism, and tendency to participate politically