Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati

hubungan cakupan imunisasi, ketinggian tempat, status gizi, kepatuhan pelaporan pemantauan suhu freezer terhadap kejadian campak pada balita di kabupaten sleman tahun 2015 sahayati, sri; dharmawijaya, isa; pramono, dibyo
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.919 KB) | DOI: 10.35842/formil.v3i2.182

Abstract

Latar belakang: WHO memperkirakan pada tahun 2002 terjadi sekitar 35 juta kasus campak dan 614.000 orang diantaranya dilaporkan meninggal dunia. Lebih dari 98% kematian terjadi di negara dengan pendapatan perkapita < $1000. Sebagian besar kasus (85%) terjadi di Afrika dan Asia. Sekitar 75% kasus terjadi pada anak-anak balita. Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2013, dilaporkan terdapat 11.521 kasus campak, lebih rendah dibandingkan tahun 2012 sebesar 15.987 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 2 kasus, Incidence Rate (IR) campak pada tahun 2013 sebesar 4,64 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 6,53 per 100.000 penduduk, DI. Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan IR campak tertinggi (Kemenkes, 2013). Dengan adanya kasus positif campak di kabupaten Sleman, perlu dilakukan pengamatan pada faktor-faktor memiliki hubungan dengan kejadian campak pada balita.Tujuan: Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian campak pada balita di Kabupaten Sleman tahun 2015.Metode: Studi ini menggunakan metode crossectional, dengan analisis data sekunder. Populasi survei adalah seluruh puskesmas di Kabupaten. Uji spearmen’s digunakan untuk menguji korelasi status gizi buruk dan kepatuhan pelaporan pemantauan suhu freezer dengan kejadian campak pada balita.Hasil: 21 balita dinyatakan positif campak. Dari hasil uji korelasi spearmen’s status gizi buruk menunjukkan korelasi positif (r= 0,2995, p=0,14); kepatuhan pelaporan pemantauan suhu freezer  menunjukkan korelasi negatif (r=-0,2173, p=0,29).Kesimpulan: Faktor gizi buruk memiliki hubungan positif dan kuat untuk menjadikan kasus campak pada balita di kabupaten Sleman. Pemberian makanan tambahan pada balita lewat program posyandu balita.
hubungan stres psikososial dengan kejadian bakterial vaginosis (BV) pada wanita pekerja seks (WPS) (kajian di kabupaten banyumas) yuningrum, hesti; radiono, sunardi; pramono, dibyo
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.395 KB) | DOI: 10.35842/formil.v3i1.110

Abstract

Latar belakang: Bakterial Vaginosis (BV) terjadi akibat terganggunya keseimbangan normal bakteri di vagina, terjadi pada wanita dengan seksual aktif termasuk Wanita Pekerja Seks (WPS). Dampak BV meningkatkan risiko terinfeksi HIV dan penyakit gonore serta infeksi klamidia. Tingkat stres dapat menyebabkan perubahan dalam kekebalan vagina. Prevalensi BV di seluruh dunia cukup tinggi dan bervariasi yaitu pada wanita hamil (28,1%), remaja (20%), HIV positif (36%), WPS (62,9%).  Prevalensi BV di Indonesia, berkisar antara 30,7%-32,5%. Kejadian BV pada WPS di Kabupaten Banyumas tahun 2011 (56,4%), 2012 (48,8%), 2013 (62,9%). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara stres psikososial dengan kejadian BV pada WPS.Metode: Penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian case control. Kasus adalah WPS dengan diagnosis BV positif. Kontrol adalah WPS dengan diagnosis BV negatif. Besar sampel sebanyak 164 WPS (kasus: 82 WPS dan kontrol: 82 WPS). Instrumen penelitian adalah kuesioner terstruktur. Analisis data menggunakan univariabel, bivariabel menggunakan uji chi-square dan multivariabel dengan menggunakan logistic regression.Hasil: Hasil analisis bivariabel menunjukkan hasil yang signifikan yaitu stres psikososial dengan kategori tinggi, penggunaan kondom tidak konsisten dan vaginal douching dengan frekuensi ≥ 4 kali/minggu. Umur, merokok, jumlah pasangan seksual dan pemakaian alat kontrasepsi tidak bermakna secara statistik. Hasil analisis multivariabel menunjukkan stres psikososial dengan kategori tinggi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian BV (OR=2,83, CI 95%=1,15-6,95, p-value=0,023).Kesimpulan: Kejadian BV akan berpeluang lebih besar pada orang yang mempunyai stres psikososial tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai stres psikososial rendah. Perlu mengelola dan meminimalkan stres psikososial yang dialami dengan baik sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan.